• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK PIDANA PERBANKAN DAN PENCUCIAN UANG (MONEY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINDAK PIDANA PERBANKAN DAN PENCUCIAN UANG (MONEY"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK PIDANA PERBANKAN

DAN PENCUCIAN UANG (

MONEY

LAUNDERING)

by Dr. Zulkarnain Sit ompul, SH, LL. M

f or f inancial inst it ut ions, which depend so heavily on cust omer conf idence, t he import ance of being honest is a lif e and deat h mat t er

I. Pendahuluan

Kasus bobolnya Bank BNI dengan j umlah cukup spekt akular yang kemudian disusul dengan “ perampokan” Bank BRI, indust ri perbankan nasional seolah j udul roman “ t ak put us dirundung malang” . Kasus-kasus ini j uga mempert ebal kepercayaan kit a akan rendahnya et ika prof esionalisme pengel ola indust ri perbankan dan lemahnya sist em

pengawasan bank t erut ama sist em pengawasan int ernal .1 Padahal, et ika

prof esionalisme sangat pent ing bagi pengelolaan bank karena pada dasarnya kekayaan yang dikelol a oleh pengurus bank sebagian besar merupakan kekayaan masyarakat yang dipercayakan padanya. Pada t ahun-t ahun t erakhir ini perbankan memang t elah mengalami suat u uj ian yang sangat berat t erut ama dal am prof esionalisme kepengurusan bank. Hal t ersebut t idak hanya t erj adi pada indust ri perbankan Indonesia t et api j uga t erj adi pada indust ri perbankan di luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kerugian yang diderit a oleh bank mul t inasional yang disebabkan oleh pengurus bank sepert i pada t he Dai wa Bank,2 Bar i ng Bank dan Bank

of Cr edi t and Commer ce Int er nat i onal (BCCI) yang berakibat dit ut upnya bank-bank

t ersebut . Masing-masing bank ini menderit a kerugian melebihi US$ 1 milliar yang disebabkan oleh t indakan manaj emen yang melawan hukum.3

Pent ingnya et ika prof esi dalam pengelolaan bank t erkait erat dengan pot ensi bank “ dirampok” oleh pemilik dan pengelola bank. Pot ensi ini disebabkan karena ciri khas t ransaksi perbankan yait u volume t ransaksi sangat besar, likuid, mudah dipalsukan dan melibat kan j umlah uang yang besar sert a seringkali melint asi bat as negara. Masing-masing f akt or ini mempermudah t erj adinya kej ahat an oleh orang dalam bank. Volume t ransaksi yang besar sepert i kredit perumahan dan kredit

Dimuat pada Ref or masi Hukum Vol. VII No. 2 Juli-Desember 2004

1

. Zulkarnain Sit ompul, “ Skandal BNI dan Pengawasan Int ernal” , Pi l ar s, No. 32/ Th. VI/ 17-23 November 2003, hal. 100.

2

. Toshihide Iguchi, Execut ive Vice President Daiwa Bank Cabang New York melakukan t ransaksi illegal sebesar USD 1, 1 milyar yang menyebabkan dit ut upnya bank t ersebut ol eh Pemerint ah AS. Unt uk lengkapnya lihat Ket erangan Pers Unit ed St at es At t orney Sout hern Dist rict of New York, t anggal 2 November 1995. Ket erangan Pers ini diperoleh dari websit e ht t p: / / www. l eclaw. com/ f il es/ cur45. ht m.

3

(2)

konsumsi yang disalurkan oleh bank sangat sulit dimonit or. Dengan demikian mudah unt uk melakukan penipuan pada salah sat u t ransaksi dit engah banyaknya j umlah t ransaksi yang legal. Jumlah t ransaksi yang besar dapat j uga membuat upaya pendet eksian dini menj adi sulit sepert i asset yang dipindahkan mel alui perusahaan boneka dal am serangkaian t ranskasi yang kompleks. Asset yang likuid j uga merupakan suat u kemudahan bagi pelanggar hukum karena lebih mudah mencuri uang t unai dibandingkan dengan mencuri mesin f ot o copy. 4

Padahal, f ungsi bank sebagai lembaga perant ara keuangan yait u lembaga yang menerima simpanan dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat , sangat pent ing bagi pert umbuhan ekonomi suat u negara. Unt uk it u dana yang dit erima dari masyarakat it u haruslah dikelola secara berhat i-hat i sehingga pemilik dana (nasabah penyimpan) t idak khawat ir t ent ang keamanan dan ket ersediaan simpanannya bila dibut uhkan.5 Agar f ungsi bank sebagai l embaga perant ara dapat berj alan dibut uhkan adanya kepercayaan masyarakat . Pent ingnya kepercayaan masyarakat bagi bank paling t idak karena dua alasan, per t ama, meningkat kan

ef isiensi penggunaan bank dan ef isiensi int ermediasi, dan kedua, mencegah

t er j adi nya bank r uns and bank pani cs.6

Sement ara it u, perkembangan indust ri perbankan, globalisasi dan liberalisasi pasar keuangan t elah mengakibat kan meningkat nya persaingan di ant ara bank-bank t erut ama dalam penghimpunan dan penanaman dana. Unt uk it u, manaj emen bank dit unt ut mempunyai ket erampilan mengelola kekayaan, ut ang dan modal bank yang t ercermin dalam neraca bank dengan baik. Suat u hal yang lebih mendasar dari keahlian dan ket erampilan t ersebut adalah adanya it ikad baik. Art inya pengurus bank seharusnya adalah pihak yang menj unj ung t inggi et ika prof esional isme.

Pembobol an BNI dan BRI beberapa wakt u yang lalu sert a kebangkrut an BCCI pada t ahun 1991 misalnya, adalah suat u j enis kasus dari penipuan besar yang dil akukan oleh orang dalam (i nsi der)yang lama t idak t erdet eksi. Transaksi bank yang sangat besar yang melibat kan asset likuid, siap unt uk dipal sukan dan dit empat kan di

perusahaan-perusahan yang t erpisah sebanyak mungkin diberbagai negara. BCCI

memang suat u kasus ekst rem, t et api t et ap masuk akal bahwa penipuan oleh i nsi der

yang j uml ahnya j auh lebih besar masih dapat t erj adi pada bank dibandingkan pada perusahaan bukan bank. 7

Disamping penipuan yang dil akukan oleh orang dalam perbankan, bent uk t ransaksi bank t el ah pula menyebabkan perbankan dapat digunakan sebagai sarana unt uk menyembunyikan dan at au mengaburkan asal usul dana yang berasal dari t indak pidana. Upaya pengaburan asal usul ini dikenal dengan pencucian uang (money

l aunder i ng) yang beberapa t ahun t erakhir ini semakin menj adi sorot an

int ernasional. Hal ini t idak t erlepas dari semakin meningkat nya t indak kej ahat an

money l aunder i ng yang secara langsung maupun t idak langsung dapat mempengaruhi

sist em ekonomi suat u negara.8

4

. Pet er P. Swire, "Bank Insolvency Law Now That It Mat t ers Again, " Duke Law Jour nal, (December 1992), hal. 844.

5

A Robert Abboud, Money i n t he Bank How Saf e Is It , (Homewood: Bank Administ rat ion Inst it ut e, 1988), hal. 32.

6

Zulkarnain Sit ompul, Per l i ndungan Dana Nasabah Bank Suat u Gagasan t ent ang Pendi r i an Lembaga Penj ami n Si mpanan di Indonesia, (Jakart a: Program Pascasarj ana FH UI, 2002), hal. 2.

7

. Ibi d, hal. 845

8

(3)

Unt uk Indonesia isu pencucian uang menj adi masalah pent ing oleh karena dalam beberapa kali review oleh FATF (Fi nanci al Act i on t ask For ce on Money Launder i ng)9 t erhadap pelaksanaan rezim ant i money l aunder i ng di Indonesia, yait u pada bulan Juni 200110, Februari 200311 dan t erakhir Februari 200412, Indonesia masih dicant umkan dalam daf t ar NCCTs (Non-Cooper at i ve Count r i es and Ter r i t or i es). Penyebab dicant umkannya Indonesia dalam daf t ar t ersebut pada Juni 2001 adalah t idak adanya undang-undang yang menet apkan pencucian uang sebagai t indak pidana.13 Saat ini t elah diberlakukan UU NO. 15 Tahun 2002 t ent ang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 ( UU TPPU).

Masuknya Indonesia dal am daf t ar NCCTs berdampak kurang mengunt ungkan bagi perekonomian mengingat seluruh t ransaksi perbankan yang berasal dari bank-bank di

Indonesia dapat dianggap sebagai t ransaksi yang mencurigakan (suspi ci ous

t r ansact i on) yang berakibat pemerint ah dari negara-negara anggot a FATF akan

memint a bank-banknya unt uk menet apkan persyarat an yang lebih berat at au mahal apabila mel akukan t ransaksi dengan bank di Indonesia karena dianggap berisiko t inggi.

II. Tindak Pidana Perbankan

Terdapat dua ist ilah yang seringkali dipakai secara bergant ian walaupun maksud dan ruang lingkupnya bisa berbeda. Per t ama, adalah “ Tindak Pidana Perbankan” dan

kedua, “ Tindak Pidana di Bidang Perbankan” . Yang pert ama mengandung pengert ian

t indak pidana it u semat a-mat a dilakukan ol eh bank at au orang bank, sedangkan yang kedua t ampaknya lebih net ral dan lebih luas karena dapat mencakup t indak pidana yang dilakukan oleh orang di luar dan di dalam bank at au keduanya.14

Ist ilah “ t indak pidana di bidang perbankan” dimaksudkan unt uk menampung segala j enis perbuat an melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiat an-kegiat an dalam menj al ankan usaha bank. Tidak ada pengert ian f ormal dari t indak pidana di bidang perbankan. Ada yang mendef inisikan secara popul ar, bahwa t indak pidana perbankan adal ah t indak pidana yang menj adikan bank sebagai sarana (cr i mes t hr ough t he bank) dan sasaran t indak pidana it u (cr i mes agai nst t he bank).

A. Jenis-j enis Tindak Pidana di Bidang Perbankan

Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana t elah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 t ent ang Perbankan (selanj ut nya disebut UU Perbankan) menet apkan t iga belas macam t indak pidana yang diat ur mulai dari pasal 46 sampai dengan Pasal 50A. Ket iga belas t indak pidana it u dapat digol ongkan ke dalam empat macam:

9

FATF merupakan organisasi yang dibent uk ol eh Kelompok 7 Negara (G-7) dalam G-7 Summit di Perancis pada bulan Juli 1989.

10

Selain Indonesia, 18 negara lainnya adalah Cook Islands, Mesir, Guat emala, Myanmar, Nauru, Nigeria, Phillipin, Ukraina, St . Vincent , Grenada, Hungaria, Israel, Lebanon, St . Kit t s, Nevis, Dominika, Marshall Islands, Niue.

11

Pada posisi ini, negara yang masih t ercat at dalam daf t ar NCCT’ s berkurang menj adi 10 negara yait u Indonesia, Cook Islands, Mesir, Guat emala, Myanmar, Nauru, Nigeria, Phil lipine, Ukraina, dan St . Vincent .

12

Pada posisi ini negara yang masih t ercat at dalam daf t ar NCCT’ s adalah Indonesia, Myanmar, Filipina dan Nauru.

13

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Laporan Tahunan 2004.

14

(4)

a. Tindak pidana yang berkait an dengan perizinan

b. Tindak Pidana yang berkait an dengan rahasia bank

c. Tindak pidana yang berkait an dengan pengawasan dan pembinaan

d. Tindak pidana yang berkait an dengan usaha bank.

a. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Perizinan

Tindak pidana ini disebut j uga dengan t indak pidana bank gelap. Pasal 46 ayat (1) menyebut kan, bahwa barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dal am bent uk simpanan t anpa izin usaha dari pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 5 (lima) t ahun dan paling l ama 15 (lima belas) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya 10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak 200. 000. 000. 000, 00 (dua rat us miliar rupiah). Ket ent uan ayat (2) menyebut kan, bahwa dalam hal kegiat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang berbent uk perseroan t erbat as, perserikat an, yayasan at au koperasi, maka penunt ut an t erhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik t erhadap mereka yang memberi perint ah melakukan perbuat an it u at au yang bert indak sebagai pimpinan dalam perbuat an it u at au t erhadap kedua-duanya. Ket ent uan ini sat u-sat unya ket ent uan dalam UU Perbankan yang mengenakan ancaman hukuman t erhadap korporasi dengan menunt ut mereka yang memberi perint ah at au pimpinannya.

Ket ent uan Pasal 46 ayat (1) sering menimbul kan permasalahan yait u: Per t ama, apakah yang dimaksud dengan “ menghimpun dana dari masyarakat ” . Kedua, apakah simpanan yang dimaksudkan dalam pasal ini hanya berupa giro, t abungan, deposit o dan sert if ikat deposit o at au j uga meliput i bent uk lain yang dipersamakan dengan it u.

Ket i ga, apakah si pelaku harus menggunakan nama bank at au t idak. Jawaban at as

pert anyaan di at as dapat dilihat pada put usan pengadilan yang menerapkan Pasal 46 yait u dalam kasus PT BMA yang berkedok sebagai usaha Mult i Level Market ing. PT BMA menghimpun dana dari masyarakat dalam bent uk yang kurang j elas. Kepada penyimpan dana diberikan seperangkat t ekst il dan at au hak unt uk meminj am sej umlah uang. Menurut Bank Indonesia, MLM ini t elah melakukan kegiat an bank gelap yang melanggar Pasal 46 UU Perbankan. Pendapat dit erima oleh pengadilan.

b. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Rahasia Bank

Pasal 47 ayat (1) UU Perbankan menyebut kan bahwa barang siapa t anpa membawa perint ah t ert ulis at au izin dari pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, dan Pasal 42, dengan sengaj a memaksa bank at au Pihak Teraf iliasi unt uk memberikan ket erangan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 40, diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 2 (dua) t ahun dan paling lama 4 (empat ) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 200. 000. 000. 000, 00 (dua rat us miliar rupiah).

(5)

Pasal 47A. UU Perbankan menyebut kan bahwa Anggot a Dewan Komisaris, Direksi, at au pegawai bank yang dengan sengaj a t idak memberikan ket erangan yang waj ib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42A dan Pasal 44A, diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 2 (dua) t ahun dan paling lama 7 (t uj uh) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 4. 000. 000. 000, 00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 15. 000. 000. 000, 00 (lima belas miliar rupiah).

c. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Pengawasan Dan Pembinaan Bank

Pasal 48 ayat (1) UU Perbankan menyebut kan bahwa Anggot a Dewan Komisaris, Direksi, at au pegawai bank yang dengan sengaj a t idak memberikan ket erangan yang waj ib dipenuhi sebagaimana dimaksud dal am Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 2 (dua) t ahun dan paling lama 10 (sepuluh) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 5. 000. 000. 000, 00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100. 000. 000. 000, 00 (serat us miliar rupiah).

Ayat (2) UU Perbankan menyebut kan bahwa, Anggot a Dewan Komisaris, Direksi, at au pegawai bank yang lal ai memberikan ket erangan yang waj ib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana kurungan sekurang-kurangnya 1 (sat u) t ahun dan paling lama 2 (dua) t ahun dan at au denda sekurang-kurangnya Rp. 1. 000. 000. 000, 00 (sat u miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 2. 000. 000. 000, 00 (dua miliar rupiah).

d. Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Usaha Bank

Pasal 49 ayat (1) UU Perbankan menyebut kan bahwa, Anggot a Dewan Komisaris, Direksi, at au pegawai bank yang dengan sengaj a :

a. membuat at au menyebabkan adanya pencat at an palsu dalam pembukuan at au dalam laporan, maupun dalam dokumen at au laporan kegiat an usaha, l aporan t ransaksi at au rekening suat u bank;

b. menghilangkan at au t idak memasukkan at au menyebabkan t idak dil akukannya pencat at an dalam pembukuan at au dalam laporan, maupun dalam dokumen at au laporan kegiat an usaha, laporan t ransaksi at au rekening suat u bank;

c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, at au menghil angkan adanya suat u pencat at an dalam pembukuan at au dalam laporan, maupun dalam dokumen at au laporan kegiat an usaha, l aporan t ransaksi at au rekening suat u bank, at au dengan sengaj a mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan at au merusak cat at an pembukuan t ersebut ,

diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 5 (l ima) t ahun dan paling lama 15 (lima belas) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 200. 000. 000. 000, 00 (dua rat us miliar rupiah).

Ayat (2) Pasal 49 UU Perbankan menyebut kan bahwa, Anggot a Dewan Komisaris, Direksi at au pegawai bank yang dengan sengaj a :

(6)

memperoleh uang muka, bank garansi, at au f asilit as kredit dari bank, at au dalam rangka pembelian at au pendiskont oan oleh bank at as surat -surat wesel , surat promes, cek, dan kert as dagang at au bukt i kewaj iban lainya, at aupun dalam rangka memberikan perset uj uan bagi orang lain unt uk melaksanakan penarikan dana yang melebihi bat as kredit nya pada bank;

b. t idak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan unt uk memast ikan

ket aat an bank t erhadap ket ent uan dalam undang-undang ini dan ket ent uan perat uran perundang-undangan lainya yang berlaku bagi bank,

diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 3 (t iga) t ahun dan paling lama 8 (delapan) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 5. 000. 000. 000, 00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100. 000. 000. 000, 00 (serat us miliar rupiah).

Selanj ut nya Pasal 50 UU Perbankan menyebut kan bahwa, Pihak Teraf iliasi yang dengan sengaj a t idak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan unt uk memast ikan ket aat an bank t erhadap ket ent uan dalam Undang-undang ini dan perat uran perundang-undangan l ainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 3 (t iga) t ahun dan paling lama 8 (delapan) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 5. 000. 000. 000, 00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100. 000. 000. 000, 00 (serat us miliar rupiah).

Pasal 50A. UU Perbankan menyebut kan bahwa, Pemegang saham yang dengan sengaj a menyuruh Dewan Komisaris, Direksi, at au pegawai bank unt uk melakukan at au t idak melakukan t indakan yang mengakibat kan bank t idak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan unt uk memast ikan ket aat an bank t erhadap ket ent uan dalam undang-undang ini dan ket ent uan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penj ara sekurang-kurangnya 7 (t uj uh) t ahun dan paling lama 15 (lima belas) t ahun sert a denda sekurang-kurangnya Rp. 10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh mil iar rupiah) dan paling banyak Rp. 200. 000. 000. 000, 00 (dua rat us miliar rupiah).

Suat u pert anyaan yang sering t imbul adalah apakah t indak pidana yang diat ur dalam UU Perbankan merupakan t indak pidana umum at au khusus. Hal ini berkait an dengan t ugas penyidikan t erhadap t indak pidana ini. Terdapat kesan, bahwa pihak Kepolisian menganggapnya sebagai t indak pidana umum, karena walaupun t indak pidana ini diat ur di luar KUHP, t et api UU Perbankan t idak mengat ur Hukum Acara khusus mengenai t indak pidana perbankan. Ada pihak lain yang menyebut sebagai t indak pidana khusus, karena diat ur di luar KUHP, ancaman hukum berat dan kumulat if dengan minimum hukuman dan ada sedikit hukum acara sepert i yang diat ur dalam Pasal 42 yang berkait an dengan permint aan ket erangan yag bersif at rahasia bank dalam proses peradilan perkara pidana.

Menurut Keput usan Ment eri Kehakiman Republik Indonesia No. : M01. PW. 07. 03 Tahun 1982 t anggal 4 Februari 1982 t ent ang Pedoman Pelaksanaan Kit ab Undang-undang Hukum Acara Pidana t indak pidana perbankan t ermasuk dalam t indak pidana khusus (sebagai penj elasan dari Pasal 284 KUHAP).

Dalam kait annya dengan t indak pidana di bidang perbankan ini kej ahat an yang dilakukan oleh orang dalam perl u mendapat perhat ian khusus. Kej ahat an orang dalam adal ah kej ahat an yang dil akukan ol eh orang dalam bank t erhadap bank (cr i mes agai nst t he bank). Kej ahat an “ orang dalam” dalam bent uk penipuan (f r aud) dan sel f

(7)

bank berbent uk likuid.15 Di Amerika Serikat misalnya i nsi der f r aud merupakan 50% dari kej ahat an yang t erj adi pada perbankan.16 Kej ahat an oleh “ orang dalam” ini dapat dilakukan oleh pengurus dan at au pemegang saham dominan (pemegang saham pengendali) yang mempengaruhi pengurus bank.17 Kej ahat an yang dilakukan t ersebut dapat digol ongkan ke dalam dua cara. Per t ama, dilakukan dengan memanf aat kan kedudukannya unt uk kepent ingan diri sendiri secara melawan hukum. Kedua,

mi smanagement berat berupa t indakan ceroboh yang oleh hakim past i dikecual ikan

dari prinsip busi ness j udgement.18

Kej ahat an “ orang dalam” sangat erat kait annya dengan dominasi t erhadap kebij akan dan administ rasi oleh seorang at au beberapa orang dan lemahnya pengawasan baik pengawasan yang dil akukan oleh pengawas int ernal maupun ekst ernal (r egul at or). Di samping it u, berbagai ket ent uan yang berlaku menyebabkan bank sering mengambil risiko yang berlebihan, yang menyebabkan t urunnya t ingkat pengawasan int ernal, sehingga kegagalan bank yang disebabkan oleh penipuan oleh orang dalam menj adi lebih t inggi.19

Dalam hal t erj adi suat u t indak pidana di bidang perbankan yang dil akukan oleh orang dal am t erdapat beberapa undang-undang yang dapat dan biasanya dit erapkan yait u Per t ama. Kit ab Undang-undang Hukum Pidana. Ket ent uan KUHP yang biasa dipakai misalnya Pasal 263 (pemalsuan) Pasal 372 (penggelapan), 374 (penggel apan dalam j abat an), 378 (penipuan), 362 (pencurian), dll. Pasal-pasal KUHP dit erapkan biasanya apabila bank menj adi korban dari suat u t indak pidana misalnya kasus pembobolan BNI 46 New York oleh salah seorang mant an pegawainya dikenakan pasal 362 KUHP (pencurian).

Kedua, Undang-undang Pemberant asan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 3/ 1971,

UU No. 31/ 99 j o UU no. Tahun 2002. Ket ent uan UU Korupsi biasanya dit erapkan

t erhadap kasus yang menimpa bank pemerint ah.20 UU ini dipergunakan unt uk

memudahkan menj erat pelaku, mengenakan hukuman yang berat dan memperol eh uang penggant i at as kerugian negara.

Ket i ga, UU Perbankan. Ket ent uan dalam undang-undang ini biasanya dit erapkan

apabila Komisasris, Direksi, Pegawai dan pihak t eraf iliasi dengan bank (“ orang dalam” ) at au orang yang mengaku menj alankan usaha bank sendiri sebagai pelakunya.

Sebagai perbandingan di Mal aysia set iap di r ect or at au pej abat bank dinyat akan bert anggung j awab secara pribadi apabila memberikan f asilit as kredit melampaui bat as yang dit ent ukan at au diluar persyarat an yang t elah dit et apkan at au bert ent angan dengan pedoman at au perj anj ian, dihukum lima t ahun penj ara at au denda 5 j ut a ringgit .21

. FDIC DOS Manual of Exam Policies Bank Fraud and Insider Abuse, Sect ion 9. 3

17

Dalam kasus Bank Dut a, bank swast a nasional, Mahkamah Agung menghukum Dicky Iskandar Di Nat a, (Wakil Direkt ur Ut ama) karena t indak pidana korupsi selama 18 t ahun penj ara dit ambah dengan denda sebesar Rp. 30 j ut a sert a membayar uang penggant i sebesar Rp. 410. 066 j ut a kepada Bank Dut a Mahkamah Agung menghukum. Put usan Reg. No. 14K/ Pid/ 1992 t anggal 26 Mei 1992.

21

. Dat o’ Syed Ahmad Idid bin Syed Abdul lah Idid, Judi ci al Decisi ons Af f ect i ng Banker s and Fi nanci er s,

(8)

III. Tindak Pidana Pencucian Uang

Tindak Pidana Pencucian Uang ( money l aunder i ng) secara populer dapat

dij elaskan sebagai akt ivit as memindahkan, menggunakan at au mel akukan perbuat an lainnya at as hasil dari t indak pidana yang kerap dilakukan oleh or gani zed cr i me

maupun individu yang melakukan t indakan korupsi, perdagangan narkot ik dan t indak pidana lainnya dengan t uj uan menyembunyikan at au mengaburkan asal-usul uang yang berasal dari hasil t indak pidana t ersebut sehingga dapat digunakan seol ah-olah sebagai uang yang sah t anpa t erdet eksi bahwa uang t ersebut berasal dari kegiat an illegal.22 Adapun lat ar belakang para pelaku pencucuian uang melakukan aksinya adalah dengan maksud memindahkan at au menj auhkan para pelaku it u dari kej ahat an yang menghasilkan pr oceeds of cr i me, memisahkan pr oceeds of cr i me dari kej ahat an yang dilakukan, menikmat i hasil kej ahat an t anpa adanya kecurigaan kepada pelakukanya, sert a melakukan reinvest asi hasil kej ahat an t ersebut unt uk aksi kej ahat an selanj ut nya at au ke dalam kegiat an usaha yang sah.23 Sement ara it u, Black’ s Law Dict ionary memberikan bat asan t ent ang pencucian uang sebagai : "Ter m used t o descr i be i nvest ment or ot her t r ansf er of money f l owi ng f r om r acket eer i ng, dr ug t r ansact i on, and ot her i l l egal sour ces i nt o l egi t i mat e channel s so t hat i t s or i gi nal sour ce cannot be t r aced” . 24

Kegiat an money l aunder i ng dalam sist em keuangan pada umumnya dan sist em perbankan pada khususnya memiliki risiko yang sangat besar. Risiko t ersebut ant ara lain risiko operasional, risiko hukum, risiko t erkonsent rasinya t ransaksi, dan risiko reput asi. Bagi perbankan Indonesia t indakan pencucian uang merupakan suat u hal yang sangat rawan karena per t ama, peranan sekt or perbankan dalam sist em keuangan di Indonesia diperkirakan mencapai 93%. Oleh sebab it u sist em perbankan menj adi perhat ian ut ama dalam pelaksanaan rezim ant i money l aunder i ng. Kedua,

t ingginya t ingkat perkembangan t eknologi dan arus globalisasi di sekt or perbankan membuat indust ri perbankan menj adi lahan yang empuk bagi t indak kej ahat an pencucian uang dan merupakan sarana yang paling ef ekt if unt uk melakukan kegiat an

money l aunder i ng. Pelaku kej ahat an dapat memanf aat kan bank unt uk kegiat an

pencucian uang karena j asa dan produk perbankan memungkinkan t erj adinya lal u lint as at au perpindahan dana dari sat u bank ke bank at au l embaga keuangan lainnya, sehingga asal usul uang t ersebut sulit dilacak oleh penegak hukum.

Ket erlibat an perbankan dalam kegiat an pencucian uang dapat berupa:

a. Penyimpanan uang hasil kej ahat an dengan nama pal su at au dalam saf e deposi t box;

b. Penyimpanan uang dalam bent uk deposit o/ t abungan/ giro;

c. Penukaran pecahan uang hasil perbuat an i l l egal;

22

Yunus Husein, “ PPATK: Tugas, Wewenang, dan Peranannya Dalam Memberant as Tindak Pidana Pencucuian Uang” , Jur nal Hukum Bi sni s, (Volume 22 No. 3, 2003), hal. 26.

23

Rick McDonnel, “ Regional Implement at ion, Regional Conf erence on Combat ing Money Laundering and Terrorist Financing, Denpasar, 17 Desember 2002.

24

Lihat j uga bat asan yang digunakan oleh Konvensi Perserikat an Bangsa Bangsa, t he Unit ed Nat ion Convent ion Against Il licit Traf ic in Narcot ics, Drugs and Psychot ropic Subst ances of 1988 yang mengart ikan money l aunder i ng

(9)

d. Pengaj uan permohonan kredit dengan j aminan uang yang disimpan pada bank yang bersangkut an;

e. Penggunaan f asilit as t ransf er at au EFT;

f . Pemalsuan dokumen-dokumen L/ C yang bekerj asama dengan oknum pej abat bank t erkait ; dan

g. pendirian/ pemanf aat an bank gelap.

Hal t ersebut dapat t erj adi mengingat adanya kemudahan dalam proses pengel olaan hasil kej ahat an pada berbagai kegiat an usaha bank. Disamping it u, karena organisasi kej ahat an membut uhkan pengel olaan cash f l ow keuangan dengan cara menempat kan dananya dal am kegiat an usaha perbankan maka penggunaan bank merupakan suat u hal yang sangat diperlukan dalam upaya mengaburkan asal-usul sumber dana. Hal t ersebut menunj ukkan erat nya ket erkait an ant ara organisasi kej ahat an dan lembaga keuangan t erut ama bank. 25

Disamping it u, dengan berlakunya sist em Real Ti me Gr oss Set t l ement (RTGS), maka dal am hit ungan det ik pel aku kej ahat an dapat dengan mudah memindahkan dana hasil kej ahat an yang dil akukan. Penggunaan media pembayaran yang bersif at elekt ronik (el ect r oni c f unds t r ansf er) akan lebih menyulit kan pelacakan dit ambah pula apabil a dana t ersebut masuk ke dalam sist em perbankan di negara yang ket at dalam menerapkan ket ent uan rahasia bank.

Secara sederhana t erdapat t iga t ahap dalam proses pencucian yait u pl acement , l ayer i ng dan i nt egr at i on.26

Pl acement merupakan upaya menempat kan at au memasukkan dana at au

inst rument keuangan l ainnya yang dihasilkan dari suat u akt if it as kej ahat an pada syst em keuangan yait u bank at au lembaga keuangan lainnya. Dalam hal ini t erdapat pergerakan phisik dari uang t unai at au surat berharga , misalnya mel alui penyeludupan uang t unai at au inst rumen keuangan dari suat u negara ke negara lain, menggabungkan ant ara uang t unai yang berasal dari kej ahat an dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiat an yang sah, at aupun dengan memecah uang t unai at au inst rumen keuangan dalam j umlah besar menj adi j umlah kecil at aupun dideposit okan di bank at au dibelikan surat berharga sepert i misalnya saham-saham at au j uga mengkonversikan kedal am mat a uang lainnya at au dit ukarkan kedalam valut a asing. Inilah t ahap yang apaling rawan dari proses pencucian uang, karena proses inil ah yang paling mudah didet eksi.

Dalam rangka mencegah indust ri j asa keuangan dipakai ol eh para pel aku t indak

pidana unt uk mencuci uangnya dan unt uk mendet eksi proses pl acement

dicipt akanlah Cash Tr ansact i on Repor t at au CTR (laporan t ransaksi keuangan yang dilakukan secara t unai). Kadangkala pl acement ini dapat didet eksi j uga dengan menggunakan Laporan Transaksi Yang Mencurigakan (Suspi ci ous Tr ansact i on Repor t

at au STR). Kedua laporan ini diat ur dalam Pasal 13 (UU TPPU). Laporan t ransaksi

t unai yang diat ur undang-undang adalah unt uk t ransaksi t unai yang berj umlah kumulat if sebesar l ima rat us j ut a at au lebih , baik dal am rupiah rupiah maupun dalam valut a asing. Suat u j umlah yang dianggap oleh sement ara orang sebagai j umlah yang t erl alu besar.

25

Guy St essens, Money Launder i ng : A New Int er nat i onal Law Enf or cement Model , Cambridge Universit y Press, First Published 2000, hal. 9

26

(10)

Proses pl acement ini didet eksi j uga dengan adanya kewaj iban orang yang membawa uang t unai ke dal am at au ke luar wilayah negara Republik Indonesia sej umlah serat us j ut a at au lebih baik dal am rupiah maupun val ut a asing unt uk melaporkan kepada Direkt orat Jenderal Bea Cukai. Kemudian Direkt orat Jenderal Bea Cukai mel aporkannya kepada PPATK.

Layer i ng, diart ikan sebagai memindah-mindahkan hasil kej ahat an dari suat u

t empat ke t empat lainnya dengan maksud agar sumber dan pemiliknya dapat dikaburkan. Dalam hal ini t erdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening at au lokasi t ert ent u sebagai hasil pl acement ket empat lainnya melal ui serangkaian t ransaksi yang kompleks yang didesain unt uk menyamarkan/ mengelabui sumber dana “ haram” t ersebut . Layer i ng dapat pula dilakukan melal ui pembukaan sebanyak mungkin rekening-rekening perusahaan-perusahaan f ikt if dengan memanf aat kan ket ent uan rahasia bank, t erut ama di negara-negara yang t idak kooperat if dal am upaya memerangi kegiat an pencucian uang.

Proses “l ayer i ng” ini didet eksi dengan adanya laporan t ransaksi keuangan yang mencurigakan (suspi ci ous t r ansact i on r epor t at au STR) sepert i diat ur dalam Pasal 13 UU TPPU. Laporan STR ini mengingat memerlukan j udgement dari bank sudah t ent u lebih berbobot dibandingkan CTR. Sement ar a it u yang dimaksud dengan t arnsaksi keuangan yang mencurigakan adal ah t ransaksi yang menyimpang dari prof il dan karakt erist ik nasabah sert a kebiasan nasabah t ermasuk t ransaksi yang pat ut diduga dilakukan dengan t uj uan unt uk menghindari pelaporan t ransaksi yang bersangkut an yang waj ib dilakukan oleh penyedia j asa keuangan. (pasal 1 angka 7 UU TPPU).

Int egr at i on, yait u suat u proses dimana uang hasil kej ahat an yang t elah dicuci di

invest asikan kembali pada suat u bisnis yang legal sehingga t ampak t idak berhubungan sama sekali dengan akt if it as kej ahat an sebelumnya yang menj adi sumber dari uang yang di-l aundr y. Pada t ahap ini uang yang t el ah dicuci dimasukkan kembali kedal am sirkul asi dengan bent uk yang sej al an dengan at uran hukum. Proses i nt egr at i on ini didet eksi dengan CTR at au STR.

Dalam ket iga t ahap proses pencucian uang t ersebut , laporan yang disampaikan oleh penyedian j asa keuangan sangat pent ing unt uk digunakan sebagai upaya melakukan det eksi. It u pulalah sebabnya mengapa penyedia j asa keuangan yang dengan sengaj a t idak menyampaikan laporan kepada PPATK dipidana dengan denda paling banyak dua rat us lima puluh j ut a rupiah dan paling banyak sat u miliar rupiah. Denda pidana ini sudah t ent u diput uskan melal ui proses pengadilan. (Pasal 8) Sel ain it u, apabil a t indakpidana pencucian uang dilakukan oleh korporasi, misalnya penyedia j asa keuangan, maka t erhadap korporasi t ersebut dapat dij at uhkan pidana denda dengan ket ent uan maksimumpidana dit ambah sat u pert iga. Korporasi t ersebut dapat j uga dikenakan hukuman t ambahan berupa pemcabut an izin usaha dan/ at au pembubaran korporasi yang diikut i denganl ikuidasi. (Pasal 5) Unt uk bank, sanksi sepert i ini merupakan suat u hal yang sangat berat , karena bank begit u banyak memiliki kredit ur, debit ur dan pegawai sert a mengingat begit u pent ingnya peranan perbankan dalam perekonomian.

(11)

bert ambah sulit apal agi kalau dana t ersebut masuk ke dal am sist em perbankan yang negaranya menerapkan ket ent uan rahasia bank yang sangat ket at .

IV. Pencegahan Tindak Pidana Perbankan dan Tindak Pidana Pencucian Uang a. Tindak Pidana Perbankan

Peran pengawasan int ernal sangat pent ing unt uk mencegah t erj adinya kej ahat an perbankan. Salah sat u alat pengawasan dilakukan oleh unit kerj a kepat uhan. Fungsi kepat uhan bank adalah f ungsi independen yang mengindent if ikasi, menilai, memberikan nasehat , memonit or dan melaporkan risiko kepat uhan bank yait u risiko sanksi hukum, kerugian keuangan at au kehilangan reput asi yang kemungkinan diderit a bank akibat kegagalan bank memat uhi hukum, kode et ik dan st andar prakt ik perbankan yang berlaku. Bulan Okt ober 2003 lalu Basel Commit t ee on Banking Supervision, Bank f or Int ernat ional Set t lement (BIS) mengel uarkan consul t at i ve

document t ent ang compl i ance f unct i on pada bank yang berisi 10 prinsip yang harus

dimiliki agar f ungsi kepat uhan pada suat u bank berj alan ef ekt if . Kesepuluh prinsip t ersebut adalah: Per t ama, pengurus bert anggung j awab dalam melakukan pengawasan manej emen risiko kepat uhan bank. Pengurus harus menyet uj ui kebij akan kepat uhan (compl i ance pol i cy) bank t ermasuk dokumen-dokumen resmi t ent ang pembent ukan f ungsi kepat uhan. Paling sedikit sekali set ahun, pengurus harus mengkali ul ang kebij akan kepat uhan bank dan implement asinya unt uk menilai sej auh mana bank t elah mengelola risiko kepat uhan secara ef ekt if . Kebij akan kepat uhan bank t idak akan ef ekt if apabil a t idak ada komit men yang j elas dari pengurus unt uk meningkat kan nilai-nial ai kej uj uran dan int egrit as pada perusahaan. Pat uh t erhadap perat uran perundangan sert a st andard merupakan alat pent ing unt uk mencapai t uj uan.

Kedua, manaj emen senior bank bert anggung j awab menyusun kebij akan kepat uan

dan menj amin dilakukannya observasi dan melaporkan implement asinya ke pengurus. Manaj emen senior j uga bert anggung j awab melakukan penilaian apakah (kebij akan kepat uhann) masih memadai. Harus ada suat u kebij akan kepat uhan t ert ulis yang mengindent if ikasikan masalah ut ama risiko kepat uhan yang dihadapi bank dan menj elaskan bagaimana bank bermaksud mengendalikannya. Kebij akan t ersebut harus berisikan prinsip dasar yang harus diikut i oleh seluruh st af (t ermasuk manaj emen senior). Unt uk kej elasan dan t ransparansi diperlukan adanya pembedaan ant ara st andar yang berlaku unt uk seluruh st af dan st andar unt uk st af t ert ent u. Kewaj iban senior manaj emen adalah menj amin bahwa kebij akan kepat uhan dij alankan dengan penuh t anggung j awab dan t indakan-t indakan perbaikan dan displin dij al ankan apabila ada pelanggaran.

Ket i ga, manaj emen senior bank bert anggung j awab menyusun suat u f ungsi

kepat uhan yang permanen dan ef ekt if sebagai bagian dari kebij akan kepat uhan bank. Manaj emen senior harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan unt uk menj amin bank dapat bergant ung pada f ungsi kepat uhan yang permanen dan ef ekt if .

Keempat , f ungsi kepat uhan bank harus memiliki st at us f ormal dalam bank. Hal ini

dapat dilakukan dengan memuat nya dal am anggaran dasar yang menguraikan kedudukan, kewenangan dan independensi f ungsi kepat uhan.

Kel i ma, f ungsi kepat uhan bank harus independen. Fungsi kepat uhan harus mampu

(12)

ket idaknyamanan dari manaj emen dan st af lainnya. Fungsi kepat uahan harus memiliki hak at as inisiat if sendiri dalam berkomunikasi dengan st af lainnya dan memiliki akses at as set iap cat at an at au dokumen yang diperlukan dalam menj al ankan t ugasnya. Independensi j uga mensyarat kan bahwa f ungsi kepat uhan diberikan sumber daya yang cukup unt uk dapat menj alankan t ugas secara ef ekt if . Anggaran dan skim kompensasi unt uk st af kepat uhan harus konsist en dengan t uj uan f ungsi kepat uhan sehingga t idak harus t ergant ung pada kinerj a keuangan berbagai l ine bisnis lainnya.

Keenam, perananan f ungsi kepat uhan adalah mengindent if ikasi, menilai dan

memonit or risiko kepat uhan yang dihadapi bank dan memberikan nasehat dan laporan kepada manaj emen senior dan pengurus mengenai risiko t ersebut .Ket uj uh,

pimpinan f ungsi kepat uhan bert anggung j awab at as day-t oday management at as akt if it as f ungsi kepat uhan. Kedel apan, st af yang menj alankan t anggung j awab kepat uhan harus memiliki kual if ikasi, pengal aman dan prof esional isme sert a kualit as pribadi agar dapat melaksanakan t ugas secara ef ekt if . Kesembi l an, f ungsi kepat uhan pada bank yang memiliki kegiat an usaha di luar negeri harus disusun agar masalah-masalah kepat uhan disusun dalam kerangka kebij akan kepat uhan secara menyeluruh.

Ter akhi r , cakupan dan luasnya kegiat an f ungsi kepat uhan harus dikaj i ulang secara

berkal a oleh int ernal audit .

b. Tindak Pidana Pencucian Uang 1. Peranan PPATK

Dalam rangka mencegah dan memberant as t indak pidana pencucian uang, UUTPPU membent uk Pusat Pelaporan dan Anal isis Transaksi Keuangan (PPATK) suat u lembaga independen yang bert anggung j awab l angsung kepada Presiden. PPATK pada dasarnya adalah unit int elij en keuangan (Fi nanci al Int el i gent Uni t/ FIU). Pent ingnya PPATK dilat arbel akangi kesadaran bahwa unt uk memerangi pencucian uang dibut uhkan keahlian khusus bagi penegak hukum. Pendirian unit int ellij en keuangan yang bert ugas menerima dan memproses inf ormasi keuangan dari penyedia j asa keuangan harus dilihat dari lat ar belakang phenomena semakin meningkat nya kebut uhan akan lembaga penegak hukum khusus.

Tidak ada at uran baku yang mengat ur bent uk dan peranan yang harus dij alankan oleh FIU. Rekomendasi Caribbean Drug Money Laundering Conf erence hanya mensyarat kan t ent ang perlunya suat u badan khusus yang bert anggung j awab melakukan t indakan penyidikan, penunt ut an dan penyit aan. Sedangkan Rekomendasi FATF hanya menyebut kan perlunya compet ent aut hor i t i es yang bert ugas menerima laporan dari penyedia j asa keuangan. Sedangkan European Money Laundering Direct ive menyebut badan yang berwenang memerangi money l aundering dan mewaj ibkan anggot a Uni Eropa unt uk menj amin bahwa badan t ersebut memiliki kewenangan memint a l aporan dari penyedia j asa keuangan.

Egmon Group, suat u kel ompok longgar dari FIU, memberikan suat u def enisi umum t ent ang t ent ang FIU yait u: ” A cent r al . nat i onal agency r esponsi bl e f or r ecei vi ng (and as per mi t t ed, r equest i ng), anal yzi ng and di ssemi nat i ng t o t he compet ent aut hor i t i es, di scl osur es of f i nanci al i nf or mat i on: (1) concer ni ng suspect ed pr oceeds f r om cr i me, or (i i ) r equi r ed by nat i onal l egi sl at i on or r egul at i on, i n or der t o count er money l aunder i ng.27

27

(13)

Def inisi di at as berisikan t iga f ungsi dasar yang dimil iki oleh semua j enis FIU yait u: Per t ama, set iap FIU memiliki f ungsi sebagai reposit ory art inya unit ini adalah pusat inf ormasi t ent ang money laundering. FIU t idak saj a menerima inf ormasi t ent ang t ransaksi keuangan akan t et api FIU j uga menikmat i paling t idak kont rol t erhadap inf ormasi. Fungsi kedua adalah f ungsi analisis. Dalam memproses inf ormasi yang dit erimanya FIU kemudian memberi kan nilai t ambah t erhadap inf ormasi t ersebut . Kinerj a f ungsinya ini t ergant ung pada pada sumber inf ormasi yang dapat diakses oleh FIU. Dalam memproses inf ormasi FIU berwenang memut uskan apakah suat u inf ormasi bernilai unt uk dit indaklanj ut i menj adi invest igasi/ penyidikan. Fungsi t erakhir FIU adalah sebagai cl ear i ng house. Dalam kapasit as ini FIU memf asilit asi pert ukaran inf ormasi t ent ang t ransaksi keuangan t idak lazim at au t ransaksi keuangan mencurigakan. Pert ukaran inf ormasi ini dapat t erkait dengan inf ormasi dal am segala bent uk (individual at au umum) dan dapat berlangsung dengan berbagai mit ra kerj a di dalam maupun di luar negeri.

Pilihan mendirikan FIU sebagai pusat inf ormasi dibandingkan dengan laporan dari penyedia j asa keuangan langsung diserahkan kepada penegak hukum berdasarkan beberapa al asan yait u: Per t ama, kebut uhan adanya ahli yang t erkumpul di suat u t empat , dimana keahl ian t ersebut t idak dimiliki oleh penegak hukum. Kedua, memusat kan seluruh laporan dan proses analisisnya pada suat u inst ansi membuat pemerint ah dapat bergerak cepat dalam memerangi kej ahat an. Ket i ga, FIU memiliki f ungsi ekonomis. Pada sat u sisi mengumpulkan inf ormasi secara ef isien sedangkan disisi lain FIU meringankan pekerj aan penegakan hukum sehingga lembaga penegak hukum dapat berkonsent rasi dalam menyelesaikan masalah. Di negara yang t idak memiliki unit Pusat Pelaporan sepert i Jerman, upaya gerak cepat mengal ami kesulit an besar. Keempat, pendirian suat u lembaga sebagai perant ara ant ara lembaga keuangan dengan penegak hukum dalam banyak hal dimaksudkan unt uk meningkat kan iklim kepercayaan ant ara lembaga keuangan dan penguasa. Hal ini t erj adi karena lembaga keuangan t idak diwaj ibkan melaporkan t ransaksi keuangan mencurigakan langsung kepada kepolisian at au kej aksaan akan t et api cukup melaporkan kepada FIU yang kemudian melakukan analisa sebelum melaporkannya kepada penegak hukum. Hal ini akan mengurangi kemungkinan nasabah yang t idak berdosa harus berhadapan dengan aparat penegak hukum. Alasan keempat ini j uga secara t egas digaris bawahi oleh UN Model Law on Money Laundering yang menyarankan dibent uknya FIU.

PPATK memiliki t ugas dan wewenang sebagaimana yang dinyat akan dalam Pasal 26 dan 27 UU-TPPU ant ara l ain:

a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengeval uasi inf ormasi yang

diperoleh.

b. Memberikan nasihat dan bant uan kepada inst ansi yang berwenang.

c. Melaporkan hasil anilisis t ransaksi keuangan yang berindikasi t indak pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan Kej aksaan.

d. Memint a dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan (PJK).

e. Melakukan audit t erhadap PJK mengenai kewaj iban sesuai dengan ket ent uan dalam UU-TPPU dan t erhadap pedoman pelaporan mengenai t ransaksi keuangan.

(14)

Dalam menj alankan t ugas dan kewenangannya t ersebut , PPATK bersif at independen sebagaimana yang dimuat dalam UU-TPPU yait u :

a. Bert anggung j awab langsung kepada Presiden.

b. Tidak diperkenankannya set iap pihak unt uk melakukan segal a bent uk campur t angan t erhadap pelaksanaan t ugas dan kewenangan PPATK.

c. Diwaj ibkannya kepala dan wakil kepala PPATK unt uk menolak set iap campur t angan dari pihak manapun dal am pelaksanaan t ugas dan kewenangannya.

2. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle/ KYC)

Menurut Perat uran Bank Indonesia28, yang dimaksud dengan Prinsip KYC adalah prinsip yang dit erapkan bank unt uk menget ahui ident it as nasabah, memant au kegiat an t ransaksi nasabah t ermasuk pelaporan t ransaksi yang mencurigakan. Di samping it u, penerapan prinsip ini dimaksudkan unt uk mencegah dipergunakannya bank sebagai sarana pencucian uang oleh nasabah bank.

Dalam menerapkan Prinsip KYC dimaksud bank diwaj ibkan :

a. Menet apkan kebij akan mengenai penerimaan nasabah, prosedur ident if ikasi nasabah, dan prosedur pemant auan t erhadap rekening dan t ransaksi nasabah, sert a prosedur manaj emen risiko yang berkait an dengan penerapan KYC.

b. Melaporkan t ransaksi yang mencurigakan (suspi ci ous t r ansact i on) kepada BI selambat -l ambat nya 7 hari kerj a set elah diyakini oleh bank.

c. Menerapkan prinsip KYC yang berl aku di suat u negara bagi kant or cabang bank yang berada di luar negeri, sepanj ang st andar KYCnya sama at au lebih ket at dari yang diat ur dalam PBI, dan j ika ket ent uan set empat lebih longgar waj ib dit erapkan PBI KYC. Dal am hal penerapan PBI KYC mengakibat kan pel anggaran ket ent uan negara set empat , waj ib dilaporkan kepada kant or pusat nya dan BI.

d. Bank waj ib menerapkan prinsip KYC dan mel akukan pengkinian dat a base

nasabah yang t elah ada (exi st i ng cust omer) selambat -lambat nya t anggal 13 Juni 2002.

e. Bank waj ib melaksanakan program pelat ihan kepada karyawan bank mengenai prinsip KYC selambat -l ambat nya t anggal 13 Februari 2002.

f . Penerapan sist em inf ormasi yang dapat mengident if ikasi, menganalisa, memant au dan menyediakan laporan secara ef ekt if mengenai karakt erist ik t ransaksi yang dil akukan oleh nasabah bank sudah harus siap sel ambat -lambat nya t anggal 13 Juni 2002.

Adapun sanksi apabil a apabila bank t idak melaporkan perubahan Pedoman Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah sel ambat -lambat nya 7 hari kerj a sej ak dit et apkannya perubahan t ersebut sert a t idak melaporkan kepada BI t ransaksi yang mencurigakan yang t erj adi di bank yang bersangkut an selambat -lambat nya 7 hari kerj a sej ak t ransaksi t ersebut diket ahui oleh bank, dikenakan sanksi berupa kewaj iban membayar sebesar Rp. 1 j ut a per hari kelambat an dan set inggi-t ingginya Rp. 30 j ut a.

28

(15)

Sedangkan sanksi apabila bank t idak melaksanakan kewaj iban lainnya adalah dengan pengenaan sanksi administ rat if sebagaimana dimaksud dal am Pasal 52 ayat (2) huruf b, c, e, f at au g Undang-undang No. 7 t ahun 1992 t ent ang Perbankan sebagaimana t el ah diubah dengan Undang-undang No. 10 t ahun 1998 yait u berupa :

a. t eguran t ert ulis;

b. penurunan t ingkat kesehat an bank;

c. pembekuan kegiat an usaha t ert ent u, baik unt uk kant or cabang t ert ent u maupun unt uk bank secara keseluruhan;

d. pemberhent ian pengurus bank dan selanj ut nya menunj uk dan mengangkat

penggant i sement ara sampai Rapat Umum Pemegang Saham at au Rapat Anggot a Koperasi mengangkat penggant i yang t et ap dengan perset uj uan BI, at au;

e. pencant uman anggot a pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daf t ar orang t ercel a di bidang Perbankan.

Disamping sanksi administ rat if t ersebut di at as, t erhadap anggot a Dewan Komisaris, Direksi at au pegawai bank yang dengan sengaj a t idak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan unt uk memast ikan ket aat an bank t erhadap ket ent uan dalam undang-undang perbankan dan perat uran perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank (t ermasuk PBI KYC), diancam dengan pidana penj ara minimal 3 t ahun dan maksimal 8 t ahun sert a denda minimal Rp. 5 miliar dan maksimal Rp. 100 miliar (Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-undang No. 7 t ahun 1992 t ent ang Perbankan sebagaimana t elah diubah dengan Undang-undang No. 10 t ahun 1998).

Terdapat beberapa kendala yang dialami dal am pelaporan STR dari bank-bank baik yang berasal dari int ernal (bank) maupun dari ekst ernal (masyarakat ) ant ara lain adalah :

Kendal a yang dihadapi bank dalam melaksanakan prinsip KYC berupa:

a. Takut kehilangan nasabah

Bank merasa khawat ir kehilangan nasabah apabila menerapkan sepenuhnya prinsip KYC baik t erhadap nasabah lama (exi st i ng cust omer) maupun t erhadap nasabah baru (new cust omer). Hal t ersebut karena t idak serent aknya bank-bank dalam menerapkan prinsip KYC pada nasabah. Kondisi ini memberikan peluang bagi nasabah unt uk menol ak memberikan inf ormasi dan memindahkan dananya ke bank yang belum menerapkan prinsip KYC.

b. Skala usaha bank

Bagi bank yang t ergolong dalam skala besar (sebagai cont oh memiliki karyawan lebih dari 21. 000 dengan 800 kant or cabang dan 8 j ut a nasabah di seluruh Indonesia) cenderung lebih sulit menerapkan prinsip KYC sepenuhnya, sepert i pendat aan prof il nasabah, pelat ihan bagi karyawan, dan pengadaan sist em inf ormasi, yang unt uk it u dibut uhkan wakt u yang panj ang, biaya yang besar dan keahlian yang memadai.

c. Ket idakpercayaan perbankan t erhadap penegakan hukum

(16)

Disamping it u kurangnya perhat ian masyarakat t erhadap ket ent uan KYC merupakan kendala ut ama yang dihadapi oleh seluruh bank dal am menerapkan prinsip KYC. Hal t ersebut karena:

a. pengisian f ormulir KYC menyusahkan nasabah dan dirasa t erlalu berlebihan (misal pengisian j abat an, nama ibu kandung, hobi, pinj aman dari bank l ain) dan t idak nyaman;

b. t akut rahasia keuangannya diket ahui ol eh pihak lain misal nya perpaj akan;

c. t idak merasa memperoleh manf aat dari pengisian KYC dan menganggap bank t erlal u ingin t ahu masal ah int ernal nasabah.

Selain it u, dampak yang dihadapi bank pada saat menerapkan prinsip KYC ant ara lain

a. nasabah menolak mengisi f ormulir KYC yang sudah dikirimkan dan akan

menarik dananya apabil a t et ap diharuskan mengisi;

b. nasabah cenderung t idak j uj ur dalam mengisi dat a penghasilan dan sulit dit emui;

c. nasabah penyimpan dana berkeberat an memberikan slip gaj i karena

beranggapan bukan sebagai peminj am dana.

V. Penutup

Ef ekt if it as int ernal cont rol merupakan hal prinsip dalam pengawasan bank. Apabil a int ernal cont rol lemah maka pengawasan bank hanya t ergant ung pada pengawasan oleh regulat or yait u Bank Indonesia. Dengan ciri khas t ransaksi perbankan sebagaimana t elah dikemukakan di at as dapat lah dikat akan pengawasan t ersebut t idak akan ef ekt if . Suat u hal yang j uga perl u direnungkan bagi pemilik dan pengel ola bank adalah f or f i nanci al i nst i t ut i ons, whi ch depend so heavi l y on cust omer conf i dence, t he i mpor t ance of bei ng honest i s a l i f e and deat h mat t er . Repor t i ng mi nor f r aud i s sur el y pr ef er abl e t o br eaki ng t he bi l l i on dol l ar bar r i er. Bila pengawasan int ernal t elah berj al an ef ekt if maka pengawasan ekst ernal dapat berf ungsi sebagai f akt or pencegah (det er r ence) sebagaimana hukum pidana yang mengancam dengan hukuman set iap kej ahat an sehingga unt uk menghindari perampokan bank t idak perlu set iap orang yang masuk ke bank harus diperiksa dengan t elit i.

Sement ara it u, unt uk mencegah dij adikannya bank sebagai sarana unt uk menyembunyikan dan at au mengaburkan hasi l t indak pidana diperlukan suat u rezim ant i money laundering yang kuat . Unt uk it u empat pilar rej im t ersebut harus diperkuat . Keempat pilar t ersebut adal ah : per t ama, hukum dan perat uran perundang-undangan; kedua, t eknologi sist em inf ormasi dan sumber daya manusia;

ket i ga, analisis dan kepat uhan dan; keempat, kerj asama dal am negeri dan

int ernasional.

Referensi

Dokumen terkait

Model yang paling baik dalam terbentuknya mitigasi banjir adalah partisipasi masyarakat, koordinasi kelembagaan dan penggunaan lahan (PK-CUE) dengan sangat

n : Hasil Rapat Dewan Guru SD Negeri 2 Karanganyar tanggal 16 Juni 2016 di SD Negeri 2 Karanganyar tentang Pembagian Tugas Guru Dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar

Seperti yang diterpakan di MI Hidayatul Mubtadiin Pakel Ngantru Tulungagung, shalat Dhuha dikerjakan sebanyak 4 rakaat, dengan diawali membaca surat An-Nas setelah

Unit Usaha Syariah yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia Cabang.. Medan dengan

[r]

Kami yang bertanda tangan di bawah ini Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Layanan Pengadaan Barang dan Jasa

The Migration and Conservation Toolkit aims to help conservation practitioners design and implement activities that are sensitive to the dynamics and impacts of existing and

Agar memperlancar kegiatan PPL (Praktik Pengalaman Lapangaan) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan maka perlu dilakukan berbagai persiapan baik berupa