• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI ALKOHOL PADA REMAJA PUTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI ALKOHOL PADA REMAJA PUTRA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI

ALKOHOL PADA REMAJA PUTRA

Fadli Alam Dwi Saputro1, Yuni Dwi Hastuti2, Triana Arisdiani1 1

Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal 2

Program Studi Ilmu Keperwatan, Universitas Diponegoro Semarang

Email: arisdiani@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan:Budaya minum minuman keras memang sudah ada sejak dulu di Indonesia, bahkan di seluruh belahan dunia. Penyalahgunaan minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang di dunia remaja dengan prevalensi yang sangat tinggi. sebesar 61,7% dari penduduk berusia 15 tahun atau lebih tua (15+) di seluruh dunia pernah minum alkohol dalam 12 bulan terakhir, bahkan sekitar 16,0% adalah peminum berat. Metode: Tujuan penelitian ini untuk pengaruh teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes. Penelitian ini menggunakan desaindeskriptif korelasi dengan metode pendekatancross sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling yaitu sebanyak 96remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes. Alat penelitian menggunakan kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner dengan analisa data menggunakan univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi square Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes(pvalue= 0,001).Diskusi: Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabel-variabel lain yang berkontribusi dengan perilaku remaja dalam konsumsi minum minuman keras, dengan metode yang berbeda.

Kata kunci:Teman Sebaya, Perilaku Komsumsi Alkohol, Remaja.

ABSTRACT

Introduction: Drinking culture had been there since the first in Indonesia, even in all parts of the world. Abuse of liquor is now a problem that is developing in the world of youth with very high prevalence. amounted to 61.7% of the population aged 15 years or older (15+) in the whole world ever drank alcohol in the past 12 months, even around 16.0% are heavy drinkers. Methods: The purpose of this study to peer influence on the behavior of alcohol consumption in young men in the village of Bradford Jatibarang Kidul Regency. This study used a descriptive correlation design with cross sectional method. The sample in this study were taken by using Proportionate stratified random sampling as many as 96 young men in the village of Bradford Jatibarang Kidul Regency. Tool family support research using questionnaires and questionnaires with data analysis using univariate and bivariate using chi-square statistical test.Results:The results showed no influence of peers on alcohol consumption behavior in young men in the village of Bradford Jatibarang Kidul Regency (p value = 0.001). Discussion: Further research is expected examine other variables that contribute to adolescent behavior in the consumption of drinking, with different methods.

(2)

PENDAHULUAN

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran (Joewana, 2008). Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu (Zulvikar,2008). Penyalahgunaan minuman keras saat ini masih merupakan permasalahan yang cukup berkembang dikalangan remaja, dan prevalensinya masih sangat tinggi (Hardoko, 2014).

World Health Organization (2014)

menyebutkan di seluruh dunia 61,7% dari penduduk berusia 15 tahun atau lebih tua (15+) pernah minum alkohol dalam 12 bulan terakhir, bahkan sekitar 16,0% adalah peminum berat. Data National Institute on Alcohol Abuse and

Alcoholism di Amerika Serikat juga

menunjukkan 87,6% remaja usia diatas 18 tahun telah minum alkohol, 71% mereka minum dalam satu tahun terakhir, 56,3% mereka minum dalam satu bulan terakhir. Data juga menunjukkan sekitar 17 juta remaja putra dari kelompok usia diatas 18 tahun adalah seorang Alcohol Use Disorders (AUDs).

Sedangkan pada usia 12-17 tahun jumlah penyalahgunaan alkohol mencapai 855.000 orang (National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism,2012).

Tingginya prevalensi peminum alkohol juga terjadi di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan prevalensi peminum alkohol di Indonesia mulai tinggi pada umur antara 15-24 tahun yaitu sebesar 5,5% meningkat menjadi 6,7% pada umur 25-34 tahun pernah minum alkohol (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Kemudian data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan 30,2% remaja putra usia 15-19 tahun dan 52,9% remaja putra usia 20-24 tahun sudah minum minuman beralkohol (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Di Jawa Tengah juga menunjukkan sebesar 4,5% pada umur 15-24 tahun dan sebesar 4,2% pada umur 25-34 tahun. Berdasarkan tempat tinggal peminum alkohol 4,5% di perkotaan dan 5,2% di pedesaan dan terbanyak dari golongan setingkat pelajar

SLTP/SLTA (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Perilaku konsumsi alkohol sebenarnya menyebabkan masalah-masalah yang sangat berbahaya (WHO, 2014). Masalah yang berkaitan dengan alkohol bervariasi disetiap dunia, tetapi beban penyakit dan kematian tetap signifikan di sebagian besar negara. Akibat besar penggunaan alkohol yang membahayakan adalah penyakit, kecacatan dan kematian di seluruh dunia (WHO, 2014; Lim, 2012). Minum alkohol dikaitkan dengan risiko berkembangnya masalah kesehatan seperti ketergantungan alkohol, sirosis hepatitis, kanker, cedera, kecacatan dan kejadian penyakit menular seperti tuberkulosis dan HIV/AIDS (WHO, 2014).

Dari waktu ke waktu korban minuman keras (miras) terus berjatuhan (Hardoko, 2014). Data

World Health Organization (WHO)

melaporkan jumlah kematian didunia akibat minuman beralkohol yaitu pada tahun 2009 tercatat 775.000 penduduk dunia (5,3%) meninggal akibat minuman keras. Tahun 2011 tercatat 2,5 juta penduduk dunia (9%) usia muda (15-29 tahun) meninggal akibat alkohol. Tanggal 12 Mei 2014 tercatat 3,3 juta orang di seluruh dunia setiap tahun meninggal akibat alcohol dan dinyatakan setara dengan satu kematian setiap 10 detik (Hardoko, 2014; WHO, 2014).

Rektor Prof Dr Bambang Cipto dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menuturkan pada tahun 2011 tercatat 6 juta kematian yang diperkirakan akan meningkat menjadi 7,5 juta orang pada tahun 2020 akibat penyalahgunaan alkohol di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Indonesia (Rimanews, 2014). Korlantas Polri Indonesia juga menyatakan setiap hari ada tiga kasus kecelakaan yang dipicu oleh alkohol, dan tahun 2013 disebutkan bahwa aspek mabuk menyumbang sekitar 16% korban kecelakaan yang berujung pada kematian (Rusyanto, 2014). Hal tersebut membuktikan bahwa minuman keras sangat berbahaya.

(3)

munculnya geng-geng remaja, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme pada kalangan remaja (Joewana, 2008). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ledo (2012) menyatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman akohol berpengaruh pada perilaku seseorang yang agresif atau perilaku yang nakal dan merugikan orang lain.

Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi remaja mengonsumsi minuman keras beralkohol adalah faktor lingkungan pergaulan (Mu’tadin, 2007). Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh orangtua (Wresniwiro, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Faot (2010) juga membuktikan bahwa faktor lingkungan merupakan faktor predisposisi perilaku mengkonsumsi minuman keras di masyarakat umum.

Fuhrmann (2005) mengatakan bahwa penyebab penyalahgunaan obat dan minuman keras dibagi kedalam dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah determinan sosial yang meliputi pengaruh keluarga, afiliasi religius, pengaruh teman sebaya dan pengaruh sekolah, dan kelompok kedua adalah determinan personal yang meliputi rendah diri, rasa ingin memberontak, dorongan untuk berpetualang, dorongan impulsif, rasa ingin bebas, dan kepercayaan diri yang rendah.

Hurlock (2010) menjelaskan bahwa seorang remaja agar dapat diterima dalam suatu kelompok, remaja harus mengikuti kegiatan kelompok yang akan diikutinya. Pengaruh kelompok sebaya dengan perilaku beresiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja bergabung dengan dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Stuart, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Emqi (2013) menyatakan faktor penggerak seseorang

mengkonsumsi alkohol adalah adanya belief akan harapan-harapan yang dimiliki subjek. Subjek meyakini bahwa perilaku penyalahgunaan alkohol akan mampu memenuhi harapan-harapan mereka. Belief

yang dimilki subjek mencakup behavioral belief, normative belief, dan control belief.

Belief subjek mengenai perilaku

penyalahgunaan alkohol cenderung bersifat irasional, sehingga memunculkan dampak perilaku yang tidak produktif.

Hasil studi pendahuluan di Desa Jatibarang Kidul didapatkan data jumlah remaja putra usia 15-19 tahun sejumlah 353 orang sedangkan remaja putra usia 20-24 tahun sejumlah 278 orang. Berdasarkan wawancara pada tanggal 26 September 2014 dengan 10 remaja yang sering minum-minuman alkohol di Desa Jatibarang Kidul mengatakan dirinya minum alkohol dikarenakan agar dianggap oleh teman sebayanya, agar dikatakan telah dewasa oleh teman sebayanya, mereka minum secara bergerombol di tempat sembunyi maupun terbuka seperti di pinggir jalan, umumnya pada hari libur seperti malam minggu atau hari besar tahun baru dan lebaran, mereka juga mengajak teman-temannya yang tidak minum untuk ikut minum apabila sedang minum alkohol sehingga kelompok minum menjadi besar dan mudah untuk iuran membeli alkohol lagi, apabila ada teman yang tidak mau minum juga terkadang dipaksa agar mau minum dengan mengatakan agar tambah lelaki dan percaya diri. Selain itu menurut data yang didapatkan dari Kepolisian Sektor Jatibarang Brebes pada tanggal 26 September 2014, sebanyak 50 remaja terjaring ketika sedang berpesta minuman keras dalam razia tahunan akhir tahun. Demikian juga Kepala Desa Jatibarang Kidul, memandang perilaku konsumsi alkohol dikalangan remaja Desa Jatibarang Kidul menjadi sebuah pemandangan yang umum di hari-hari besar dan hari-hari libur. Berdasarkan kajian-kajian tersebut menunjukkan kecenderungan prevalensi konsumsi alkohol yang tinggi di kalangan remaja usia belasan tahun.

(4)

METODE

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu untuk melihat hubungan korelatif antara variabel satu dengan yang lainnya (Notoatmodjo, 2010). Peneliti ingin mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross-Sectional

yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan dan hanya satu kali pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Uji statistik yang akan digunakan adalah uji statistik non parametrik dengan Chi Square Test karena data yang dihubungkan adalah berupa data kategori dengan data kategori.

Total populasi dalam penelitian ini sejumlah 631 remaja. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes yang ditentukan menggunakan rumus Slovin (Saryono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah 87 responden, kemudian untuk menghindari adanya drop out maka di tambah 10%, sehingga besar sampel : 87 + 8,7 = 95,7 dibulatkan menjadi 96. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportionate Stratified Random Sampling, di mana populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Hidayat, 2009). Berdasarkan rumus jumlah sampel diatas didapatkan jumlah sampel usia 15-19 tahun sejumlah 54 remaja dan usia 20-24 tahun sejumlah 42 remaja.

Pengambilan sampel di masing-masing proporsi usia dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana dengan cara membagikan nomor undian sejumlah populasi yaitu nomor 1-353 dan 1-278, karena populasi mempunyai peluang sama. Peneliti menetapkan angka tertentu (angka ganjil), dan calon responden dijadikan sebagai responden apabila mendapatkan angka ganjil sampai terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu sejumlah 96 orang (Saryono, 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebesyang bersedia menjadi

responden, 2) Remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes yang belum menikah. Tempat penelitian ini dilakukan di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes, karena perilaku konsumsi alkohol dikalangan remaja Desa Jatibarang Kidul menjadi sebuah pemandangan yang umum di hari-hari besar dan hari-hari libur.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran teman sebaya dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku remaja putra. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner A untuk mengetahui karakteristik remaja putra meliputi usia, pendidikan, pekerjaan; kuesioner B untuk mengetahui peran teman sebaya dalam mempengaruhi remaja putra dan kuesioner C

untuk mengetahui perilaku remaja dalam mengkonsumsi minuman beralkohol. Kuesioner C mengadaptasi instrument Babor. T.F., & Saunders. J.B., (1993) yaitu instrument

Alcohol Use Disorders Identification Test

(AUDIT) yang dikembangkan dan telah diperbarui oleh Trusted Medical Information and Support (2014). Pada kuesioner B peneliti sebelumnya melakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan dua cara. Pertama dengan validitas isi (content validity) yaitu dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta pendapat dari para ahli (Judgment experts) sesuai bidangnya (Sugiyono, 2005). Uji validitas selanjutnya adalah menggunakan validitas konstruk (construct validity) yaitu dengan menguji kepada responden. Validitas instrument dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel skor totalnya. Hasil uji validitas instrument peran teman sebaya didapatkan nilai rhitungtiap item pertanyaan berkisar antara 0,603 sampai 0,722 sehingga dikatakan setiap item pertanyaan telah valid. Hasil uji validitas disimpulkan instrument dapat digunakan untuk penelitian.

(5)

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menerapkan etika penelitian melalui informed consent yaitu sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian bagi responden yang setuju diberikan lembar persetujuan untuk ditandatangani (Alimul, 2007), peniliti menjaga kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama responden (anonimity) akan tetapi cukup memberi kode angka pada masing-masing lembar persetujuan (Alimul, 2007), peneliti juga menjamin

kerahasiaan informasi responden, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan, yaitu hasil dari penelitian berupa distribusi frekuensi masing-masing variabel (analisis univariat) dan hasil analisis pengaruh peran teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes (analisis bivariat). Peniliti menggunakan uji statistik non parametrik dengan Chi Square Test karena data yang dihubungkan adalah berupa data kategori dengan data kategori.

HASIL

A. Karakteristik Responden Tabel 1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur remaja putra 2014 (n=96)

Umur remaja Frekuensi Persentase (%)

15 sampai 19 54 56.3

20 sampai 24 42 43.7

Total 96 100.0

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putra di Desa Jatibarang Kidul

Kabupaten Brebes berumur15 sampai 19 tahun yaitu sebanyak 54 (56,3%) responden.

Tabel 2.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan remaja putra (n=96)

Pendidikan remaja Frekuensi Persentase (%)

SD 13 13.5

SMP 32 33.3

SMA 42 43.8

Perguruan Tinggi 9 9.4

Total 96 100.0

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putra di Desa Jatibarang Kidul

Kabupaten Brebes berpendidikan SMA yaitu sebanyak 42 (43,8%) responden.

Tabel 3

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan remaja putra (n=96)

Pendidikan remaja Frekuensi Persentase (%)

Buruh 14 14.6

Pedagang 15 15.6

Petani 6 6.2

Tidak bekerja 61 63.5

Total 96 100.0

(6)

B. Peran teman sebaya remaja putra

Tabel 4.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan peran teman sebaya (n=96)

Peran teman sebaya Frekuensi Persentase (%)

Tidak Mendukung 41 42.7

Mendukung 55 57.3

Total 96 100.0

Tabel 4 menunjukkan sebagian besar teman remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes mempunyai peran yang

mendukung untuk mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 55 (57,3%) responden.

Tabel 5.

Distribusi frekuensi peran teman sebaya berdasarkan karakteristik remaja putra (n=96).

Variabel Kategori

Peran Teman

Total Tidak

Mendukung Mendukung

n % n % n %

Usia 15 sampai 19 27 50.0 27 50.0 54 100

20 sampai 24 14 33.3 28 66.7 42 100

Pendidikan SD 2 15,4 11 84,6 13 100

SMP 13 40,6 19 59,4 32 100

SMA 23 54,8 19 45,2 42 100

Perguruan Tinggi 3 33,3 6 66,7 9 100

Pekerjaan Buruh 1 7,1 13 92,9 14 100

Pedagang 5 33,3 10 66,7 15 100

Petani 3 50 3 50 6 100

Tidak bekerja 32 52,4 29 47,6 61 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada remaja putra usia 15-19 tahun sebagian besar memiliki peran teman sebaya dalam jumlah yang sama antara mendukung dan tidak mendukung yaitu sebanyak 28 (50%) responden, remaja usia 20-24 tahun sebagian besar teman sebayanya mendukung yaitu sebanyak 28 (66,7%) responden. Pada remaja dengan pendidikan SD sebagian besar teman sebayanya mendukung yaitu sebanyak 11 (84,6%) responden, pendidikan SMP sebagian besar teman sebayanya mendukung yaitu sebanyak 19 (59,4%) responden, pendidikan SMA sebagian

besar teman sebayanya tidak mendukung yaitu sebanyak 23 (54,8%) responden, pendidikan perguruan tinggi sebagian besar mendukung yaitu sebanyak 6 (66,7%) responden. Pada remaja dengan pekerjaan buruh sebagian besar teman sebayanya mendukung yaitu sebanyak 13 (92,9%) responden, remaja dengan pekerjaan pedagang sebagian besar mendukung yaitu sebanyak 10 (66,7%) responden, remaja dengan pekerjaan petani sama-sama 3 (50%) mendukung dan tidak mendukung, remaja yang tidak bekerja sebagian besar tidak mendukung yaitu sebanyak 32 (52,4%) responden.

C. Perilaku Konsumsi Alkohol Remaja Putra Tabel 6.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku konsumsi alkohol remaja putra (n=96)

Perilaku konsumsi alkohol Frekuensi Persentase (%)

Bukan Peminum 33 34.4

Peminum Tidak Berbahaya 46 47.9

Peminum Berbahaya 17 17.7

(7)

Tabel 6 menunjukkan sebagian besarremaja putradi Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes merupakan peminum alkoholkategori

tidak berbahaya yaitu sebanyak46 (47,9%) responden.

Tabel 7

Distribusi frekuensi perilaku konsumsi alkohol berdasarkan karakteristik remaja putra (n=96).

Variabel Kategori

Perilaku Konsumsi Alkohol

Total Bukan

Peminum

Peminum Tidak Berbahaya

Peminum Berbahaya

N % n % n % n %

Usia 15 sampai 19 22 40.7 28 51.9 4 7.4 54 100.0

20 sampai 24 11 26.2 18 42.8 13 30.9 42 100.0

Pendidikan SD 2 15.1 5 38.5 6 46.2 13 100.0

SMP 10 31.2 17 53.1 5 15.6 32 100.0

SMA 17 40.5 20 47.6 5 11.9 42 100.0

Perguruan Tinggi 4 44.4 4 44.4 1 11.1 9 100.0

Pekerjaan Buruh 2 14.3 7 50.0 5 35.7 14 100.0

Pedagang 4 26.7 9 60.0 2 13.3 15 100.0

Petani 2 33.3 1 16.7 3 50.0 6 100.0

Tidak bekerja 25 40.9 29 47.6 7 11.5 61 100.0 Tabel 7 menunjukkan bahwa pada remaja

putra yang berumur 15-19 tahun sebagian besar peminum tidak berbahaya yaitu sebanyak 28 (51,9%) responden, remaja usia 20-24 tahun sebagian besar peminum tidak berbahaya yaitu sebanyak 18 (42,8%) responden. Pada remaja yang berpendidikan SD sebagian besar peminum berbahaya yaitu sebanyak 6 (46,2%) responden, pendidikan SMP sebagian besar peminum tidak berbahaya yaitu sebanyak 17 (53,1%) responden, pendidikan SMA sebagian besar peminum tidak berbahaya yaitu sebanyak 20 (47,6%) responden, pendidikan perguruan

tinggi sebagian besar bukan peminum yaitu sebanyak 4 (44,4%) responden. Pada remaja yang bekerja buruh sebagian besar peminum tidak berbahaya yaitu sebanyak 7 (50%) responden, remaja yang bekerja pedagang sebagian besar peminum tidak berbahaya yaitu sebanyak 9 (60%) responden, remaja yang bekerja sebagai petani sebagian besar peminum berbahaya yaitu sebanyak 3 (50%) responden, remaja yang tidak bekerja sebagian besar peminum tidak berbahaya yaitu sebanyak 29 (47,6%) responden.

D. Pengaruh peran teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes

Tabel 8.

Pengaruh peran teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra (n=160)

Peran Teman Sebaya

Perilaku konsumsi alkohol

Total P

value

Bukan Peminum

Peminum Tidak Berbahaya

Peminum Berbahaya

n % n % n % f %

Tidak

Mendukung 23 56.1% 13 31.7% 5 12.2% 41 100.0% 0,001

Mendukung 10 18.2% 33 60.0% 12 21.8% 55 100.0%

Total 33 34.4% 46 47.9% 17 17.7% 96 100.0%

Tabel 8 menunjukkanremaja yang teman sebayanyatidak mendukung sebagian besarperilaku remaja kategori bukanpeminumsebanyak 23 (56,1%)

(8)

data dengan menggunakan uji Chi Square

didapat nilai p value= 0,001, karena nilai p < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh peran teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes.

PEMBAHASAN

A. Karakteristik remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes Hasil penelitian didapatkan remaja yang berumur 15-19 tahun sebanyak 54 (56,3%) orang, sedangkan remaja yang berumur 20-24 tahun sebanyak 42 (43,7%) orang. Usia 15-19 tahun merupakan tahap remaja pertengahan, sedangkan usia 20-24 tahun merupakan tahap remaja akhir (Hurlock, 2010). Usia remaja pertengahan, cenderung membutuhkan kawan-kawan dan ”narcistic” yaitu mencintai dirinya sendiri, suka dengan teman-teman yang memiliki sifat yang sama atau mirip dengan dia, dan bersifat labil atau mudah berubah-ubah tidak menentu atau plin plan (Santrock, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja adalah dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 42 (43,8%) orang, disusul dengan pendidikan SMP yaitu sebanyak 32 (33,3%) orang. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang akan pola hidup. Pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai atau informasi yang diperkenalkan (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas remaja adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 61 (63,5%) orang. Sisanya yang lain 15,6% pedagang, 14,6% buruh, 9,4% mahasiswa, dan 6,2% petani. Menurut Laraia (2005) mengatakan bahwa pekerjaan berkaitan dengan status ekonomi yang dimiliki oleh seseorang, yang akan berpengaruh hingga menimbulkan terjadinya perilaku konsumtif dan lebih lanjut dapat mencetuskan kecemasan pada kehidupan individu.

Dilihat dari perilakunya dalam mengkonsumsi alkohol, sebagian besar 21,9% peminum alkohol adalah pelajar. Hasil ini sejalan dengan survey Kementrian Kesehatan, RI (2007) yang menyebutkan bahwa pengonsumsi alkohol terbanyak adalah dari golongan pelajar baik

SLTP/SLTA. Peneliti berpendapat pekerjaan tidak menjadikan seorang remaja menjadi peminum alkohol.

Hal ini didukung penelitian Ulfah (2005) yang mengasilkan tidak ada hubungan pekerjaan dengan perilaku penyimpangan pada remaja. Kartono (2011) juga mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi remaja konsumsi alkohol adalah faktor internal individu meliputi kepribadian anak, pengaruh usia, pandangan atau keyakinan yang keliru, religius yang rendah, ego yang tidak realistis, dan faktor eksternal meliputi keluarga, lingkungan tempat tinggal, teman pergaulan, dan pendidikan.

B. Peran teman sebaya dalam mempengaruhi remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes Hasil penelitian menunjukkan mayoritas teman sebaya remaja mendukung pada perilaku mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 55 (57,3%) responden. Artinya teman sebaya berperilaku mengajak kepada remaja putra untuk mengkonsumsi alkohol ketika dia sedang mengkonsumsi alkohol atau berkumpul bersama. Mayoritas pada remaja laki-laki mengkonsumsi alkohol merupakan kegiatan yang menjadi kegiatan sosialnya. Menurut mereka mengkosumsi alkohol merupakan lambang pergaulan bagi mereka sehingga menjadikan perilaku konsumsi alkohol sebagai suatu tuntutan pergaulan bagi mereka. Kemudian mempengaruhi teman bergaul untuk konsumsi alkohol pula. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hurlock (2010) bahwa bagi remaja rokok dan alkohol merupakan lambang kematangan. Hal tersebut disampaikan oleh Hurlock berdasarkan fenomena di Amerika. Tetapi menurut norma yang berlaku di Indonesia lebih memandang bahwa remaja melakukan aktivitas konsumsi alkohol diidentikan sebagai anak yang nakal (Mu’tadin, 2007).

(9)

bermain dengan teman sebaya yang tinggi, sehingga peran teman sebaya untuk mengajak mengkonsumsi alkohol juga tinggi (Paulis, 2012). Hal tersebut didukung dari pendapat Joewana (2008), bahwa pengaruh kelompok sebaya dengan perilaku beresiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme

peer socialization. Artinya ketika remaja bergabung dengan dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya. Semakin besar intensitas dengan teman sebaya, maka semakin besar pula tuntutan dari teman sebaya untuk berperilaku sama (Hurlock, 2010).

Peran teman sebaya yang mendukung perilaku konsumsi alkohol remaja putra juga cenderung di dominasi oleh remaja dengan status mempunyai pekerjaan. Hal tersebut terlihat pada remaja remaja dengan pekerjaan buruh sebagian besar teman sebayanya mendukung yaitu sebanyak 13 (92,9%) responden, remaja dengan pekerjaan pedagang sebagian besar mendukung yaitu sebanyak 10 (66,7%) responden, remaja dengan pekerjaan petani sama-sama 3 (50%) mendukung. Hal ini terjadi karena teman sebaya memandang remaja sudah bekerja dan tentunya mempunyai pendapatan atau uang, sehingga peran teman sebaya semakin tinggi keinginan untuk mengajak mengkonsumsi alkohol (Margaretha, 2012). Seperti fenomena yang terjadi remaja mengatakan bahwa teman sebaya mengajak teman-temannya untuk ikut minum apabila sedang minum alkohol dengan alasan rasa “setia kawan” sehingga kelompok minum menjadi besar dan mudah untuk iuran membeli alkohol lagi. Seperti pendapat menurut Kartini (2005) mengatakan bahwa dalam pergaulan remaja, solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Kesetiakawanan itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia kawan, paradigma seperti inilah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri (Kartini, 2005).

Meskipun sebagian besar responden mengatakan teman sebaya berperilaku mendukung untuk konsumsi alkohol, akan tetapi masih ada responden yang mengatakan teman sebaya tidak mendukung untuk konsumsi alkohol yaitu sebanyak 41 (42,7%) responden. Hal ini menunjukkan teman sebaya berperilaku tidak mengajak remaja untuk mengkonsumsi alkohol ketika dia sedang minum atau berkumpul bersama. Peran teman sebaya yang tidak mendukung untuk mengkonsumsi alkohol dilihat dari jawaban responden adalah 66,7% tidak pernah menyarankan untuk minum alkohol, 50% tidak mengajak minum alkohol saat hari libur, 50% tidak mengajak berpesta miras, 45,8% tidak mengatakan alkohol menjadikan percaya diri, 53,1% tidak mengatakan alkohol menjadikan dewasa, 53,1% tidak mengatakan bodoh jika tidak minum alkohol, 43,% tidak menghabiskan uangnya untuk beli alkohol, 57,3% tidak memberi minuman alkohol secara gratis.

Remaja pada umumnya menjadikan teman sebaya sebagai tempat untuk membentuk identitas diri remaja. Hal tersebut menjadikan mudahnya remaja menerapkan perilakunya sesuai dorongan dan motivasi dari teman sebaya (Hurlock, 2010). Teman sebaya juga merupakan tempat untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas, sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga, sehingga dapat dikatakan bahwa teman sebaya merupakan tempat pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan pada remaja sehingga tercipta pula perilaku remaja tersebut sesuai dengan teman sebayanya (Santrock, 2007).

C. Perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes

(10)

tidak berbahaya yaitu peminum yang masih dapat berhenti dengan frekuensi rutin tidak setiap hari/setiap minggu/setiap bulan atau dapat dikatakan pernah minum tapi bukan kebiasaan, sedangkan peminum berbahaya yaitu remaja yang sudah terbiasa dengan minuman keras dimana frekuensinya hampir setiap saat ada waktu dia untuk minum alkohol (Ninggalih, 2011).

Berdasarkan konsep kuesioner Alkohol Use Disorders Identification Test (AUDIT), maka 47,9% remaja Desa Jatibarang adalah peminum alkohol yang dalam sebulan pernah minum 1-4 gelas, alkohol bukanlah sebuah candu bagi dirinya, tidak sampai melukai orang lain, atau dapat dikatakan peminum ringan. Sedangkan 17,7% remaja adalah peminum alkohol yang lebih dari 4 gelas dalam sebulan, sudah kecanduan untuk senang minum alkohol, bahkan setidaknya pernah sekali ada orang terluka karena dia minum alkohol.

Perilaku konsumsi minuman keras pada remaja menurut pendapat Ulfah (2005) dikarenakan usia remaja tergolong masih kurang pengalaman, kurang pengertian, dan penalaran, sehingga remaja akan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan dan hal-hal yang baru dialami. Sehingga penggunaan miras pun banyak pada kalangan remaja (Ulfah, 2005). Perilaku konsumsi minuman keras juga dikarenakan faktor keluarga dan lingkungan sosial. Seperti menurut pendapat Luis (2005), bahwa keluarga dan masyarakat di mana seseorang dibesarkan dapat mempengaruhi sikap orang tersebut dalam menjadi pecandu minuman keras. Kalau orangtua adalah pecandu minuman keras, maka anaknya cenderung menjadi peminum minuman keras pada masa dewasanya. Kalau minum-minuman keras menjadi acara sosial dalam kebudayaan tersebut, dan kalau masalah menjadi mabuk cuma merupakan bahan gurauan, peminum tak punya alasan sama sekali untuk menghindarkan diri dan mengontrol pemakaiannya.

Dilihat dari karakteristik remaja, perilakunya mengkonsumsi alkohol, peminum tidak berbahaya didominasi (51,9%) oleh remaja usia 15-19 tahun dan peminum berbahaya didominasi (30,9%) oleh remaja usia 20-24

tahun. Semakin bertambah usia (remaja akhir) maka emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir remaja akhir sudah mulai stabil. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah mulai meningkat. Remaja mulai minat terhadap fungsi-fungsi intelektual, egonya mencari kesempatan bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru (Santrock, 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa seharusnya remaja semakin dewasa (remaja akhir) memiliki kemampuan yang tinggi untuk menolak ajakan minum alkohol. Namun bagi remaja awal yang menjadikan minum alkohol sebagai kebiasan, dan ditambah lingkungan yang mendukung, maka ketika remaja tersebut sampai pada tahap remaja akhir, mereka tidak dapat mengontrol untuk mengurangi dalam konsumsi alkohol.

Margaretha (2012) menyatakan bahwa perlakuan negatif pada anak remaja bermasalah dapat terjadi karena disebabkan pemahaman yang kurang tepat atas perilaku beresiko, perilaku penyalahgunaan alkohol dipengaruhi oleh faktor dalam diri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal meliputiproblem psikologis dan sosial yang sedang dihadapisertakontrol diri yang lemah.

Faktoreksternal seperti persoalan keluarga,

pengaruh negatif teman sebaya,dan komunitas

(Margaretha, 2012).

(11)

perkembangannya memang labil, sehingga akan mudah terpengaruh orang lain, dan dengan pendirian yang masih kurang dibandingkan dengan orang dewasa.

D. Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes

Hasil penelitian menunjukkan responden yang mendapat pengaruh yang tidak mendukung dari teman sebaya dan mempunyai perilaku bukan peminum sebanyak 23 (56,1%). Responden yang mendapat pengaruh mendukung dari teman sebaya dan mempunyai perilaku peminum tidak berbahaya sebanyak 33 (60,0%). Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai p value = 0,001, karena nilai p < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh peran teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes.

Wahyuni (2011) mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja mengkonsumsi alkohol maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah pengkonsumsi alkohol juga dan sebaliknya. Berdasarkan fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja jadi terpengaruh teman-temannya atau bahkan remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi pengkonsumsi alkohol. Menurut Joewana (2008) seorang remaja agar dapat diterima dalam suatu kelompok, remaja harus mengikuti kegiatan kelompok yang akan diikutinya. Pengaruh kelompok sebaya dengan perilaku beresiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja bergabung dengan dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Hurlock, 2010).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Terdapat pengaruh teman sebaya terhadap perilaku konsumsi alkohol pada remaja putra

di Desa Jatibarang Kidul Kabupaten Brebes dengan nilai p value 0,001 (p<0,05).

Saran

Peneliti lain yang akan melakukan penelitian terkait dengan perilaku konsumsi minum minuman keras diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang berkontribusi dengan perilaku remaja dalam konsumsi minum minuman keras, dengan metode yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2007). Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Faot. (2010). Kajian Faktor predisposisi perilaku mengkonsumsi minuman keras

pada masyarakat Desa Oelpuah

Kabupaten Kupang Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Masyarakat. MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010 diakses melalui https://mediakesehatanmasyarakat.files. wordpress.com/2012/06/artikel-ketiga-nusin.pdf pada tanggal 22 Februari 2014.

Hurlock, Elisabeth. (2010). Psikologi

Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan: Edisi Kelima.Jakarta: Erlangga.

Joewana, S. (2008). Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Lainnya.Jakarta : Gramedia.

Kartini. (2005). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa

Kartono. (2011). Perilaku Manusia. Jakarta: ISBN

Kemenkes RI. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012: Kesehatan

Reproduksi Remaja. Badan Pusat

Statistik Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Indonesia.

Kemenkes, RI, (2007). Riskesdas Laporan

Nasional 2007: Perilaku Minum

(12)

Laraia. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta:EGC.

Ledo. (2012 Hubungan antara Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol dengan Perilaku Agresif pada Remaja Akhir Laki-laki di FKIP UKAW Kupang. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Diakses melalui

http://repository.uksw.edu/bitstream pada tanggal 22 Februari 2014.

Luis, P. (2005). Dimenangkan dari Minuman Keras. Artikel: e-Konsel edisi 82 (1-3-2005). Diakses melalui: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/082/ pada tanggal 23 Februari 2014.

Margaretha. (2012).Menilik Perilaku Beresiko

Remaja: Tantangan dalam usaha

pencegahan dan penanggulangannya.

Diakses melalui:

http://psikologiforensik.com/2012/03/02 /perilaku-beresiko-remaja-seks-adiksi-dan-hiv/ pada tanggal 23 Februari 2014.

Mu’tadin. (2007). Perilaku Penyalahgunaan Alkohol.Yogyakarta: Books.

National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA). (2012). Alcohol

Facts and Statistics.

http://www.niaaa.nih.gov/alcohol-

health/overview-alcohol-consumption/alcohol-facts-and-statistics diakses tanggal 26 Oktober 2014.

Ninggalih. (2011). Pengaruh Konsep Diri

terhadap Perilaku Asertif.

http://io.ppijepang.org/v2/index.php?opt ion=com_k2&view=item&id=400:peng aruh/ diakses pada tanggal 22 Februari 2014.

Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rimanews. (2014). Cukup Banyak Kematian

Akibat Penyalahgunaan Alkohol,

Narkoba dan Rokok!. Posted 20 Januari 2014 jam 09:20. From:

http://www.rimanews.com/read/201401 20/137617/ diakses 28 Oktober 2014\

Rusyanto. (2014). Tiap Hari Tiga Kasus Kecelakaan Akibat Mabuk. Posted 3

Juni 2014. From:

http://edorusyanto.wordpress.com/2014/ 06/03/ diakses 28 Oktober 2014

Santrock, J. W. (2007). Adolescence,

Perkembangan Remaja (Alih bahasa,

Shinto B. Adelar & Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. (2010). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Cetakan ke-13. Jakarta : Rajawali Pers.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Trusted Medical Information and Support.

(2014). Alcohol Use Disorders

Identification Test (AUDIT). From: http:/Patient.co.uk.htm diakses pada tanggal 22 Februari 2014.

Ulfah, D. M. (2005). Faktor-Faktor Penggunaan Miras di Kalangan Remaja di Desa Losari Kecamatan Rembang

Kabupaten Purbalingga. Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Wangsa

Manggala. Diakses

melaluihtpp://ejournal.

unsrat.ac.id/index.php/jkp/article pada tanggal 22 Februari 2014.

Wahyuni, Y. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.

WHO. (2014).Global status report on alcohol and health – 2014. ISBN 978 92 4 069276 3. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. from: http://www.who.int/substance_abuse/pu blications/global_alcohol_report/en/ diakses tanggal 28 Oktober 2014.

Gambar

Tabel 6.Distribusi frekuensi  responden berdasarkan perilaku konsumsi alkohol remaja putra (n=96)
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada remaja

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa agar pelaksanaan perkuliahan mahasiswa Program Kelanjutan Studi (pKS) dari D2 ke 51 Pendidikan Jasmani (Penjas) Fakultas llmu Keotahragaan'(FlKj universitas Negeri

Semua sahabatku di Teknik Mesin UNS terutama angkatan 2012 (CAMRO): Abdollah, Agil, Agung, Aldi, Alfi, Apri, Bayu, Bagus, Bima, Dandy, Dharma, Fachri, Faishal, Frans, Guntur,

[r]

Ulangan Indikator yang tidak dikuasai (No.Indika tor Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remidial Nomor Soal yang dikerjakan dalam Tes Remidial Nilai Tes Rem Ket.. PROGRAM REMEDIAL

Untuk memperoleh keunggulan daya saing secara global, puskesmas dituntut mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dengan harga yang wajar bersaing dimana tujuan utama

In this chapter, we have seen the different types of sources from which data can be loaded into Splunk.. We discussed in detail how to get data using the Files &amp; Directories

Pasien rawat jalan di Puskesmas Nglipar II yang mempunyai kepuasan rendah terhadap mutu pelayanan di puskesmas Nglipar II yaitu 8 orang (5,7%), berumur kurang dari 20 tahun

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, pada penelitian ini akan membahas tentang estimasi suku bunga yang mengikuti model CIR dengan menggunakan