• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahasa melayu riau di indonesia. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "bahasa melayu riau di indonesia. doc"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau alat perhubungan antar anggota-anggota masyarakat. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa negara yang digunakan untuk mempersatukan seluruh bangsa.

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan yang ditempuh oleh bahasa indonesia tak terpisahkan dengan perjalanan yang ditempuh oleh bangsa Indonesia untuk merdeka. Sejalan dengan hal tersebut, sejarah perkembangan bahasa indonesia dapat ditinjau dari masa sebelum Indonesia merdeka dan masa sesudah merdeka

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah rumpun bahasa Melayu? 2. Apa alasan pemilihan bahasa Melayu Riau?

3. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan?

C. Tujuan Perumusan

1. Untuk mengetahui sejarah rumpun bahasa Melayu

2. Untuk mengetahui alasan pemilihan bahasa Melayu Riau

3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan

(2)

Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara dan kemudian menetap di Nusantara tersebut mendapat sebutan bangsa Melayu Austronesia atau bangsa Melayu Indonesia. Austronesia mengacu pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia. Wilayah tersebut mencakup Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berarti "Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berarti "selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang berarti "pulau".

Menurut Teori Antropologi, Bangsa Melayu berasal dari percampuran dua bangsa, yaitu Proto Melayu dan Deutero Melayu. Proto Melayu adalah ras Mongoloid, diperkirakan bermigrasi ke Nusantara sekitar tahun 2500-1500 SM, kemungkinan mereka berasal dari daerah : Provinsi Yunnan di selatan Cina, New Guinea atau Kepulauan Taiwan. Sementara Bangsa Deutero Melayu berasal dari dataran Asia Tengah dan Selatan, yang datang ke Nusantara pada sekitar tahun 500 SM. Diperkirakan kedatangan Deutero Melayu membawa pengaruh budaya India yang kuat dalam sejarah Nusantara dan Asia Tenggara.

PROTO MELAYU

(3)

persegi dibawa bangsa Proto Melayu melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong melalui jalan timur. Sebagian dari mereka ada yang bercampur dengan ras kulit hitam.

Pada perkembangan selanjutnya, mereka terdesak ke arah timur karena kedatangan bangsa Melayu Muda. Keturunan Proto Melayu ini sampai kini masih berdiam di Indonesia bagian timur, seperti di Dayak, Toraja, Mentawai, Nias, dan Papua. Sementara itu, bangsa kulit hitam (Ras Negrito) yang tidak mau bercampur dengan bangsa Proto Melayu lalu berpindah ke pedalaman atau pulau terpencil agar terhindar dari pertemuan dengan suku atau bangsa lain yang mereka anggap sebagai “peganggu”. Keturunan mereka hingga kini masih dapat dilihat meski populasinya sedikit, antara lain orang Sakai di Siak, orang Kubu di Palembang, dan orang Semang di Malaka.

DEUTRO MELAYU

(4)

Benda-benda logam ini umumnya terbuat dari tuangan (cetakan). Keturunan bangsa Deutro Melayu ini selanjutnya berkembang menjadi suku-suku tersendiri, misalnya Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Minang, dan lain-lain. Kern menyimpulkan hasil penelitian bahasa yang tersebar di Nusantara adalah serumpun karena berasal dari bahasa Austronesia Perbedaan bahasa yang terjadi di daerah-daerah Nusantara seperti bahasa Jawa, Sunda, Madura, Aceh, Batak, Minangkabau, dan lain-lainnya, merupakan akibat dari keadaan alam Indonesia sendiri yang dipisahkan oleh laut dan selat. Semula bahasa bangsa Deutro Melayu ini sama, namun setelah menetap di tempat masing-masing mereka pun mengembangkan bahasa tersendiri. Kosakata yang dulu dipakai dan masih diingat tetap digunakan, sedangkan untuk menamai benda-benda yang baru dilihat di tempat tinggal yang baru (Indonesia) mereka membuat kata-kata mereka sendiri. Jadi, jangan heran, bila ada sejumlah kata yang terkadang sama bunyinya di antara dua suku namun memiliki arti yang berbeda sama sekali, tak ada hubungan.

Ahli bahasa telah membagi perkembangan bahasa Melayu menjadi tiga tahap utama yaitu; Bahasa Melayu Kuno, Bahasa Melayu Klasik, dan Bahasa Melayu Modern.

Ciri-ciri bahasa Melayu kuno :

1. Terdapat unsur-unsur pinjaman daripada bahasa Sanskrit. 2. Bunyi b ialah w dalam Melayu kuno (Contoh: bulan – wulan) 3. Tidak wujud bunyi e pepet (Contoh dengan - dngan atau dangan) 4. Awalan ber- ialah mar- dalam Melayu kuno (contoh:

berlepas-marlapas)

5. Awalan di- ialah ni- dalam bahasa Melayu kuno (Contoh: diperbuat - niparwuat)

6. Ada bunyi konsonan yang diaspirasikan seperti bh, th, ph, dh, kh, h (Contoh: sukhatshitta)

(5)

Ciri-ciri bahasa Melayu klasik:

1. Ayatnya panjang, berulang, berbelit-belit dan banyak menggunakan struktur ayat pasif.

2. Menggunakan bahasa istana: contoh tuanku, baginda, bersiram, mangkat dsb.

3. Kosa kata arkaik dan jarang digunakan ; ratna mutu manikam, edan kesmaran (mabuk asmara), sahaya, masyghul (bersedih)

4. Banyak menggunakan perdu perkataan (kata pangkal ayat): sebermula, alkisah, hatta, adapun.

5. Banyak menggunakan ayat songsang: pendepanan predikat 6. Banyak menggunakan partikel ``pun' dan `lah'

Bahasa Melayu modern dikatakan bermula pada abad ke-19. Hasil karangan Munsyi Abdullah dianggap sebagai permulaan zaman bahasa Melayu modern kerana sifatnya yang dikatakan agak menyimpang dengan bentuk bahasa Melayu klasik. Sebelum penjajahan British, bahasa Melayu mencapai kedudukan yang tinggi, berfungsi sebagai bahasa perantaraan, pentadbiran, kesusasteraan, dan bahasa pengantar di pusat pendidikan Islam. Selepas Perang Dunia Kedua, British merubah dasar menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam sistem pendidikan.

Ada beberapa faktor yang mendasar mengapa bahasa melayu menjadi bahasa asli dari bahasa indonesia yaitu bahasa melayu telah digunakan sebagai lingua franca ( bahasa perhubungan ) selama berabad-abad sebelumnya diseluruh kawasan tanah air. Bahasa melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa nusantara lainnya sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing, dan bahasa melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat kebahasaan sehingga mudah dipelajari.

(6)

Bahasa Indonesia merupakan dialek baku dari Bahasa Melayu Riau. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah sebagai berikut.

“jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia.”

Saat itu, pemerintah menyetujui pemilihan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu tuturan Riau. Presiden Soekarno tidak memilih bahasa Jawa yang merupakan bahasanya sendiri dan juga bahasa mayoritas pada saat itu. Adapun pertimbangan Presiden Soekarno atas pilihan bahasa Melayu tuturan Riau sebagai berikut.

1. Suku-suku lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa jika menggunakan bahasa Melayu tuturan Jawa.

2. Bahasa Melayu Riau lebih mudah dipelajari dibanding bahasa Jawa yang memiliki tingkatan bahasa (halus, biasa, dan kasar) sesuai usia, derajat, ataupun pangkat dan sering memunculkan kesan negatif jika pemakai bahasa Jawa kurang memahami budaya Jawa.

3. Suku Melayu berasal dari Riau dan bahasa Melayu Riau paling sedikit terpengaruh bahasa lainnya.

(7)

bahasa Melayu dan nasibnya sama dengan Indonesia, yaitu dijajah Inggris.

5. Para pejuang kemerdekaan diharapkan bersatu lagi dengan tujuan persatuan dan kebangsaan.

C. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia 1. Sebelum Kemerdekaan

Pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubungan antar suku di nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari nusantara dan dari luar nusantara. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan, misalnya : 1. Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada

tahun 1380 M

2. Prasesti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683 3. Prasasti Talang Tua, di Palembang, pada tahun 684 4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686

5. Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688 Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersama dengan menyebarnya agama islam di nusantara. Serta semakin berkembang dan kokoh keberadaannya. Masuknya islam ke Indonesia sekitar abad ke-14 atau sebelum membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu. Huruf Arab mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu. Tradisi penulisan bahasa Melayu dengan huruf Arab atau dikenal dengan tulisan Jawi masih berlangsung sampai abad ke-19.

(8)

Kemunculan bahasa jawi berasal dari kedatangan pedagang arab yang masuk ke Indonesia pada abad ke 14 M. Abjad Jawi adalah salah satu dari abjad pertama yang digunakan untuk menulis bahasa Melayu, dan digunakan sejak zaman Kerajaan Pasai, sampai zaman Kesultanan Malaka, Kesultanan Johor, dan juga Kesultanan Aceh serta Kesultanan Patani pada abad ke-17. Bukti dari penggunaan ini ditemukan di Batu Bersurat Terengganu, bertarikh 1303 Masehi (atau 702H pada Kalendar Islam). Penggunaan alfabet Romawi pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-19. Abjad Jawi merupakan tulisan resmi dari Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu pada zaman kolonialisme Britania.

Contoh abjad jawi yang ada di Indonesia :

چ ﭺ ﭼ ﭽـ ﭻـ ca

ڠڠ ڠڠ ـڠڠ ـڠڠـ ڠڠـ nga

ݢ ݢ ـڬڬ ـڬڬـ ݢـ ga

ڽڠ ڽڠ ـڽڠ ـڽڠـ ڽڠـ nya

ۏ ۏ ۏـ va

Huruf huruf tersebut merupakan rekaan yang hanya didapati dalam bahasa melayu dan tidak didapati di huruf arab yang sebenarya.

(9)

titah-perintah, puisi dan juga kaedah perhubungan utama sesama saudagar di pelabuhan Melaka.

Bahasa Indonesia Lahir Pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres pemuda yang dihadiri oleh aktivis dari berbagai daerah di Indonesia, bahasa Melayu diubah namanya menjadi bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional. Sebagai wujud perhatian yang besar terhadap bangsa Indonesia, pada tahun 1938 diselenggarakan Konggres bahasa Indonesia pertama di Solo.

2. Sesudah Kemerdekaan

Bahasa indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu ditetapkan Undang-Undang dasar 1945 yang didalamnya terdapat pasal, yaitu pasal 36, yang menyatakan bahwa ’’Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.”

Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Pemerintah Orde Lama dan Orde Baru menruh perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia diantaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang sekarang menjadi pusat bahasa dan penyelenggaraan Konggres bahasa Indonesia. Perubahaan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan Van Ophuijsen ke ejaan Soewandi hingga ejaan yang disempurnakan (EYD) selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.

(10)

mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.

1. Huruf y ditulis dengan j Misalnya :

Sayang : Sajang Yakin : Jakin Saya : Saja

2. Huruf u ditulis dengan oe Misalnya :

Umum : Oemoem Sempurna : Sempoerna 3. Huruf k pada akhir kata atau

suku kata ditulis dengan tanda koma diatas

Misalnya : Rakyat : Ra’yat Bapak : Bapa’ Rusak : Rusa’

4. Huruf j ditulis dengan dj Misalnya :

Jakarta : Djakarta Raja : Radja Jalan : Djalan

5. Huruf c ditulis dengan tj Misalnya :

Pacar : Patjar Cara : Tjara Curang : Tjurang

6. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch

Misalnya :

Khawatir : Chawatir Akhir : Achir

Makhluk : Machloe’

(11)

nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.

Beberapa perbedaan yang tampak mencolok dalam kedua ejaan itu dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini :

1. Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam Ejaan Republik.

2. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan Republik.

3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik. 4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.

5. Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan Republik.

Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik indonesia Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972. Merupakan lanjutan dari ejaan baru atau ejaan LBK. Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu. Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya, terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan, ejaan melindo dan ejaan baru.

Hal-hal apa sajakah yang terdapat dalam EYD?

1. Perubahan huruf - Ejaan lama : Dj → djika, wadjar Tj →tjakap,pertjaja

Nj → njata,sunji Ch → achir, chawatir

- EYD :

(12)

Ny → nyata, sunyi Kh → akhir, khawatir

2. Huruf f, v dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya. misalnya pada kata furqan dan xenon.

4. Penulisan di- sebagai awalan di bedakan dengan di yang

merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang menyertainya,

sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.Misal :

5. Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.angka

Hal hal yang di atur dalam EYD yaitu:

1. Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring. 2. Penulisan kata

3. Penulisan tanda baca

4. Penulisan singkatan dan akronim 5. Penulisan angka dan lambang bilangan 6. Penulisan unsur serapan.

Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :

(13)

Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad (dewan rakyat), seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

4. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan.

5. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.

6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.

7. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. 8. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar

1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

(14)

10.Tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.

11.Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.

12.Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

13.Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

14.Tanggal 21 – 26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

(15)

tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

16.Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia. 17.Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa

(16)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa Indonesia sekarang ini telah melewati waktu yang sangat lama dan telah terukir beberapa peristiwa-peristiwa penting dan bersejarah bagi Negara Indonesia. Bahasa Indonesia yang dikenal sampai sekarang ini ternyata berasal dari bahasa Melayu karena bahasa Melayu sering digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan dalam bentuk misalnya, perdagangan, politik, keagamaan dan lain-lain. Bahasa Melayu Riau disebarkan ke seluruh Indonesia dengan sebutan Bahasa Perdagangan di Selat Malaka pertama kalinya.

Alasan bangsa Indonesia memilih bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia karena bahasa Melayu bersifat sederhana sehingga mudah dipelajari dan tidak terikat pada perbedaan, hal ini diikuti oleh 5 negara seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Indonesia dan Timor Timur.

Semenjak kelahiran bahasa Indonesia baik secara sosiologis pada tanggal 28 oktober 1928, maupun kelahiran secara yuridis disahkan tanggal 18 agustus 1945 pada UUD 1945 pasal 36 “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia, maka status bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa Persatuan (bahasa Nasional) dan sebagai bahasa Negara (bahasa Resmi).

(17)

Referensi

Dokumen terkait

86 anggaran penjualan pada perusahaan sudah cukup memadai dan pelaksanaan anggaran cukup efektif, penyusunan anggaran penjualan berdasarkan metode bottom up (dari

Oleh karena itu, penulis memandang perlu membahas lebih jauh mengenai penerapan retribusi pelayanan parkir di Alun-alun Purwokerto menurut hukum Islam berdasarkan

Seiring dengan hasil riset yang dilakukan oleh Ikhram & Azzuhri (2011) bahwa program-program pelayanan yang disediakan perusahaan berpengaruh signifikan

Oleh yang demikian, kajian ini ingin mencari jawapan mengenai pendekatan secara konstruktivisme di kalangan guru-guru teknikal semasa proses pengajaran dan pembelajaran

Meningkatkan pengawasan terhadap tingkah laku Hakim, Panitera/Wakil Panitera/Panitera Muda/Panitera Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti, dalam pelaksanaan tugas

yang tidak sesuai dengan target, pencapaian sasaran tahunan Primkopkar “Manunggal” belum dapat terlaksana dengan baik berupa sasaran yang bersifat besarnya

PENGARUH MEDIA RELATIONS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI RUMAH MAKAN PONYO CINUNUK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Foucault menyatakan bahwa tubuh secara integral menjadi lokus dan medium penyebaran kekuasaan atau dengan kata lain badan manusia merupakan komponen yang