SKS/JS 2/2
NINIK INDAWATI
DAFTAR ISI
BAB I
Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
BAB II
Menciptakan Lingkungan Belajar
BAB III
Pendekatan Dalam Manajemen Kelas
BAB IV
Prosedur dan Rancangan Manajemen Kelas
BAB V
Pengaturan Kondisi dan Penciptaan Iklim Belajar yang Menunjang
BAB VI
Bab I
Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
A.
Mengajar dan Manajemen Kelas
Kegiatan guru di dalam kelas meliputi 2
(dua)
hal pokok, yaitu :
Kegiatan Mengajar
o
Dimaksudkan secara langsung menggiatkan
siswa mencapai tujuan-tujuan pelajaran
misalnya :
menelaah kebutuhan siswa,
menyusun rencana pelajaran,
menyajikan bahan,
Kegiatan Manajerial
o
Bermaksud menciptakan dan mempertahankan
suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien
seperti :
mengembangkan hubungan yang baik antara
guru dan siswa,
memberi ganjaran dengan segera,
mengembangkan aturan permainan dalam
kegiatan kelompok,
penghentian tingkah laku siswa yang
Menurut Swardi ( 2008 : 107 )
B. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata,
yakni :
Pengelolaan dan kelas
Pengelolaan memiliki makna yang sama
dengan management dalam Bahasa Inggris,
dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen
Menurut Hamalik
Adalah sekelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar bersama yang mendapat
pengajaran dari guru
Kelas berarti sekelompok siswa dalam waktu
yang sama menerima pelajaran dari guru
yang
Usaha guru dalam menciptakan kondisi
yang diharapkan akan efektif apabila :
1.
Diketahui secara cepat faktor-faktor yang dapat
menunjang terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses pembelajaran
2.
Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan
biasanya timbul dan dapat merusak iklim
pembelajaran
3.
Dikuasainya berbagai pendekatan dalam
pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan
untuk masalah mana suatu pendekatan
Kerja dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan
kelas, tidak bisa bertindak seperti seorang juru
masak dengan buku resep masakannya.
Suatu masalah mungkin dapat diatasi dengan
cara tertentu pada saat tertentu dan untuk
seorang/sekelompok siswa tertentu
Akan tetapi mungkin tak dapat dipergunakan
untuk mengatasi masalah yang sama, pada
waktu yang berbeda, terhadap
Prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan kelas
Kehangatan dan keantusiasan
Tantangan
Bervariasi
Luwes
Penekanan tantangan pada hal-hal positif
Keterampilan mengelola kelas memiliki
komponen
1.
Penciptaan dan pemeliharaan iklim
pembelajaran yang optimal
2.
Keterampilan yang berhubungan dengan
pengendalian kondisi belajar yang optimal
a. modifikasi perilaku
b. pengelolaan kelompok
c. Menemukan dan mengatasi perilaku
yang
Aspek, fungsi Manajemen Kelas
Dewasa ini aktivitas guru yang terpenting
adalah memanajemeni, mengorganisir, dan
mengkoordinasikan usaha/aktivitas siswa
menuju tujuan pembelajaran
Memanajemeni kelas merupakan
keterampilan yang harus dimiliki guru dalam
memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan
kemampuan bertindak menuju perbaikan
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam manajemen kelas
Sifat kelas
Pendorong kekuatan kelas
Situasi kelas
Tindakan selektif dan kreatif
Hal-hal yang perlu diperhatikan para guru,
khususnya guru baru dalam pertemuan
Fungsi manajemen yang dipandang
perlu dilaksanakan secara khusus
oleh Kepala Sekolah di SD
1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas, seperti :
membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok,
membantu kerjasama dalam menentukan tujuan-tujuan organisasi,
membantu individu agar dapat bekerja sama dengan kelompok/kelas,
membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas
Fungsi-fungsi manajemen di SD
a.
Perencanaan
b.
Pengorganisasian
c.Menggerakkan
Masalah-masalah Manajemen Kelas
1.
Masalah individual
2.Masalah kelompok
Tindakan kelas seorang guru akan efektif
apabila ia dapat mengidentifikasi dengan
tepat hakikat masalah yang sedang
Rudolf Drekurs dan Pearl Cassel dalam
Ahmad Rohani ( 2004 : 125 )
Membedakan 4 (4) kelompok masalah
pengelolaan kelas individu yang didasarkan
asumsi bahwa semua tingkah laku individu
merupakan upaya pencapaian tujuan
pemenuhan keputusan untuk diterima
kelompok dan kebutuhan untuk mencapai
harga diri. Bila kebutuhan tidak dapat dipenuhi
melalui cara yang lumrah dapat diterima
masyarakat, dalam masyarakat kelas, maka
individu ybs akan berusaha mencapainya
Perbuatan untuk mencapai tujuan
dengan cara yang asosial oleh
pasangan penulis di atas digolongkan
sbb :
1.
Tingkah laku yang ingin mendapatkan
perhatian orang lain
2.
Tingkah laku yang ingin menunjukkan
kekuatan
3.
Tingkah laku yang bertujuan menyakiti
orang lain
Usaha preventif masalah Manajemen
Kelas
Menurut Piet Sahertian & Ida Aleida
Sahertian
( 1992 : 106 ) Pengelolaan kelas sangat
berhubungan dengan keberhasilan dalam
situasi belajar mengajar
Tindakan pengelolahan kelas adalah tindakan
yang dilakukan oleh guru dalam rangka
Tindakan guru dapat berupa tindakan
pencegahan, yaitu dengan jalan menyediakan
kondisi baik fisik maupun kondisi sosio
emosional sehingg siswa merasa nyaman dan
aman untuk belajar.
Tindakan yang menyimpang akan merusak
Dimensi korektif dapat terbagi 2 :
Tindakan yang seharusnya segera diambil
guru pada saat terjadi gangguan (dimensi
tindakan)
Tindakan penyembuhan terhadap tingkah
Usaha preventif masalah Manajemen
Kelas
1. Kondisi dan situasi pembelajaran a. kondisi fisik :
ruangan tempat berlangsungnya proses pembelajaran,
pengaturan tempat duduk,
ventilasi dan pengaturan cahaya, pengaturan penyimpanan barang b. kondisi sosial emosional
suasana sosio emosional dalam kelas akan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses pembelajaran
- suara guru
- pembinaan report
c. kondisi organizational
- pergantian pelajaran/kuliah - guru yang berhalangan hadir - masalah antar siswa
- upacara bendera, dll
d.kondisi administrasi teknik - daftar presensi
- ruang bimbingan siswa - tempat baca
- tempat sampah
2. Disiplin dan tata tertib
- pengertian disiplin
- sumber pelanggaran disiplin
Beberapa cara yang dapat ditempuh
guru dalam menanggulangi
pelanggaran disiplin
1. Pengenalan siswa
- interest-inventory (berupa pertanyaan pada siswa, terkait hal yang menyenangkan)
- sosiogram (bagaimana persepsi siswa
dalam hubungan sosial-psikologis dengan temannya
- feedback letter (siswa buat karangan/tentang
Cara melakukan dimensi tindakan, sebagai
bahan yang dapat dijadikan pertimbangan
bagi guru :
a.
Lakukan tindakan dan bukan ceramah
b.
Do not bargain (tidak mencari siapa yang
salah)
BAB II
Menciptakan Lingkungan Belajar
A.
Menciptakan lingkungan belajar
Pengelolaan siswa adalah pengaturan siswa
di kelas oleh guru yang sedang mengajar
sehingga setiap siswa mendapat pelayanan
sesuai dengan kebutuhannya, sehingga
B. Kelas yang nyaman dan menyenangkan - tata ruang kelas
- menata perabot
- papan, meja, kursi dan almari - jadwal pelajaran
- papan absensi
- daftar piket kelas - kalender pendidikan - gambar presiden
- tempat cuci tangan - tempat sampah
BAB III
Pendekatan dalam Manajemen Kelas
A.
Guru adalah pekerja sosial
guru tidak dapat disamakan dengan
seorang tukang. Seorang tukang cukup
mengikuti petunjuk yang terdapat dalam
buku petunjuk. Guru perlu menyadari
bahwa peranannya adalah sebagai
manajerial aktivitas yang harus bekerja
Memanajemeni kelas dalam proses
pemecahan masalah bukan terletak pada
banyaknya macam kepemimpinan dan
kontrol, tetapi terletak pada
keterampilan memberikan fasilitas yang
berbeda-beda untuk setiap peserta didik.
Pemecahan masalah merupakan proses
penyelesaian yang beragam, ini
Guru harus memiliki, memahami, dan terampil
dalam menggunakan bermacam-macam
pendekatan dalam manajemen kelas,
meskipun tidak semua pendekatan yang
dipahami dan dimilikinya digunakan
bersamaan atau sekaligus. Guru dituntut
untuk terampil memilih atau bahkan
memadukan pendekatan yang dianggapnya
meyakinkan untuk menangani kasus
Kemungkinan dari hasil diagnosis
memutuskan menggunakan pendekatan A,
tetapi setelah diterapkan ternyata gagal.
Kemudian situasi tersebut dianalisis kembali,
akhirnya sampai pada kesimpulan guru harus
menerapkan alternatif kedua, ketiga, atau
macam-macam pendekatan dalam manajemen
kelas yang disarikan dari Wilford A. Weber
(1986; 1996); M. Entang dan T. Raka Joni
(1983), dan Depdikbud (1983). Boleh jadi dari
macam-macam pendekatan dalam manajemen
kelas itu ada pendekatan yang sudah tidak
1. Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas
sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru
yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik. Guru bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik
karena gurulah yang paling mengetahui dan berurusan
dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman.
Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi
yang bersifat mengintimidasi. Guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan,
Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi
yang dapat diterapkan dalam memanajemeni
kelas yaitu
(1) menetapkan dan menegakkan peraturan,
(2) memberikan perintah, pengarahan, dan
pesan,
(3) menggunakan teguran,
(4) menggunakan pengendalian dengan
mendekati, dan
2. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang
memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan
intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu
seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan,
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu
dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi
tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan
perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena
mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan
Kendatipun pendekatan intimidasi telah
dipakai secara luas dan ada manfaatnya,
terdapat kecaman terhadap pendekatan ini.
Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat
pemecahan masalah secara sementara dan
hanya menangani gejala-gejala masalahnya,
bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain
yang timbul dari penerapan pendekatan ini
adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan
hancurnya hubungan antara guru dan peserta
didik.
3. Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan
perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru
hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong
mengembangkan potensi peserta didik secara penuh.
Pendekatan permisif sedikit penganjurannya. Pendekatan ini
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan
permisif dalam bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Namun disarankan agar guru memberikan
kesempatan kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memilkul risiko yang aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan
memimpin diri sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Dengan demikian, guru harus dapat
menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, di sisi lain
4. Pendekatan Buku Masak
Pendekatan buku masak adalah pendekatan
berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan
oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan ini biasanya dapat ditemukan dalam artikel: Tiga
puluh cara untuk memperbaiki perilaku peserta
4. Berikut ini adalah cotoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar “buku masak”
Selalulah menegur siswa secara empat mata
Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat waktu
memperingatkan siswa
Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan
siswa
Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan
kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman
Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui
semua peraturan yang ada
Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga tidak ditemukan
prinsip-prinsip yang memungkinkan guru
menerapkan secara umum pada masalah-masalah lain. Pendekatan ini cenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam memanajemeni kelas. Dengan kata lain, guru biasanya memberikan reaksi terhadap masalah tertentu dan sering
mempergunakan dalam jangka pendek. Kelemahan lain pendekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, karena pendekatan ini
5. Pendekatan Instruksional
Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan
kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manajerial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.
Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen
kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi mencapai dua tujuan utama manajemen kelas. Tujuan itu adalah: 1) mencegah timbulnya masalah manajerial, dan 2) memecahkan masalah manajerial kelas. Cukup banyak contoh yang membuktikan bahwa kegiatan
belajar-mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik adalah merupakan faktor utama dalam pencegahan
para pengembang pendekatan instruksional
menyarankan guru dalam mengembangkan
strategi manajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) menyampaikan kurikulum dan
pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai, 2) menerapkan kegiatan yang efektif, 3) menyediakan daftar kegiatan rutin kelas, 4) memberikan pengarahan yang jelas, 5) menggunakan dorongan yang bermakna, 6) memberikan bantuan mengatasi rintangan, 7)
Menyampaikan kurikulum pelajaran yang menarik,
relevan, dan sesuai dengan secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para
peserta didik di dalam kelas. Di samping itu
penelitian-penelitian menemukan bukti-bukti bahwa kunci keberhasilan manajemen kelas ialah
kemampuan guru mempersiapkan dan
menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. Hal itu akan mencegah perhatian yang kurang,
6. Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesuai maupun perilaku yang menyimpang. Penganjur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang
peserta didik berperilaku menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua alasan
berikut: 1) peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2) peserta didik tidak
Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas
dasar dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses
dasar belajar, 2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah menguasai dan
menerapkan empat prinsip dasar belajar. Prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman,
penghentian, dan penguatan negatif.
Penguatan positif yakni pemberian penghargaan
setelah terjadi suatu perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat. Perbuatan yang dihargai
Mendasarkan pada uraian di atas, guru dapat mendorong
perilaku peserta didik yang sesuai dengan
mempergunakan penguatan positif (memberikan
penghargaan) dan penguatan negatif (menarik hukuman). Guru dapat mengurangi perilaku peserta didik yang
menyimpang dengan mempergunakan hukuman (memberi rangsangan yang tidak menyenangkan),
penghentian (menaham penghargaan yang diharapkan), dan penarikan (menarik penghargaan dari peserta didik). Hal yang perlu diingat bahwa konsekuensi-konsekuensi itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsip-prinsip perilaku yang telah
terbentuk. Jika guru menghargai perilaku yang
Penentuan waktu, frekuensi penguatan, dan
hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam pengubahan perilaku. Perbuatan peserta didik yang hendak diperkuat oleh guru harus dengan segera dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan peserta didik yang hendak dihentikan harus segera dikenakan hukuman setelah
perbuatan itu terjadi. Perilaku yang tidak dikuatkan dengan segera cenderung akan
melemah. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan menguat. Jadi
Penentuan waktu sama pentingnya dengan
frekuensi terjadinya perilaku yang dikuatkan.
Penguatan yang terus menerus, yaitu penguatan yang menyusul setiap terjadi perilaku
menyebabkan makin cepatnya seseorang
mempelajari perilaku tersebut. Jika seorang guru menginginkan penguatan perilaku siswa tertentu, guru harus menghargai setiap kali perilaku itu
terjadi. Penguatan terus menerus akan sangat efektif pada tahan awal mempelajari suatu
Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang
berselang waktu pendek yaitu: penjadwalan selang waktu, dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu adalah pendekatan yang dipergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu
tertentu. Misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu akan mendorong
seorang siswa setiap jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang digunakan oleh guru mendorong siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa
Penghargaan atau pendorong adalah suatu
rangsangan untuk meningkatkan frekuensi
perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman
adalah sesuatu yang mengurangi frekuensi
frekuensi perbuatan yang mendahuluinya.
Pendorong dapat digolongkan dalam dua
kategori utama yaitu pendorong primer
(diperlukan untuk mempertahankan
kehidupan seperti air, makanan, rumah), dan
pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih
Penghargaan atau pendorong adalah suatu
rangsangan untuk meningkatkan frekuensi
perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman
adalah sesuatu yang mengurangi frekuensi
frekuensi perbuatan yang mendahuluinya.
Pendorong dapat digolongkan dalam dua
kategori utama yaitu pendorong primer
(diperlukan untuk mempertahankan
kehidupan seperti air, makanan, rumah), dan
pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih
Penghargaan (dan hukuman) dapat dipahami hanya
dalam kaitannya dengan peserta didik secara
individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja dirasakan sebagai hukuman bagi peserta
didik lainnya. Respon yang dimaksudkan oleh guru sebagai penghargaan dapat dirasakan sebagai
hukuman, dan respon yang dimaksudkan sebagai
hukuman dapat menjadi penghargaan. Hal semacam ini sering terjadi. Cotoh yang sangat lazim sekali terjadi apabila seorang peserta didik berperilaku menyimpang dengan maksud menarik perhatian. Tindakan hukum yang diberikan oleh guru sesudah kejadian itu
sesungguhnya adalah menghargai, bukan menghukum peserta didik yang haus perhatian itu. Dan oleh karena itu, peserta didik tersebut meneruskan perilakunya
Berikut ini adalah strategi-strategi lain
yang ditawarkan dalam memanajemeni
kelas :
Mempergunakan Model
Model adalah proses dimana peserta didik
Mempergunakan pembentukan
Pembentukan adalah suatu prosedur dimana guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan
perilaku yang digunakan. Dan pada setiap kali peserta didik menampilkan perilaku yang
Mempergunakan sistem hadiah
Sistem hadiah biasanya terdiri dari tiga unsur. Unsur-unsur itu dimaksudkan untuk mengubah
perilaku sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa: 1) seperangkat instruksi tertulis yang
disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan
perilaku peserta didik yang hendak dikuatkan atau didorong oleh guru, 2) suatu sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang kepada peserta didik yang menampilkan perilaku yang
sesuai, dan 3) seperangkat prosedur yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik
Mempergunakan kontrak perilaku
Kontrak perilaku adalah suatu persetujuan antara guru dan peserta didik yang berperilaku
menyimpang. Persetujuan itu menentukan perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya
apabila peserta didik menampilkan perilaku
tersebut. Kontrak dalah suatu kesepakatan antara guru dan peserta didik yang merinci apa yang
diharapkan oleh peserta didik dan ganjaran atau konsekuensi yang akan diperolehnya apabila
Mempergunakan jatah kelompok
Penggunaan jatah kelompok adalah
penggunaan prosedur dimana konsekuensi
(penguatan atau hukuman) tidak hanya
Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penguatan alternarif yang tidak serasi yaitu
penguatan yang bertentangan satu dengan
yang lainnya. Penguatan itu terjadi pada
situasi dimana guru menghargai perilaku
yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan
perilaku menyimpang yang hendak
Penguatan alternatif yang tidak serasi
Penguatan alternarif yang tidak serasi yaitu
penguatan yang bertentangan satu dengan
yang lainnya. Penguatan itu terjadi pada
situasi dimana guru menghargai perilaku
yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan
perilaku menyimpang yang hendak
Mempergunakan pemantauan sendiri
Pemantauan diri sendiri diartikan sebagai
pengelolaan diri sendiri dimana peserta didik
mencatat aspek-aspek perilakunya agar ia
dapat merubahnya. Pemantauan diri sendiri
secara sistematis akan meningkatkan
kesadaran peserta didik terhadap perilaku
yang diharapkan dihilangkan atau dikurangi.
Pemantauan diri sendiri meningkatkan
Mempergunakan isyarat
Isyarat adalah suatu proses untuk merangsang
berbuat atau tindakan mengingatkan secara
verbal atau non-verbal yang digunakan oleh
guru kepada peserta didiknya. Hal ini
dilakukan apabila ia merasa peserta didiknya
berperilaku menyimpang. Suatu isyarat dapat
digunakan untuk mendorong atau mencegah
perilaku tertentu. Berlainan dengan
Ada tiga pandangan pokok yang paling menonjol
dalam hal ini yaitu: 1) penggunaan hukuman dengan tepat sangat efektif untuk menghilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang, 2) penggunaan hukuman dengan bijaksana pada jenis-jenis situasi
tertentu akan dapat memberikan dampak positif pada perilaku peserta didik, tetapi karena adanya risiko
timbulnya pengaruh sampingan yang negatif, penggunaan hukuman harus dipantau dengan
Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi
penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang
positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam
Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini.
Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
Perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang
menimbulkan masalah dan yang meyebabkan kegagalannya.
Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri. Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.
Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang dibuatnya.
Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan
keterikatannya; bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik; menerima pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan
sosio-emosional mengemukakan
gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi
bagi manajemen kelas yang efektif. Dua
diantaranya ialah: 1) penekanan pada kelas
yang demokratis dimana siswa dan guru
Pendekatan Proses Kelompok
Premis utama yang mendasari pendekatan
proses kelompok didasarkan pada asumsi-asumsi barikut: 1) kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru adalah memnciptakan dan
membina kelompok kelas yang efektif dan
produktif, 3) kelompok kelas adalah suatu system social yang mengandung cirri-ciri yang terdapat pada semua system social, 4) pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara
Schmuck dan Schmuck dalam Weber
mengemukakan enam cirri mengenai
manajemen kelas yaitu: harapan,
Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh
guru dan siswa mengenai hubungan mereka
satu sama lain. Kepemimpinan paling tepat
diartikan sebagai perilaku yang membantu
kelompok bergerak menuju pencapaian
Daya tarik, menunjuk pada pola-pola
persahabatan dalam kelompok kelas. Daya
tarik dapat digambarkan sebagai tingkat
persahabatan yang terdapat di antara para
anggota kelompok kelas. Tingkat daya tarik
tergantung pada sejauh mana hubungan antar
pribadi yang positif telah berkembang.
Norma ialah pengharapan bersama mengenai
cara berpikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma
sangat mempengaruhi hubungan antar pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami apa
yang diharapkan dari mereka dan apa yang dapat mereka harapkan dari orang lain. Norma
kelompok yang produktif adalah hakiki bagi
efektivitas kelompok. Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah membantu kelompok
Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal
adalah dialog antara anggota-anggota kelompok.
Komunikasi mencakup kemampuan khas
manusia untuk saling memahami buah pikiran
dan perasaan masing-masing. Komunikasi yang
efektif berarti menerima pesan menafsirkan
dengan tepat pesan yang disampaikan oleh
pengirim pesan. Oleh karena itu, tugas rangkap
guru adalah membuka saluran komunikasi
Keterpaduan adalah menyangkut perasaan
kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas
mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan
menekankan hubungan individu dengan
kelompok sebagai suatu keseluruhan.
Kelompok menjadi padu karena alas an: 1)
para anggota saling menyukai satu sama
lainnya, 2) minat yang besar terhadap
9. Pendekatan Eklektik
Menyimak secara seksama kedelapan pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah ibarat melihat benda yang sama dari berbagai sudut
pandangan yang berbeda. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan ketika akan
menerapkan satu pendekatan. Dalam kenyataan guru jarang sekali
menerapkan satu pendekatan secara utuh, melainkan mengkombinasikan masing-masing pendekatan dengan mengambil hal-hal yang positif dari satu pendekatan seraya mengeliminir kelemahan masing-masing pendekatan. Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara
menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis, dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang
sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik (Wilford A. Weber, 1986). Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu: 1) menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan Pengubahan Perilaku, Penciptaan Iklim Sosio-Emosional, Proses Kelompok, dan 2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah
Simpulannya adalah bahwa kemampuan guru
memilih strategi manajemen kelas yang sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang dihadapinya. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah lakupeserta didik yang baik dan/atau
menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik; sementaa itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang guru ingin
10. Pendekatan Analitik Pluralistik
Sembilan pendekatan yang diuraikan di muka
menggambarkan sembilan macam pendekatan
manajemen kelas yang berlainan. Setiap
pendekatan ada penganjurannya dan
pemakaiannya. Tidak ada anjuran dan saran
untuk menganut dan menggantungkan diri
pada sattu pendekatan manajemen kelas. Saran
dan anjuran yang perlu dipertimbangkan
Berbeda dengan pendakatan eklektik, pendekatan analitik
pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih
strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang dianggap
mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah
dianalisis. Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik
pluralistik memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai
strategi manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan
Pendekatan analitik pluralistik tidak mengikat
guru pada serangkaian strategi manajerial
tertentu saja. Guru bebas mempertimbangkan
semua strategi yang mungkin efektif. Terdapat
empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang
perlu dicermati dalam penggunaannya :
Menentukan kondisi kelas yang diinginkan
Menganalisis kondisi kelas yang nyata
Hambatan dalam Manajemen Kelas
Dalam pelaksanaan manajemen kelas akan
ditemui berbagai faktor penghambat.
Hambatan tersebut bisa datang dari guru
sendiri, dari peserta didik, lingkungan
kewenangan penanganan masalah penglolaan kelas dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu:
Masalah yang ada dalam wewenang guru bidang studi.
Ada sejumlah masalah manajemen kelas yang ada dalam ruang lingkup
wewenang seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini
berarti bahwa seorang guru bidang studi yang sedang mengelola proses pembelajaran dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan, dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi pembelajaran yang
menguntungkan kalau ada gangguan, sehingga peserta didik
berkesempatan untuk dapat mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang dilakukan.
Kegiatan tersebut meliputi cara mengatur tempat duduk peserta didik
disesuaikan dengan format belajar, membina “report” yang baik dengan peserta didik, memberi pujian, memberi hadiah (barang) kepada peserta didik yang menyelesaikan tugas dengan benar sebelum waktunya,
menegur peserta didik yang mengganggu teman di sebelahnya,
mendamaikan peserta didik yang bertengkar pada jam pelajaran yang sedang berlangsung sampai kepada melaporkan pelanggaran tata tertib oleh peserta didik yang sudah diberi teguran dan peringatan baik
Masalah yang dalam wewenang sekolah sebagai satu lembaga
pendidikan.
Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah
yang lingkup wewenang untuk menagatasinya berada di luar jangkauan guru bidang studi. Masalah ini harus di atasi oleh
sekolah sebagai suatu lemabga pendidikan. Bahkan mungkin juga ada masalah pengelolaan yang tidak bias hanya diatasi oleh satu lembaga pendidikan akan tetapi menuntut penanganan bersama antar sekolah.
Masalah-masalah yang ada dibawa wewenang sekolah antara lain
Masalah yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.
Masih ada satu masalah pengelolaan yang berada di luar wewenang guru bidang studi atau sekolah untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang dalam masyarakat seperti karang taruna, bahkan para penguasa dan lembaga
pemerintahan setempat.
Pihak-pihak tersebut di atas dituntut turut membina keterlibatan melalui pembiasan yang baik di rumah pengawasan orang tua, menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat bagi remaja dan sebagainya.
Juga kepada mereka dituntut untuk turut mengatasi berbagai masalah
pengelolaan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh para peserta didik. Masalah pengelolaan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh peserta didik pengelolaan tersebut mungkin berupa
minuman-minuman keras di luar rumah, nonton film di luar umur yang sudah ditentukan, bergerombol di jalan dan membuat keributan, ngebut di jalan umum sehingga membahayakan pemakai jasa jalan yang lainnya, perkelahian antar
sekolah, sampai kepada hal-hal yang bisa digolongkan lagi kepada kenakalan akan tetapi sudah masuk kejahatan seperti pencurian, penjambretan, penodongan, dan pemerasan.
Masalah semacam ini benar-benar sudah berada di luar jangkauan guru dan sekolah untuk mengatasinya walaupun sampai batas-batas tertentu usaha
Faktor Guru
Sudah dikatakan di atas bahwa guru pun bisa merupakan faktor penghambat dalam
melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses pembelajaran. Faktor penghambat yang datang dari guru berupa hal-hal seperti di bawah ini :
Tipe kepemimpinan guru.
Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses pembelajaran) yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif peserta didik. Kedua sikap peserta didik ini akan merupakan sumber masalah pengelolaan kelas.
Format pembelajaran yang monoton.
Format pembelajaran yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik. Format pembelajaran yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para peserta didik bosan,
frustasi/kecewa, dan hal ini akan merupakan sumber pelanggaran disiplin.
Kepribadian guru.
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap hangat, adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.
Pengetahuan guru.
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik-baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis. Mendiskusikan masalah ini dengan teman sejawat akan membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan mengelola kelas dalam proses pembelajaran.
Pemahaman guru tentang peserta didik.
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar
Faktor Peserta Didik
Faktor lain yang dapat merupakan hambatan dalam penglolaan
kelas adalah faktor peserta didik. Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu
masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat di samping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan
keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya.
Peserta didik harus sadar bahwa kalau mereka mengganggu
temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak menghormati hak peserta didik lain untuk mendapatkan
manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan pembelajaran.
Kekurangan sandaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan
Faktor Keluarga
Tingkah laku peserta didik gi dalam kelas merupakan
pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau
apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik yang mengganggu dan pembuat ribut. Mereka itu biasanya kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya di rumah. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau pun terlampau dikekang akan merupakan latar belakang yang
menyebabkan peserta didik melanggar disiplin di kelas. Jelaslah sudah bila tuntutan di kelas atau sekolah berbeda jauh dengan kondisi kehidupan keluarga akan merupakan kesukaran sendiri bagi peserta didik untuk menyesuaikan diri. Salah penyesuaian peserta didik terhadap situasi kelas akan merupakan masalah pengelolaan. Disinilah pula letak pentingnya hubungan kerja
Faktor Fasilitas
Faktor fasilitas merupakan penghambat dalam pengelolaan kelas. Faktor tersebut meliputi:
Jumlah peserta didik dalam kelas
Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit untuk dikelola. Julah peserta dalam suatu kelas di SLTA yang mencapai rata-rata 40 orang peserta didik dan perguruan tinggi yang kadang-kadang mencapai sekitar 45 orang peserta didik merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan.
Besar ruangan kelas
Ruang kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah peserta didik untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibanding dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang gambar, ruang olahraga, dan sebagainya memerlukan
penanganan tersendiri.
Ketersediaan alat
Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.
Dengan demikian keempat faktor yang telah disebutkan di atas yaitu faktor guru, peserta didik, lingkungan keluarga, dan fasilitas merupakan faktor yang
BAB IV
Prosedur dan Rancangan Manajemen
kelas
A. Prosedur Manajemen Kelas
Guru merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses
pembelajaran, sementara itu manajemen kelas merupakan salah satu aspek dari pengelolaan proses pembelajaran yang paling rumit tetapi menarik perhatian. Rumit, karena manajemen kelas itu memerlukan berbagai
kriteria keterampilan, pengalaman, bahkan kepribadian serta sikap dan nilai seorang guru. Dua guru yang sama-sama pandai dan berpengalaman tetapi berbeda dalam kepribadian, sikap dan nilai termasuk cara menyikapi subjek didik akan lain situasi belajarnya yang dihasilkan oleh kedua orang guru tadi. Disinilah letaknya seni dalam mengelola proses pembelajaran.
Manajemen kelas, dikatakan menarik, karena selain memerlukan
kemampuan pribadi serta ketekunan menghadapinya disatu sisi, di sisi lian calon guru, guru, dan guru yang berpengalaman sekalipun akan bergelut dengan manajemen kelas agar terselenggara proses pembelajaran yang efektif demi tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan
penjelasan tersebut di atas mengisyaratkan bahwa, guru harus
memiliki kemampuan profesional termasuk kemampuan
memanajemeni kelas. Untuk memiliki kemampuan manajemen kelas guru antara lain harus memahami prosedur dan
rancangan prosedur manajemen kelas.
Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk
kepada kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Apabila seorang guru melakukan kegiatan manajemen kelas dengan atau melalui
langkah-langkah tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan manajemen kelas berdasar prosedur manajemen
kelas. Prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan bagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal
Serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas mengacu kepada: 1) tindakan pencegahan
(preventif) dengan tujuan menciptakan kondisi
pembelajaran yang menguntungkan, dan 2) tindakan korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat menggangu kondisi optimal dari proses pembelajaran yang
sedang berlangsung.
Mengacu kepada buah tindakan dalam kegiatan manajemen kelas yaitu tindakan pencegahan
(preventif) dan tindakan penyembuhan (kuratif) maka tindakan manajemen kelas juga dapat
a. Dimensi pencegahan (preventif)
Merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik
dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Maka prosedur pencegahannya merupakan langkah-langkah yang harus diambil oleh guru dalam
rangka mengatur peserta didik dan format pembelajaran yang tepat yang mendukung berlangsungnya proses
pembelajaran.
Langkah-langkah pencegahannya sebagai berikut:
-Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
-Peningkatan kesadaran peserta didik -Sikap polos dan tulus dari guru
b. Dimensi kuratif
Merupakan tindakan terhadap tingkah laku
yang menyimpang yang sudah terlanjur
terjadi agar penyimpangan itu tudak
berlarut-larut. Guru berusaha untuk menumbuhkan
Langkah-langkah prosedur dimensi
penyembuhan adalah:
- Mengidentifikasi masalah
- Menganalisis masalah
B. Rancangan Prosedur Manajemen Kelas
Pemilikan pengetahuan dan keakraban seorang guru terhadap
masalah manajemen kelas baik dimensi preventif maupun dimensi kuratif serta menguasai prosedur masing-masing, merupakan dasar yang kuat untuk menyusun rancangan prosedur manajemen kelas. Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang
disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk mencapai tujuan tertentu. Menyusun rancangan prosedur manajemen kelas nerarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang langkah-langkah manajemen kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk tujuan
menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi berlangsungnya kegiatan belajar siswa.
Manajemen kelas merupakan pangkal kegiatan yang dapat
berdimensi preventif dan kuratif, sehingga perencanaan prosedur manajemen kelas ke arah dimensi preventif dan kuratif itu.
lima faktor yang merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam pembuatan rancangan
prosedur manajemen kelas.
pemahaman terhadap arti, tujuan, dan hakikat
manajemen kelas.
pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang
sedang dihadapi.
pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta
latar belakang tindakan penyimpangan yang dilakukan peserta didik.
pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang
dapat digunakan dalam manajemen kelas.
Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam
dalam rancangan, perlu ada penjabaran lebih
lanjut terhadap langkah-langkah kegiatan yang
telah
ditetapkan,
yang
kesemuanya
itu
mengarah pada pencapaian tujuan.
Langkah-langkah yang dimaksud adalah:
- Identifikasi dari masalah yang timbul dalam manajemen kelas - Analisis masalah
- Penilaian alternatif-alternatif pemecahan, penilaian dan pelaksanaan salah satu alternatif pemecahan
- Monitoring pelaksanaan
- Balikan hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah
proses manajemen kelas dimulai dengan langkah-langkah berikut: Memahami hakikat konsep dan tujuan manajemen kelas
Menentukan masalahnya: preventif atau kuratif
Mempertimbangkan hakikat anak yang memiliki tingkat pertumbuhan perkembangan sendiri, lalu memperhatikan kenyataan penyimpangan tingkah laku yang ada
Menentukan masalahnya: individual atau kelompok
Menyusun rancangan prosedur manajemen kelas: preventif individual/kelompok, ataukah kuratif individual/kelompok
Menjabarkan langkah-langkah kegiatan rancangan prosedur manajemen kelas, yang meliputi: pengidentifikasian masalah, penganalisaan masalah, penilaian alternative pemecahan yang akan digunakan, pelaksanaan
monitoring, dan pengumpulan balikan.
Melaksanakan rancangan yang telah disusun, dimana fungsi dan peranan guru sangat menentukan
Melaksanakan monitoring untuk mengetahui sejauh mana hasil pemecahan masalah itu dilaksanakan dan ditaati atau telah terjadi perkembangan baru Mendapatkan balikan yaitu tahap pelaksanaan yang telah tiba pada
BAB V
PENGATURAN KONDISI DAN
PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR
YANG MENUNJANG
salah satu faktor penting dalam pembelajaran adalah kondisi atau suasana belajar.
Menurut Tyler proses pembelajaran terjadi melalui pengalaman yang diperoleh siswa dari lingkungan tempat siswa berada.
Manajemen kelas tidak hanya berupa pengaturan belajar, fasilitas fisik, dan rutinitas. Tugas manajemen kelas adalah menyiapkan kondisi kelas dan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik pula.
1. Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar
a. Kondisi Fisik
- Ruangan tempat berlangsungnya
pembelajaran
- Pengaturan tempat duduk
- Ventilasi dan pengaturan cahaya
- Pengaturan penyimpanan
b. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional akan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap proses
belajar mengajar, kegairahan siswa dan
efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi
hal-hal berikut ini.
1) Tipe kepemimpinan
2) Sikap guru
3) Suara guru
c. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun pada tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah manajemen kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:
d. Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan turut
mempengaruhi manajemem pembelajaran. Ke
dalam kondisi administrasi teknik ini termasuk:
- Daftar presensi
- Ruang bimbingan siswa
- Tempat baca
- Tempat sampah
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
3. Mengajar yang Efektif
Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka
mengalami proses belajar. Dalam belajar para siswa menghendaki hasil belajar yang efektif: Demi tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif pula.
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat
BAB VI
MANAJEMEN GURU TERHADAP
PEMBELAJARAN
A. Hakikat Guru
Menurut Saiful Bahri Djamarah (2002:73) secara
keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di sekolah.
Apapun istilah yang dikedepankan tentang figur guru,
Menurut Mulyasa (2007:35), semua orang yakin
B.Guru Sebagai Sumber Belajar
Menurut Piet A. Sahertian (1992:34), yang dimaksud
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran
hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
Sebaliknya guru memiliki bahan referensi yang lebih
banyak dibandingkan dengan siswa.
Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat
dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain.
Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi
C. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus
bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam
D. Guru Sebagai Pembelajar
Menurut Martinis Yamin dan Bamsu I, Ansari (2008:99), guru merupakan salah satu komponen yang berpengaruh dan memiliki peran penting serta merupakan kunci pokok bagi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Sejak adanya kehidupan sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
Berkembangnya teknologi, khususnya teknologi informasi yang begitu pesat perkembangannya, belum mampu menggantikan peran dan fungsi guru, hanya sedikit menggeser atau mengubah fungsinya, itupun terjadi di kota-kota besar saja, ketika para peserta didik memiliki berbagai yang dipelajari.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan
peserta
didik
dengan
guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman,
dan
keterampilan
guru
dalam
beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam
pembelajaran, sebagai berikut: - Membuat ilustrasi
- Mendefinisikan - Menganalisis - Mensintesis - Bertanya
- Mendengarkan
- Menciptakan kepercayaan
- Memberikan pandangan yang bervariasi
- Menyediakan media untuk mengkaji materi standar - Menyesuaikan metode pembelajaran
Uraian diatas lebih bersifat teknis, karena dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, guru melakukan banyak hal melalui kebiasaan, tentu saja ada keinginan untuk meningkat kemampuan dalam pelaksanaannya, sehingga hasilnya pun semakin baik yang diwujudkan dalam prestasi belajar peserta didik.
Menurut Margaret E. Bell Gredler (1991:1), belajat
adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar mulai dalam masa
kecil, ketika bayi memperoleh sejumlah kecil
keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol susu dan mengenal ibu. Selama masa kanak-kanak dan masa remaja, diperoleh sejumlah sikap, nilai, dan
E. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diharapkan sebagai pembimbing perjalanan
yang berdasarkan pengetahuannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus di tempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan
Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar,
F. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan
Pelatihan yang dilakukan, di samping harus
G. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang
tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha untuk mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan
H. Guru Sebagai Agen Pembaharu (Innovator)
Guru menterjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
I. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Keprihatinan, kerendahan, kemalasan, dan rasa takut, secara terpisah ataupun bersama-sama bisa menyebabkan seseorang berpikir atau berkata, ”jika saya harus menjadi teladan atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan yang tepat bagi saya.”