BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan dan organisasi pada umumnya menginginkan kualitas terbaik
bagi pelanggannya, baik itu dalam bisnis manufaktur ataupun jasa. Berbagai
macam alat atau metode manajemen diadopsi untuk meningkatkan dan
mempertahankan kualitas tersebut. Metode manajemen dari tahun ke tahun bukan
hanya meningkat dari sisi jenis namun juga mengalami perbaikan yang cukup
signifikan.
Jepang adalah negara pertama yang merevolusikan bisnis dengan konsep
Total Quality Management dengan siklus PDCA (Plan – Do – Check – Action)
dan kemudian diikuti oleh Motorola Corp. pada tahun 1991 memperkenalkan
konsep Lean dan Six Sigma. Lean dan Six Sigma yang merupakan kombinasi dua
alat terkait proses-proses perbaikan yang esensial. Lean berkaitan dengan
peningkatan kecepatan proses dengan mengurangi pemborosan dan
menghilangkan langkah yang tidak bernilai tambah. Sedangkan Six Sigma
memperbaiki kinerja dengan fokus kepada aspek-aspek yang menyimpang di
dalam proses-proses tersebut. Alat manajemen ini menggunakan metodologi
DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control) untuk mendorong
kegiatan agar dapat memberikan hasil terukur dan dapat dipertahankan.
Implementasi Lean dan Six Sigma menjadi masalah mengingat semakin
Scorecard dan Sistem Manajemen ISO (International Organization for
Standarization). Balanced Scorecard menyelaraskan strategi perusahaan ke dalam
empat perspektif utama, diantaranya finansial, proses internal, pelanggan dan
pembelajaran pertumbuhan. Strategi perusahaan diturunkan menjadi KPI (Key
Performance Indicator) dalam setiap perspektif, unit bisnis dan bahkan individu.
Balanced Scorecard bisa menghasilkan kinerja yang tinggi namun tidak
bisa membedakan apakah kinerja yang tinggi tersebut disebabkan oleh kualitas
manajemen atau karena pasarnya yang masih baru dan mengalami pertumbuhan
yang cepat. Kelemahan dari Balanced Scorecard lainnya juga adalah; penilaian
Balanced Scorecard sebuah perusahaan tidak bisa di bandingkan dengan
perusahaan lain yang sejenis ataupun tidak.
Kemudian dalam perkembangan alat manajemen ini, ISO hadir
mengisyaratkan adanya standarisasi proses yang harus dipatuhi dalam mengontrol
kualitas. Sistem ISO mengarahkan bagaimana perusahaan secara konsisten
memenuhi standar yang ditetapkan berdasarkan kebijakan dan prosedur-prosedur
mutu dan audit mutu secara periodik. Belakangan masalah pun terjadi terkait
dengan ISO diantaranya; Pertama, perusahaan yang memperoleh sertifikasi ISO
harus di audit setiap tahun dengan pertimbangan kekonsistensian perusahaan
dalam penerapan stadarisasi ini. Kedua, standar atau sistem kualitas yang
ditetapkan untuk satu perusahaan bisa berbeda dengan perusahaan sejenis lainnya.
Ketiga, banyak terjadi sertifikasi ISO yang diperoleh perusahaan hanya untuk
bagian/unit bisnis tertentu saja dan bukan untuk seluruh bagian/unit bisnis
perusahaan. Dengan kata lain, masih tetap sulit disimpulkan bahwa perusahaan
Kritik terhadap berbagai kelemahan beberapa metode atau alat
manajemen tersebut sepertinya terjawab dengan adanya Malcolm Baldrige
Criteria for Performace Excellence (MBCfPE). Beberapa pengamat menilai
MBCfPE sangat berbeda, melengkapi dan menyempurnakan metode manajemen
yang ada sebelumnya.
In 1987, a major step forward in quality management was made with the development of the Malcolm Baldrige Award. The integrated and aligned system model on which the award is based represented the first clearly defined and internationally recognized TQM model. The award was developed by the U. S. Department of Commerce to encourage companies to adopt the principles and practice of TQM and improve their competitiveness.(Borawski et al. 2008)
MBCfPE telah digunakan oleh ribuan perusahaan di Amerika Serikat
sejak tahun 1987 dengan maksud untuk meningkatkan daya saing dan
memperbaiki kinerja. Dalam lingkungan bisnis saat ini, MBCfPE sangat
membantu organisasi dalam merespon inovasi yang cepat bergulir, memfokuskan
diri pada kompetensi inti (Core Competencies), serta dalam menghadapi
tantangan mengelola sumber dari luar organisasi (Outsourcing) dan manajemen
rantai pasokan (Supply Chain Management).
MBCfPE terdiri atas tujuh kriteria yang dibangun untuk sebuah kinerja
unggul, yaitu: kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus kepada pelanggan dan
pasar, ukuran – analisa - manajemen pengetahuan, fokus kepada tenaga kerja,
fokus kepada operasi dan hasil bisnis.
Saat ini MBCfPE tidak hanya digunakan di Amerika Serikat saja tetapi
telah diadopsi dan dijadikan basis di berbagai negara di dunia dalam bentuk
apakah bisnis nya besar atau kecil, perusahaan jasa atau manufaktur, punya satu
kantor atau punya banyak cabang di seluruh dunia, MBCfPE memberikan
kerangka kerja yang berharga bagi perusahaan dalam perencanaan menghadapi
berbagai lingkungan yang semakin menantang. MBCfPE digunakan dalam
menilai kinerja dalam kisaran yang luas menyangkut indikator bisnis utama
seperti: pelanggan, produk dan layanan, finansial, tenaga kerja dan operasional.
MBCfPE dapat membantu perusahaan menyelaraskan sumberdaya, memperbaiki
komunikasi, produktivitas, efektivitas dan mencapai tujuan strategis.
PT Trakindo Utama sebagai sebuah perusahaan jasa dealer alat berat
merek Caterpillar, dalam operasionalnya tidak jauh berbeda dengan paparan
sebelumnya juga menerapkan beberapa metode manajemen kualitas antara lain;
Six Sigma dan Balanced Scorecard. Visi dari perusahaan ini adalah “To be the
World-Class Provider of Caterpillar Equipment Solutions” yang menjadi
semangat dari seluruh lini dalam operasi untuk mewujudkan dan
mempertahankannya. Berdiri pada tahun 1970 dan dengan lebih dari lima puluh
cabang dari Sumatera sampai Papua hingga saat ini tentunya sudah memberikan
pengalaman yang cukup banyak bagi perusahaan untuk berkembang serta
kesempatan untuk melakukan berbagai perbaikan.
Kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan dari perhitungan Balanced
Sumber: Trakindo Portal
Gambar 1.1 Kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan
Kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan selama tahun 2011 berada pada poin
3.41 sehingga ada pada kategori Performer. Detail dan kontribusi dari masing
masing perspektif terlihat pada scorecard di Gambar 1.2 dimana Financial
Perspective dan Learning & Growth sebagai kontributor terbesar.
Sumber: Trakindo Portal
Walapun sudah menerapkan Balanced Scorecard, hal yang menjadi
fenomena saat ini pada perusahaan pada umumnya, ketika berbicara tentang
kinerja sebuah perusahaan yang menjadi fokus perhatian adalah dari sisi
pencapaian penjualan (Kriteria Hasil Bisnis dalam MBCfPE). Setiap bulan
pencapaian tersebut menjadi pelaporan yang diumumkan pada pertemuan bulanan
perusahaan sebagai sebuah laporan kinerja. Pelaporan akhir tahun 2011 PT
Trakindo Utama adalah sebagai berikut :
Tabel 1.3 Pencapaian Penjualan Product Support PT Trakindo Utama Divisi Sumatera 2011
Dari Tabel 1.3 dapat dilihat pencapaian aktual penjualan dari masing-masing
cabang di Divisi Sumatera PT Trakindo Utama, dibandingkan dengan budget
yang sudah disepakati diawal tahun 2011. Terdapat tujuh cabang yang dapat
memenuhi pencapaian dari budget nya dengan indikator variance lebih besar atau
sama dengan nol persen (0%) yang bisa dikatakan performer atau memiliki
performer dengan nilai variance yang minus. Jumlah cabang performer dan
non-performer yang hampir seimbang tersebut menuntut aplikasi metode manajemen
yang lebih baik perlu diterapkan terhadap masing-masing cabang dalam
operasionalnya.
MBCfPE yang memandang sebuah pencapaian merupakan hasil integrasi
dari beberapa kriteria tentunya melihat ini sebagai sebuah masalah, karena
masing-masing kriteria punya peran yang harus berjalan seiring untuk sebuah
hasil yang baik. Terlalu fokus pada pencapaian penjualan tanpa melihat laporan
perkembangan hasil dari peningkatan sumber daya manusia dan dari kriteria
lainnya adalah sebuah ketimpangan. Gambaran hasil pencapaian diatas tersebut
tentunya juga belum bisa dikatakan mewakili kinerja perusahaan secara
keseluruhan dan ada pada posisi tertinggi dalam level Malcolm Baldrige National
Quality Award yaitu “World Class Leader” seperti yang menjadi visi dari PT
Trakindo Utama dalam bisnisnya.
Mengingat kelebihan dan kekurangan dari Six Sigma dan Balanced
Scorecard maka implementasi MBCfPE dirasa perlu untuk perusahaan ini guna
mengetahui kriteria apa yang perlu diperbaiki dalam perusahaan dan posisinya
dalam dunia bisnis saat ini.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasar hal-hal yang telah dikemukakan diatas, maka masalah
1. Bagaimana level kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan ditinjau dari
penerapan Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence?
2. Bagaimana signifikansi pengaruh penerapan Malcolm Baldrige Criteria
for Performance Excellence terhadap kinerja PT Trakindo Utama
Cabang Medan?
3. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria kepemimpinan terhadap kinerja
PT Trakindo Utama Cabang Medan?
4. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria perencanaan strategis terhadap
kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan?
5. Bagaimana signifiikansi pengaruh kriteria fokus kepada pelanggan dan
pasar terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan?
6. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria ukuran, analisa dan manajemen
pengetahuan terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan?
7. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada tenaga kerja
terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang medan?
8. Bagaimana signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada operasi terhadap
kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
1. Untuk mengukur pencapaian kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan
saat ini dengan menggunakan Malcolm Baldrige Criteria for
Performance Excellence.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh Malcolm Baldrige
Criteria for Performance Excellence terhadap kinerja PT Trakindo Utama
Cabang Medan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria kepemimpinan terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan.
4. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria perencanaan strategis terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan.
5. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada pelanggan dan pasar terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan.
6. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria ukuran, analisa dan manajemen pengetahuan terhadap kinerja PT Trakindo Utama
Cabang Medan.
7. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada tenaga kerja terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan.
8. Untuk mengetahui dan menganalisa signifikansi pengaruh kriteria fokus kepada operasi terhadap kinerja PT Trakindo Utama Cabang Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan akan MBCfPE dan
mengetahui sejauh mana perannya bagi PT Trakindo Utama Cabang
Medan agar punya daya saing tinggi.
2. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen
Sebagai penambah khasanah penelitian bagi Program Studi Ilmu
Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Bagi Peneliti
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur penelitian
MBCfPE terhadap organisasi atau perusahaan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya sebagai