• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4

DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

Artika Dewie

Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

(Alamat korespondensi dewieartika@gmail.com/082347465345)

ABSTRAK

Sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/ 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota sebagai salah satu usaha untuk menurunkan AKI dan AKB melalui pelayanan kesehatan ibu dan anak berupa cakupan kunjungan antenatal empat kali (K4) ibu hamil dengan target sebesar 95% pada tahun 2015. Kunjungan antenatal empat kali (K4) adalah bentuk pelayanan selama masa kehamilan pada ibu hamil dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan rnempersiapkan persalinannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4 di Puskesmas Baqa Kota Samarinda Tahun 2016. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross sectional atau studi potong lintang. Data di analisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima variabel yang diteliti, yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan yang mempunyai nilai p ≤ 0,05 hanyalah variabel pengetahuan

(p=0,009) yang berarti pengetahuan berhubungan dengan kunjungan K4.

Kata Kunci : Kunjungan K4, Umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan.

PENDAHULUAN

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator penting dalam menentukan status derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan kesepakatan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 diharapkan angka kematian ibu menurun hingga 70/100.000 KH dan angka kematian bayi menjadi 12/1000 KH dan balita menjadi 25/1.000 KH. Berdasarkan hal itu, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian ibu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi dari 68 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

Sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/ 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota sebagai salah satu usaha untuk menurunkan AKI dan AKB melalui pelayanan kesehatan ibu dan anak berupa cakupan kunjungan antenatal empat kali (K4) ibu hamil dengan target sebesar 95% pada tahun 2015. Kunjungan antenatal empat kali (K4) adalah bentuk pelayanan selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal satu kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu

hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai. Rendahnya cakupan kunjungan antenatal empat kali (K4) menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetrik. Cakupan pelayanan antenatal meliputi pelayanan K1 sampai dengan pelayanan K4. Pelayananan antenanatal biasanya diberikan sebelum minggu ke 14, sebelum minggu ke 28 dan setelah 36 minggu (Saifudin, 2002).

(2)

empat kali (K4) yang masih kurang dari standar acuan nasional (Prawirohardjo, 2009).

Cakupan K4 di Indonesia saat ini berkisar antara 60–70 %, dimana akan ditingkatkan menjadi 95%. Berdasarkan target nasional cakupan kunjungan antenatal care sebesar 95 %. Menurut Profil Kesehatan Provinsi Kaltim tahun 2013, cakupan target K4 di Kaltim tahun 2013 sebesar 85,1 %, dan cakupan K4 untuk Kota Samarinda sebesar 80,3 %. Sedangkan di Puskesmas Baqa sendiri, cakupan K4 ditahun 2015 sejumlah 85,4 %. Upaya tersebut merupakan cara untuk menurunkan angka kematian sehingga kunjungan K1 sampai dengan kunjungan K4 merupakan salah satu indikator pemecahan masalah.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau studi potong lintang yang merupakan salah satu jenis rancangan penelitian yang sifatnya analitik dan termasuk dalam jenis penelitian observasional. (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan sedangkan variabel terikatnya adalah Kunjungan K4. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 di Puskesmas Baqa Kota Samarinda. Dilakukan dengan wawancara langsung pada responden oleh peneliti dan dibantu oleh petugas kesehatan yang ada di puskesmas. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berusia 0 – 3 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Baqa. Berdasarkan perhitungan besar sampel maka diperoleh sampel minimal adalah 26 responden. Untuk penelitian ini, cara penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling yaitu consecutive sampling. Dengan cara ini maka peneliti mengambil semua ibu yang mempunyai bayi berusia 0 – 3 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Baqa pada waktu penelitian sampai jumlah subjek minimal terpenuhi.

Pengolahan Data

a. Editing, penyuntingan data dimulai dilapangan dan setelah data terkumpul. b. Coding, apabila semua data telah terkumpul

dan selesai diedit dilapangan, kemudian akan dilakukan pengkodean data.

c. Entry Data, data selanjutnya diinput ke dalam lembar kerja SPSS untuk masing-masing variabel. Urutan input data berdasarkan nomor responden dan kuesioner.

d. Cleaning, pembersihan data dilakukan pada semua lembar kerja untuk membersihkan

kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input data.

Analisis Data 1. Analisis Univariat

Bertujuan mengetahui distribusi frekuensi atau besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti (menganalisis satu persatu variabel penelitian)

2. Analisis Bivariat

Merupakan tabulasi silang antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu tabulasi antara umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan dengan Kunjungan K4. Uji statistic yang digunakan adalah Chi Square Test.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori

(3)

pengetahuan kurang baik sejumlah 7 orang (23,3 %). Distribusi kategori Kunjungan K4 responden adalah yang melakukan kunjungan

K4 sejumlah 27 orang (90,0 %) dan yang tidak melakukan kunjungan K4 sejumlah 3 orang (10,0 %).

Tabel 2. Analisis Bivariat Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kunjungan K4

Variabel Ya Kunjungan K4 Tidak Total p

n % n % n %

Umur

< 20 tahun dan > 35 tahun 20 – 35 tahun

6

21

22,2

77,8

1

2

33,3

6,7

7

23

33,3

66,7 1,000 Pendidikan

Pendidikan Tinggi

Pendidikan Rendah 18 9 66,7 33,3 1 2 33,3 66,7 19 11 63,3 36,7 0,537 Pekerjaan

Bekerja

Tidak Bekerja 10 17 37,0 63,0 0 3 0,00 100 10 20 33,3 66,7 0,532 Paritas

Primipara

Multipara 10 17 37,0 63,0 0 3 0,00 100 10 20 33,3 66,7 0,532 Pengetahuan

Baik

Kurang Baik 23 4 85,2 14,8 0 3 0,00 100 23 7 33,3 66,7 0,009

Tabel diatas memperlihatkan bahwa, dari factor-faktor yang diteliti, ternyata hasil analisis bivariate antara kategori pengetahuan dengan kunjungan K4 yang menunjukkan nilai p yang signifikan, yaitu 0,009 yang artinya pengetahuan berhubungan dengan kunjungan K4.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Umur dengan Kunjungan K4 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan. Umur dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dimana dengan bertambahnya umur akan semakin berkembang pula kedewasaannya sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Sehingga semakin matang umur ibu, diharapkan dapat lebih mudah menerima informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan sampai dengan kunjungan K4 selama hamil.

Hasil uji statistic dengan uji chi square pada variabel ini diperoleh hasil dimana hubungan antara umur dengan kunjungan K4 tidak signifikan. Itu berarti bahwa umur ibu tidak berpengaruh terhadap kunjungan K4 yang dilakukan oleh ibu tersebut. Dimana umur yang beresiko (< 20 tahun atau > 35 tahun) maupun umur ideal reproduksi (20 – 35 tahun) tidak menjadi jaminan untuk dapat melakukan kunjungan K4 pada kehamilannya. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiati (2012) dalam skripsinya dan Cholifah (2015) dalam penelitiannya yang uji statistiknya tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan kunjungan K4.

Wulandari dan Ariesta (2015) juga berpendapat sama yaitu umur tidak mempengaruhi kelengkapan pemeriksaan kehamilan (K4), tapi ada factor-faktor lain yang mempengaruhinya.

2. Hubungan Pendidikan dengan Kunjungan K4

(4)

peneliti lain yang tidak sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Baqa tersebut.

Cholifah (2015) pun berpendapat, dimana Tingkat pendidikan dapat meningkatkan akses ibu terhadap informasi, meningkatkan kemampuan dalam menerima konsep-konsep kesehatan yang baru dan interaksi yang baik dengan tenaga kesehatan. Tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi kesadaran ibu dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.

3. Hubungan Pekerjaan dengan Kunjungan K4

Dewasa ini semakin banyak ibu yang beraktifitas diluar rumah. Dengan beralasan turut membantu perekonomian keluarga hingga aktualisasi diri, para ibu ikut terjun ke dunia kerja tanpa melupakan kodratnya untuk menjadi seorang ibu. Jika telah tiba masa ibu untuk hamil, ibu yang bekerja dapat menjadi sebab berkurangnya frekuensi pemeriksaan kehamilan, termasuk kunjungan K4 sehubungan dengan minimnya waktu untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan, sehingga dikuatirkan kondisi fisik terutama kehamilan dan kesehatan janinnya apabila ada kelainan atau komplikasi menjadi kurang terdeteksi. Namun hasil uji statistic dengan uji chi square pada variabel ini diperoleh hasil dimana hubungan antara pekerjaan dengan kunjungan K4 tidak signifikan. Artinya ibu tersebut tidak bekerja ataupun bekerja, tidak mempengaruhi kunjungan K4 di Puskesmas Baqa Kota Samarinda

Hal ini sesuai dengan Hasil uji statistic yang dilakukan oleh Sumiati (2012) menemukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kunjungan K4. Hal ini mungkin saja karena ibu hamil yang bekerja maupun tidak bekerja memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, termasuk kunjungan K4, sehingga disela-sela kesibukannya, ibu hamil tesebut tetap menyisihkan waktu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

4. Hubungan Paritas dengan Kunjungan K4 Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas.

Secara logika, ibu multipara mungkin saja lebih banyak tidak melakukan

kunjungan K4 karena merasa sudah berpengalaman di kehamilan sebelumnya, sedangkan ibu primipara akan teratur melakukan pemeriksaan kehamilan, Namun dari hasil uji statistic dengan uji chi square pada variabel ini diperoleh hasil dimana hubungan antara paritas dengan kunjungan K4 tidak signifikan, berarti kondisi ibu dengan primipara maupun multipara tidak mempengaruhi kunjungan K4 di Puskesmas Baqa Kota Samarinda.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Ariesta (2015) dimana dalam hasil uji statistiknya ditemukan bahwa paritas tidak memiliki hubungan terhadap kelengkapan pemeriksaan kehamilan (K4). Tidak adanya hubungan antara paritas dengan kunjungan K4 dapat disebabkan karena adanya pengaruh lain yang lebih signifikan yang mempengaruhi kunjungan K4 ibu. 5. Hubungan Pengetahuan dengan

Kunjungan K4

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan pola pikir seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui adanya kesesuaian antara penelitian dengan teori yang menyebutkan bahwa dengan pengetahuan yang tinggi maka ibu akan memiliki kesadaran dan keinginan untuk memeriksakan kehamilannya. Pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terutama Kunjungan K4 yang dimiliki oleh ibu hamil mempengaruhi perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ANC sehingga bahaya kehamilan dapat dihindari. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka ibu akan mempunyai kesadaran untuk melakukan pemeriksaan ANC secara komplit sampai dengan kunjungan K4.

(5)

94,4% subjek penelitiannya yang berpengetahuan baik melakukan kunjungan K4 pada kehamilan. Penelitian oleh Adri di Kota Subulussalam propinsi NAD tahun 2008 juga menunjang hal tersebut, dimana responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang pemeriksaan kehamilan lebih banyak melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan responden dengan pengetahuan yang tidak baik.

KESIMPULAN

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan dengan kunjungan K4 di Puskesmas Baqa Kota Samarinda Propinsi Kalimantan Timur 2. Ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan kunjungan K4 di Puskesmas Baqa Kota Samarinda Propinsi

Kalimantan Timur, dimana ibu yang memiliki pengetahuan baik cenderung melakukan kunjungan K4 dibanding dengan ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik.

SARAN

1. Menjalin hubungan baik antara petugas kesehatan dan masyarakat dalam hal ini terutama untuk ibu hamil agar petugas kesehatan dapat melakukan pemeriksaan kesehatan kehamilan secara teratur. 2. Melakukan penyuluhan kesehatan

mengenai pentingnya Pemeriksaan Kehamilan karena hal ini merupakan masalah tapi jarang disadari sebagai masalah

3. Kepada peneliti lain untuk dapat meneliti tentang factor-faktor lain yang mempengaruhi Kunjungan K4.

DAFTAR PUSTAKA

Adri, 2008, Faktor-faktor yang mempengaruhi Cakupan Program Pemeriksaan Kehamilan (K1 dan K4) di

Puskesmas Runding Kota Subulussaalam Propinsi NAD. USU Repository

Apong, 2009, Faktor-faktor yang berhubungan dengan status ANC Puskesmas Maripari Kabupaten Garut, 2009

Azwar azrul 2003, Kemiskinan dan masalah sosial budaya di sekitar AKI, situs dewan PKS Depok

Bungsu, 1995, Hubungan Karakteristik ibu, sosial ekonomi dan lingkungan sosial dengan pemilihan tenaga

penolong persalinan. Thesis program pascasarjana, FKM-UI Depok

Cholifah, 2015, Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pencapaian K4 di Desa Sumberejo Wonoayu Sidoarjo,

Midwiferia Vol. 1 no. 02, Oktober 2015

Green, Lawrence W and kreuter marshall W, 2005, Health program planning an education and ecological approach

Notoatmodjo Soekidjo 2007. Ilmu Perilaku dan Sikap. Jakarta : Rineka Cipta

__________________ 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina pustaka

Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta.

Sumiati, 2012, Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan Pemeriksaan Kehamilan K4 di Puskesmas

dengan Tempat Perawatan Sindangratu Kabupaten Garut Tahun 2012, FKM-UI Depok Jakarta

Walgito Bimo, 2004, Pengantar Psikologi Umum Penerbit Andi Yogyakarta, 2004

Wulandari Evi Cahya dan Ariesta Rita, 2015, Hubungan Pendidikan dan Umur Ibu Hamil Dengan Kelengkapan

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2. Analisis Bivariat Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kunjungan K4

Referensi

Dokumen terkait

Handphone biasa disebut telepon genggam atau yang sering dikenal dengan nama ponsel merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama

Dalam penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan pada Bencana gunung berapi, komunikasi merupakan salah satu faktor utama dan penting untuk mencapai keberhasilan

massa dapat ditentukan dengan cara perhitungan menggunakan alur mundur mulai dari produk yang dihasilkan hingga kebutuhan bahan baku yang digunakan setiap jamnya.. Bernouli)

Kepercayaan konsumen terhadap atribut warna keempat varian emping jagung menunjukkan katagori baik yang ditunjukkan dari perolehan skor atribut warna varian keju

berkembang, masih ada beberapa anak yang belum mampu berbagi dan bekerja sama dengan temannya, permasalahan ini muncul karena didasari oleh beberapa faktor penghambat

Rungsing adalah sebuah karya tari yang terinspirasi dari pengalaman empiris penata sebagai masyarakat Betawi ketika melihat kesenian ondel-ondel dijadikan alat

Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian terapan (applied research) dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan mengambil atau mengumpulkan data yang diperlukan dan

Bermain-main dengan istilah dan kata memang menjadi hal yang cukup menarik, tetapi itu tidak substansial. Gerakan melawan radikalisme tidak cukup hanya dilawan dengan istilah