BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah
yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi,
yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era
globalisasi sekarang ini, hampir setiap negara menaruh perhatian yang besar
terhadap eksistensi pasar modal, terutama mengingat perannya yang strategis bagi
penguatan ketahanan ekonomi suatu negara (Situmorang, 2008). Hal ini
dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang
pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke
sektor-sektor produktif, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar,
misalnya dengan menjual saham di pasar bursa saham atau bursa efek. Seperti
halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara
pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi.
Untuk menarik partisipasi pembeli dan penjual, pasar modal harus bersifat
likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan efisien jika surat-surat berharga
mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Harga dari surat berharga juga
mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa
mendatang serta kualitas dari manajemennya (Jogiyanto, 2000).
Di pasar modal Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang
industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti dan real estate, sektor
infrastruktur, utilitas, dan transportasi, sektor keuangan, sektor perdagangan, jasa
dan investasi, dan manufaktur. Sektor-sektor tersebut juga terdiri dari beberapa
sub sektor.
Penulis memilih sektor industri barang konsumsi sebagai objek penelitian
karena industri ini memiliki kemungkinan terbesar untuk berkembang. Sepanjang
semester pertama 2010, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami
kenaikan sebesar 338,27 poin atau sekitar 13,13%. Kenaikan tersebut didukung
oleh tiga indeks sektoral yang tumbuh paling tajam, yaitu sektor industri barang
konsumsi sebesar 41,93%, sektor aneka industri sebesar 32,22%, dan sektor
manufaktur sebesar 29,94%
Industri barang konsumsi pada saham-saham emiten Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang tersebar di lima sektor industri di Bursa Efek Indonesia
sepanjang tahun 2011 juga menunjukkan peningkatan kinerja tertinggi
dibandingkan sektor yang lain, yaitu naik sebesar 107%
Sektor industri barang konsumsi terbagi dalam beberapa subsektor yang
terdiri dari perusahan-perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada publik
sehingga terdapat persaingan yang tinggi antar perusahaan. Oleh karena itu,
Dalam memilih sektor mana yang menarik sebagai tempat berinvestasi,
investor terlebih dahulu memperhatikan pergerakan harga saham yang
ditunjukkan melalui indeks harga saham yang ada di pasar bursa saham. Investor
perlu melakukan analisa terhadap saham-saham tersebut, untuk memprediksi hasil
investasinya di masa mendatang. Setiap investor berharap memperoleh
keuntungan baik berupa dividen maupun capital gain.
Salah satu analisa yang paling penting untuk dilakukan sebelum
memutuskan untuk membeli saham tersebut adalah analisis fundamental.
Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham
dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro
ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator
keuangan dan manajemen perusahaan di masa mendatang (Darmadji & Hendy M.
Fakhruddin, 2006).
Indikator kondisi ekonomi makro yang tekait antara lain yaitu tingkat suku
bunga Bank Indonesia (BI rate), inflasi dan nilai tukar rupiah/dolar. Sedangkan
untuk analisis perusahaan terdapat dua komponen utama dalam analisis
fundamental yaitu Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER)
perusahaan untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham (Tandelilin, 2001).
Berikut ini adalah data perkembangan kondisi ekonomi makro dan kinerja
Tabel 1.1
Perkembangan Indeks harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi dan Faktor Fundamental yang Mempengaruhinya
Faktor Fundamental Industri Barang Konsumsi
2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Harga Saham 436.039 326.843 671.305 1094.653 1315.964
BI Rate (%) 9.00 9.25 6.50 6.50 6.00
Tabel di atas menunjukkan kondisi ekonomi makro dan kinerja
perusahaan-perusahaan pada sektor industri barang konsumsi yang berfluktuasi dari tahun
2007 - 2011. Indeks harga saham sektor industri barang konsumsi mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2008 indeks harga saham
mengalami penurunan sebesar 109.196 poin. Hal ini merupakan dampak dari
terjadinya krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis ekonomi
global berdampak pada kondisi ekonomi makro, yang ditunjukkan dengan
terjadinya kenaikan inflasi yang tinggi yaitu sebesar 11.06 % dan melemahnya
nilai tukar Rupiah/US $ hingga Rp 12,151 per US $. Kondisi tersebut diikuti
dengan naiknya BI rate menjadi 9.25 %. Hal ini menyebabkan indeks harga
saham sektor industri barang konsumsi menurun karena masyarakat lebih memilih
ini ditunjukkan oleh kenaikan kinerja sektor tersebut melalui rasio EPS dan PER.
Kinerja yang meningkat tersebut mendukung peningkatan harga saham sektor
industri barang konsumsi di pasar modal. Ketika EPS sektor industri barang
konsumsi meningkat, indeks harga sahamnya juga meningkat, sebaliknya ketika
EPS-nya turun seperti pada tahun 2010, indeks harga sahamnya juga turun.
Sementara PER sektor tersebut cenderung selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut pengamat pasar modal Jimmy Dimas Wahyu
ekonomi global, sektor yang paling bisa bertahan dan berkontribusi kepada
pengangkatan IHSG adalah sektor industri barang konsumsi dan ritel. Dalam
kondisi perekonomian global yang bergejolak, sektor-sektor yang memberikan
pemenuhan kebutuhan domestik masih bisa stabil. Pada krisis keuangan 2008 di
Amerika Serikat, sektor yang masih bisa memperoleh keuntungan adalah sektor
konsumsi dan ritel.
Tabel berikut ini menunjukkan pergerakan indeks harga saham sektor-sektor
Tabel 1.2
Pergerakan Indeks Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
Indeks Close Pergerakan
% Poin
IHSG 1,355.408 -77.01 -1,390.418
LQ45 270.232 -83.84 -329.589
Jakarta Islamic Index 216.189 -88.93 -276.825
Pertanian 918.766 -150.68 -1.835.990
Pertambangan 877.678 -256.36 -2,392.410
Industri Dasar 134.987 -70.06 -103.066
Aneka Industri 214.937 -92.36 -262.417
Barang Konsumsi 326.843 -27.82 -109.196
Properti dan Real Estate 103.489 -120.67 -148.327
Infrastruktur 490.349 -49.73 -383.716
Keuangan 176.334 -40.78 -84.234
Perdagangan & Jasa 148.329 -88.67 -243.913
Manufaktur 236.540 -58.44 -166.466
Papan Utama 385.532 -65.35 -333.183
Papan Pengembangan 206.546 -167.78 -500.399
Kompas100 330.860 -78.87 -369.743
Sumber: www.idx.co.id
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008, indeks harga saham
semua sektor yang ada di BEI mengalami penurunan. Tetapi jika dilihat dari
persentase penurunannya, maka dari semua sektor tersebut yang mengalami
penurunan yang tidak terlalu tinggi adalah sektor industri barang konsumsi yaitu
hari. Masyarakat tidak bisa lepas dari barang-barang konsumsi seperti makanan
dan minuman, peralatan rumah tangga dan barang keperluan rumah tangga
lainnya. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar akan mendukung tingkat
penggunaan barang-barang konsumsi yang tinggi. Hal ini akan memacu
perusahaan untuk meningkatkan produksinya.
Dengan melakukan analisis fundamental, para investor dapat menilai
bagaimana kondisi masing-masing sektor saham saat ini dan memprediksi kondisi
sektor tersebut di masa yang akan datang. Investor juga dapat memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang, sehingga investor dapat memutuskan
sektor mana yang memiliki prospek yang bagus di masa mendatang.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Indeks Harga
Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi faktor fundamental (BI rate, inflasi, nilai tukar
Rupiah/Dolar, Earning Per Share dan Price Earning Ratio) terkait dengan
indeks harga saham sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama kurun waktu Januari 2007 sampai Desember 2011.
2. Apakah terdapat pengaruh faktor fundamental (BI rate, inflasi, nilai tukar
harga saham sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama kurun waktu Januari 2007 sampai Desember 2011.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi faktor fundamental (BI rate, inflasi,
nilai tukar Rupiah/Dolar, Earning Per Share dan Price Earning Ratio) terkait
dengan indeks harga saham sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama kurun waktu Januari 2007 sampai Desember 2011.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh faktor fundamental (BI rate,
inflasi, nilai tukar rupih/dolar, Earning Per Share dan Price Earning Ratio)
terhadap indeks harga saham sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama kurun waktu Januari 2007 sampai Desember 2011.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan dan pandangan kepada peneliti tentang pergerakan
harga saham sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI)
serta variabel-variabel yang mempengaruhinya.
2. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik mendalami
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi emiten di dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan yang
tepat agar dapat melakukan penjualan sahamnya.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam mengambil