I. Pendahuluan: Relevansi Tari Gandrungan dengan Tujuan Pendidikan
Bagian pendahuluan buku "Tari Gandrungan: Konsep Dasar dan Bentuk Tari Gagah Gaya Surakarta" menjelaskan pentingnya buku ini sebagai alat bantu belajar mandiri bagi mahasiswa. Buku ini dirancang untuk membantu pemahaman gerak, analisis tokoh, dan analisis karakter dalam repertoar gaya tari (RGT) gagah gandrungan gaya Surakarta. Pemahaman kritis terhadap karakter tokoh, ruang, dan waktu akan mengembangkan kreativitas kognitif dan psikomotorik mahasiswa. Buku ini awalnya hanya mencakup tiga tokoh (Gathutkaca, Kelana, Menakjingga), kemudian diperluas menjadi lima tokoh (menambahkan Garuda Yaksa dan Niwatakawaca) berkat hibah penelitian. Tujuan utama buku ini adalah membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan tari gandrungan gaya Surakarta, sekaligus melestarikan warisan budaya.
1.1 Latar Belakang dan Tujuan Pembelajaran
Latar belakang menjelaskan Tari Gandrungan sebagai kelanjutan materi tari dasar, menekankan pentingnya pemahaman riwayat tari, konsep tari Jawa, urutan gerak, struktur gending, tata rias, busana, desain lantai, detail dan rasa gerak, serta dinamika irama musik. Tujuan pembelajaran meliputi penguasaan lima tokoh tari gandrungan, analisis karakter, dan penerapan konsep estetika tari Jawa. Penggunaan metode studi pustaka dan analisis interpretatif naratif untuk pengayaan materi, khususnya tokoh Garuda Yaksa dan Niwatakawaca Gandrung, menunjukan komitmen pada riset akademis dan pengembangan materi pembelajaran.
1.2 Sekelumit Tokoh Tari Gandrungan dalam Teks Pembelajaran
Bagian ini memberikan gambaran singkat lima tokoh tari gandrungan: Gathutkaca (dari Mahabharata, menekankan aspek kasmaran dan tantangan), Kelana (dari cerita Panji, ditampilkan dengan topeng), Menakjingga (dari Babad Mojopahit, bertemakan asmara dan ambisi), Garuda Yaksa (dari Ramayana, fokus pada perebutan Dewi Shinta dan kasmaran Rahwana), dan Niwatakawaca (dari Arjuna Wijaya, menggambarkan raja raksasa yang jatuh cinta). Deskripsi singkat ini membangun konteks dan menarik minat mahasiswa untuk mempelajari lebih lanjut masing-masing tokoh.
II. Pengetahuan Tari: Konsep Dasar dan Estetika
Bab ini membahas konsep dasar tari secara umum dan konsep spesifik tari tradisi gaya Surakarta. Diskusi mengenai definisi tari dari berbagai sumber, mencakup aspek gerak ritmis, iringan musik, dan maksud tari. Analisis unsur-unsur dasar tari (gerak, ruang, waktu, tenaga) dan aspek-aspek pendukungnya (bentuk tari, tema, jiwa) memberikan pondasi teoretis yang kuat. Penjelasan sepuluh patrap beksa (pola gerak berdasarkan karakter tokoh) dan konsep-konsep dalam Serat Wedhataya (seperti trapsila anoraga, sembahan, jengkeng) memberikan wawasan mendalam tentang estetika dan filosofi tari Jawa.
2.1 Pengertian Tari dan Elemen-elemen Dasar
Bagian ini mendefinisikan tari dari berbagai perspektif, mulai dari etimologi hingga pandangan ahli. Penjelasan perbedaan istilah 'tari' dan 'beksan' memperkaya pemahaman konteks historis. Analisis elemen-elemen dasar tari (gerak, ruang, waktu, tenaga) dan unsur-unsur pendukungnya (bentuk, tema, jiwa) memberikan gambaran komprehensif tentang struktur dan makna tari. Peran tari dalam berbagai konteks kehidupan masyarakat juga dibahas, menunjukkan relevansi tari dengan berbagai aspek kehidupan.
2.2 Konsep-konsep Tari Tradisi Gaya Surakarta
Bab ini membahas konsep-konsep utama tari tradisi gaya Surakarta, seperti sepuluh patrap beksa yang mengklasifikasikan gaya gerak berdasarkan karakter tokoh (misalnya, merak ngigel untuk tokoh alus luruh tua, branjangan ngumbara untuk tokoh gagah tandang). Penjelasan konsep-konsep dalam Serat Wedhataya yang berhubungan dengan filosofi dan makna gerak juga memperkaya pemahaman estetika dan simbolisme dalam tari Jawa. Penjelasan ini menghubungkan teori dengan praktik, memberikan konteks budaya yang penting untuk memahami tari gandrungan.
2.3 Konsep Estetika Tari Tradisi Gaya Surakarta
Bagian ini menelaah prinsip-prinsip estetika yang mendasari tari tradisi gaya Surakarta, mengacu pada norma-norma yang berlaku di istana. Ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai estetika tradisional terintegrasi dalam pembelajaran tari. Pembahasan ini penting karena membantu mahasiswa memahami dan menghargai nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tari gandrungan, serta mengembangkan kemampuan analitis mereka dalam mengapresiasi karya seni.
III. Terminologi dan Unsur Pendukung Tari
Bab ini menjelaskan berbagai terminologi penting dalam tari tradisi gaya Surakarta, termasuk wayang wong, langendriyan, bedhaya, srimpi, wireng, dan beksan. Penjelasan tentang koreografi, elemen-elemen dasar koreografi (gerak, ruang, waktu), dan aspek-aspek tari (bentuk, gerak, tubuh, irama, jiwa, tema) membangun kerangka kerja analitis untuk mahasiswa. Pembahasan unsur pendukung tari (iringan musik, tata rias dan busana, tata pentas, tata cahaya) memberi wawasan tentang aspek-aspek produksi pertunjukan tari. Hubungan tari dengan cabang seni lain (musik, rupa, sastra) menunjukkan interdisiplinaritas seni dan memperluas pemahaman mahasiswa.
IV. Dasar Acuan Wujud Ungkap Tari
Bab ini membahas dasar-dasar acuan dalam wujud ungkapan tari, baik fisik maupun non-fisik. Sistem penguasaan teknik tari, meliputi peniruan dan belajar mandiri, dijelaskan secara detail. Pengelompokan pola baku gerak tari memberikan panduan praktis untuk mahasiswa. Pemahaman tentang acuan fisik (postur, gestur) dan non-fisik (emosi, karakter) sangat penting untuk interpretasi dan eksekusi tari. Bagian ini memberikan panduan praktis untuk menguasai teknik dasar dan mengembangkan kemampuan interpretatif.
V. Analisis Tokoh Tari Gandrungan (Gathutkaca, Kelana, Menakjingga, Garuda Yaksa, Niwatakawaca): Riwayat, Konsep Perilaku, Ekspresi Ide, Deskripsi, Analisis Karakter, dan Implementasi
Bab 5 sampai 14 memberikan analisis mendalam terhadap kelima tokoh tari gandrungan. Setiap bab mengikuti struktur yang sama: riwayat tokoh, konsep perilaku, ekspresi ide, deskripsi sikap, analisis karakter, implementasi karakter dalam gerak, dan unsur-unsur pendukung (iringan musik, tata rias, busana, pola lantai). Struktur ini memungkinkan mahasiswa untuk menganalisis secara sistematis setiap tokoh, mengidentifikasi karakteristik uniknya, dan memahami bagaimana unsur-unsur pendukung tari berkontribusi pada ekspresi artistik. Penggunaan gambar-gambar sebagai ilustrasi sangat membantu pemahaman visual mahasiswa.
VI. Glosarium dan Daftar Pustaka
Bagian glosarium memberikan definisi istilah-istilah penting yang digunakan dalam buku, membantu mahasiswa memahami terminologi khusus dalam dunia tari Jawa. Daftar pustaka menunjukkan sumber-sumber referensi yang digunakan, memberikan transparansi dan memungkinkan mahasiswa untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Kedua bagian ini penting untuk kelengkapan dan integritas akademik buku.