• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model matematika Fenomena SDA1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Model matematika Fenomena SDA1"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL MATEMATIKA

APLIKASI PADA BIDANG

TEKNIK SUMBER DAYA AIR

Ir. Mohammad Sholichin ., MT., Ph.D

(2)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. PERSAMAAN DIFERENSIAL

III.ALIRAN TAK TUNAK PADA

SUNGAI

(3)

I. PENDAHULUAN

Pengertian Model

Model kecepatan aliran saluran terbukaModel angkutan limbah

Model penelusuran waduk (‘reservoir routing’

Model aliran tak tunak (‘unsteady fow’) pada saluran terbuka

Persamaan kontinuitas.

Persamaan momentum

(4)

Pengertian Model

Secara umum pengertian model

adalah suatu usaha untuk

menciptakan suatu replika/tiruan

dari suatu fenomena/peristiwa alam.

Ada dua jenis model yaitu model

(5)

 Pada model fsik replika/tiruan tersebut

dilaksanakan dengan menirukan

domain/ruang/daerah dimana fenomena/peristiwa alam itu terjadi. Tiruan domain ini dapat lebih

besar atau lebih kecil dibandingkan dengan domain aslinya di lapangan/alam.

 Kecocokan dari model ini tergantung dari dari

seberapa mungkin kesebangunan (geometris, kinematis, dan dinamis) di alam dapat ditirukan dalam model.

 Contoh: model bendung, model bangunan

(6)

Pada model matematik replika/tiruan

tersebut dilaksanakan dengan

mendiskripsikan fenomena / peristiwa

alam dengan satu set persamaan.

Kecocokan model terhadap fenomena

/peristiwa alamnya tergantung dari

ketepatan formulasi persamaan

matematis dalam mendiskripsikan

(7)

Kecepatan aliran saluran terbuka

dengan

V

adalah kecepatan,

n

adalah

koefsien kekasaran Manning,

R

(8)

Model angkutan limbah

dengan

A

adalah luas tampang basah

sungai,

C

adalah konsentrasi limbah,

t

(9)
(10)

Model aliran tak tunak (‘unsteady fow’)

pada saluran terbuka

Persamaan kontinuitas

Dengan

Q adalah debit aliran (m3/detik), x adalah jarak memanjang sungai, A adalah luas tampang basah (m2), t menunjukkan waktu dalam detik, dan

(11)
(12)

 Dalam suatu model matematik, untuk mengetahui unjuk

kerja dari model, maka harus dicari/dihitung persamaan-persamaan pembentuk model tersebut. Penyelesaian yang dicari dapat berupa penyelesaian analitis maupun numeris. Penyelesaian numeris adalah penyelesaian akhir yang

paling diharapkan, tetapi banyak problem di lapangan yang tidak didapatkan penyelesaian analitisnya karena kompleknya permasalahan yang dihadapi.

 Jika suatu permasalahan tidak dapat diselesaikan secara

numeris, maka manusia tetap berusaha untuk mendapatkan penyelesaiannya secara numeris.

Penyelesaian analitis biasanya bersifat menerus untuk

(13)

Penyelesaian Analitis

 Penyelesaian analitis dari suatu model matematis

adalah penyelesaian yang didapat dari manipulasi aljabar terhadap persamaan dasar sehingga

didapat suatu penyelesaian yang berlaku untuk

setiap titik dalam domain yang menjadi perhatian.

 Sebagai contoh adalah angkutan limbah satu

dimensi yang mempunyai persamaan dasar, Pers. (1.2), untuk tampang sungai yang seragam

sehingga kecepatan rerata, U, menjadi konstan serta koefsien dispersi, D, mempunyai nilai

(14)

Pers.(1.6) pada domain yang tak ada

(15)

dengan

M

adalah massa limbah pada

waktu

t

0 dan

x

=0. Pers.(1.7)

merupakan persamaan distribusi

normal, seperti disajikan pada

(16)

Pada Gambar 1 ini disajikan distribusi konsentrasi (C) sebagai fungsi dari

lokasi (x) untuk kasus (i) nilai koefsien dispersi (D) konstan, pada waktu (t) yang berlainan, atau (ii) pada waktu yang bersamaan, namun nilai koefsien dispersi

berlainan.

(17)

Penyelesaian Numeris

 Jika dalam persamaan dasar angkutan limbah,

 Pers.(1.6), ternyata kecepatan rerata berubah sepanjang

sungai atau saluran, maka penyelesaian analitis, Pers. (1.7), tidak berlaku lagi.

 Pada permasalahan ini tidak didapat penyelesaian

analitisnya.

 Untuk menyelesaikan permasalahan ini maka biasanya

digunakan penyelesaian numeris dimana persamaan

dasar, Pers.(1.2), diubah menjadi persamaan yang hanya berlaku pada titik-titik tertentu didalam domain

(18)

 Pada pembahasan selanjutkan hanya dijelaskan

pemakaian metode beda hingga untuk mengubah persamaan-persamaan dasar.

 Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa

permasalahan yang akan dibahas adalah

permasalahan satu dimensi atau permasalahan yang dapat diubah kedalam permasalahan satu dimensi, sehingga metode elemen hingga masih belum

menunjukkan kelebihannya dibandingkan metode beda hingga.

 Selain itu konsep metode beda hingga lebih dahulu

(19)

II.PERSAMAAN DIFERENSIAL

Bentuk-bentuk Persamaan Diferensial

Metoda Karakteristik

Konservasi massa aliran saluran terbuka

Konservasi momentum aliran saluran

terbuka

Diskritisasi Keadaan Alam

Skema-skema Diferensi Hingga

Deret TaylorSkema Maju

(20)

Bentuk-bentuk Persamaan

Diferensial

 Persamaan diferensial partial linier order dua

yang seringkali dijumpai di lapangan biasanya dibagi menjadi tiga jenis yaitu eliptik, hiperbolik dan parabolik. Bentuk umum dari persamaan diferensial ini adalah sebagai berikut:

(21)

1. Jika seluruh koefsien

A

i

mempunyai nilai

tidak nol dan bertanda sama, maka

(22)
(23)

Metoda Karakteristik

 Metode ini pada prinsipnya adalah melakukan

perubahan bentuk persamaan dasar dari persamaan diferensial parsial menjadi

persamaan diferensial biasa, sehingga didapat keuntungan bahwa integrasi persamaan

dasarnya menjadi lebih mudah.

 Sebagai contoh akan dibahas persamaan dasar

angkutan limbah dengan koefsien dispersi

(24)
(25)

Konservasi massa aliran

saluran terbuka

 konservasi massa atau kontinyuitas untuk aliran

tak permanen satu dimensi Persamaan dapat dijabarkan dengan pertolongan sebuah volume kontrol seperti yang tertera pada Gambar 2.

Volume kontrol adalah pias air yang di-isolasi dari sekelilingnya sehingga dapat diamati secara rinci semua debit yang masuk dan keluar.

 Ditinjau pias air sepanjang ∆x seperti tampak

dalam Gambar 2. Pada pengaliran muka air bebas Q2 tidaklah perlu sama dengan Q1,

(26)
(27)
(28)
(29)

Konservasi momentum

aliran

 Selain hukum kekekalan massa, suatu aliran air harus

memenuhi hukum kekekalan momentum. Hukum

kekekalan momentum yang dinyatakan dalam persamaan momentum sebenarnya adalah penjabaran dari gaya-gaya dan momentum yang bekerja pada air dalam volume

kontrol, sehingga menyebabkan air tersebut mengalir. Hukum kekekalan momentum mengatakan bahwa

 “jumlah fuks momentum yang masuk dan keluar volume

(30)
(31)
(32)

 Untuk saluran prismatik suku terakhir dari Pers.

(2.16) nilainya mendekati nol sehingga diabaikan. Untuk saluran tak prismatik yang perubahannya

B(z) tidak mendadak, maka suku terakhir ini merupakan gaya yang menekan pada dinding

saluran, sehingga dinding saluran memberi reaksi yang besarnya sama dengan arah yang berlawanan (lihat Gambar 4). Jadi baik untuk saluran prismatik maupun tidak, gaya hidraustatika yang bekerja

(33)
(34)
(35)

Diskritisasi Keadaan Alam

 Dalam bab ini akan dibahas secara umum

bagaimana suatu kondisi sungai di lapangan

didiskritkan untuk keperluan model matematik numeris. Pada Gambar 5 disajikan situasi sungai dimana pada titik-titik tertentu diadakan

pengukuran tampang dan jaraknya. Titik-titik ini disebut titik-titik hitungan yang penentuannya

harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat kalibrasi model hasilnya sesuai dengan data

(36)

 Biasanya untuk metode beda hingga dimana

persamaannya mengandung diskritisasi terhadap ruang dan waktu, maka skema-skema beda

hingga lebih jelas jika dijelaskan dengan kisi

beda hingga seperti disajikan dalam Gambar 6. Pada kisi beda hingga, besaran tinjauan misalkan debit, Q, elevasi muka air, y, atau kecepatan air,

V, digambarkan pada kisi tersebut, sehingga

(37)
(38)
(39)

Skema-skema Diferensi

Hingga

 Bagian ini akan menjelaskan beberapa skema yang

sering dijumpai dalam model numeris beda hingga. Penjelasan dari setiap skema selalu menggunakan skema beda hingga (Gambar 2.5). Dasar dari setiap skema dari metode beda hingga dapat dirunut dari deret Taylor.

1. DERET TAYLOR

 Deret Taylor dalam artian fsik dapat diartikan sebagai

berikut “suatu besaran tinjauan pada suatu ruang dan waktu tertentu (ruang dan waktu tinjauan) dapat

dihitung dari besaran itu sendiri pada ruang dan waktu tertentu yang mempunyai perbedaan kecil dengan

(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)

II.PERSAMAAN

DIFERENSIAL

Skema-skema Diferensi Hingga

Skema Loncat-Katak (Leap-frog)Skema DuFort-Frankel

Skema Crank-Nicolson

Skema Empat Titik PreissmannFaktor Bobot Waktu dan Ruang

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)

III. ALIRAN TAK TUNAK PADA

SUNGAI

Cara non-iterasi Preissmann

Skema Empat Titik Preissmann

Persamaan kerja beda hingga

(55)

ALIRAN TAK TUNAK PADA

SUNGAI

 Pada bagian ini akan dibahas model matematik

numeris aliran tak tunak pada saluran/sungai terbuka. Skema yang akan dipakai disini adalah skema yang banyak dipakai di dunia yaitu skema empat titi Preissmann. Bagian pertama adalah diskritisasi persamaan kontinyuitas dan

momentum, Pers.(1.4) & (1.5) dengan skema Preissmann sehingga didapatkan persamaan kerja. Selanjutnya persamaan kerja ini

diaplikasikan untuk membangun model sungai tunggal dan jaringan sungai.

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

IV. SUNGAI TUNGGAL

Metode ‘Sapuan-Ganda”

Kondisi Awal

(63)

Metode ‘Sapuan-Ganda’

 Persamaan kerja dari metoda ‘sapuan-ganda’ adalah Pers. (A7) dan

(A10) untuk i = 1,……,N–1 dengan ‘variabel tak diketahui’ adalah ∆yi

dan ∆Qi untuk i = 1,……,N. Dengan demikian terdapat 2N variabel tak diketahui dengan 2(N

 1) = 2N–2 persamaan, sehingga untuk menyelesaikan sistem

persamaan linier, Pers. (A7) dan (A10) masih dibutuhkan tambahan 2 persamaan. Dua persamaan tambahan tersebut didapat dari dua kondisi batas hulu dan hilir.

 Untuk memulai hitungan dibutuhkan pula kondisi awal berupa yi dan Qi

untuk i = 1,……,N.

 Sistem persamaan linier di atas dapat diselesaikan dengan sembarang

‘linear solver’ karena bentuknya secara umum dapat ditulis sebagai [A]

{} = {B}. Tetapi penyelesaian general dengan ‘linear solver package’

(64)
(65)
(66)

Kondisi Awal

Seperti telah dijelaskan di atas, untuk

(67)
(68)
(69)
(70)

V. JARINGAN SUNGAI

Nodal Continuity

River-fow dynamics

Governing Equation: MomentumGoverning Equation: ContinuityWorking Equation

The Double Sweep Method

Forward Sweep

Derivation of Equation (I-1)Derivation of Equation (I-2)

(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

SEKIAN

Referensi

Dokumen terkait

Hukum kekekalan momentum sudut berbunyi: jika tidak ada resultan momen gaya luar yang bekerja pada sistem (Στ = 0), momentum sudut sistem adalah kekal (tetap

Hukum kekekalan momentum : Jika gaya luar yang bekerja pada suatu sistem nol, maka kecepatan pusat massa sistem konstan dan momentum total sistem kekal; artinya

Siswa dapat menerapkan prinsip kekekalan momentum untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut interaksi gaya-gaya internal dengan benar bendasarkan informasi yang telah

Persamaan momentum dalam arah x diselesaikan secara eksplisit dengan pendekatan beda hingga untuk volume kontrol yang ditunjukan pada Gambar 3.4 Volume kontrol pada. gambar

Pada peristiwa tumbukan saat tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, hukum kekekalan momentum linier selalu berlaku, tetapi hukum kekekalan energi kinetik umumnya

Gaya total yang bekerja pada bantalan utama yang menyebabkan mesin bergetar dengan amplitudo percepatan yang berfluktuasi, dihitung dengan Persamaan 10 dinyatakan sebagai persamaan

Bunyi hukum kekekalan momentum sudut : jika tidak ada resultan momen gaya luar yang bekerja pada sistem (  = 0), maka momentum sudut sistem adalah kekal. Saat kedua

Membuktikan terpenuhinya hukum Kekekalan Momentum dalam suatu peristiwa tumbukan 8 1 Merumuskan persamaan momentum dari representasi verbal permainan sulamanda oleh pemain dengan