• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUASAN DALAM ORGANISASI Makalah ini di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPUASAN DALAM ORGANISASI Makalah ini di"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN DALAM ORGANISASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Keorganisasian

Dosen Pengampu : Bapak Saliman, M.Pd

Disusun :

R.M Adi Bambang Kusuma A 13416241022

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL A

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGEI YOGYAKARTA

(2)

BAB I

Pendahuluan

A. latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung hidup berkelompok dan bekerja sama

satu sama lain. Keterbatasan kemampuan manusia untuk melaksanakan berbagai kegiatan atau

memenuhi kebutuhan kebutuhan hidupnya sendiri merupakan alasan utama mengapa manusia

saling berinteraksi dan bekerja sama satu sama lain, dalam hal ini bisa terjadi berkelompok

maupun berorganisasi. Dalam perkembangannya semakin banyak manfaat yang dapat diambil

dari kerja sama antar manusa dan memberikan peluang peluang besar bagi kelompok yang ada

untuk lebih mengembangkan diri. Kelompok kelompok kerjasama yang dimaksut diatas

adalah kelompok kelompok apapun bentuknya dan dalam berbagai bidang disebut organisasi.

Dalam sebuah organisasi terdapat unsur, struktur dan komponen pendukung yang

digunakan untuk memperkuat, menjalankan, dan mempertahankan sebuah organisasi. Salah

satu komponen organisasi ialah kepuasaan dalam organisasi. Maka dari itu seorang atasan

organisasi harus memimpin dan memperlakukan pegawai dengan baik untuk mengurangi

dampak negatif yang terjadi pada organisasi. Selain itu dari sesama anggota organisasi harus

lebih terbuka dengan yang lain karena dimungkinkan bahwa organisasi dapat beranggotakan

dari berbagai bidang dan lapisan masyarakat, yang dapat menimbulkan sebuah pertentangan

(3)

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kepuasan kerja?

2. Megapa kerja sangat penting dalam organisasi ?

3. Apa hubungan kepuasan kerja dengan kinerja organisasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian kepuasan kerja.

2. Mengetahui pentingnya kepuasan kerja dalam organisasi.

(4)

BAB II

Pembahasan

Salah satu gejala yang paling menyakinkan dari rusaknya kondisi suatu organisasi

adalah rendahnya kepuasan kerja (job satisfaction). Dalam bentuknya yang lebih kasar gejala itu bersembunyi pada pemogokan liar , pengabaian pekerjaan atau mangkir , perlambanan kerja,

dan pergantian pegawai. Kepuasan Kerja (job satisfaction) mengacu kepada sikap individu secara umum terhadap pekerjaanya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi

mempunyai sikap positif terhadap pekerjaanya; seseorang yang tidak puas dengan pekerjaanya

mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaan tersebut.

Faktor penting yang lebih banyak mendatangkan kepuasan kerja adalah pekerjaan yang

secara mentalitas memberi tantangan, penghargaan yang layak , kondisi kerja yang menunjang,

dan rekan yang mendukung. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan pekerjaan yang

memberi merberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan

mereka dan menawarkan tugas tugas yang bervariasi, kebebasan, umpan balik tentang seberapa

baik mereka bekerja. Selain itu karyawan meninginkan sistem penggajian dan kebijakan

promosi mereka rasa wajar, tidak membingungkan, dan sejalan dengan harapan mereka. Bila

penggajian dianggap adil, berdasarkan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan

standar masyarakat, kepuasan akan tercapai. Keriyawanpun menaruh perhatian terhadap

lingkungan kerja mereka baik dari segi kenyamanan pribadi maupun kemudahan untuk

melakukan pekerjaan dengan baik.

1. Teori Teori Kepuasan Kerja

a) Teori Pertentangan (Discrepancy Theory)

Teori ini dari Locke menyatakan bahwa kepuasan atau ketidak puasan terhadap

beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua niai; (1) pertentangan

yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang ia

terima, dan (2) pentingnya apa yang diinginkan bagi individu. Kepuasan kerja secara

keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasaan kerja dari setiap aspek

(5)

b) Model dari kepuasan Bidang / Bagian (Facet Satisfication)

Model Lawler dari kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori keadilan dai Adams.

Menurut Lawler orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka jika

jumlah dari bidang mereka presepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja

mereka sama dengan jumlah yang mereka presepsikan dari yang secara aktual mereka

terima. Menurut Lawler, jumlah dari bidang yang dipresepsikan orang sebagai sesuai

tergantung dari bagaimana orang mempresepsikan masukan kerja, ciri ciri pekerjaan

dan bagaimana mereka mempersepsikan masukan dan keluaran dari orang lain yang

dijadikan pembanding mereka.

c) Teori proses bertentangan

Teori proses bertentagan dari Landy memandang kepuasan kerja dari prespektif yang

berbeda secara mendasar daripada pendekatan yang lain. Teori ini menekankan bahwa

orang ingin mempertahankan sutau keseimbangan emosional (Emotional Equilibrium). Teori proses bertentangan mengasumsikan bahwa kondisi eemosional yang ekstrim

tidak memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja (dengan emosi

yang berhubungan) memacu makinisme fisiologikal dalam sistem pusat saraf yang

membuat aktif emosi bertentangan atau berlawanan. Teori ini menyatakan bahwa jika

orang memperoleh ganjaran pada pekerjaan mereka mereka senang, sekaligus ada rasa

tidak senang (yang lebih lemah).

2. Hakikat Kepuasan Kerja

Kepuasan Kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau

tidaknya pekerjaan mereka. Teori lain mengatakan kepuasaan kerja adalah ukuran proses

pembangunan iklim manusia yang berkelanjutan dan suatu organisasi, ia membawa serta

seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman masa lalu yang menyatu membentuk

harapan kerja. Kepuasan kerja menunjukan kesesuaian antara harapan seseorang uang timbul

dan imbalan yang disediakan pekerjaan, jadi kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori

keadilan, perjanjilan psikologis, dan motivasi

Kepuasan kerja pada dasarnya adalah “Security Feeling”(rasa aman) dan mempunyai

segi segi:

• Segi Ekonomi (Gaji dan Jaminan Sosial)

(6)

pergaulan antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan

atasannya

Kepuasan kerja umumnya mengacu pada sikap seorang pegawai. Kepuasan kerja

juga dapat mengacu pada tingkat yang umum didalam kelompok, seperti dalam

“kepuasan kerja departemen penjualan setiap saat tinggi”. Disamping itu masalah

moral sering kali mengacu pada sikap kelompok. Kepuasan kerja memiliki banyak

dimensi.

3. Faktor–Faktor Penentu Kepuasan Kerja a) Ciri-ciri intrinsik pekerjaan

Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan kepuasan

kerja adalah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali

terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas. Ada satu unsur yang dapat

dijumpai pada ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan diatas, yaitu tingkat tantangan mental.

Konsep dari tentangan yang sesuai merupakan konsep yang penting. Pekerjaan yang

menuntut kecakapan yang lebih tinggi daripada yang dimilki tenaga kerja atau tuntutan

pribadi yang tidak dapat dipenuhi tenaga kerja akan menimbulkan frustasi dan akhirnya

ketidakpuasan kerja.

b) Gaji Penghasilan, Imbalan yang dirasakan adil (Equittable Reward)

Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari

gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja,

dan bagaimana gaji diberikan. Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams

dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima

gaji yang dipersepsikan sebagai terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami distress

atau ketidakpuasan. Kajian yang dilakukan dalam laboratorium mendukung hasil

tentang gaji yang terlalu kecil, namun hasil tentang gaji yang terlalu besar tidak jelas

meyakinkan. Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Uang

atau imbalan akan mempunyai dampak tehadap motivasi kerjanya jika besar imbalan

disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.

c) Penyeliaan

Locke memberikan kerangka kerja teoritis untuk memahami kepuasan tenaga

kerja dengan penyediaan. Ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan-bahwa: (1)

(7)

untuk memuaskan niali-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja, (2) hubungan

keseluruhan, didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap

dasar dan nilai-nilai yang serupa. Penyeliaan merupakan salah satu faktor juga dari

kelompok faktor hygiene dari Herzberg. Namun jika cara penyediaan dilakukan oleh

atasan yamg memiliki ciri-ciri pemimpin yang transformasional maka tenaga kerja akan

meningkatkan motivasinya dan sekaligus dapat merasa puas dengan pekerjaannya.

d) Rekan-rekan sejawat yang menunjang

Setiap pekerjaan dalam organisasi memiliki kaitannya dengan pekerjaan lain.

Terjadi diferensiasi pekerjaan mendatar dan tegak. Dalam perkembangan selanjutnya,

corak interaksi antarpekerjaan tumbuh berbeda-beda. Ada tenaga kerja yang dalam

menjalankan tugas pekerjaannya memperoleh masukannya dari tenaga kerja lain.

Hubungan yang ada antarpekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak, yang

bercorak fungsional. Ada satuan kerja yang para tenaga kerjanya masing-masing

meiliki tugas yang apat mereka lakukan secara mandiri dikoordinasi oleh pimpinan

satuan kerja. Didalam kelompok kerja dimana para pekerjanya baru bekerja sebagai

satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat

tinggi mereka dapat dipenuhi, dan mempunyai dampak pada motivasi kerja merekan.

e) Kondisi kerja yang menunjang

Perusahaan perlu menyediakan ruang kerja yang terang, sejuk, dengan peralatan

yang enak untuk digunakan, meja, kursi kerja yang dapat diatur tinggi-rendah,

miring-tegak duduknya. Kondisi kerja yang memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi. Dalam

kondisi kerja seperti ini kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi dan memuaskan tenaga

kerja.

4. Pentingnya Kepuasan Kerja

a) Kepuasan kerja dan prestasi

Sebagian manajer berasumsi bahwa kepuasan yang tinggi selamanya akan

menimbulkan prestasi yang tinggi, tetapi asumsi ini tidak benar. Karyawan yang puas

boleh jadi adalah karyawan yang berproduksi tinggi, sedang, atau rendah, dan mereka

akan cenderung meneruskan tingkat prestasi yang menimbulkan kepuasan bagi mereka.

Hubungan kepuasan-prestasi lebih rumit ketimbang pernyataan sederhana bahwa

“kepuasan menimbulkan prestasi”. Prestasi menyumbang timbulnya kepuasan kerja

yang tinggi. Prestasi yang lebih baik secara khas menimbulkan imbalan ekonomi,

(8)

adil, maka timbul kepuasan yang lebih besar karena pegawai merasa bahwa mereka

menerima imbalan yang sesuai dengan prestasinya. Sebaliknya, apabila imbalan itu

dipandang tidak sesuai dengan tingkat prestasinya, cenderung timbul ketidakpuasan.

b) Pergantian pegawai

Seperti yang dapat diduga, kepuasan kerja yang lebih tinggi berkaitan dengan

rendahnya tingkat pergantian pegawai, yaitu proporsi pegawai yang meninggalkan

organisasi. Para pegawai yang lebih puas kemungkinan besar lebih lama bertahan

dengan majikan mereka. Pergantian pegawai cukup merugikan, terutama apibila tingkat

pergantian itu didalam beberapa bidang industri. Disamping kerugian langsung dan

tidak langsung bagi organisasi untuk mengganti karyawan, para pegawai tetap tinggal

mungkin akan merasa tidak puas karena harus berpisah dengan rekan kerja yang

bernilai dan timbulnya gangguan terhadap pola sosial yang telah dibina selama ini.

5. Mengukur Kepuasan Kerja

Setiap pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja dan atasan-atasan, mengikuti

peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan oraganisasional, memenuhi standar kinerja,

menerima kondisi-kondisi kerja yang acap kali kurang ideal, dan lain-lain. Ini berarti bahwa

penilaian seorang karyawan tentang seerapa ia merasa puas atau tidak puas dengan pekerjaan

merupakan penyajian yang rumit dari sejumlah elemen pekerjaan.

Untuk mengukur kepuasan karyawan dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu:

a) penilaian tunggal, secara umum sekedar meminta individu untuk merespon satu

pertanyaan, seperti “Dengan mempertimbangkan semua hal, seberapa puaskah diri

Anda dengan pekerjaan Anda?”. Kemudian, para responden menjawab dengan cara

melingkari sebuah angka antara 1 dan 5 yang cocok dengan jawaban dari “sangat puas”

sampai “sangat tidak puas”.

b) Pendekatan penyajian akhir aspek pekerjaan, pendekatan ini mengidentifikasi

elemen-elemen penting dalam suatu pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan tentang

setiap elemen. Faktor-faktor khusus yang akan dimasukkan adalah sifat pekerjaan,

pengawasan, bayatan saat ini, peluang promosi, dan hubungan dengan rekan-rekan

kerja. Faktor-faktor ini dinilai berdasarkan skala standar dan kemudian dijumlahkan

untuk mendapatkan nilai kepuasan kerja secara keseluruhan.

(9)

Pada kenyataannya, dari segi kepuasan kerja (kerja itu sendiri, bayaran, kenaikan

jabatan, pengawasan, dan rekan kerja), menikmati kerja itu sendiri hampir selalu

merupakan segi yang paling berkaitan erat dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi

secara keseluruhan. Pekerjaan menarik yang memberikan pelatihan, variasi, kemerdakaan,

dan kendali memuaskan sebagian besar karyawan. Dengan perkataan lain, sebagian besar

individu lebih menyukai kerja yang menantang dan membangkitkan semangat daripada

kerja yang dapat diramalkan dan rutin.

Kepuasan kerja tidak hanya berkaitan dengan kondisi pekerjaan. Kepribadian juga

memainkan sebuah peran. Sebagai contoh, beberapa individu dipengaruhi untuk menyukai

hampir segala hal, dan individu lain merasa tidak senang bahkan dalam pekerjaan yang

tamaknya sangat hebat. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mempunyai

kepribadian negatif (sebagai contoh, mereka cenderung galak, kritis, dan negatif) biasanya

kurang puas dengan pekerjaan mereka.

7. Profil Karyawan Yang Puas

Kepuasan kerja berkaitan dengan sejumlah variabel yang memungkinkan para manajer

untuk tidak memperkirakan kelompok yang lebih cenderung mengalami masalah

ketidakpuasan. Sebagian variabel itu adalah variabel pegawai, dan variabel lingkungan

kerja.

a) Usia

Ketika para karyawan makin bertambah lanjut usianya mereka cenderung

sedikit lebih puas dengan pekerjaan mereka. Sebaliknya, para karyawan yang lebih

muda, cenderung kurang puas karena berpengharapan lebih tinggi, kurang

penyesuaian, dan berbagai sebab lain.

b) Tingkat pekerjaan

Orang-orang dengan pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi cenderung merasa

puas dengan pekerjaan mereka. Mereka biasanya memperoleh gaji dan kondisi

kerja lebih baik, dan pekerjaan yang dilakukan memberi peluang untuk

menggunakan kemampuan mereka sepenuhnya, oleh karena itu mereka memiliki

alasan yang baik untuk merasa lebih puas. Dengan demikian, manajer dan tenaga

ahli biasanya merasa lebih puas ketimbang karyawan terampil yang cenderung lebih

puas dibandingkan dengan para karyawan yang kurang dan tidak terampil.

(10)

Ukuran organisasi sering kali berlawanan dengan kepuasan kerja. Pada saat

organisasi semakin membesar, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa

kepuasan kerja cenderung agak menurun apabila tidak diambil tidakan perbaikan

untuk mengimbangi kecenderungan itu. Tanpa adanya perbaikan itu, organisasi

besar cenderung kurang memperhatikan aspek manusia dan mengganggu proses

suportif, seperti komunikasi, koordinasi, dan partisipasi. Kecenderungan hubungan

ukuran organisasi dengan kepuasan kerja itu dpat diatasi dengan tindakan perbaikan

untuk mempertahankan daya tanggap yang dimiliki perusahaan ketika masih

berukuran kecil. Sekalipun demikian, tidak selalu berarti bahwa perusahaan besar

menghadapi masalah kepuasan kerja dikalangan para pegawainya.

8. Manfaat Telaah Kepuasan Kerja

Survei kepuasan kerja dapat membuahkan hasil positif, netral, atau negatif. Apabila

direncanakan dan dilakukan dengan baik, survei ini biasanya akan menghasilkan sejumlah

maslahat yang penting, seperti hal-hal berikut:

a) Kepuasan kerja umum

Salah satu maslahat survei tersebut adalah pimpinan memperoleh indikasi

tentang tingkat kepuasan umumnya dalam perusahaan. Survei itu juga

menunjukkan hal-hal yang menimbulkan kepuasan dan ketidak puasan secara

spesifik, dan kelompok pegawai tertentu. Dengan kata lain, survei itu

mengungkapkan bagaimana perasaan pegawai tentang pekerjaan mereka, bagian

kerja yang menimbulkan perasaan itu, departemen yang sangat berpengaruh dan

perasaan siapa saja yang terlibat.

b) Komunikasi

Maslahat lain adalah timbulnya komunikasi yang berharga melalui kepuasan

kerja. Komunikasi mengalir ke semua arah pada saat orang-orang merencanakan,

melaksanakan, dan membahas hasil survey itu. Komunikasi keatas sangat

bermanfaat apabila pegawai didorong untuk mengomentari hal-hal yang ada dalam

pikiran mereka, daripada sekedar menjawab pertanyaan tentang berbagai topik yang

penting bagi pimpinan.

c) Membaiknya sikap

Manfaat lain yang sering tidak terduga adalah membaikna sikap. Bagi sebagian

(11)

untuk mengeluarkan uneg-uneg. Bagi yang lain, survei itu merupakan ungkapan

perhatian pimpinan terhadap kesejahteraan pegawai, sehingga ada alasan bagi

pegawai untuk merasa lebih baik terhadap pimpinan.

d) Kebutuhan pelatihan

Survei kepuasan kerja merupakan sarana yang berguna untuk menentukan

kebutuhan pelatihan tertentu. Biasanya pegawai diberikan kesempatan untuk

mengungkapkan perasaan tentang seberapa baik penyelia mereka melaksanakan

bagian-bagian tertentu.

e) Maslahat bagi serikat kerja

Survei itu juga dapat menimbulkan masklahat bagi serikat pekerja. Seperti yang

dijelaskan oleh seorang pengurus serikat kerja, baik pimpinan perusahaan maupun

serikat pekerja sering kali bertikai tentang hal-hal yang diinginkan pegawai, tapi

tidak satu pun yang benar-benar mengetahuinya. Serikat pekerja jarang sekali

menentang diadakannya survei, dan adakalanya mereka mendukung hal itu apabila

mengetahui bahwa serikat pekerja juga memperoleh peluang untuk berbagi data.

f) Perencanaan dan pemantauan perubahan

Para manajer yang waspada menyadari perlunya mengkaji reaksi pegawai

terhadap perubahan kebijaksanaan dan program yang penting. Survei pendahuluan

bermanfaat untuk mendidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul, dan

mendorong para manajer untuk mengubah rencana awal mereka. Survei lanjutan

memungkinkan pimpinan untuk menilai tanggapan aktual terhadap perubahan dan

menelaah keberhasilan dan kegagalannya.

9. Dampak Dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja

Dampak perilaku dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja telah banyak diteliti dan dikaji.

Berikut beberapa hasil penelitian tentang dampak kepuasan :

a) Dampak terhadap produktivitas

Pada mulanya orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan

menikkan kepuasan kerja. Hasil penelitian tidak mendukung pandangan ini.

Hubungan antara produktivitas dan kepuasan kerja sangat kecil. Vroom yang

mempelajari sejumlah besar hasil penelitian melaporkan bahwa korelasi mediannya

hanyalah 0,14. Kenyataan ini sebagian dapat dijelaskan dengan mengatakan bahwa

(12)

kepuasan kerja. Akhir-akhir ini terdapat pandangan bahwa kepuasan kerja mungkin

merupakan akibat, dan ukuran merupakan sebab dari produktvitas. Lawlet dan

Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari

kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mepersepsikan bahwa ganjaran intrinsik

(miaslnya rasa telah mencapai sesuatu) dan ganjaran ekstrinsik (misalnya gaji) yang

diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk-kerja yang

unggul. Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan ganjaran intrinsik dan ekstrinsik

berasosiasi dengan unjuk-kerja, maka kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan

berkolerasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja.

b) Dampak terhadap ketidakhadiran (absenteisme) dan keluarnya tenaga kerja

(turnover)

Porter dan Steers berkesimpulan bahwa ketidakhadiran dan berhenti bekerja

merupakan jenis jawaban-jawaban yang secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran

lebih spontan sifatnya dan degan demikian kurang mungkin mencerminkan

ketidakpuasan kerja. Lain halnya dengan berhenti atau keluar dari pekerjaan.

Perilaku ini karena akan mempunyai akibat-akibat ekonomis yang besar, maka

lebih besar kemungkinannya ia berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Dari

penelitian ini ditemukan tidak adanya hubungan antara ketidakhadiran dengan

kepuasan kerja. Steers dan Rhodes mengembangkan model dari pengaruh terhadap

kehadiran. Mereka meliat adanya dua faktor pada perlaku hadir, yaitu motivasi

untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Mereka percaya bahwa motivasi untuk

hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi dengan tekan-tekanan

internal dan eksternal untuk datang pada pekerjaan. Menurut Robbins (1998)

ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja dapat diungkapan kedalam berbagai macam

cara. Misalnya, selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat meegluh,

membangkang, mencuri barang milik organisasi, menghindari sebagian dari

tanggung jawab pekerjaan mereka.

c) Dampak terhadap kesehatan

Ada beberapa bukti tentang adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan

kesehatan fisik dan mental. Dari satu kajian longitudinal disimpulkan bahwa

ukuran-ukuran dari kepuasan kerja merupakan peraal yang baik bagi longevity atau

panjang umur atau rentang kehidupan. Salah satu temuan yang penting dari kajian

yang dilakukan oleh Kornhauser tentang kesehatan mental dan kepuasan kerja,

(13)

pekerjaan mereka menuntut pengguanaan efektif dari kecakapan-kecakapan mereka

berkaitan dengan skor kesehatan mental yang tinggi. Skor-skor ini juga berkaitan

dengan tingkat dari kepuasan kerja dan tingkat dari jabatan. Meskipun jelas bahwa

kepuasan kerja berhubungan dengan kesehatan, hubungan kausalnya masih tidak

jelas. Diduga bahwa kepuasan kerja menunjang tingkat dari fisik dan mental dan

kepuasan sendiri merupakan tanda dari kesehatan. Tingkat dari kepuasan kerja dan

kesehatan mungkin saling mengukuhkan sehingga peningkatan dari satu dapat

meningkatkan yang lain dan sebaliknya penurunan yang satu mempunyai akibat

yang negatif juga pada yang lain.

10. Hasil Kepuasan kerja

Kepuasan kerja bergantung ada tingkat hasil intrinsik dan ekstrinsik dan bagaimana

pemegang pekerjaan memandang hasil tersebut. Hasil ini memiliki nilai yang berbeda bagi

masing-masing orang. Bagi beberapa orang, pekerjaan yang menantang dan bertanggung

jawab mungkin memiliki nilai netral atau bahkan negatif karena bergantung pada

pendidikan dan pengalaman mereka dimasa lalu yang berkenaan dngan pekerjaan yang

menyediakan hasil intrinsik. Bagi orang lain, hasil pekerjaaan semacam itu mungkin

memiliki nilai positif yang tinggi. Kepentingan yang masing-masing orang berikan kapeda

hasil pekerjaannya berbeda-beda. Perbedaan itu sendiri akan menciptakan tingkat kepuasan

kerja yang bberbeda untuk konten pekerjaan yang intinya sama. Sebagai contoh, suatu

perusahaan, menerapkan sistem manajemen yang bermaksud untuk menyediakan banyak

kesempatan bagi karyawan untuk melatih pertimbangan dan membuat keputusan,

menemukan bahwa banyak individu tidak mampu atau tidak mau bekerja untuk hal tersebut.

Perusahaan tersebut, W. L Gore & Associates, telah manjadi subjek minat yang minat yang

cukup besar bagi mereka yang memperhatikan pemberdayaan karyawan.

Perbedaan individu yang penting lainnya meliputi keterlibatan pekerjaan dan komitmen

terhadap organisasi. Masing-masing orang berbeda dalam hal: (1) pekerjaan merupakan

minat utama mereka dalam kehidupan, (2) mereka secara aktif berpatispasi dalam

pekerjaan, (3) mereka mepersepsikan pekerjaan sebagai inti dari harga diri dan (4) mereka

mepersepsikan pekerjaan sebagi hal yang konsisten dengan konsep diri. orang yang tidak

terlibat dalam pekerjaan atau organisasi yang mempekerjakan mereka tidak dapat

diharapkan untuk menghasilkan kepuasan yang sama seperti orang orang yang terlibat.

(14)

kepuasan yang berbeda untuk tingkat kinerja yang sama. Satu perbedaan individual terakhir

adalah keadilan yang dipersepsikan dari hal yang dipertimbangkan pekerja sebagai

penghargaan yang adil. Jika hasil dipersepsikan sebagai tidak adil ketika dibanding dengan

hasil lain dalam pekerjaan serupa yang memerlukan usaha yang serupa, pekerja akan

mengalami ketidakpuasan dan mencari cara utuk mengembalikan keadilan, baik dengan

mencari penghargaan yang lebih besar (terutama ekstrinsik) atau dengan mengurangi usaha.

Oleh karena itu, kita melihat kinerja pekerjaan melibatkan banyak hasil potensial.

Beberapa hasil marupakan naili primer bagi organisasi-hasil objektif, misalnya. Hasil

lainnya (seperti kepuasan kerja) merupakan hal yang paling penting bagi individu. Kinerja

pekerjaan tidak diragukan lagi merupakan sebuah variabel kompleks yang bergantung pada

interaksi dari sejumlah faktor. Manager dapat membuat rasionalisasi persoalan dengan

(15)

BAB III

Penutup

Kesimpulan

Gerakan hubungan manusia yang menekankan pada hubungan antar pribadi yang baik,

kepuasan kerja dan kepentingan kelompok kelompok informal memberikan stimulan awal

yang penting untuk pengkajian sikap kerja dan hubungannya dengan perilaku manusia dalam

organisasi. Kepuasan Kerja (job satisfaction) mengacu kepada sikap individu secara umum

terhadap pekerjaanya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap

positif terhadap pekerjaanya; seseorang yang tidak puas dengan pekerjaanya mempunyai sikap

negatif terhadap pekerjaan tersebut. Selain itu kepuasan kerja pun dapat mempengaruhi dalam

berbagai aspek, seperti ekonomi dari produksi; pemasaran; psikologi dan budaya pekerja

(16)
(17)

Robbins, Stephen.Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Sunyoto Munandar, Ashar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia

Usman, Husaini. 1998. Organisasi: Teori, Praktek, Penelitian dan Kasus. Bandung: CV. Alfabeta

Davis. 1985.Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Gania, Gina. 2006.Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga

Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Muhammad, Arni. 2002.Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Muhyadi. 1989. Organisasi (Teori, Struktur dan Proses). Yogyakarta: departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Merumuskan kebijakan dalam mendukung agroforestri sebagai bentuk pengelolaan berkelanjutan (W1, W2, W3, O1, O2, O3 dan O8). Peran pemerintah sangat penting dalam menggali

The basic assumption of the adopted camera calibration method was the correction of only a selected fragment of the image (i.e., the so-called

Anarki, Arga Ageng. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Religiusitas terhadap Kinerja Pegawai pada BPRS SUKOWATI SRAGEN. Skripsi, Fakultas Ekonomi Bi snis Islam. Jurusan

Tabel 4.2Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jarak kehamilan pada persalinan preterm dan bayi berat lahir rendah di RSUD dr. Jarak kehamilan kurang dari

Dengan penulisan ilmiah ini penulis membahas tentang cara pembuatan serta desain website dan mempublikasikannya ke dalam internet. Pembuatan website ini menggunakan FrontPage 2000

Berapa jumlah tablet yang Bpk/Ibu/Sdr/i minum dalam setiap kali minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT). 2 tablet

menggunakan persamaan dengan benar, tetapi masih ada siswa yang hasil akhir penghitungannya salah. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan penghitungan hasil

Apakah KAP anda mempunyai sebuah tim auditor yang melakukan audit pada klien yang sama secara berkelanjutan ?:.. Apakah KAP anda mempunyai partneri yang bertindak sebagai ketua