• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN LINGKUNGAN DI KOTA PROBOLINGGO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN LINGKUNGAN DI KOTA PROBOLINGGO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

THE MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM OF ENVIRONMENTAL ROADS IN PROBOLINGGO CITY WITH THE GEOGRAPHICAL

INFORMATION SYSTEM (GIS)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Master

Disusun Oleh :

ACHSAN JAMALURRUSID

NIM : S940907101

MAGISTER TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

Disusun Oleh :

Achsan Jamalurrusid

NIM: S940907101

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dosen Pembimbing :

(3)

The Maintenance Management system of Enviromental Roads in Probolinggo City with The Geographical Information System (GIS)

TESIS

Disusun Oleh :

Achsan Jamalurrusid

NIM: S940907101

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pendadaran Program Studi Magister Teknik Sipil pada hari Sabtu, 24 Januari 2009.

Dewan Penguji : Jabatan

Ketua

Sekretaris

Anggota I

Anggota II

N a m a

Dr. Eng. Ir. Syafi’i, M.T

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S.

Ir. Ary Setyawan, M.Sc(Eng), Ph.D.

Ir. Agus P. Saido, M.Sc

Tanda Tangan ... ... ... ... Mengetahui : Direktur Program Pascasarjana

Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD

NIP. 131 472 192

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS

NIP. 131 476 674

(4)

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Achsan Jamalurrusid NIM : S940907101

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :

”SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN

LINGKUNGAN DI KOTA PROBOLINGGGO DENGAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)”

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2009 Yang membuat pernyataan

Achsan Jamalurrusid

(5)

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

ABSTRAK ……… iv

ABSTRACT ………...……… v

PERNYATAAN ……… vi

UCAPAN TERIMA KASIH ………. vii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR GAMBAR ……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...………... 1

B. Rumusan Masalah ...………... 2

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan ...………... 4

E. Manfaat ...………... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka (Hasil Penelitian Yang Relevan)... 6

B. Dasar Teori ………. 17

1. Jalan Lingkungan ………. 17

a. Klasifikasi Jalan ………... 17

b. Lapis Perkerasan ……….. 19

(6)

3. Sistem Informasi Geografis ……….. 26

a. Subsistem Dalam SIG ... 26

b. Aplikasi SIG Dalam Bidang Jalan ... 30

c. Operasi Arc Toolbox ... 31

d. Editing Peta ... 34

e. Model Builder ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian... 36

B. Waktu Penelitian... 36

C. Metode Penelitian ... 38

D. Tahapan Penelitian ... 39

E. Bagan Alir Penelitian... 43

F. Updating Program ... 44

G. Kesimpulan dan Saran ... 44

BAB IV DATA DAN ANALISIS A. Data ... 45

1. Data Peta Dasar... 46

2. Data Peta Tematik ... 47

3. Data Inventarisasi Jalan Kota (Bina Marga)... 48

4. Data Inventarisasi Jalan Lingkungan Selesai Tahun 2005 – 2008 ... 48

5.Data Inventarisasi Jalan Lingkungan Hasil Survey 2008... 49

6. Data Parameter Penentuan Prioritas ... 51

(7)

a. Pembuatan Layer Administrasi ... 56

b. Pembuatan Layer Batas ……… 58

c. Pembuatan Layer Transportasi ………. 59

d. Pembuatan Layer Foto, CAD, dan RAB …………... 61

e. Pembuatan Layer Parameter ………... 61

f. Pembuatan Layer Penentuan Prioritas ……….. 61

3. Proses Pengklasifikasian dan Pembobotan Parameter Penentuan Prioritas ... 62

a. Parameter Kerusakan Jalan... 62

b. Parameter Kebutuhan Biaya ... 63

c. Parameter Jumlah Rumah ... 64

4. Penentuan Prioritas Pemeliharaan... 65

a. Rekomendasi Prioritas ... 65

b. Skenario Pelaksanaan ... 69

5. Skema Sistem Manajemen Pemeliharaan Jalan Lingkungan ... 75

6. Model Builder ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... xvi

LAMPIRAN ... xix

(8)

Tabel 2.1. Perbandingan beberapa penelitian relevan dengan

penelitian penulis ... 15

Tabel 2.2. Tebal minimum lapis permukaan ………. 19

Tabel 2.3. Tebal minimum lapis pondasi ……….. 20

Tabel 2.4. Jenis rencana penanganan jalan berdasarkan kerusakan jalan ... 22

Tabel 2.5. Tahapan dalam pengelolaan pemeliharaan jalan ... 23

Tabel 3.1. Jadwal penelitian ... 37

Tabel 4.1. Data jalan lingkungan selesai tahun 2005 -2008 ... 49

Tabel 4.2. Data ruas jalan lingkungan hasil survey 2008... 50

Tabel 4.3. Data kerusakan jalan, kebutuhan biaya, dan jumlah rumah ... 51

Tabel 4.4. Daftar harga satuan pekerjaan jalan dan drainase ... 53

Tabel 4.5. Standar klasifikasi kondisi jalan, Klas dan Pembobotan.. 63

Tabel 4.6. Pembagian nilai paket pengadaan, Klas dan Pembobotan 64 Tabel 4.7. Klasifikasi jumlah rumah per-50 m dan Pembobotan ... 65

Tabel 4.8. Klasifikasi rekomendasi penentuan prioritas ... 66

Tabel 4.9. Penentuan prioritas ruas jalan ... 67

Tabel 4.10. Skenario 1 pelaksanaan fisik ... 70

Tabel 4.11. Skenario 2 pelaksanaan fisik ... 73

Tabel 4.12. Tahapan pengelolaan pemeliharaan jalan.. ... 75

(9)

Gambar 2.1. Penampang jalan aspal ……….. 19

Gambar 2.2. Penampang jalan paving stone ……….. 21

Gambar 2.3. Tiga Sub-sistem penyusunan Sistem Informasi Geografis ………... 27

Gambar 2.4. Konsep data geospasial ………. 29

Gambar 2.5. Ilustrasi analisis merge ………. 31

Gambar 2.6. Ilustrasi analisis dissolve ……….. 32

Gambar 2.7. Ilustrasi analisis intersect ……….. 32

Gambar 2.8. Ilustrasi analisis erase ………... 33

Gambar 2.9. Ilustrasi analisis buffer ………. 33

Gambar 2.10. Editor toolbar dari software ArcGIS 9.0 ………... 34

Gambar 2.11. Model Builder window ………. 35

Gambar 3.1. Lokasi penelitian dengan SIG ………... 37

Gambar 3.2. Bagan alir penelitian ………. 43

Gambar 4.1. Peta layer administrasi dan layer transportasi ……….. 46

Gambar 4.2. Peta jalan kota dan jalan di kec. Kanigaran ... 47

Gambar 4.3. Bagan alir proses SIG ... 55

Gambar 4.4. Proses penggabungan (merge) layer feature class …… 56

Gambar 4.5. Model builder penggabungan layer ... 77

Gambar 4.6. Model Builder Pembuatan layer Jalan lingkungan yang selesai dibangun, layer Parameter dan layer Penentuan Prioritas ... 77

(10)

A.1 Peta Wilayah Administrasi Kelurahan Kota Probolinggo A.2 Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Kota Probolinggo A.3 Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Kanigaran

A.4-a Peta Jalan Kota Probolinggo Berdasarkan Fungsi Jalan A.4-b Peta Jalan Kota dan Wilayah Kecamatan Kanigaran A.5 Peta Kec. Kanigaran dan Jaringan Jalan

A.6 Peta Jalan Lingkungan Selesai tahun 2005-2008 A.7 Peta Titik Foto Jalan

A.8 Peta Titik Gambar CAD Jalan A.9 Peta Tingkat Kerusakan Jalan A.10 Peta Rencana Penanganan Jalan A.11 Peta Kebutuhan Biaya Ruas Jalan A.12 Peta Jumlah Rumah pada Ruas Jalan A.13 Peta Gabungan Parameter prioritas A.14 Peta Penentuan Prioritas

Lampiran: B TABEL ATTRIBUT SIG

B.1 Tabel Administrasi Kec. Kanigaran B.2 Tabel Ruas Jalan Kota

B.3 Tabel Jalan Lingkungan Selesai

B.4 Tabel Jalan Lingkungan Selesai + Foto B.5 Tabel Kondisi Kerusakan

B.6 Tabel Kebutuhan Biaya B.7 Tabel Jumlah Rumah

B.8 Tabel Data Parameter Penentuan Prioritas B.9 Tabel Rencana Penanganan

B.10 Tabel Penentuan Prioritas

B.11 Tabel Skenario 1 Pelaksanaan fisik B.12 Tabel Skenario 2 Pelaksanaan fisik Lampiran: C PETA IMAGE SCAN

C.1 Peta Kota Probolinggo C.2 Peta Batas Kelurahan

C.3 Peta Jaringan Jalan Kota

C.4 Peta Jaringan Jalan di Kec. Kanigaran

(11)

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan penelitian ini kami banyak menemui hambatan namun berkat saran, bimbingan dari dosen pembimbing dan pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu. Untuk itu sudah sepantasnya dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2009

Penulis

(12)

Achsan Jamalurrusid NIM : S940907101

Upaya mewujudkan perencanaan umum jaringan jalan yang terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem transportasi yang baik secara utuh di tingkat kota untuk memudahkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat yang cepat keseluruh bagian dari kota. Pemerintah Kota Probolinggo selain membangun dan merawat ruas-ruas jalan utama kota juga terus berupaya dalam pembangunan jalan lingkungan. Namun sampai saat ini penanganan pembangunan dan pemeliharaan jalan lingkungan ini belum dapat dilakukan secara optimal karena beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah adanya keterbatasan data dan informasi yang berbasis geografi/spasial (keruangan) yang akurat sebagai alat untuk mengetahui lokasi jaringan infrastruktur jalan beserta prasarana dasar lingkungan lainnya, tidak adanya pedoman yang jelas untuk membedakan klasifikasi jalan kota berdasarkan fungsinya, dan belum adanya sistem manajemen yang baik dalam menentukan prioritas pemeliharaan.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menerapkan aplikasi program Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menyusun Sistem Informasi berupa data base teknis jalan lingkungan dan menentukan prioritas pemeliharaan jalan lingkungan dengan parameter yang digunakan antara lain : berapa besar tingkat kebutuhan biaya pekerjaan, berapa besar tingkat kerusakan jalan, dan berapa jumlah hunian rumah/pemakai jalan. Melalui metode pengklasifikasian dan pembobotan parameter kemudian dihasilkan rekomendasi prioritas: mendesak, segera, dan ditunda pada ruas jalan. Dan dari keseluruhan proses dengan SIG ini akan dapat tersusun konsep sistem manajemen pemeliharaan jalan lingkungan yang sistematis dan berkelanjutan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan SIG telah dapat disusun data base digital berupa peta dan attribut tabelnya berisi inventarisasi data teknis jalan lingkungan yang selesai terbangun tahun 2005 - 2008 sebanyak 56 ruas jalan ditambah dengan data jalan lingkungan berdasarkan survey saat ini (2008) sebanyak 76 ruas jalan. Analisis Data dengan SIG untuk menentukan prioritas pemeliharaan pada 76 ruas jalan dapat tersusun tingkatan prioritas dengan 3 rekomendasi yaitu mendesak sebanyak 18 ruas jalan, segera sebanyak 34 ruas jalan, dan ditunda sebanyak 24 ruas jalan.

Kata kunci : pemeliharaan jalan, jalan lingkungan, Sistem Informasi Geografis (SIG).

(13)

by

Achsan Jamalurrusid Student’s Number: S940907101

The City Government of Probolinggo has done efforts to manifest the general planning of the road network which is integrated to one element of the integrally good transportation system in the urban level to facilitate the fast accessibility and the mobility of the people throughout the city. It also continues to make efforts of building environmental roads in addition to building and maintaining the internodes of the city’s main streets. However, up to now the development and the maintenance of these environmental roads have not been able to be optimally handled due to some encountered obstacles. Some of them are the limited accurate geography/space-based information as a means to find out location of road infrastructures along with other basic environmental infrastructures, the lack of clear guidance to make the function-based classification of urban streets and roads, and the non-existence of good management system in determining the maintenance priority.

The aim of this research is to apply the Geographical Information System (GIS)

program in setting up an Information System in the forms of the technical data base of environmental roads and the determination of the priority in environmental road maintenance using several parameters, such as the amount of fund needed to finance its works, the damage level of the roads, and the housing/road occupancy rate. Through the classification method and parameter leveling, the recommended priority scale, whether it is urgently in need of rehabilitation, immediately in need of rehabilitation, or suspended rehabilitation, on a certain internode, is then generated.

The result of the research indicates that by GIS the data base in the forms of map and table attribute containing the technical data inventory of environmental roads which has been completed in their development within the years of 2005 – 2008 as many as 56 internodes, combined with the current survey-based data of environmental roads (2008) as many as 76 internodes, have been ably arranged. Out of the data analysis using GIS to determine the maintenance priority on 76 internodes, the priority scale with 3 types of recommendation; 18 of which are urgently in need of rehabilitation, 34 of which are urgently in need of rehabilitation, and 24 of which are suspended rehabilitation, can be arranged. Keyword : maintenance of road, environmental road, Geographical Information

System (GIS)

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Probolinggo difokuskan pada percepatan pembangunan infrastruktur kota yang diarahkan pada pembangunan kelengkapan kota, tata air, transportasi, perumahan dan permukiman, tata ruang kota dan tata bangunan. Pada bidang penyediaan prasarana transportasi, upaya mewujudkan perencanaan umum jaringan jalan yang terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem tranportasi yang baik secara utuh di tingkat kota mulai dari jalan nasional, propinsi, kota, hingga jalan lingkungan, maka Pemerintah Kota selain membangun dan merawat ruas-ruas jalan utama kota juga terus berupaya dalam pembangunan jalan lingkungan dengan tujuan untuk memudahkan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat yang cepat keseluruh bagian dari kota seiring pertambahan penduduk dan pertumbuhan wilayah, serta untuk mewujudkan peningkatan kualitas prasarana dasar lingkungan permukiman, namun sampai saat ini penanganan pembangunan dan pemeliharaan jalan lingkungan ini belum dapat dilakukan secara optimal dengan sistem pengelolaan yang baik.

(15)

satu kendala yang dihadapi oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo. Tidak adanya pedoman yang jelas untuk membedakan klasifikasi jalan kota berdasarkan fungsinya terutama yang membedakan antara jalan lokal dengan jalan lingkungan juga menjadi masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan lingkungan, sehingga sering terjadi tumpang tindih kegiatan antara Bidang Permukiman dan Bidang Prasarana Jalan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo.

Bertolak dari permasalahan ini maka penulis tertarik untuk menyusun sebuah perangkat Sistem Informasi yang dapat menampilkan perpaduan antara

data teknis jalan sebagai bank data jalan dan informasi pendukung melalui analisis data dengan menggunakan Program Arc Info GIS/SIG untuk menentukan ruas jalan prioritas pemeliharaan sesuai dengan skala kebutuhannya berdasarkan parameter-parameter tertentu. Dengan aplikasi program Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis spasial (peta) digital ini dapat mempersiapkan manajemen perencanaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan lingkungan secara lebih efisien, handal dan efektif serta diharapkan akan memudahkan dalam monitoring dan evaluasi dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.

B. Rumusan masalah

(16)

1. bagaimanakah cara menyusun perangkat Sistem Informasi yang berfungsi sebagai sumber data dan informasi untuk menentukan prioritas pemeliharaan jalan lingkungan ?.

2. bagaimanakah cara menyusun konsep sistem manajemen pemeliharaan jalan lingkungan yang sistematis dan berkelanjutan ?.

C. Batasan masalah

Agar tinjauan studi ini tidak meluas dan menyimpang dari masalah diatas, maka batasan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. jalan yang dikaji adalah jalan lingkungan yakni jalan yang menghubungkan kawasan permukiman dengan jalan lokal kota.

2. jenis perkerasan jalan lingkungan yang diobservasi adalah berupa perkerasan aspal/lapen, paving, dan tanah.

3. lokasi penelitian dipilih Kecamatan Kanigaran saja sebagai sampel/prototipe kota dengan pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan salah satu kecamatan baru yang memiliki potensi pertumbuhan perumahan dan permukiman tercepat dan dekat dari pusat kota yang tentunya membutuhkan prasarana jalan lingkungan yang memadai.

(17)

5. prosedur standar teknis pelaksanaan konstruksi tidak dibahas, pembahasan hanya pada inventarisasi data dan analisis penentuan prioritas pemeliharaan . 6. software yang digunakan adalah Arc Gis 9.0.

7. peta dasar yang digunakan adalah peta digital lembar 1608-214 dan 1608-232 yang dikeluarkan Bakosurtanal skala 1 : 25.000 dan peta tematik jaringan jalan di kota Probolinggo.

8. penentuan prioritas pemeliharaan jalan menggunakan 3 (tiga) parameter yaitu : kondisi kerusakan jalan ditinjau dari luas kerusakan permukaan (kondisi fungsional jalan bukan kondisi strukturnya), jumlah hunian rumah yang terdapat pada ruas jalan tersebut yang memiliki akses langsung pada ruas jalan, dan besarnya tingkat kebutuhan biaya pekerjaan.

9. hasil penentuan prioritas pemeliharan pada penelitian ini berlaku untuk 3 tahun kedepan berdasarkan survey eksisting terkini pada Kecamatan Kanigaran saja.

D. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. menyusun Sistem Informasi berupa bank data/data base dan menentukan prioritas pemeliharaan jalan lingkungan dengan menggunakan aplikasi program Sistem Informasi Geografis (SIG).

(18)

E. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. manfaat teoritis yaitu untuk memperluas kajian ilmu pengetahuan di bidang teknik rehabilitasi dan pemeliharaan infrastruktur dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG).

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka (Hasil Penelitian Yang Relevan)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta menyusun Sistem Informasi / data

base jaringan jalan raya di kota Surakarta terkini berbasis SIG dengan tujuan

untuk mewujudkan suatu data spasial jaringan jalan yang terpadu dengan

infrastruktur lainnya. Sehingga dengan adanya data base ini dapat meningkatkan

daya guna dan hasil guna pembangunan jalan raya serta dapat mempertemukan

dan mengintegrasikan kepentingan di semua sektor pembangunan. Basis data

lainya meliputi basis data drainase dan gorong-gorong, serta jembatan, dan

bangunan. Ketiga basis data ini, pengoperasiannya masing-masing dikelola oleh

Sub Dinas: Drainase, Bina Marga dan Cipta Karya. ArcGIS dengan model dataset

shapefile digunakan untuk mengembangkan basis data jalan yang terpadu dengan

basis data drainase dan gorong-gorong serta jembatan Dinas PU Kota Surakarta.

Kegiatan yang dilakukan melalui survey dan updating data dan penyusunan

program data base SIG jalan kota Surakarta berupa data base klasifikasi jalan

raya, kondisi eksisting geometrik jalan, jenis perkerasan jalan, dan bangunan

pelengkap jalan. Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah :

(1) Print out data base jalan dalam bentuk buku A3 dengan gambar peta ukuran

A3 dari hasil integrasi wilayah kota Surakarta. (2) Software data base jalan berikut

(20)

Pudya Saras Ati melakukan penelitian dengan judul “Analisis Lokasi

Rawan Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Surakarta dengan Sistem Informasi

Geografis (SIG)”. Tujuan penelitian tersebut adalah : (1) Mengetahui lokasi rawan

kecelakaan lalu lintas di kota Surakarta. (2) Mengetahui faktor – faktor penyebab

kecelakaan lalu lintas di kota Surakarta. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah interaktif dan

mengalir dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menumpangsusunkan

informasi satu dengan informasi yang lainnya untuk mendapatkan informasi yang

baru (overlay). Populasi penelitian adalah seluruh jalan arteri dan jalan kolektor

dikota Surakarta. Dengan hasil penelitian didapatkan bahwa : (1) a) lokasi rawan

kecelakaan berada pada jalan rawan kecelakaan yang sebagian besar merupakan

jalan arteri, kolektor-1, dan kolektor-2 dengan akses langsung serta kondisi

geometrik sedang. b) lokasi rawan kecelakaan dengan frekwensi kejadian tinggi

berada pada jalan dengan potensi kecelakaan tinggi, yaitu pada Jl. Ahmad Yani,

Adi Sucipto, Slamet Riyadi, dan Ir. Sutami. (2) Penyebab kecelakaan secara

dominan adalah faktor manusia. Penerapan aplikasi Sistem Informasi Geografis

(SIG) bagi analisis permasalahan lalu lintas untuk membangun suatu manajemen

transportasi yang baik sehingga dapat digunakan untuk analisis tata ruang kota

Surakarta secara holistik (Ati, 2008).

Nurvani Saraswati Handawati melakukan penelitian dengan judul ”

Penentuan Prioritas Lokasi Rehabilitasi Komponen Saluran Air Kotor

Berdasarkan Pertimbangan Aspek Teknis dan Biaya dengan Sistem Informasi

(21)

menggunakan Proses Hirarki Analisis (AHP) yang dibantu oleh tim ahli (expert

judgement) untuk menentukan bobot prioritasnya, sedangkan aspek biaya

dikembangkan menggunakan estimasi biaya konseptual untuk mengetahui kisaran

biaya untuk kegiatan pemeliharaan. Untuk dapat mengintegrasikan kedua aspek

tersebut digunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berfungsi sebagai data

base dan analisis data sehingga akan diperoleh suatu usulan tindakan

pemeliharaan pada lokasi yang berprioritas tinggi beserta dengan jumlah biaya

yang akan dikeluarkan. Setelah melalui uji coba dengan melakukan kegiatan

inspeksi di wilayah studi maka model penentuan prioritas lokasi rehabilitasi ini

memiliki potensi implementasi yang cukup baik bagi pihak pengelola terutama

untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan (Handawati, 2007).

Cahyo Radityo melakukan penelitan dengan judul ”Pengembangan

Sistem Manajemen Pemeliharaan Jalan Rel”. Studi ini dilakukan dengan tujuan

untuk membuat suatu konsep sistem manajemen pemeliharaan jalan rel dengan

berdasarkan pada kajian sistem yang telah diterapkan, baik di Indonesia maupun

di negara lain. Konsep sistem manajemen pemeliharaan jalan rel ini terdiri dari

empat komponen utama yaitu bank data, perencanaan, operasional dan evaluasi

dimana keempat komponen ini saling terkait. Pada tahap pertama dikembangkan

suatu bank data yang mampu menampung sebanyak mungkin informasi yang

diperoleh dengan mempergunakan formulir standar bagi tiap bagian. Pada bagian

perencanaan dikembangkan acuan yang mengacu pada komponen penyusun dan

kondisi geografis jalan rel untuk menentukan kebutuhan pemeliharaan menurut

(22)

Pada bagian ini juga disusun tata cara pendistribusian sumber daya, penjadwalan

alat berat dan penentuan target pemeliharaan. Pada bagian operasional dilakukan

penjadwalan yang dipusatkan pada pemanfaatan alat berat yang ada dan

pengenalan kondisi serta penanganan masalah oleh regu kerja. Di bagian evaluasi

dilakukan kajian baik pada hasil kerja regu maupun alokasi dana dan target yang

ditentukan yang hasilnya akan menjadi masukan untuk perbaikan selanjutnya.

Hasil setiap bagian disimpan dalam bank data yang dapat dipergunakan oleh

bagian lain yang memerlukan. Uji coba sistem ini dilakukan pada DAOP 11 PT.

KAI dengan menyertakan beberapa asumsi data yang tidak dapat diperoleh. Hasil

evaluasi menunjukkan beberapa kelebihan sistem baru dan dapat meningkatkan

kinerja sistem yang ada dan memberikan manfaat bagi PT. KAI (Radityo, 2005).

Ade Rahmi Muharini melakukan penelitian dengan judul ” Evaluasi

Distribusi Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Batununggal kota

Bandung Dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis”. Berdasarkan

statistik pendidikan Kota Bandung, jumlah fasilitas (SD) di Kota Bandung telah

dapat melayani seluruh kebutuhan di Kota Bandung dan juga melayani sebagian

kebutuhan di luar Kota Bandung. Namun masih terdapat kecamatan-kecamatan

yang memiliki penduduk usia 7-12 tahun yang tidak terlayani oleh fasilitas SD

setempat. Tidak terlayaninya kebutuhan penduduk akan fasilitas SD ini

disebabkan salah satunya oleh kurang meratanya distribusi sekolah. Dengan

demikian, perlu dilakukan tinjauan evaluatif terhadap distribusi fasilitas SD di

Kecamatan Batununggal. Untuk mengevaluasi distribusi fasilitas pendidikan SD

(23)

Kecamatan Batununggal. Data spasial yang dibutuhkan ini dapat ditampilkan

dengan mengandalkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Oleh karena itu pada

studi ini digunakan perangkat SIG dalam mengevaluasi distribusi fasilitas

pendidikan SD. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi distribusi fasilitas

pendidikan SD di Kecamatan Batununggal dengan memanfaatkan SIG. Selain

kebutuhan yang ada, dalam penyediaan fasilitas SD perlu dipertimbangkan

standar dan ketentuan yang mengaturnya. Dalam evaluasi distribusi fasilitas

pendidikan SD ini dibentuk indikator-indikator berdasarkan kebutuhan serta

standar dan ketentuan yang ada, yaitu: indikator pemenuhan kebutuhan penduduk,

indikator daerah jangkauan layanan, indikator kesesuaian lokasi dan indikator

aksesibilitas. Berdasarkan hasil studi, terdapat kelurahan-kelurahan di Kecamatan

Batununggal yang tidak memiliki fasilitas SD dan terdapat bagian wilayah

Kecamatan Batununggal yang dilayani oleh fasilitas di luar kecamatan, sediaan

fasilitas pendidikan SD di Kecamatan Batununggal hanya dapat memenuhi 87%

dari kebutuhan yang ada, distribusi fasilitas SD di Kecamatan Batununggal

memiliki daerah jangkauan yang dapat mencakup seluruh wilayah kecamatan dan

aksesibel terhadap jalur angkutan umum tetapi terdapat lokasi fasilitas SD yang

tidak sesuai dengan standar dan ketentuan yang ada. Dengan demikian,

berdasarkan hasil studi keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi

fasilitas SD di Kecamatan Batununggal tidak merata dan tidak memenuhi

kebutuhan dan ketentuan yang ada. Untuk itu, diperlukan penambahan fasilitas

pendidikan SD dan suatu pengembangan pemanfaatan SIG dalam perencanaan

(24)

pembangunan fasilitas SD di masa yang akan datang sebaiknya dilakukan secara

berkesinambungan dan perlu memperhatikan kebutuhan serta standar dan

ketentuan yang ada, antara lain daerah jangkauan layanan, kesesuaian guna lahan

dan jaringan jalan serta aksesibilitas ( Muharini, 2003).

R. Wirosoedarmo, B.Rahadi, J.Agus, dan R. Petrus dalam penelitiannya

berjudul :” Survey dan Investigasi Bangunan, Jaringan dan Efisiensi Irigasi UPTD

Wilayah II Bukateja Pada Jaringan Irigasi Krenceng (Sisi Kanan) Berbasis Sistem

Informasi Geografis (SIG) Di Kabupaten Purbalingga Propinsi Jawa Tengah.”.

Basis data spasial akan sangat penting dalam mendukung pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan pengelolaan sistem irigasi. Sistem Informasi Geografis

(SIG) dengan menggabungkan peta dan spasial informasi yang lain dalam bentuk

digital, bisa digunakan untuk mendapatkan informasi efisiensi penyaluran air

irigasi secara cepat dan tepat berdasarkan data di lapangan. Penelitian ini

bertujuan untuk inventarisasi bangunan, jaringan irigasi dan mengetahui nilai

efisiensi penyaluran air irigasi serta pengelolaan sistem irigasi berdasarkan Sistem

Informasi Geografis (SIG) berupa peta tematik (peta bangunan dan efisiensi

irigasi). Hasil penelitian didapat jaringan irigasi Krenceng (sisi kanan)

mempunyai 33 bangunan sadap, 8 bangunan sadap terletak di D.I Krenceng dan

25 bangunan sadap terletak di D.I. Penaruban. Nilai rerata efisiensi penyaluran air

irigasi pada saluran primer 89,03 % dan saluran sekunder 87,89%, sedangkan nilai

efisiensi rerata saluran tersier 81,05%. Kondisi bangunan sadap dan efiseinsi

penyaluran air irigasi dalam SIG ditampilkan dalam bentuk spasial berdasarkan

(25)

yang perlu dilakukan penutupan saluran dari kebocoran (pembuatan parit-parit),

perbaikan pada bangunan sadap, dan pemeliharaan (Wirosoedarmo, 2006).

Maria Irmina Prasetyowati dan Dewiyani Sunarto melakukan penelitian

dengan judul ”Penilaian Studi Kelayakan Pendirian Wirausaha Baru dengan

Menggunakan Sistem Informasi Geografis”. Sistem Informasi Geografis (SIG)

adalah suatu teknologi yang pada saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat

esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan

kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data attribut dan data spasial

(grafis). SIG mempunyai kemampuan menyajikan data dalam bentuk tektual (non

atribut) dan spasial (gambar). Adanya kemampuan menampilkan gambar inilah

yang membuat SIG mempunyai nilai tambah dibandingkan dengan sistem

informasi manajemen lainnya.

Studi kelayakan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk

dilakukan sebelum seorang pengusaha memulai sebuah usaha. Walaupun dalam

realitanya ada beberapa pelaku bisnis yang karena berbekal dari pengalaman dan

naluri tajam bisnisnya, tidak melakukan studi kelayakan terlebih dahulu. Hal ini

dapat saja dilakukan, namun membutuhkan beberapa syarat yang sulit sekali

dilakukan dan mengandung banyak resiko. Untuk menghindari hal tersebut,

setidaknya untuk mengantisipasi terjadi resiko tersebut perlu dilakukan

perhitungan yang matang, antara lain dengan melakukan studi kelayakan dan

survey pasar. Survey pasar yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

potensi pasar bisnis yang akan dimasuki, siapa pesaingnya, seberapa besar

(26)

sesungguhnya kebutuhan pasar terhadap produk/jasa tersebut. Studi kelayakan dan

survey pasar yang dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) khususnya

dalam hal pemetaan, diharapkan dapat membantu para pengambil keputusan

dalam melakukan analisis khususnya dalam hal studi kelayakan pendirian

wirausaha baru. Studi yang dilakukan melalui langkah mencari data-data dari

desa/kota wilayah dan melakukan survei pasar untuk mencari data pesaing

(kompetitor) dalam radius 1 kilometer. Dari hasil studi kelayakan dan survei

pasar, maka dapat diketahui berapa rupiah keuntungan kotor yang didapat apabila

seorang pengusaha akan mendirikan sebuah depot makanan jawa pada perumahan

Citra di wilayah X (Prasetyowati, 2006).

Samsul Arifin, Ita Carolita, dan Gatot Winarso melakukan penelitian

berjudul “Implementasi Penginderaan Jauh dan SIG Untuk Inventarisasi Daerah

Rawan Bencana Longsor Propinsi Lampung”. Longsor merupakan suatu

fenomena alam yang sangat potensial menimbulkan kerusakan dan kerugian baik

berupa materi maupun jiwa, walaupun kerugian yang diderita sesaat, akan tetapi

lahan yang rusak dalam jangka panjang mempengaruhi kehidupan masyarakat

setempat. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya korban yang lebih

banyak, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menginventarisasi daerah

rawan longsor pada suatu daerah. Model yang diterapkan untuk menentukan

daerah rawan bencana longsor adalah pendekatan Model Indeks Storie dengan

mengimplementasikan data penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis

(SIG). Berdasarkan analisis di Propinsi Lampung terdapat 5 tingkat rawan

(27)

kisaran hasil pembobotan antara 0,001 – 1,68. Secara umum Propinsi Lampung

cukup aman terhadap longsor, sedangkan daerah yang diperkirakan rawan longsor

terdapat di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus dan

sebagian di Kabupaten Lampung Utara (Arifin, 2006).

Perbandingan antara penelitian-penelitian diatas dengan penelitian

(28)
(29)
(30)

B. Dasar Teori

1. Jalan Lingkungan

Menurut Undang-Undang nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,

didefinisikan bahwa, ”Jalan adalah suatu prasarana transportasi yang meliputi

segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkapnya yang diperuntukkan bagi

lalu lintas, yang berada pada permukaan, atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan/ atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api,

jalan lori dan jalan kabel. Sedangkan Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan

umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan untuk kebutuhan lokal di

tingkat kelurahan dan juga menghubungkan antara perumahan dengan jalan

penghubung dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

a. Klasifikasi Jalan

Pengelompokan Jalan lingkungan adalah :

1) Jalan Lingkungan Primer

Jalan lingkungan primer menghubungkan antar pusat kegiatan didalam

kawasan pedesaan dan jalan di dalam lingkungan pedesaan. Persyaratan

teknis untuk jalan ini adalah :

a) jalan yang diperuntukkan bagi kendaraan roda 3 atau lebih, jalan ini

didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 15 km/jam, lebar badan

(31)

b) jalan yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3 atau

lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling rendah 3,5 meter.

2) Jalan Lingkungan Sekunder

Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antar persil dalam kawasan

perkotaan. Persyaratan teknis untuk jalan ini adalah :

a) untuk jalan ini diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3 atau

lebih, maka jalan ini didesain berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 10 km/jam, dengan lebar badan jalan paling rendah adalah 6,5

meter.

b) sedangkan untuk jalan yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan

bermotor beroda tiga atau lebih maka lebar badan jalan paling rendah

adalah 3,5 meter.

Tujuan pembangunan jalan lingkungan adalah :

a) untuk menunjang kualitas lingkungan perumahan dan permukiman

masyarakat.

b) untuk menunjang mobilitas penduduk di lingkungan perumahan dan

permukiman

Manfaat pembangunan jalan lingkungan adalah :

a) meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman

masyarakat.

b) meningkatkan kemudahan jangkauan transportasi di lingkungan

(32)

b. Lapis Perkerasan

Untuk perencanaan pada jalan lokal, yang dapat dibedakan atas jalan

lokal yang melayani lalu lintas lokal dan regional serta jalan lokal yang

merupakan jalan lingkungan yaitu jalan yang melayani lalu lintas lokal atau

lingkungan seperti perumahan dan perkampungan. Perencanaan untuk jalan

lingkungan dapat menggunakan perkerasan aspal atau juga menggunakan

perkerasan dengan bahan paving stone yang relatif lebih indah secara estetika.

[image:32.595.130.486.336.421.2]

Lapis perkerasan jalan aspal seperti pada Gambar 2.1. terdiri atas :

Gambar 2.1. Penampang jalan aspal

Sumber : Modul Bidang Jalan Kota: Standar Teknis Prasarana dan Sarana Jalan Perkotaan, Dinas Permukiman Jawa Timur, 2002.

Tebal minimum lapisan perkerasan adalah :

1). Lapis permukaan

Batas dari tebal minimum untuk jenis lapisan permukaan seperti Tabel 2.2. dibawah ini :

Tabel 2.2. Tebal minimum lapis permukaan

ITP Tebal Minimum

( cm )

Bahan

< 3,00 5 Lapis pelindung ( Buras/Burtu/Burda)

3,00 – 6,70 5 Lapen/ Aspal Macadam, HRS, Labutag, Laston

6,71 – 7,49 7,5 Lapen/ Aspal Macadam, HRS, Labutag, Laston

7,50 – 9,99 7,5 Labutag, Laston

> 10,00 10 Laston

[image:32.595.114.514.638.729.2]
(33)

2). Lapis pondasi

Batas dari tebal minimum untuk lapisan pondasi seperti pada Tabel 2.3.

[image:33.595.114.512.235.444.2]

dibawah ini :

Tabel 2.3. Tebal minimum lapis pondasi

ITP Tebal Minimum ( cm )

Bahan

< 3,00 15 Batu pecah, stabilisasi dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur

20 Batu pecah, stabilisasi dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur

4,00 – 7,49

10 Laston atas

20 Batu pecah, stabilisasi dengan semen, pondasi dengan makadam

7,50 – 9,99

15 Laston atas

1 – 12,14 20

Batu pecah, stabilisasi dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, lapen laston atas

> 12,25 25

Batu pecah, stabilisasi dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi makadam,lapen laston atas

Sumber : Modul Bidang Jalan Kota: Standar Teknis Prasarana dan Sarana Jalan Perkotaan, Dinas Permukiman Jawa Timur, 2002.

3). Lapis pondasi bawah

Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum

adalah 10 cm dengan menggunakan material berbutir.

Jalan lingkungan tidak didesain untuk melayani lalu lintas berat.

Komposisi perkerasan pada umumnya sama hanya jenis material dan

ketebalan yang berbeda. Perencanaan tebal perkerasan dengan paving stone

adalah sebagai berikut :

1) lapis pondasi minimal adalah 10 cm dengan material berbutir

(34)

2) lapis pondasi bawah minimal adalah 15 cm dengan material berbutir

3) lapis perata dengan pasir halus setebal 10 cm

4) lapis permukaannya adalah paving stone dengan tebal 6 cm atau 8 cm.

Sistem pelaksanaan pekerjaan paving stone adalah saling mengunci

jadi tidak dapat dilakukan dengan sistem sejajar karena kekuatan bahan

terletak pada saling menguncinya balok-balok paving stonenya yang

kemudian dikunci dengan kanstin.

Gambar 2.2. Penampang Jalan Paving Stone

Sumber : Modul Bidang Jalan Kota: Standar Teknis Prasarana dan Sarana Jalan Perkotaan, Dinas Permukiman Jawa Timur, 2002.

Alternatif pemilihan paving blok selain penggunaan aspal dan cor

manual dalam pembangunan jalan lingkungan lebih memudahkan dalam

pengawasan karena paving blok sesuai dengan spek teknis (fabrikasi) dan

mudah perawatan, jika terjadi kerusakan dapat dilakukan penggantian secara

spot/bagian tertentu saja oleh masyarakat.

c. Jenis Rencana Penanganan Jalan Lingkungan

Penentuan jenis penanganan jalan lingkugan didasarkan pada kondisi

kerusakan pada permukaan jalan yang ada seperti pada Tabel 2.4. di bawah

(35)

Tabel 2.4. Jenis Rencana Penanganan Jalan Berdasarkan Kerusakan Jalan

Luas kerusakan Klas Kerusakan Jenis Penanganan ≤ 10 % Ringan Burda 11 – 30 % Sedang Burda

> 30 % : -Lubang Dangkal <10 cm

-Lubang Dalam > 10 cm Berat

-Burda -Lapen

100 % (Tanah) Berat

-Aspal Baru (Onderlag + Lapen) -Paving stone

Sumber : Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota. Jakarta: Direktorat Jenderal BinaMarga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990.

2. Pemeliharaan Jalan

a. Pengertian

Pengertian Pemeliharaan menurut PP 34 Tahun 2006 tentang Jalan

adalah :

1) pemeliharaan Jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan,

rehabilitasi, penunjangan, dan peningkatan. (PP 26 tahun 1985 tentang

jalan).

2) pemeliharaan Rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap

lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan

(Riding Quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan

sepanjang tahun .

3) pemeliharaan Berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan

pada waktu-waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya

(36)

4) peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan

yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai

tingkat pelayanan yang direncanakan.

b. Sistem Manajemen Pemeliharaan Jalan

Tujuan dari manajemen pemeliharaan jalan adalah melakukan kegiatan

penyelenggaraan pemeliharaan jalan dengan efisien dan efektif agar kondisi

jaringan jalan tersebut dapat selalu berfungsi dengan baik. Konsep sistem

manajemen pemeliharaan jalan lingkungan ini terdiri dari lima komponen

utama yaitu bank data, perencanaan umum, pemrograman, persiapan

pelaksanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dimana kelima komponen ini saling

terkait. Kegiatan pengelolaan tersebut dilakukan dengan suatu proses untuk

mengoptimalkan kinerja pada suatu jaringan jalan sepanjang waktu. Proses

yang dilakukan tersebut terdiri dari beberapa tahapan pengelolaan kegiatan

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.5. berikut .

Tabel 2.5. Tahapan Dalam Pengelolaan Pemeliharaan Jalan

Tahapan Tujuan Pengelolaan Tipikal Lingkup Jaringan Rentang Waktu Staf Pengelolaan yang terkait Bank Data (Data Base)

• Menyusun suatu bank data untuk menampung data dan informasi

Seluruh jaringan Jangka panjang (strategis) Surveyor dan operator Perencanaan Umum (Planning)

• Menentukan standar yang meminimalkan biaya

• Menentukan

kebutuhan biaya untuk mendukung standar yang telah didefinisikan

Seluruh jaringan Jangka panjang (strategis)

(37)
[image:37.595.115.511.136.392.2]

Tabel 2.5. Tahapan Dalam Pengelolaan Pemeliharaan Jalan (Lanjutan)

Tahapan Tujuan Pengelolaan Tipikal Lingkup Jaringan Rentang Waktu Staf Pengelolaan yang terkait Pemrograman (Programming) Menentukan program pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu periode waktu anggaran

Per seksi atau segmen yang sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan Jangka menengah (taktis) Pengelola dan pemegang anggaran Persiapan Pelaksanaan (Preperation)

• Desain Teknis

• Persiapan kontrak atau dokumen kontrak

Kontrak atau paket pekerjaan

Tahun anggaran Staf teknis dan panitia tender Pelaksanaan dan Evaluasi (Operation & Evaluation) • Melaksanakan tugas-tugas sebagai bagian dari aktifitas pekerjaaan

• Melakukan kajian hasil dan updating data

Sub seksi dimana pekerjaan harus dilaksanakan

Sesaat Pengawas Lapangan

Sumber : Teknik Pengelolaan Jalan. Bandung: Balai Bahan dan Perkerasan jalan, Puslitbang Prasarana Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, 2005.

1) Penyusunan Bank Data (Data Base)

Pada tahap pertama dikembangkan suatu bank data yang mampu

menampung sebanyak mungkin data kondisi geografis dan geometrik

jaringan jalan dengan segala permasalahan dan kondisinya melalui

kegiatan pengumpulan data dan survey lapangan.

2) Perencanaan Umum (Planning)

Pada tahapan ini dilakukan ’identifikasi’ kebutuhan pemeliharaan jalan

yang ada pada suatu jaringan secara keseluruhan. Kegiatan ini menyangkut

analisis jaringan jalan (network analysis) secara keseluruhan yang

ditujukan untuk memperkirakan kebutuhan biaya jangka menengah /

jangka panjang, sesuai dengan target yang ditetapkan ataupun dana yang

(38)

3) Pemrogaman (Programming)

Pada tahapan ini dilakukan ’kelayakan’ pekerjaan pemeliharaan untuk

dilaksanakan satu tahun kedepan. Pada kegiatan ini ditentukan program

tahunan yang disesuaikan dengan kebutuhan penanganan pada

masing-masing ruas, baik berdasarkan pada biaya yang telah diperkirakan ataupun

berdasarkan biaya yang ditetapkan (dialokasikan).

Analisis yang dilakukan adalah lebih detail untuk ruas peruas yang ada

guna menentukan biaya dan prioritas penanganan sesuai dengan kondisi

ruas dan dana yang tersedia. Kegiatan pemrograman tahunan ini dilakukan

untuk mempersiapkan usulan pengajuan dana pemeliharaan jalan secara

rutin tahunan (tipikal siklus tahunan).

4) Persiapan Pelaksanaan (Preperation)

Pada tahapan ini disiapkan ’desain’ untuk pekerjaan pemeliharaan yang

akan dilaksanakan satu tahun kedepan. Kegiatan yang dihasilkan adalah

perencanaan teknik secara detail dan persiapan dokumen kontrak /

dokumen tender yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan

pemeliharaan.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan didasarkan pada alokasi dana yang

telah disetujui oleh pihak yang berwenang, sehingga dengan demikian

pembagian pekerjaan (paket) dapat dilakukan dengan pertimbangan

(39)

Kegiatan persiapan ini dilakukan dengan siklus waktu kurang dari satu

tahun. Setelah dokumen tender itu siap, maka dapat segera diserahkan

kepada panitia tender untuk dilakukan proses pengadaan kontraktor.

5) Pelaksanaan dan Evaluasi Kegiatan (Operation & Evaluation)

Tahapan ini merupakan implementasi, operasi dan evaluasi terhadap

kegiatan pemeliharaan yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan ini

meliputi aktifitas operasi pemeliharaan yang sedang berjalan, monitoring.

dan pengendalian. Kegiatan ini dilakukan oleh unsur-unsur yang terkait

dalam organisasi proyek, antara lain seperti : Tim Konsultan supervisi

danpengawas lapangan. Di bagian evaluasi ini dilakukan kajian baik pada

hasil maupun alokasi dana dan target yang ditentukan yang hasilnya akan

menjadi masukan untuk perbaikan selanjutnya. Hasil setiap bagian

disimpan dalam bank data yang dapat dipergunakan untuk penyusunan

program kedepan.

3. Sistim Informasi Geografis

SIG adalah sistem informasi yang berbasis data spasial geografis yang

digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografis

(Prahasta, 2001).

a. Subsistem dalam SIG

Keutamaan SIG dengan menggunakan sistem digital atau komputer

(40)

(3) menggabungkan tumpangsusun; dan (4) memperbaharui data dengan

memperhatikan perubahan lingkungan, data statistik dan area yang nampak.

SIG memiliki perbedaan mendasar dari sistem informasi yang lainnya, yaitu

kemampuannya untuk mengintegrasikan setiap data yang berkaitan secara

spasial dan data atributnya (tabel).

Sub-sistem yang mendukung SIG ada sebanyak 3 buah, yaitu

geodatabase, geoprocessing, dan geovisualization yang masing-masing

[image:40.595.217.383.343.466.2]

mempumyai fungsi yang berbeda.

Gambar 2.3.Tiga Sub-sistem Penyusun Sistem Informasi Geografis

Sumber: Eddy Prahasta,Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, 2001.

1) Geodatabase

Geodatabase adalah sistem manajemen database yang berisi kumpulan data–

data spasial yang merepresentasikan informasi geografis, dari model data

SIG yang umum seperti raster, topologi, jaringan dan lainnya. Ada beberapa

model data yang merupakan representasi dari keadaan muka bumi.

Sub-sistem ini dijalankan dalam ArcCatalog. Model representasi permukaan

(41)

2) Geoprocessing

Geoprocessing, adalah sekumpulan tool pengubah informasi yang dapat

menghasilkan informasi geografis baru dari kumpulan data yang sudah ada.

Sub-sistem ini dijalankan dalam software ArcMap yang dilengkapi dengan

ArcToolBox.

3) Geovisualization

Geovisualization, adalah kemampuan dari Sistem Informasi Geografis untuk

memperlihatkan data–data spasial beserta hubungan antar data spasial

tersebut yang merupakan representasi dari permukaan bumi dalam berbagai

bentuk digital seperti peta interaktif, tabel dan grafik, peta dinamis dan

skema jaringan. Sub-sistem ini dijalankan dalam software ArcMap.

Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware),

perangkat lunak (software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data,

pengolahan, analisis, pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial.

Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra satelit,

tabel statistik dan dokumen lain yang berhubungan. Data geospatial dibedakan

menjadi data grafis (atau disebut juga data geometris) dan data atribut (data

tematik), lihat Gambar 2.4. Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node),

garis (arc) dan luasan (poligon) dalam bentuk vector ataupun raster yang

(42)
[image:42.595.217.463.124.458.2]

Gambar 2.4. Konsep Data Geospatial

Sumber: Eddy Prahasta,Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, 2001.

Komponen struktur data terdiri dari dua unsur, yaitu; (1) struktur data

spasial (grafis), dan; (2) struktur data non spasial (tabuler/atribut). Data

spasial adalah data grafis yang berkaitan dengan lokasi, posisi dan area pada

koordinat tertentu. Sedangkan data atribut merupakan data yang menguraikan

karakteristik obyek-obyek geografis dari spasialnya. Data ini dapat berupa

data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif misalnya status jalan,

(43)

atau besaran, jumlah, tingkat atau interval. Data atribut tersebut disajikan

menurut konsep model data relasional.

b. Aplikasi SIG Dalam Bidang Jalan

Untuk mendukung Perencanaan dan Pengelolaan Jalan, SIG berperan

dalam hal (1) Penanganan Data (Data Handling), (2) Pentayangan, (3)

Pemutakhiran Data, (4) Perbandingan antar Set Data (5) Permodelan

(Modelling).

Dalam bidang Jalan peran utama SIG adalah sebagai alat bantu (tools)

dalam kegiatan perencanaan dan pengelolaan. Informasi yang dihasilkan oleh

SIG merupakan input dalam proses perencanaan dan pengelolaan. Dalam

berbagai model perencanaan dan pengambilan keputusan umumnya tidak

seluruh kondisi atau keadaan lapangan diperlukan melainkan hanya informasi

obyek-obyek tertentu yang dipertimbangkan sebagai faktor dominan dalam

menentukan kondisi yang ada. Untuk dapat memperoleh informasi tersebut

perlu dilakukan (1) pengumpulan data yang relevan untuk disajikan sebagai

informasi, (2) proses pengolahan dan pengelolaan data, serta (3) analisis data

dan penyajian informasi. Aplikasi SIG pada bidang transportasi antara lain :

1) inventarisasi jaringan jalan

2) analisis kesesuaian/studi kelayakan

3) penentuan rute-rute alternatif

(44)

5) alternatif rute tersingkat

6) manajemen pemeliharaan

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu antara lain:

1) meningkatkan kinerja pengelolaan pemeliharaan jalan

2) memperkuat pengendalian biaya dan kontrak

3) mempermudah pengelolaan informasi

c. Operasi ArcToolbox

Pada ArcGis sub-sistem untuk menjalankan manipulasi dan analisis

dijalankan dalam ArcToolbox pada ArcMap. Ada lebih dari seratus operasi

yang dapat dijalankan ArcToolbox. Dalam penelitian ini analisis yang

dilakukan antara lain :

1) General – Merge (pada Data Management Tools)

Merge Peta digunakan untuk menggabung peta ( dua lembar peta) menjadi

satu lembar peta.

(45)

2) Generalization – Dissolve (pada Data Management Tools)

Dissolve peta digunakan untuk menyeleksi poligon-poligon tertentu dan

menggabungnya kedalam satu poligon.

Gambar 2. 6 . Ilustrasi Analisis Dissolve Sumber: Help toolbox Arcmap GIS

3) Overlay –Intersect (pada Analyst Tools)

Intersect peta digunakan untuk memotong peta tertentu dengan peta lain

yang merupakan irisan wilayah dari peta yang pertama.

(46)

4) Overlay – Erase (pada Analyst Tools)

Erase peta digunakan untuk memotong atau melubangi bagian peta dengan

peta lain yang berpotongan.

Gambar 2. 8 . Ilustrasi Analisis Erase Sumber: Help toolbox Arcmap GIS

5) Proximity – Buffer (pada Analyst Tools)

Buffer peta digunakan untuk memperbesar poligon feature dengan radius

tertentu.

(47)

d. Editing Peta

Editing peta dilakukan untuk mempersiapkan peta dasar yang ada agar

bisa digunakan dalam proses penyeleksian, proses perhitungan, updating data

dan untuk membuat layer-layer tematik turunan. Gambar 2.10. berikut

memperlihatkan Editor Toolbar dari software ArcGis 9.0 beserta keterangan

mengenai fungsi masing-masing toolbar tersebut.

Ed it or t oolb a r b u t t on s a n d t h e ir f u n ct ion s

Bu t t on

N a m e Fu n ct ion

Edit Select s and edit s feat ures and t heir geom et ries

Sket ch Adds point s t o t he edit sket ch

Split Tool Split s a linear feat ure

Rot at e Tool Rot at es t he select ed feat ure

At t ribut es Show s t he feat ure pr opert y edit or

Sket ch Proper t ies

[image:47.595.118.508.279.552.2]

Shows a dialog box for edit ing pr opert ies of t he edit sket ch geom et r y

Gambar 2.10 . Editor Toolbar dari Software ArcGIS 9.0 Sumber: Help toolbox Arcmap GIS

e. Model Builder

Pemodelan menggunakan model builder pada dasarnya selalu :

Input Proses Output, input berupa elips biru, proses berupa kotak

(48)

dibangun menggunakan model builder memberikan keuntungan dokumentasi

proses dan otomatisasi proses. Bila salah satu komponen input berubah, maka

proses dengan mudah diulang untuk melihat hasil dan pengaruhnya. Gambar

2.11 memperlihatkan tampilan model builder.

Tool

Output Variabel Input Variabel

[image:48.595.158.474.251.493.2]

Proses

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Probolinggo dengan difokuskan pada salah satu wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kanigaran yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kebonsari Wetan, Kebonsari Kulon, Sukoharjo, Tisnonegaran, Kanigaran, dan Curah Grinting. Pemilihan lokasi karena pertimbangan agar penelitian tidak terlalu luas sehingga dapat dilaksanakan lebih teliti dan dapat dijadikan prototipe kota. Kecamatan Kanigaran merupakan kecamatan yang memiliki potensi perkembangan wilayah yang begitu cepat, ditandai dengan semakin bertambahnya tingkat hunian atau permukiman baru, yang tentunya diikuti semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap prasarana infrastruktur lingkungan yang memadai. Obyek Penelitian yang dikaji adalah jalan lingkungan dengan kategori jalan yang terintegrasi langsung dengan jalan lokal kota. Gambar lokasi penelitian terlihat pada peta Gambar 3.1.

B. Waktu Penelitian

(50)

sampai dengan tahap pelaporan. Penelitian dimulai dari bulan Juni 2008 sampai dengan bulan Januari 2009 sebagaimana digambarkan dalam skedul Tabel 3.1.

[image:50.595.162.522.169.462.2]

Lokasi Penelitian (Kec. Kanigaran)

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian dengan SIG.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

BULAN Kegiatan

Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des Jan

Pembuatan outline proposal Presentasi outline proposal

Pembuatan proposal Presentasi proposal Survey lapangan

Pengolahan data/program

Penulisan

Pengumpulan tesis

Pendadaran

Revisi

[image:50.595.112.512.555.730.2]
(51)

C. Metode Penelitian

Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah penelitian survey dengan strategi deskriptif kuantitatif, dimana penelitian lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada. Dan pemilihan metode pengolahan data dengan menggunakan SIG dipilih karena kemampuan program SIG yang dapat menjawab kebutuhan sistem informasi yang efisien dan mampu mengelola data dengan struktur yang kompleks dan berbasis geografis (keruangan) seperti jaringan jalan lingkungan ini serta karena SIG mampu menyimpan, menganalisis, menyajikan data baik data spasial maupun data attribut (tabel), mampu menjawab pertanyaan spasial (berapa jarak, dimana rute terpendek, dimana posisi obyek/jalan tertentu, dll) dan pertanyaan non spasial (berapa panjang, berapa lebar, dll) sehingga mampu memberikan data yang lebih informatif dibandingkan dengan Sistem Informasi berbasis komputer lainnya dan akhirnya dapat membantu proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.

(52)

D. Tahapan Penelitian

Tahapan kegiatan penelitian ini meliputi pengumpulan data, survey dan investigasi lapangan, analisis data sampai dengan pembuatan Sistem Informasi Geografis.

Tahap I: Persiapan

Tahap persiapan/pendahuluan meliputi :

1. pengumpulan peta dan data ruas jalan kota sesuai klasifikasi fungsinya dari Bidang Prasarana Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo.

2. pengumpulan gambar As built drawing hasil pelaksanaan pekerjaan proyek KIP tahun 2005 sampai 2008.

Tahap II: Survey dan updating data yang terdiri dari : 1. peninjauan Lapangan.

2. penelusuran klasifikasi jalan kota saat ini.

3. penelusuran kondisi eksisting geometrik jalan kota yang meliputi lebar jalan, panjang, dan data lainnya.

4. pengukuran lapangan pada beberapa ruas jalan lingkungan mengikuti usulan dari pihak Kelurahan

Tahap III: Penyusunan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang terdiri dari : 1. mengolah peta dasar Bakosurtanal yang akan digunakan yaitu layer

Administrasi (A1608232 dan A1608214) dan layer Transportasi (K1608232 dan K1608214) dengan di merge (digabungkan).

(53)

3. merectify peta jalan dan mendigitising peta jalan

4. membuat data tabel jalan pada Attribute tabel masing-masing layer SIG

5. membuat analisa biaya sesuai harga satuan tahun 2008 sebagai dasar perhitungan anggaran biaya pekerjaan tahun saat ini.

6. membuat layer-layer baru

7. membuat fungsi analisis spasial yaitu klasifikasi dan symbology tampilan peta Arc Map dengan 3 (tiga) klas yang berbeda pada masing-masing parameter/layer.

8. membuat klasifikasi dan pembobotan dari masing-masing parameter pada attribut tabel.

9. membuat penjumlahan bobot dari ketiga parameter pada attribut tabel untuk kemudian dilakukan klasifikasi rekomendasi akhir.

10.membuat urutan tingkat prioritas. 11.membuat skenario pelaksaan pekerjaan

12.database SIG Jalan Kota Probolinggo direncanakan, dirancang, dan dibuat menggunakan format shapefile dalam bentuk layer-layer.

13.pada akhir pekerjaan didapatkan hasil pekerjaan dalam format digital (soft copy) dan cetakan (hard copy) yang meliputi laporan, cetakan peta dasar, peta jalan, dan tabel attribut.

(54)

1. data inventarisasi jalan dan kondisi geometrik jalan yang meliputi : panjang jalan,

lebar badan jalan, lebar ruang milik jalan (Rumija), jenis perkerasan, jenis saluran

drainase dan bangunan pelengkap jalan lainnya .

2. dokumentasi gambar desain (As built drawing) berupa gambar AutoCad pada masing-masing ruas jalan.

3. dokumentasi foto eksisting pada masing – masing ruas jalan. 4. riwayat tahun pembangunannya/pekerjaannya.

5. data jumlah rumah pada masing-masing ruas jalan yang disurvey

6. data besarnya prosentase kerusakan pada masing-masing ruas jalan yang disurvey.

Sedangkan data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait. Adapun data sekunder yang didapat dalam penelitian ini adalah : 1. data peta rupa bumi digital Kota Probolinggo lembar 1608-232 dan 1608-214 :

sumber dari Bakosurtanal ( Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional).

2. data peta tematik wilayah administrasi Kota Probolinggo : sumber dari Bapeda Kota Probolinggo.

3. data peta golongan jalan Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo : sumber Dinas PU bidang Prasarana Jalan kota Probolinggo.

4. data daftar induk jaringan jalan kota Probolinggo : sumber dari Dinas PU bidang Prasarana Jalan kota Probolinggo.

(55)

6. data jumlah penduduk kelurahan : sumber dari Kelurahan Kebonsari Wetan, Kebonsari Kulon, Sukoharjo, Tisnonegaran, Kanigaran, Curah Grinting.

7. data klasifikasi jalan kota yang dibedakan menurut status dan fungsi jalan yaitu : Arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal, dan lingkungan : sumber dari Dinas PU Kota Probolinggo Bidang Prasarana Jalan.

8. data harga satuan bahan dan upah tahun 2008 : sumber dari Dinas PU Kota Probolinggo Bidang Prasarana Jalan dan Bidang Permukiman.

(56)

E. Bagan Alir Penelitian

SIG Kontrol Data

Data Sekunder Data Primer

Sistem Manajemen Pemeliharaan Jalan Lingkungan

Klasifikasi Klasifikasi

Penentuan Prioritas Jumlah

Rumah Kebutuhan Biaya

Kerusakan Jalan

Pembobotan

Model Builder Klasifikasi

Program

Analisis Data Spasial Jalan-Survey 2008 Pembuatan & Penyajian Data Base

Jalan Llingkungan Tahun Pek. 2005-2008

[image:56.595.118.500.157.648.2]

Kesimpulan dan Saran

(57)

F. Updating Program

Updating program dilakukan per periode waktu 3 tahun dengan cara memasukkan data-data baru dari kondisi lapangan yang sudah mengalami perubahan berdasarkan survey lapangan dan data-data asbuilt drawing hasil pelaksanaan pekerjaan sebelumnya. Sehingga data yang ada dalam program SIG ini merupakan data terkini (Update). Proses analisis penentuan prioritas periode berikutnya dengan melakukan entry data /input layer baru kedalam model builder, maka secara otomatis akan didapat output baru.

G. Kesimpulan dan Saran

(58)

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Data

Berdasarkan metodologi seperti diuraikan pada bab sebelumnya, pada

penelitian ini dilakukan pengumpulan serta penyajian data yang digunakan untuk

tahap analisis. Secara umum data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. data peta dasar digital keluaran Bakosurtanal.

2. data peta tematik jalan kota dan peta jalan Kecamatan Kanigaran.

3. data inventarisasi jalan kota (Bina Marga) berdasarkan fungsi jalan.

4. data inventarisasi jalan lingkungan yang selesai dilaksanakan tahun 2005 –

2008.

5. data inventarisasi jalan lingkungan di Kecamatan Kanigaran berdasarkan hasil

penelitian/survey saat ini (2008).

6. data parameter penentuan prioritas.

7. data harga satuan pekerjaan jalan dan drainase.

Berikut ini diuraikan kebutuhan data awal untuk digunakan dalam tahap analisis

baik dalam penyusunan bank data, penentuan prioritas pemeliharaan, dan proses

(59)

1. Data Peta Dasar

Data peta dasar adalah data awal yang digunakan pada penelitian ini

sebagai bahan dasar proses SIG. Layer yang digunakan untuk editing peta dan

analisis pada pengolahan SIG jalan lingkungan ini hanya layer Administrasi

(A1608232 & A1608214) dan layer Transportasi (K1608232 & K1608214) saja.

Berikut gambar peta yang dimaksud :

Layer Administrasi lembar 1608214 Layer Administrasi lembar 1608232

[image:59.595.112.513.519.704.2]

Layer Transportasi lembar 1608214 Layer Transportasi lembar 1608232

Gambar 4.1. Peta Layer Adminstrasi dan Layer Transportasi

(60)

2. Data Peta Tematik

Data Peta Tematik yang digunakan untuk proses editing dan digitasi batas

kota, digitasi batas kec.kanigaran, digitasi jalan kota, dan digitasi jalan lingkungan

di kec. Kanigaran adalah peta jaringan jalan Kota Probolinggo dan peta golongan

jalan Kecamatan Kanigaran yang bersumber dari Bidang Prasarana Jalan Dinas

Pekerjaan Umum Kota Probolinggo.

[image:60.595.108.512.332.606.2]

Peta Jalan Kota Prob. Peta jalan Kec. Kanigaran

Gambar 4.2. Peta Jalan Kota dan Jalan di Kec. Kanigaran

(61)

3. Data Inventarisasi Jalan kota (Bina Marga)

Data inventarisasi jalan kota diperoleh dari Bidang Prasarana Jalan

Dinas PU Kota Probolinggo, yang meliputi data ruas jalan kota dengan fungsi

jalan meliputi arteri sekunder, kolektor sekunder, dan lokal dengan wewenang

penanganannya oleh Bidang Prasarana jalan/Bina marga. Data ini digunakan

sebagai bahan untuk membedakan kategori jalan dengan fungsi jalan lingkungan

yang menjadi wewenang penanganan oleh Bidang Permukiman/Cipta Karya

sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan pada ruas

jalan yang sama . Data attribut tabel ruas jalan kota selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran B.2.

4. Data Inventarisasi Jalan Lingkungan Selesai Tahun 2005 – 2008

Data inventarisasi jalan lingkungan yang telah selesai ditangani

(terbangun) mulai dari tahun 2005 sampai dengan 2008 sebanyak 56 ruas jalan

diperoleh dari Bidang Permukiman/Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum. Data

tersebut berupa data eksisting jalan, gambar Asbuilt Drawing hasil pelaksanaan,

dan foto lokasi. Data ini nantinya berfungsi sebagai data base dan bahan

monitoring dan evaluasi untuk penyusunan program pemeliharaan tahun

berikutnya. Berikut data ruas jalan lingkungan selesai dibangun tahun 2005

sampai dengan 2008 dalam Tabel 4.1. Data attribut tabel selengkapnya dapat

(62)
[image:62.595.114.520.139.547.2]

Tabel 4.1 .Data jalan lingkungan selesai tahun 2005-2008

Sumber : Bidang Permukiman Dinas PU Kota Probolinggo, 2008.

5. Data Inventarisasi Jalan Lingkungan Hasil Survey 2008

Pada penelitian ini tidak semua ruas jalan lingkungan di Kecamatan

Kanigaran akan dikaji melainkan hanya sebanyak 76 ruas jalan yang tersebar di 6

kelurahan. Pemilihan ini didasarkan atas masukan/usulan dari masyarakat melalui

Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) tingkat kelurahan. Data

(63)
[image:63.595.110.516.135.721.2]

Tabel 4.2 . Data Ruas Jalan Lingkungan Hasil Survey 2008

Sumber : Hasil Survey, 2008.

(64)

6. Data Parameter Penentuan Prioritas

Data Parameter yang digunakan dalam penentuan prioritas

pemeliharaan meliputi data kerusakan jalan, total kebutuhan biaya pekerjaan, dan

data jumlah rumah. Data tersebut diperoleh melalui survey lapangan pada ruas

jalan yang menjadi obyek penelitian. Data masing-masing parameter terdapat

dalam Tabel 4.3. dibawah. Dan attribut tabel selengkapnya dapat dilihat pada

[image:64.595.114.513.388.753.2]

Lampiran B.5., B.6., B.7., dan B.8.

(65)

Tabel 4.3. Data kerusakan jalan, kebutuhan biaya, dan jumlah rumah (Lanjutan)

(66)

7. Data Harga Satuan Pekerjaan Jalan dan Drainase

Data harga satuan pekerjaan pemeliharaan jalan didapat dari Dinas PU

yang berlaku pada tahun 2008. Data harga satuan diperlukan untuk mengetahui

jumlah biaya yang diperlukan dalam pemeliraan jalan. Data harga satuan

[image:66.595.114.510.332.567.2]

pekerjaan jalan dan drainase terdapat dalam Tabel 4.4. berikut.

Tabel 4.4. Daftar Harga Satuan Pekerjaan Jalan dan Drainase

N

o Pekerjaan Satuan Harga Satuan (Rp)

1 Lapen M² 58.427,00

2 Burda M² 35.836,00

3 Burtu M² 19.645,00

4 Onderlag M² 28.274,00

5 Lapis pasir t=10 cm M² 14.130,00

6 Aspal baru (onderlag+lapen) M² 100.831,00

7 Paving K-300 abu-abu M² 70.075,00

8 Paving K-300 warna M² 78.575,00

9 Paving K-200 abu-abu M² 64.574,00

10 Paving K-200 warna M² 72.575,00

11 Paving K-100 abu-abu M² 58.175,00

12 Paving K-100 warna M² 66.775,00

13 Pas. Saluran buis beton U-20 M' 73.432,00

14 Pas. Saluran buis beton U-30 M' 82.232,00

15 Pas. Saluran batu kali 1:5 U-40 M' 74.867,00

16 Plat duiker beton : 0,20x1x3 m Unit 2.660.340,00

Sumber : Dinas PU Kota Probolinggo, 2008.

B. Analisis

1. Bagan Alir Proses Analisis SIG

Berikut tahapan keseluruhan proses dalam penelitian ini dengan

(67)

MERGE

A1608232_214

Gabung Batas Kelurahan Editor : Merge

Editing nama Kelurahan & Kecamatan Editor : Start editing

Task : Modify

Seleksi Kelurahan Dlm Kec. Kanigaran ‘Desa’=’kel’ (Select by Attribute)

Seleksi Kelurahan Dlm kota Prob.

’Desa

Gambar

Tabel 2.2. Tebal minimum lapis permukaan
Tabel 2.3. Tebal minimum lapis pondasi
Tabel 2.5. Tahapan Dalam Pengelolaan Pemeliharaan Jalan (Lanjutan)
Gambar 2.3. Tiga Sub-sistem Penyusun Sistem Informasi Geografis Sumber: Eddy Prahasta,Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, 2001
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.4.7 Grafik Hubungan Antara Daya dengan Torsi Kincir Angin Giromill Empat Sudu Variasi Diameter 50 cm Data dari Tabel 4.7 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya

Secara khusus, simpulan yang dapat diambil oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan peningkatan mutu lulusan SDN 2

Simultanagnosia adalah suatu padanan yang digunakan untuk melukiskan adanya kelainan dalam mengintegrasi suatu pola pandangan. Menurut Wolpert, suatu simultanagnosia, tidak

Untuk dapat mengetahi jumlah persediaan barang dengan tepat maka perlu dibangun sebuah perancangan prediksi persediaan barang atau produk, dimana perancangan ini dapat

20 Ayuba Pantu, ―Pengaruh Bahasa Arab Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia,‖ ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 14, no.. Selain itu, hasil terjemahan yang masih

Membahas manajemen kurikulum tidak lepas dari manajemen pendidikan yaitu segala usaha dalam sebuah pendidikan yaitu segala usaha dalam sebuah pendidikan, segala sesuatu

Nilai SAIFI Penyulang Oesao tahun 2012 lebih tinggi dari pada penyulang lainnya disebabkan oleh panjang saluran, komponen yang terpasang dan jumlah pelanggan

Kenapa Madinah disebut sebagai identitas sistem sosial normal, tak lain karena jalinan intersubjektivitas (keberterimaan manusia dengan manusia) yang terbangun dari seluruh