• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WPS UNTUK TES HIV MELALUI KLINIK VCT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WPS UNTUK TES HIV MELALUI KLINIK VCT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Genta Kebidanan, Volume 7, No. 2, Desember 2017, hlm 47 - 52

Jurnal Genta Kebidanan, Volume 7, No. 2, Desember 2017, hlm 47

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WPS UNTUK

TES HIV MELALUI KLINIK VCT

Joce Desak Made Sriwitati Ni Kadek Rastiti Sumarasih

Akademi Kebidanan Kartini Bali E-mail : desakyoce@gmail.com

Abstract : Knowledge With Wps’s Attitude For Hiv Test Trough VCT Clinic. Purpose of this research is to find out the correlation of knowledge with Sex Worker Woman (WPS)’s attitude for HIV test trough VCT clinic at Local Government Clinic Working Area II of North Denpasar year 2016. The research type is analytic correlation with cross sectional approach, and purposive sampling technique with 55 respondents. Data collection technique used questionnaire with Spearman’s Rho statistical test. Statistical test result shows that correlation coefficient between knowledge with attitude (rxy) is 0.404 at significance degree of 0.002. Because that significance degree of p value < 0.05 and rxy (0.404) < rtabel (0.261) then there is positive and significant correlation between knowledge of Sex Worker Woman (WPS) and attitude of Sex Worker Woman (WPS) for HIV test trough VCT clinic with correlation level of moderate.

Abstrak : Pengetahuan Dan Sikap WPS Terhadap Tes HIV Melalui Klinik VCT.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui VCT di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2016. Jenis penelitian adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional, dan teknik purvosive sampling dengan 55 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan uji statistik Spearman’s Rho. Hasil uji statistik menunjukan koefisien korelasi antara pengetahuan dengan sikap (rxy)

sebesar 0,404 pada derajat kemaknaan 0,002. Karena derajat kemaknaan p value < 0,05 dan rxy (0,404) < rtabel (0,261)maka terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui klinik VCT dengan tingkat korelasi sedang.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap WPS, Tes HIV, Klinik VCT

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental, dan social seseorang secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2006)

Human Immnunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk dalam tubuh seorang individu melalui berbagai macam cara penularan, kemudian masuk menginfeksi sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi akan menurun

jumlahnya. Akibatnya system kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit yang dikenal dengan AIDS. Sedangkan Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) yaitu kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat turunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV (Kemenkes RI, 2014).

Kasus HIV/AIDS bagaikan “fenomena

(2)

2

Joce Desak Made Sriwitati, dkk, Pengetahuan Dan Sikap WPS Ter sesungguhnya bukanlah jumlah yang

sebenarnya (BKKBN, 2006).

Indonesia merupakan negara berkembang dengan penyumbang kasus HIV/AIDS yang tinggi. Data Kemenkes menunjukan jumlah kasus HIV tahun 2011 sebanyak 21.031, AIDS 7321 kasus, tahun 2012 HIV sebanyak 21.511, AIDS 8.747 kasus. Secara kumulatif data yang dilaporkan sampai September 2014 yaitu HIV sebanyak 150.296 kasus, AIDS sebanyak 55.799 kasus. (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan statistik kasus HIV/AIDS di Provinsi Bali, Bali menempati urutan ke empat di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali kumulatif kasus

HIV/AIDS sejak tahun 1987 sampai

Desember 2013 yaitu 8563 kasus. Daerah Kota Denpasar kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sejak Januari sampai Juni 2014 sebanyak 3.699 kasus, dengan perincian 1.876 kasus HIV dan 1.823 kasus AIDS. Berdasarkan perincian tersebut diperoleh data penderita HIV pada laki-laki sebanyak 1.065 orang dan pada perempuan sebanyak 811 orang, Kasus AIDS penderita laki-laki sebanyak 1.246 orang dan penderita perempuan sebanyak 577 orang. Kota Denpasar menempati urutan tertinggi kasus

HIV/AIDS dibandingkan delapan

Kabupaten/Kota lainnya (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014).

Puskesmas II Denpasar Utara berada di tengah kota, tepatnya di daerah Pemecutan Kaja. Daerah ini memliki banyak tempat hiburan dan terdapat banyak Wanita Pekerja Seks (WPS) yang tersebar bebas di daerah wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara. Wanita Pekerja Seks (WPS) yang bekerja secara bebas di masyarakat memiliki resiko sangat tinggi tertular HIV/AIDS dan berpotensi menyebarkan virus kepada kliennya dengan prilaku seks yang tidak aman tanpa menggunakan alat pelindung.

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 29 Desember 2015 yang dilakukan di klinik VCT Puskesmas II Denpasar Utara dengan melihat data pada buku register, kunjungan pasien di Klinik VCT tahun 2015, di peroleh data kunjungan Wanita Pekerja Seks (WPS)

yang memeriksakan diri secara sukarela untuk tes HIV yaitu hanya delapan orang klien selama periode tahun 2015, dari 18 Wanita Pekerja Seks (WPS) yang terdaftar di Puskesmas II Denpasar Utara. Namun dari pengakuan petugas pelayanan klinik VCT Puskesmas II Denpasar Utara, masih memerlukan penanganan yang lebih serius. Puskesmas II Denpasar Utara sudah mempunyai program kerja untuk mengurangi angka kejadian HIV/AIDS dengan membagikan kondom dan memberikan penyuluhan tentang penyakit menular seksual serta pencegahannya secara berkala yaitu setiap tiga bulan sekali. Namun, terlepas dari pemantauan tenaga kesehatan diperlukan kesadaran khusus dari Wanita Pekerja Seks (WPS) itu sendiri untuk menjaga kesehatannya agar terhindar dari penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap WPS terhadap Tes HIV Melalui Klinik VCT di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2016”.

METODE

Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional yang mana pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat, artinya penelitian ini hanya dilakukan satu kali saja (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara

(3)

Jurnal Genta Kebidanan, Volume 7, No. 2, Desember 2017, hlm 47 - 52

3 dengan satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki (Arikunto, 2007).

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, yang digunakan untuk mengukur dua variabel yaitu Hubungan Pengetahuan dengan Sikap WPS Terhadap Tes HIV Melalui Klinik VCT, yaitu menggunakan kuisioner berupa pernyataan tertutup 10 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jika pernyataan positif dijawab benar akan mendapat skor satu dan jika jawaban salah mendapat skor nol, sebaliknya untuk pernyataan negatif dijawab benar maka mendapat skor nol dan jika jawaban salah mendapat skor satu. Pengukuran terhadap sikap berupa pernyataan tertutup yaitu terdiri dari 10 pernyataan positif dan negatif, bila pernyataan favourabel skor tertinggi akan diberikan pada jawaban sangat setuju empat. Pernyataan unfavourable skor tertinggi akan diberikan pada jawaban sangat tidak setuju yaitu empat. Skor jawaban satu sampai empat, skor maksimal yang dapat dicapai adalah empat dan skor minimal adalah satu, dan apabila ada kuisioner yang tidak dijawab mendapat nilai nol.

Teknik analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisa

univariate ini digunakan untuk

mendeskripsikan variabel independen dan dependen yang ada dalam penelitian ini, sedangkan analisa bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan uji analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan, yaitu variabel pengetahuan WPS tentang HIV/AIDS (Independent variabel) dan sikap WPS terhadap Tes HIV/AIDS melalui Klinik

VCT (dependent variabel), dengan

ketentuan bila Ho ditolak berarti Ha diterima (p<0,05) artinya ada hubungan pengetahuan dengan sikap WPS untuk tes

HIV melalui klinik VCT, dan bila Ho diterima berarti Ha ditolak (p≥0,0 5) maka tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap WPS untuk Tes HIV melalui klinik VCT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil dideskripsikan sesuai hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

No Pendidikan Frekuensi Presentase %

Sumber : Data primer hasil penelitian tahun 2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 55 responden (100%), 44 responden (80%) berpendidikan dasar, 11 responden (20%) berpendidikan menengah, dan tidak ada responden yang berpendidikan tinggi

Kondisi ini menunjukkan bahwa seluruh responden itu berpendidikan rendah, yaitu hanya berpendidikan tertinggi setingkat pendidikan menengah.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Umur Responden

No Umur Frekuensi Presentase %

1 Umur < 20 Tahun 3 5,45

2 Umur 20-35 Tahun 27 49,09

3 Umur > 35 Tahun 25 45,45

Total 55 100

Sumber : Data primer hasil penelitian tahun 2016

(4)

4 (49,09%) berumur antara 20-35 tahun, dan 25 responden (45,45%) berumur >35 tahun.

Kondisi ini menunjukkan bahwa responden yang berprofesi sebagai WPS sebagian besar adalah wanita dewasa, namun demikian ditemukan pula wanita yang berumur masih remaja, yaitu kurang dari umur 20 tahun tetapi sudah sudah berprofesi sebagai WPS. Maka bila disimak lebih jauh maka profesi WPS di daerah penelitian adalah wanita yang tergolong dalam wanita usia subur (WUS)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Untuk Tes HIV Melalui Klinik VCT

No Pengetahuan Frekuensi (f)

Sumber : Data primer hasil penelitian tahun 2016

Tabel 3 di atas menunjukan bahwa dari 55 responden (100%), sebanyak 26 responden (47,3%) memiliki pengetahuan tinggi, dan 29 responden (52,7%) memiliki pengetahuan rendah.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden untuk tes HIV sebagian besar masih rendah, namun demikian lebih dari setengahnya responden memiliki pengetahuan tinggi untuk tes HIV. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, seperti yang dinyatakan oleh Notoatmodjo bahwa pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh pendidikan seseorang, dan dari informasi yang diperoleh melalui berbagai kalangan seperti dari teman, media masa, petugas kesehatan. Menurut asumsi peneliti, pengetahuan responden di daerah penelitian ini banyak dipengaruhi oleh informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas II Denpasar Utara, walaupun

belum sepenuhnya responden

melaksanakan-nya.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Untuk Tes HIV Melalui Klinik VCT

No Sikap Frekuensi (f) Presentase (%)

1 Positif 40 72,7

2 Negatif 15 27,3

Total 55 100

Sumber : Data primer hasil penelitian tahun 2016

Tabel 4 menunjukan bahwa dari 55 responden (100%), sebanyak 40 responden (72,7%) memiliki sikap positif dan 15 responden (27,3%) memiliki sikap negatif.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif tentang tes HIV. Notoatmodjo(2007) menyatakan bahwa,sikap memberi penilaian menerima atau menolak terhadap suatu obyek yang dihadapi oleh seseorang. Sementara Azwar (2011) menyatakan bahwa ada pernyataan yang berisi hal - hal yang positif mengenai suatu obyek, dan ada pernyataan yang berisi hal - hal yang negative terhadap sesuatu obyek .

Selain hal tersebut diatas, Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa, umur merupakan suatu hal yang penting dalam mempengaruhi sikap seseorang, dimana semalkin tinggi umur seseorang, semakin tinggi pula tingkat pengetahuanseseorang, dan akhirnya mempengaruhi sikap seseorang terkait dengan pengalamannya. Hal ini terlihat dari hasil penelitian, dimana responden yang berumur antara 25 – 35 tahun sebagian besar memiiki sikap yang positif. Maka hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007).

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Responden Untuk Tes HIV Melalui Klinik VCT

Pengetahuan Sikap Total

Positif Negatif

(5)

Jurnal Genta Kebidanan, Volume 7, No. 2, Desember 2017, hlm 47 - 52

5

Joce Desak Made Sriwitati, dkk, Pengetahuan Dan Sikap WPS Terhadap Tes HIVMelalui KlinikVCT

Tinggi 23 41.8 3 5.5 26 47,3

Rendah 17 30.9 12 21.8 29 52,7

Total 40 72,7 15 27,3 55 100

Sumber : Data primer hasil penelitian tahun 2016 Tabel 5 di atas menunjukan bahwa dari 55 responden diperoleh 26 responden (47,3%) yang berpengetahuan tinggi, 23 responden (41,8%) yang memiliki sikap positif dan tiga responden (5,5%) memiliki sikap negatif, sementara dari 29 responden (52,7%) memiliki pengetahuan rendah, 17 responden (30,9%) memiliki sikap positif, dan 12 responden (21,8%) memiliki sikap negatif. Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

kondisi penetahuan responden, dimana 52,7% responden yang berpengetahuan rendah, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian WPS besar, yaitu 70,7% di wilayah Puskesmas II Denpasar Utara bersikap positif untuk tes HIV, sehingga hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Notoatmodjo yang menyatakan semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka sikapnya semakin psitif terhadap suatu obyek. Situasi ini bisa diasumsikan bahwa kondisi di lapangan bisa juga dipengaruhi oleh akses jangkauan pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh dilakukan oleh petugas kesehatan, dalam hal ini petugas puskesmas II Denpasar Utara.

Tabel 6. Nilai Korelasi Spearman’s Rho

Correlations

Pengetahuan Sikap

Spearman' s rho

Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .404**

Sig. (2-tailed) . .002

N 55 55

Sikap Correlation Coefficient .404** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 55 55

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui klinik VCT di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara tahun 2016. Sesuai dengan rumusan hipotesis tersebut, maka analisis uji statistik, selanjutnya dilakukan untuk mengetahuai adanya korelasi pengetahuan dengan sikap, dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan alfa (α) 5% atau (p) < 0,05 diperoleh hasil koefisien korelasi antara pengetahuan dengan sikap (rxy) sebesar

0,404 dengan nilai p = 0,002. Berdasarkan nilai tersebut yang artinya nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan antara pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV

melalui klinik VCT di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2016. Karena koefisien korelasi 0,404 < rtabel

(0,261), hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan Wanita Pekerja Seks (WPS) dengan sikap Wanita Pekerja Seks (WPS) untuk tes HIV melalui klinik VCT dengan tingkat korelasi sedang.

SIMPULAN

(6)

6 Sebagian besar responden memiliki sikap positif untuk tes HIV melalui klinik VCT. Ada hubungan yang signifikan dengan tingkat korelasi sedang antara pengetahuan dengan sikap WPS untuk tes HIV melalui klinik VCT.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. (2007) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Penelitian. Edisi Keempat Jakarta : PT. Rineka Cipta

Azwar S, (2011) Sikap Manusia Teori dan

Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

BKKBN. (2006) Pelatihan Kesehatan

Reproduksi Remaja Se-Bali

Melalui Pendidikan Sebaya. Bkkbn Provinsi. Bali

Depkes RI, (2006) Kesehatan Reproduksi. Jakarta

Dinkes Provinsi Bali.(2014) Profil Kesehatan Reproduksi Provinsi Bali.Dinkes Provinsi Bali.

Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2014) Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia (online). Available :http://mmdnews.wordpress.com/20 09/10/23/data-terakhir-angka-hiv-aids-di Indones

Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku.Jakarta : Rineka Cipta

(2010). Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi Cetakan Pertama. Jakarta : Rineka Cipta

(7)

Gambar

Tabel 2. Distribusi
Tabel 4.  Distribusi
Tabel 6. Nilai Korelasi Spearman’s Rho

Referensi

Dokumen terkait

Mengembangkan Inovasi Membangun Motivasi Kerja Melakukan Komunikasi Menangani Konflik Mengambil Keputusan.. melalui pembelajaran maupun bimbingan baik secara aktif,

Dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,05), maka H0 ditolak yang artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Prespektif

Daerah penangkapan Yellowfin Tuna mulai tidak potensial untuk dilakukan penangkapan karena ikan layak tangkap yang didaratkan di PPN Palabuhanratu berada pada persentase

Keseluruhan komponen gangguan tidur pada karakteristik subjektif tidur menunjukkan bahwa klien dewasa di ruang rawat inap RS X Depok mengalami gangguan tidur tingkat sedang

Mayoritas anggota Direksi tidak memiliki hubungan Kepengurusan sampai dengan derajat kedua dengan anggota Dekom, Anggota Direksi lain, Pemegang Saham Pengendali atau hubungan

Berdasarkan hasil pengamatan/observasi di TK Kihadjar Dewantoro 5 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo bahwa kecerdasan intrapersonal anak masih rendah, dari 23

Barulah pada tanggal 29 September, tampaknya ada sesuatu yang dapat dianggap lebih konkret, dengan munculnya Brigjen Mustafa Sjarif Soepardjo melaporkan kepada

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang timbul adalah Apakah pemberian ekstrak daun sukun dapat menurunkan peroksidasi lipid hati pada tikus putih yang