BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi
2.1.1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “MOREVE” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau
beraksi. Menurut Sarwono (2002) “Motivasi menunjuk pada proses gerakan,
termasuk situasi yang mendorong yang timbul dari dalam diri individu, tingkah
laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan
atau perbuatan” (Sunaryo, 2002).
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam
arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995 dalam Suarli & Bahtiar, 2002).
Motivasi menurut Purwanto (2002), adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu (Suarli & Bahtiar, 2002).
Menurut Suarli dan Bahtiar (2002), motivasi menurut bentuknya terdiri
atas (1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri
individu,misalnya tingkat pendidikan, harapan/keinginan dan pengalaman (2)
Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri individu, misalnya
lingkungan, dorongan/bimbingan dari orang lain dan jarak tempat tinggal ke
puskesmas. Motivasilah yang merangsang, memberikan arah dan mendorong
mengelilingi, yang pencapaiannya membawa kepada pemuasan motivasi tertentu
(Langgulung, 1986).
2.1.2. Aspek-Aspek Motivasi
Ada dua aspek yang dikenal yaitu aspek aktif atau dinamis dan aspek
pasif atau statis (Hasibuan, 1996). Aspek aktif/dinamis yaitu motivasi tampak
sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya
manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Aspek
pasif/statis yaitu motivasi tampak sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan
dan menggerakkan potensi sumber daya manusia itu kearah tujuan yang
diinginkan.
Keinginan dan kegairahan kerja ini dapat ditingkatkan berdasarkan
pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu:
a) Aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia
yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya
tujuan organisasi.
b) Aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsangan/insentif yang
diharapkan akan dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan
pokok yang diharapkannya tersebut.
2.1.3. Teori-Teori Motivasi
a) Teori Abraham Maslow
Abraham Maslow memandang bahwa kebutuhan manusia tersusun atas
mendasar (kebutuhan fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi
diri), yaitu:
1) Fisiologi: kebutuhan yang berkaitan langsung dengan fisik manusia,
seperti makan, minum, tempat tinggal, kesehatan badan, dan
lain-lain.
2) Keamanan dan keselamatan (safety & security): kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, baik berupa ancaman kejadian atau
ancaman dari lingkungan. Misalnya adalah gaji tetap sehingga bisa
melakukan perencanaan reguler.
3) Rasa memiliki (belongingness), sosial dan cinta: kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, seperti pertemanan,
afiliasi, interaksi, pernikahan, kerja sama dalam tim, dan lain-lain.
4) Harga diri (esteem): kebutuhan untuk menghargai diri sendiri maupun mendapat penghargaan dari orang lain. Misalnya adalah
pencapaian posisi atau jabatan tertentu.
5) Aktualisasi diri (self actualization): kebutuhan untuk bisa memaksimumkan kemampuan, keahlian dan potensi diri. Misalnya
dalam menghadapi tantangan kerja.
Konsep Maslow menyebutkan bila pada suatu saat semua kebutuhan
ada, maka kebutuhan biologislah akan terasa paling kuat tuntutan
pemenuhannya. Sehingga kebutuhan-kebutuhan yang lain belum akan
terasa tuntutannya. Manusia merupakan mahluk sosial yang mempunyai
berbagai kebutuhan. Bila kebutuhan tidak terpuaskan akan
mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Namun bila sudah
terpenuhi, maka kebutuhan tersebut tidak lagi menjadi motivator.
b) Teori Herzberg
Herzberg meninjau motivasi dalam hubungannya dengan kepuasan
kerja. Ia membedakan kebutuhan yang mendorong orang bertingkah
laku menjadi dua kelompok yaitu:
1) Faktor Higienik (faktor ekstrinsik)
Disebut juga faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja atau
faktor yang dapat mencegah terjadinya ketidakpuasaan kerja, seperti
jabatan, gaji, status, kondisi lingkungan kerja, kebijakan, peraturan
ruang perawatan dan rumah sakit, kualitas hubungan interpersonal,
hubungan dalam kelompok, hubungan bawahan-atasan, jaminan
keamanan dalam bekerja.
2) Faktor Motivasional (faktor intrinsik)
Faktor motivasional adalah seperangkat kondisi kerja yang
membantu membangun suatu motivasi. Faktor-faktor tersebut adalah
prestasi, peningkatan status pekerjaan itu sendiri, tanggung-jawab
dan pengembangan pribadi. Masalah motivasi sangat berkaitan
dengan pekerjaan dan cara mempertinggi motivasi tersebut dengan
cara mengubah design tugas sehingga menimbulkan kegairahan
c) Teori X-Y Mc Gregor
Mengatakan bahwa terdapat dua sikap dasar pada manusia. Sikap
seseorang akan mempengaruhi produktivitasnya. Sikap dasar tersebut
adalah:
1) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori X
Asumsi dari teori ini bahwa pada hakekatnya manusia kebanyakan
lebih suku diawasi daripada diberi kebebasan, tidak senang
menerima tanggung jawab, malas dan selalu ingin aman saja.
Motivasi kerjanya yang utama adalah uang dan keuntungan finansial.
Kelompok ini mau bekerja karena adanya imbalan atau hadiah.
2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Asumsi dari teori ini adalah bahwa hakekatnya kebanyakan manusia
suka bekerja. Bekerja merupakan kegiatan alami seperti halnya
bermain dan kontrol terhadap diri sendiri merupakan suatu hal yang
esensial.
d) Teori Mc.Clelland
Mc.Clelland mengembangkan teori prestasi dan menyimpulkan
bahwa motivasi yang terdapat dalam diri seseorang dipengaruhi oleh
tiga kebutuhan:
1) Kebutuhan akan keberhasilan
Seseorang selalu ingin tampil lebih baik dari sebelumnya. Dorongan
untuk menjadi yang terbaik, mencapai keberhasilan sesuai dengan
2) Kebutuhan akan afiliasi
Seseorang memiliki keinginan untuk membentuk persahabatan, cinta
dan rasa memiliki dalam hubungan antara manusia secara dekat.
3) Kebutuhan akan kekuasaan
Seseorang memiliki keinginan untuk mengontrol dan mempengaruhi
orang lain untuk berperilaku seperti yang dia kehendaki.
e) Proses theoris of motivation
Teori ini berfokus pada cara mengontrol atau mempengaruhi perilaku
seseorang, yang terdiri dari empat teori proses motivasi, yaitu:
1) Penguatan (Reinforcement)
Perilaku yang memuaskan harus dikuatkan dan dipuji untuk
meningkatkan dorongan mengulang kembali perilaku tersebut agar
menjadi sebuah motivasi dikemudian hari.
2) Penghargaan (Expectasy)
Penghargaan adalah tingkat penampilan tertentu terwujud melalui
usaha tertentu, yang meyakini bahwa individu termotivasi oleh
harapan yang akan datang sehingga melakukan pekerjaannya dengan
baik.
3) Keadilan (Equity)
Keadilan adalah usaha atau kontribusi yang diberikan, dihargai sama
dengan penghargaan yang telah diberikan pada orang lain. Dengan
perlakuan yang adil tidak akan merubah perilaku tetapi sebaliknya
telah memiliki motivasi yang tinggi tidak mendapat keadilan sesuai
dengan kontribusi yang telah diberikan maka perilakunya akan
berubah dan motivasinya akan turun.
4) Penetapan tujuan (Goal Setting)
Seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja jika
tugas dan tanggungjawabnya ditetapkan dengan jelas yang meliputi
lima komponen, yaitu: SMART (Spesifik, Measurable, Achievable,
Realistic, Tim bound).
f) Teori Isi (Content theory)
Teori isi sering disebut juga teori kebutuhan dan teori kepuasan yang
terdiri dari:
1) Teori Motivasi Konvensional (Taylor)
Teori ini disebut juga teori motivasi tradisional atau klasik dimana
dalam pendekatannya menggunakan pendekatan faktor ekonomi.
Semakin besar imbalan yang diberikan, maka diharapkan semakin
tinggi motivasi sehingga menghasilkan gairah kerja yang tinggi,
prestasi yang meningkat dan akhirnya diharapkan produktifitasnya
tinggi.
2) Teori Motivasi ERG (Aldefer)
Teori motivasi ERG (Existence, Relatedness, Growth) merupakan
modifikasi dari teori kebutuhan Maslow guna memperbaiki beberapa
kelemahan. Teori ini menempatkan kebutuhan manusia kedalam tiga
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman dan nyaman yang
bersifat sangat mendasar sehingga harus terpenuhi. Kekerabatan
(Relatedness), merupakan kebutuhan kebersamaan dengan cara
saling berhubungan diantara sesama. Dengan terciptanya hubungan
yang baik akan menstimulus motivasi. Pertumbuhan dan
Perkembangan (Growth), terdiri dari kebutuhan harga diri dan
aktualisasi. Dengan adanya kesempatan tumbuh dan berkembang,
maka akan menumbuhkan motivasi bagi seseorang.
2.2. Puskesmas
2.2.1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (KepMenKes No.128 Thn 2004). Tujuan pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan masyarakat yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2.2.2. Fungsi Puskesmas
a) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu
puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
b) Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut
menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosial budaya masyarakat setempat.
c) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
1) Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
2.2.3. Upaya dan Azas Penyelenggaraan
Upaya untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalu puskesmas,
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
a) Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi
kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai
kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah perilakunya
menjadi perilaku sehat. Sasaran penyuluhan adalah kelompok-kelompok
masyarakat yang berisiko tertular penyakit maupun masyarakat umum.
Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
tiap-tiap program puskesmas (Muninjaya, 2002).
Upaya kesehatan lingkungan adalah bertujuan menanggulangi dan
menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan
yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular di
masyarakat. Sasarannya adalah tempat-tempat umum (seperti pasar, restoran,
tempat ibadah, sumber air minum penduduk dan tempat pembuangan air
limbah dan sebagainya). Upaya selanjutnya adalah upaya kesehatan ibu dan
anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan menurunkan angka
kematian dan kejadian sakit dikalangan ibu pada saat kehamilan, bersalin dan
saat menyusui. Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan
status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang
berkembang secara optimal. Sasaran program KIA adalah Ibu hamil, ibu
menyusui dan anak-anak sampai dengan umur 5 tahun. Sementara tujuan
program KB adalah menurunkan angkakelahiran dan meningkatkan kesehatan
ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera yang sasarannya adalah pasangan usia subur (Muninjaya,
2002).
Upaya perbaikan gizi adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan
status gizi masyarakat melalui pemantauan status gizi kelompok-kelompok
masyarakat yang mempunyai resiko tinggi (ibu hamil dan balita), pemberian
makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.
Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak yang berumur di
bawah lima tahun (Muninjaya, 2002).
Kegiatan yang dilaksanakan pada upaya pemberantasan penyakit menular
bertujuan menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin dan mengurangi
berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya
penyebaran penyakit menular di suatu wilayah, memberikan proteksi khusus
kepada kelompok masyarakat tertentu agar terhindar dari penularan penyakit
(Muninjaya, 2002). Pemberian immunisasi, pemberantasan vektor dan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat adalah beberapa kegiatan yang
dilakukan.
Upaya pengobatan meliputi diagnosa sedini mungkin melalui riwayat
melaksanakan tindakan pengobatan, melakukan upaya rujukan diagnostik dan
pengobatan/rehabilitasi (Effendy, 1998)
b) Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
1) Upaya Kesehatan Sekolah
2) Upaya Kesehatan Olah Raga
3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4) Upaya Kesehatan Kerja
5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6) Upaya Kesehatan Jiwa
7) Upaya Kesehatan Mata
8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta
upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini
merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya
pengembangan puskesmas. Perawatan kesehatan masyarakat merupakan
pelayanan penunjang, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah
satu upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah (1) Azas
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya. (2) Azas pemberdayaan masyarakat, yaitu puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas.(3) Azas keterpaduan, untuk mengatasi
keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak
dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan, yakni: keterpaduan lintas
program dan keterpaduan lintas sektor. (4) Azas rujukan, yaitu sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas
terbatas utuk itu dilimpahkanlah wewenang dan tanggungjawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti satuuk, strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar
pelayanan kesehatan yang sama (DepKes, 2004).
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau rangkaian alat yang bersifat tidak
kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat interaksi antara konsumen
dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan perusahaan pemberi pelayanan
yang dimaksudkan untu memecahkan persoalan konsumen (Gronroos, 1990
dalam Ratminto & Winarsi, 2005). Dalam hal ini pelayanan yang diberikan adalah
pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan secara sendiri
atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan ditandai dengan
cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi
yang memiliki tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit dengan sasaran utama masyarakat (Hodgetts & Cascio, 1983
dalam Mubarak, 2009).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan
yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan
tersebut (Azwar, 1999).
Menurut Mubarak (2009) suatu pelayanan kesehatan harus memiliki
berbagai persyaratan pokok yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam
menentukan pilihannya terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan dalam hal
2.3.1. Tersedia dan berkesinambungan
Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyara
kat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah
pada setiap saat dibutuhkan.
2.3.2. Dapat diterima dan bersifat wajar
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan
keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan
kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu
pelayanan kesehatan yang baik.
2.3.3. Mudah dicapai
Ketercapaian yang dimaksud yaitu lokasi, pengaturan distribusi sarana
kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu
terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara itu tidak ditemukan
di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
2.3.4. Mudah dijangkau
Terutama dari sudut biaya, harus dapat diupayakan biaya kesehatan sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Biaya yang mahal hanya
mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja bukanlah
pelayanan kesehatan yang baik.
2.3.5. Bermutu
Mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah