Tabel 1.4
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Agama di Nagori/Kelurahan Bah Jambi Tahun 1990
No Agama Jumlah Persentase
1 Islam 4.617 74.75
2 Protestan 1.390 22.50
3 Katolik 170 2.75
4 Hindu - -
5 Budha - -
6 Lainnya - -
Jumlah 6.177 100
Sumber: BPS Simalungun Tahun 1990
Mayoritas penduduk di Desa Bah Jambi menganut agama Islam dengan jumlah 4.617
orang. Didesa Bah Jambi terdapat 2 mesjid dan 6 Musholla sebagai tempat peribadatan warga
masyarakat yang beragama Islam. Sedangkan untuk yang beragama Protestan dianut oleh 1.390
orang dan Katolik 170 orang, terdapat 2 fasilitas gereja di Bah Jambi.
2.2.3 Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting yaitu dalam pengembangan diri.
Pendidikan di Desa Bah Jambi mulai berkembang ketika sudah berdirinya gedung sekolah
sebagai fasilitas untuk sebagai tempat untuk menimbah ilmu. Fasilitas pendidikan yang ada di
Desa Bah Jambi adalah sebagai berikut:
1. SD/Madrasah : 8 buah dengan status negeri
2. SLTP : 3 buah dengan status Swasta
3. SLTA : 1 buah dengan status swasta
Sekolah Dasar (SD) merupakan milik pemerintah, dan SLTP dan SLTA adalah milik PT.
Dengan adanya wadah pendidikan ini maka masyarakat semakin mudah untuk
mendapatkan hak pendidikan formal. Perkembangan penduduk yang mendapatkan pendidikan di
Desa Bah Jambi dapat dilihat pada tabel 1.5
Tabel 1.5
Klasifikasi Penduduk Nagori/Kelurahan Bah Jambi Berdasarkan Tingkat Pendidikan dari Tahun 1963-1990
Sumber data BPS Simalungun dari dalam angka tahun 1963-1990
Dari tabel diatas kita dapat melihat beragamnya tingkat pendidikan yang ada pada
mayarakat di Desa Bah Jambi. Akan tetapi kita dapat melihat distribusi jenjang pendidikan dari
yang terendah sampai yang tertinggi terdapat pada masyarakat Bah jambi. Dengan komposisi
seperti ditunjukkan pada tabel diatas bahwa pada masyarakat Bah Jambi kebanyakan memiliki
tingkat pendidikan menengah pertama (SMP). Pendidikan semakin meningkat terjadi pada tahun
1983-1990, meningkatnya pendidikan ini karena kepedulian masyarakat Desa Bah Jambi
2.3. Sejarah PT.Perkebunan VII (Persero) dan Sejarah Desa Bah Jambi
2.3.1 Sejarah PT. Perkebunan VII (Persero) Bah Jambi
Kebun Bah Jambi adalah salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan VII (Persero) berada
di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan berkantor pusat di Jl. Letjend Suprapto Medan.
Bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak
(CPO) dan inti (PK).
Pada mulanya Kebun Bah Jambi adalah milik swasta asing NV, HVA (Handle
Veronigging of Amsterdam) dari Negeri Belanda tahun 1920, komoditinya budidaya Sisal (Agave
Sisalana)20 yang tujuannya adalah untuk menghasilkan tali. Tahun 1950-1955 perusahaan NV,
HVA dirubah mejadi perusahaan perkebunan kelapa sawit dan berdiri sebuah Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) yang dibangun oleh Keler dan Van De Vort21
Pada tanggal 2 Mei1959 berdasarkan PP No. 19 dalam lembaran Negara No. 31 Tahun 1959 dengan
peralihan stastus perusahaan yaitu dari NV. H. V. A. berbubah menjadi PPN Unit Sumatera II yang
terbagi atas beberapa kebun yaitu Kebun Laras, Bandar Betsy, Pagar Jawa, Bah Jambi, Marjandi,
Sidamanik, Balimbingan, Bangun, Gunung Lama, Dolok Sinumbah, Tonduhan. .
22
Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 27 Lembaran Negara No. 4
tahun 1963 tertanggal 22 Mei 1963 terjadi lagi perubahandari PPN Sumut III menjadi PPN
20
Budidaya sisal merupakan Serat alam dari tanaman sudah lama dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan misalnya untuk tekstil, tali temali, sikat, tambalan, tenun, atap, kertas, kerajinan (keranjang/tas, tikar, keset, dan barang kerajinan lainnya). Jumaeri dkk, , Pengetahuan Barang Tekstil, Institut Teknologi Tekstil, Bandung. 1979. Hal. 27
21
Wawancara dengan Dahlian Pasaribu di Desa Bah Jambi tanggal 21 Oktober 2012
22
ANTAN III. Adapun kebun yang tergabungdalam PPN ANTAN III pada saat itu adalah kebun
Dolok Sinembah, Tonduhan, Bah Jambi, Laras, Dolok Ilir dan Pagar Jawa.23
Tahun 1968 sebagai mana Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1968 dalam regruiping
perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN Karet VI dan PPN serat Sumatera Utara
menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VII (PN Perkebunan VII).
Setelah berjalan sekitar 5 tahun pada tanggal 13 April 1968 berubah lagi menjadi PN
Perkebunan VII, dengan PP No. 14 Lembaran Negara No. 23 tahun1968. Kebun- kebun yang
tergabung didalam adalah Kebun Bah Jambi, Marihat, Dolok Ilir, Laras, Dolok Sinembah,
Tonduhan, Gunung Bayu, Bukit Lama, Pasir Mandoge, Sei Kopas, Sei Dekan. Dalam rangka
untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas badan-badan usaha milik Negara
dilingkungan Departemen Peleburan Perusahaan (PERSERA), PNP VII yang semula berstastus
perusahaan negara dialihkan menjadi perusahaan terbatas perkebunan (PTP VII), sesuai dengan
Pasal 2 ayat 3 UU No. 9 tahun 1969. Pada tahun 1972 dilakukan penggabungan 10 kebun yang
dimilki oleh PTP VII menjadi 5 kebun yaitu Bah Jambi, Dolok Hilir, Dolok Sinembah, Gunung
Bayu dan Mayang.
Pada tanggal 14 Januari 1985 PN Perkebunan berubah menjadi PT. Perkebunan VII
(Persero) dengan PP No. 16 melalui akta notaries. Status tersebut disahkan oleh menteri
kehakiman dengan SK No. 12412-HT-01 pada tanggal 14 Juli 1985 dan didaftarkan pada
Panitera Pengadilan Negeri Simalungun dengan No. 121/No.7/1985/PN-SIM tanggal 30 Juli
1985. serta dicantumkan dengan tambahan berita Negara RI No. 100 tanggal 13 Desember 1985.
Kebun-kebun yang tergabung adalah kebun Bah Jambi, Bukit Lima, PMT Dolok Ilir,
23
Dolok Sinumbah,Gunung Emas, PIR Ngubang, PKS Gunung Meliau, Dinas alat-alat berat,
proyek kerjasama NES VII Luwu d/p PNP XXVIII Ujung Pandang dan Sulawesi Selatan.
2.3.2 Sejarah Singkat Desa Bah Jambi
Desa Bah Jambi Terbentuk pada tahun 195124
Adapun etnis yang berdiam atau bertempat tinggal di Desa Bah Jambi adalah:
yang masuk kewilayah kecamatan Tanah
Jawa tahun 1951 – 1989, dan pindah ke wilayah Kecamatan Hutabayu Raja tahun 1989 – 1997
Kabupaten Simalungun. Masyarakat Desa Bah dihuni oleh mayoritas etnis pendatang, hal ini
disebabkan wilayah Desa Bah Jambi merupakan daerah PT. Perkebunan VII (Persero). Desa Bah
Jambi Merupakan tempat pemukiman karyawan PT. Perkebunan VII (Persero) atau perumahan
yang diberikan oleh perusahaan sebagai fasilitas karyawan.
1. Sub Etnis Jawa yang berasal dari Pulau Jawa, dimana pada masa penjajahan Belanda
banyak bermigrasi untuk dijadikan buruh kebun
2. Sub Etnis Mandailing berasal dari Tapanuli Selatan, dan Sibolga yang menjadi karyawan
PT. Perkebunan VII (Persero)
3. Sub Etnis Batak Toba berasal dari Pulau Samosir, Balige, Tarutung, dan Humbang
Hasundutan.
4. Sub Etnis Simalungun merupakan penduduk asli Desa Bah Jambi
Etnis Simalungun bermukim di Desa Bah Jambi pada awalnya tidak ada, karena Etnis
Simalungun tidak ada yang mau bekerja sebagai karyawan di PT. Perkebunan VII (Persero) pada
masa kekuasaan Belanda.
Kepala desa yang memerintah di Desa Bah Jambi dari tahun 1951 – 1990 adalah:
24
1. Muin (1951 – 1959)
2. W Saragih (1959 – 1989)
3. Azis Siregar (1989 – 2004)
Pemilihan kepala desa pada periode tahun 1951 – 1959 yaitu Muin dipilih oleh PT. Perkebunan
VII (Persero). Pada saat Muin menjabat kepala desa, juga mempunyai jabatan di PT. Perkebuan
VII (Persero) yaitu Mandor. Setelah periode W. Saragi (1959 – 1989), kepala desa sudah dipilih
oleh masyarakat secara langsung.
2.4 Latar Belakang Sub Etnis Batak Toba ke Bah Jambi
Tujuan salah satu daerah perantauan adalah Desa Bah Jambi yang merupakan wilayah
perkebunan PT. Perkebunan VII (Persero) yang terletak pada daerah Kabupaten Simalungun.
Orang Batak Toba yang pertama menjadi karyawan PT. Perkebunan VII (Persero) Bah Jambi
adalah K. Pangaribuan pada tahun 1963 sebagai supir setelah dibangunnya pabrik kelapa sawit di
Bah Jambi pada tahun 1960.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang untuk mengambil keputusan
melakukan migrasi yaitu :
a) Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal.
b) Faktor-faktor yang terdapat dari daerah tujuan.
c) Faktor-faktor rintangan.
d) Faktor pribadi.25
25
Sub Etnis Batak Toba Bermigrasi dari segi faktor dari daerah asal yang membuat Sub
Etnis Batak Toba untuk bermigrasi adalah:
1. Sub Etnis Batak Toba yang masuk di wilayah PT. Perkebunan VII (Persero) Bah Jambi di
Kabupaten Simalungun dilatarbelakangi oleh filosofi orang Batak Toba yaitu:
a. Hagabeon (Kejayaan)
b. Hasangapon (Kehormatan)
c. Hamoraon (Kekayaan)
d. Hamuliaon (Kemuliaan
Dengan filosofi tersebut orang Batak Toba mencoba untuk keluar daerah untuk mencapai
4 (empat) H tersebut.
2. Faktor geografis yang melatarbelakangi untuk mencoba mencari kehidupan yang lebih baik
di daerah tujuan. Kondisi geografis di daerah Tanah Batak Toba adalah termasuk tanah
tandus termasuk wilayah Samosir sehingga tidak memungkinkan untuk memenuhi
kebutuhan. Pada musim paceklik dan gagal panen akibat dari tanah yang tidak subur serta
lahan yang akan digarap untuk kehidupan tidak terpenuhi lagi mengakibatkan suku batak
toba mencari daerah perantauan untuk mencari kehidupan yang lain.
3. SubEtnis Batak Toba bermigrasi dari dataran tinggi toba akibat dari pertumbuhan
penduduknya yang tinggi akan tetapi tidak di imbangi dengan pertambahan ketersedian
sumber daya alam. Sehingga Etnis Batak Toba yang masuk di wilayah PT. Perkebunan VII
(Persero) Bah Jambi di Kabupaten Simalungun bermigrasi akibat dari kondisi di dataran
tinggi toba tidak dapat lagi mencukupi untuk proses kelangsungan hidup masyarakat yang
Dari faktor yang terdapat dari dari daerah tujuan adalah tersedianya lapangan kerja yang
dibutuhkan untuk mencapai empat (4) H sebagai filosofi Etnis Batak Toba.
Dari faktor pribadi merupakan adanya keinginan untuk mencari pekerjaan di daerah yang
akan dituju. Keinginan pribadi untuk merantau merupakan adannya informasi dari pihak saudara
ataupun dari keluarga sekampung yang telah merantau terlebih dahulu ke daerah desa Bah Jambi.
Informasi yang diperoleh menjadi sumber ketertarikan untuk mencoba hal yang baru untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu contoh informasi lapangan pekerjaan yang diperoleh oleh
R. Pakpahan yang telah bekerja dari mulai tahun 1978 dari keluarga yang merupakan dari orang
tua yang abang adik.
Faktor yang lain adalah perkembangan pendidikan, perkembangan pendidikan yang
melatarbelakangi untuk memudahkan dalam memperoleh pekerjaan sebagai persyaratan untuk
melamar. Hal ini dilakukan oleh sebagaian Etnis Batak Toba mendapatkan pekerjaan di PT.
Perkebunan VII (Persero), orang – orang yang melamar. Sub Etnis Batak Toba yang melamar
dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1.6
Sub Etnis Batak Toba yang Melamar di Perkebunan PT. Perkebunan VII dan Tinggal di Desa Bah Jambi
No Nama Tahun
Melamar
Pendidikan Trakhir saat Melamar
2 Dawasi Siregar 1975 SMA
3 Parto Pakpahan 1968 Sarjana Muda
4 Amir Marpaung 1967 SMA
5 Argelaus Goeltom 1975 SMA
6 Dahlian Pasaribu 1972 SMA
7 Poltak Hutahean 1963 SR (Sekolah Rakyat)
8 Krisman Panggabean 1982 SMA
9 Ir. A. Situmorang 1967 Sarjana Muda
10 Ir. H.H.L Tobing 1976 Sarjana
11 Drs. S. M. Simanjuntak 1978 Sarjana
12 Ir. P. O. Siahaan 1975 Sarjana
13 Ir. I. M. Siregar 1978 Sarjana
14 Drs. R. Y. Hutabarat 1972 Sarjana
15 Drs A. B. Siregar 1976 Sarjana
16 Drs. B Simorangkir 1979 Sarjana Muda
17 Drs. M Siregar 1974 Sarjana Muda
18 Drs. M. Siringoringo 1977 Sarjana
19 Drs. J Hutagalung 1978 Sarjana Muda
20 Drs. W. A Siregar 1973 Sarjana Muda
Sumber: Data Arsip Sentral PT. Perkebunan VII (Persero)
Dari tabel 1.6 Etnis Batak Toba sudah mempunyai pendidikan yang tinggi untuk masuk
mempermudah untuk mendapatkan jabatan di perusahaan tersebut. Pendidikan dilanjutkan oleh
karyawan dengan tujuan untuk mendapatkan karir dalam perusahaan.
Masuknya Sub Etnis Batak Toba Bekerja di Perkebunan, menurut pernyataan Dahlian
Pasaribu rata – rata melamar walaupun ada keluarga yang mencoba untuk memasukkan bekerja
di PT. Perkebunan VII (Persero). Akan tetapi administrasi harus dilengkapi untuk menjadi
pertimbangan pihak PT. Perkebuanan (Persero).26
Pada tahun 1966 Sub Etnis Batak Toba yang masuk menjadi karyawan PT. Perkebunan
VII (Persero) banyak diterima karena berdasarkan kecakapan (bisa baca tulis), akan tetapi
mereka juga membuat format lamaran sesuai prosedur yang diberikan oleh PT. Perkebunan VII
(Persero). Dari format lamaran yang sangat penting diberikan kepada PT. Perkebunan VII
(Persero) adalah surat peryataan dari kepala desa (Penguhulu). Surat pernyataan yang intinya
adalah tidak terkait dengan PKI27 (Partai Komunis Indonesia) sebagai partai terlarang di
Indonesia.
26
Wawancara dengan Dahlian Pasaribu Di Desa Bah Jambi tgl 25 Oktober 2012
27