• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pencapaian produksi daging sapi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis pencapaian produksi daging sapi (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENCAPAIAN

PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI DAN KERBAU 2010-2014

(Sebagai Tugas Mata Kuliah Perdagangan Internasional) Dosen: Ir. Haris Budiyono M.T.

Disusun oleh:

Ulfah Muflihah (41185009130012) Wahyu Kurniwan (41185009120008) Belinda Rizky Maulidya E (41185009130007) Andri Saputra (41185009130013)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM “45”BEKASI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perdagangan Internasional. Tidak lupa, shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad Shallahu‘alaihi wa sallam sebagai panutan dalam menjalani kehidupan.

Tulisan ini akan menyajikan analisis pencapaian Produksi Daging Sapi dan Kerbau 2010-2014. Penulis menyadari bahwa apa yang bisa penulis sajikan dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Bekasi, November 2015

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan 1

1.2. Sistematika Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Perkembangan Produksi, Konsumsi, serta Volume Ekspor-impor Daging Sapi dan Kerbau Periode Tahun 2010 – 2014 3

2.2 Proyeksi Perkembangan Produksi dan Impor serta

Target dan Realisasi Produksi Periode Tahun 2015-2019 7

2.3 Masalah-Masalah Yang Dihadapi Dalam Pencapaian Peningkatan Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 9

2.4 Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2015-2019 11

(4)
(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 3

Tabel 2. Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 4

Tabel 3. Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 5 Tabel 4. Volume Ekspor-Impor Daging Sapi Tahun 2010-2013 6 Tabel 5. Target dan Realisasi Daging Sapi Tahun 2010-2014 7 Tabel 6. Target dan Realisasi Daging Kerbau Tahun 2010-2014 8

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Grafik Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 3

Gambar 2. Grafik Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 4

Gambar 3. Grafik Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014 5 Gambar 4. Grafik Ekspor-Impor Sapi Tahun 2010-2013 6

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Daging sapi dan kerbau merupakan salah satu bahan pangan pokok yang mengandung protein cukup tinggi, selain daging ayam. Daging sapi tidak hanya dikonsumsi oleh kebutuhan Rumah Tangga, juga sebagai bahan baku industri pengolahan, hotel, restorandan catering. Konsumsi daging sapi secara nasional terus meningkat seiring dengan meningatnya jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat serta selera masyarakat. Pemenuhan kebutuhan daging sapi di dalam negeri dilakukan melalui tiga sumber yaitu sapi lokal, sapi impor dan daging impor. Keberlanjutan sumber pasokan daging sapi di dalam negeri penting karena kondisi ini akan menciptakan ketidakstabilan harga di dalam negeri.

Pasokan daging sapi di pasar tidak hanya berasal dari produksi domestik tetapi juga dari impor berupa daging sapi dan sapi bakalan untuk usaha penggemukan. Awalnya impor daging sapi hanya untuk restoran dan hotel berbintang berupa daging sapi kelas utama (prime cut). Namun berkembangnya permintaan domestik mendorong meningkatnya impor dengan berbagai variasi baik ternak sapi maupun produknya termasuk jerohan. Penggunaan produk impor berkembang menjadi untuk katering, industri daging olahan (sosis, baso, dan corned), dan rumah makan dan konsumen rumah tangga.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan perkembangan produksi, konsumsi, serta volume ekspor-impor, komoditas daging sapi dan kerbau periode tahun 2010 – 2014.

2. Analisa proyeksi produksi dan volume impor daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019.

3. Menjelaskan masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian peningkatan produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014.

4. Menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan pencapaian peningkatan daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019.

(8)

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang materi yang akan di bahas dalam makalah ini penulis membagi uraiannya ke dalam tiga bab dan tiap-tiap bab akan dikemukakan sub babnya dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan,

BAB II Pembahasan yang berisi Perkembangan produksi, konsumsi, serta volume ekspor dan impor daging sapi dan kerbau periode 2010-2014, Proyeksi perkembangan produksi dan volume impor daging sapi dan kerbau 2015-2019, masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian peningkatan produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014, dan langkah-langkah yang harus diambil untuk mewujudkan pencapaian peningkatan daging sapi dan kerbau tahun 2015-2019.

(9)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Produksi, Konsumsi, serta Volume Ekspor-Impor Daging Sapi dan Kerbau Periode Tahun 2010 – 2014

a. Produksi dan konsumsi

Produksi hasil peternakan terdiri dari produksi daging, telur, dan susu. Produksi secara nasional untuk daging sapi dan kerbau selama tahun 2010-2014 mengalami fluktuasi. Produksi daging sapi tertinggi berada pada tahun 2014 yaitu sebanyak 540 ribu ton sedangkan untuk produksi daging kerbau tertinggi berada pada tahun 2014 yaitu 41,2 ribu ton. Pencapaian produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun

2010-2014XTahun Daging Sapi(ribu ton) Daging Kerbau (ribu ton)

2010 436,5 35,9

2011 485,3 35,3

2012 508,9 37

2013 504,8 37,8

2014* 540 41,2

Rerata pertumbuhan %/thn 5,55 3,58

Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.

*) Dalam Angka Ramalan

2009 2010 2011 2012 2013 2014 20150 100

Produksi Daging Sapi dan Kerbau

(ribu ton)

Daging Sapi Daging Kerbau

(10)

Populasi ternak tahun 2010-2014 khususnya sapi yang terdiri dari sapi potong dan sapi perah serta kerbau setiap tahunnya berbeda-beda. Rerata pertumbuhan pada kerbau cenderung menurun sebesar 7,1%/tahun sedangkan sapi potong dan sapi perah cenderung meningkat rerata pertumbuhannya sebesar 3,1 dan 1,5 %/tahun. Untuk lebih lengkap melihat populasi sapi dan kerbau ditampilkan pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Populasi Sapi dan Kerbau (ribu ekor) Tahun 2010-2014

Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 pertumbuhanRerata %/thn Sapi Potong 13.582 14.824 15.981 12.686 14.703 3,1

Sapi Perah 488 597 612 444 483 1,5

Kerbau 2.000 1.305 1.438 1.110 1.321 -7,1

Total 16.070 16.726 18.031 14.240 16.507

Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.

Gambar 2. Grafik Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014

2009 2010 2011 2012 2013 2014 20150 2,000

Populasi Sapi dan Kerbau (ribu ekor)

(11)

meningkatkan konsumsi langsung rumah tangga terhadap daging sapi. Konsumsi daging sapi dan kerbau dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi

Sumber : SUSENAS, BPS 2010 - 2014.

Gambar 3. Grafik Konsumsi Daging Sapi dan KerbauTahun 2010-2014

20090 2010 2011 2012 2013 2014 2015 0.05

Konsumsi Daging Sapi dan Kerbau

(kg/kapita/tahun)

Daging Sapi Daging Kerbau

b. Ekspor-Impor

(12)
(13)

Tabel 4.

Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor Ekspor Impor

Sapi Bibit 0 1.133 0 0 0 3.260 0 71

Sapi Bakalan 0 208.584 0 118.921 0,4 78.938 0 129.950

Daging Sapi 4 90.506 0,3 65.022 2 39.026 3 47.698

Total 4 300.223 0,3 183.943 2,4 121.224 3 177.719

Sumber :BPS diolah PUSDATIN, 2014.

Gambar 4. Grafik Volume Ekspor-Impor Sapi Tahun 2010-2013

0

Sapi Bibit Sapi Bakalan Daging Sapi

(14)

tahun 2013, karena pasokan daging sapi di dalam negeri sudah berlebihan sebagai akibat impor sapi bakalan yang terlalu banyak. Pada tahun 2012 menuju 2013, volume impor daging sapi meningkat mulai 121.224 ton menjadi 177.719 ton, karena terjadi kekurangan pasokan daging sapi di dalam negeri sebagai akibat penurunan drastis volume impor sapi bibit.

2.2 Proyeksi Produksi dan Impor Komoditi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2015-2019

a. Perkembangan dan proyeksi produksi dan Impor.

Target pencapaian produksi daging sapi (karkas) sebesar 509,48 ribu ton, daging sapi (Meat Yield) sebesar 407,74 ribu ton serta daging kerbau (karkas) 35,61 ribu ton dan daging kerbau (Meat Yield) sebesar 28,49 ribu ton di tahun 2015. Sedangkan jika berdasarkan angka ramalan di tahun 2014 Indonesia masih belum bisa mewujudkan target pencapaian produksi daging sapi dan kerbau, karena produksi daging sapi diprediksi hanya 407,74 ribu ton masih jauh dari angka 540 ribu ton serta daging kerbau diprediksi 28,49 ribu ton masih jauh dari angka 41,2 ribu ton. Dengan demikian untuk mencapai swasembada di sisa bulan 2015 ini dibutuhkan kenaikan produksi daging sapi sebesar 132,26 ribu ton serta daging kerbau sebesar 12,71 ribu ton. Berikut adalah target dan realisasi produksi daging sapi dan kerbau periode tahun 2010-2014.

Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi Daging Sapi (ribu ton) Tahun 2010-2014.

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Target 468,3 481,9 516,9 566,4 624,4

Realisasi 436,5 485,3 508,9 504,8 540*

Sumber : BPS, 2015. *Angka Ramalan.

(15)

2009 2010 2011 2012 2013 2014 20150

Target dan Realisasi Daging Sapi (ribu ton)

Tahun 2010-2014

Target Realisasi

Tabel 6. Target dan Realisasi Produksi Daging Kerbau (ribu ton) Tahun 2010-2014.

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

Target 36,5 37,1 38,03 38,8 39,7

Realisasi 35,9 35,3 37 37,8 41,2*

Sumber : BPS, 2015. *Angka Ramalan.

Gambar 6. Grafik Target dan Realisasi Produksi Daging Kerbau (ribu ton) Tahun 2010-2014

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 32

Target dan Realisasi Daging Kerbau (ribu ton)

Tahun 2010-2014

Target Realisasi

Berdasarkan renstra kementerian pertanian tahun 2015-2019 berikut disajikan target produksi (Karkas dan Meat Yield) daging sapi dan kerbau serta volume impor daging sapi tahun 2015-2019 yaitu tabel 7, 8, dan 9.

Tabel 7. Target Produksi (Karkas) Daging Sapi dan Kerbau (ribu ton) Tahun 2015-2019

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019

Daging Sapi 509,68 552,20 602,43 656,91 716,06

(16)

Sumber : Kementerian Pertanian, 2015.

Tabel 8. Target Produksi (Meat Yield) Daging Sapi dan Kerbau (ribu ton) Tahun 2015-2019

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019

Daging Sapi 407,74 441,76 481,95 525,53 572,85

Daging Kerbau 28,49 29,09 29,74 30,44 31,18

(17)

Tabel 9. Target Impor Produk Substitusi Daging Sapi (ribu ton) Tahun 2015-2019

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019

Daging Sapi 73,016 69,365 65.897 62.602 59.472

Sumber: Kementerian Pertanian, 2015.

2.3 Masalah yang dihadapi dalam pengembangan komoditi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2010-2014

Pembangunan periode 2010-2014 pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan pada periode sebelumnya (2005 – 2009). Agar pembangunan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi target sasaran yang ditetapkan, diperlukan gambaran permasalahan yang akan dihadapi pada periode pembangunan jangka waktu lima tahun ke depan. Berikut permasalahan berdasarkan yang dihadapi kementan 2010-2014:

a. Lahan

Selama ini usaha peternakan menggunakan lahan kosong di pemukiman atau lahan yang ditanami dengan tanaman pangan maupun perkebunan. Penyebab hal ini karena tidak ada regulasi seperti RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) yang memberikan ruang untuk peternakan. Akibatnya, sering kawasan peternakan yang mulai maju usahanya terusir untuk kepentingan pemukiman atau usaha yang lain. Sehubungan hal di atas dan menjamin kebutuhan pangan nasional asal ternak, maka usaha peternakan harus maju dan berkembang. Salah satu syaratnya adalah peternakan harus diberi lahan dengan cara memberi kepastian dalam RTRW untuk ruang peternakan.

b. Infrastruktur

Disamping itu, masalah transportasi distribusi ternak belum optimal, yaitu tata niaga daging sapi domestik masih mengandalkan pada pengiriman sapi hidup dan masih memiliki hambatan, sehingga belum efisien. Penyebab inefisiensi diantaranya: belum memadai nya jumlah dan kapasitas alat angkut (truk dan kapal) dan minimnya kualitas sarana angkutan baik truk maupun kapal yang digunakan. Belum semua pelabuhan memiliki holding ground untuk tempat pengumpulan ternak dan pemeriksaan karantina. Kondisi ini diperburuk lagi dengan adanya retribusi selama proses pengangkutan mulai dari desa, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai ke daerah tujuan.

c. Sarana Produksi

(18)

terpenuhi; (2) kualitas bibit masih rendah; (3) pelaku usaha pembibitan masih kurang respon dalam pembibitan; (4) pengurasan betina produktif akibat pemotongan betina produktif;(5) sumber pembibitan ternak masih menyebar dengan kepemilikan rendah sehingga menyulitkan dalam pembinaan dan pengumpulan; serta (6) kelembagaan pembibitan belum memadai.

Sistem perbibitan nasional diperlukan untuk menjamin ketersediaan bibit ternak yang memenuhi kebutuhan dalam hal jumlah, standar mutu, syarat kesehatan, syarat keamanan hayati, serta terjaga keberlanjutannya yang dapat menjamin terselenggaranya usaha budidaya peternakan. Kelembagaan perbibitan ini untuk memfasilitasi tersedianya benih dan bibit ternak sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas benih dan bibit ternak serta pemanfaatan sumberdaya genetik ternak secara berkelanjutan.

Dengan adanya kelembagaan ini maka peternakan rakyat hingga industri akan mendapatkan manfaatnya. Apabila program perbibitan dalam sebuah kelembagaan meningkat dampaknya peternakan dalam negeri akan meningkat juga sehingga mempunyai bibit yang memiliki kualitas sangat baik.

d. Menurunnya Minat Generasi Muda

Fakta dan pandangan bahwa pertanian sebagai salah satu sektor yang antara lain kurang menjanjikan bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan hidup, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, lahan pertanian yang semakin berkurang,sangat menentukan terhadap minat generasi muda untuk memilih pertanian sebagai masa depannya. Mereka lebih memilih untuk mengadu nasib ke luar kota bahkanke luar negeri, bekerja di pabrik-pabrik, bidang kedokteran, menjadi Pegawai Negeri Sipil, dan pekerjaan bergengsi lainnya. Selama ini rata-rata pekerja yang bekerja di sektor pertanian adalah penduduk dengan usia lebih dari 50 tahun.

e. Permodalan

(19)

bagi petani. Hal ini disebabkan antara lain sumber dana sepenuhnya dari bank dan risiko ditanggung bank, oleh karena itu perbankan menerapkan prudential perbankan.

Dampak dari penerapan prudential perbankan dirasakan petani seperti sulinya akses permodalan, persyaratan yang dianggap rumit dan waktu yang lama, masih diperlukan jaminan tambahan yang memberatkan petani berupa sertifikat lahan, terbatasnya sosilaisasi dan informasi keberadaan skema kredit serta terbatasnya pendampingan dan pengawalan petani yang membutuhkan permodalan dari perbankan.Kondisi petani secara umum memiliki lahan sempit, skala usaha kecil dan letaknya yang menyebar dan lebih banyak sebagai buruh tani sehingga lebih mudah dilayani oleh pelepas uang/sumber modal non formal meskipun suku bunga tinggi tetapi waktu perolehannya lebih cepat.

Kebutuhan/permintaan daging sapi yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk ditentukan oleh keberlanjutan pasokan. Kondisi ini yang menjadi permasalahan utama yang mendorong pada kenaikan harga.

Permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan kebutuhan/konsumsi daging sapi di dalam negeri (Kementerian Perdagangan, 2013) adalah sebagai berikut:

1. Produksi sapi yang belum berkesinambungan 2. Sistem pendataan yang belum sempurna serta

3. Sistem distribusi sapi potong yang belum tertata dengan baik. Beberapa hal tersebut yang menyebabkan terganggunya penyediaan daging sapi untuk memenuhi kebutuhan/permintaan masyarakat.

2.4 Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2015-2019

Peningkatan produksi daging dan dan protein hewani lainnya (telur dan susu) dilakukan antara lain meliputi peningkatan populasi dan distribusi ternak dari kawasan padat ke wilayah berlimpah biomassa tetapi kosong ternak, serta peningkatan produktivitas ternak melalui penyediaan air dan pakan murah, pelayanan pejantan unggul, pelayanan inseminasi buatan yang lebih baik dan penerapan good farming practices.

Selain itu dilakukan peningkatan produksi daging melalui penggemukan dan tunda potong sesuai potensi genetik dan potensi ekonomi ternak, pencegahan pemotongan sapi (ternak) betina produktif, pencegahan dan pengendalian penyakit untuk mengurangi angka mortalitas anak dan induk serta peningkatan mutu genetik ternak melalui seleksi dan persilangan. Langkah-langkah operasional yang akan dilakukan antara lain meliputi:

(20)

• Optimalisasi inseminasi buatan dan sinkronisasi berahi pada sekitar 2 juta akseptor pertahun

• Pengadaan pejantan unggul sapi dan kerbau • Penyediaan air untuk ternak

• Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan keswan • Pengendalian betina produktif

b. Pengembangan pakan ternak

• Pengembangan hijauan pakan ternak sekitar 4 juta stek pertahun • Pengembangan pakan olahan/bahan pakan sekitar 14 ribu ton pertahun c. Penyediaan bibit sapi/kerbau

• Penyediaan benih ternak sekitar 5 juta dosis pertahun • Penyediaan bibit ternak sekitar 500 ribu ekor pertahun

• Sertifikasi kelembagaan dan wilayah perbibitan ternak sekitar 4 juta sertifikat pertahun

d. Kesehatan hewan

• Penanganan pengendalian penyakit hewan menular strategis dan zoonosis sekitar 4 juta dosis per tahun

• Penyidikan dan pengujian penyakit hewan dan sertifikasi obat hewan sekitar 150 ribu sampel pertahun

• Penguatan kelembagaan otoritas veteriner

• Produksi vaksin, obat hewan dan bahan biologik sekitar 8 juta dosis pertahun • Penguatan sistem kesehatan hewan nasional di 34 provinsi

e. Kesmavet, pasca panen dan pemasaran

• Penguatan dan perbaikan manajemen Rumah Potong Hewan (RPH) • penerapan penjaminan produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal

• Fasilitasi kios daging, pasar ternak dan pengaturan pemasaran sapi/kerbau dan daging.

• penerapan kesejahteraan hewan. f. Regulasi pemerintah

• Perda pemotongan betina produktif

(21)

• penyediaan fasilitas skim kredit • pengaturan stok sapi bakalan

Gambar 7. Langkah Operasional Peningkatan Produksi Daging

(22)

BAB III PENUTUP

1. Perkembangan produksi daging sapi dan kerbau periode tahun 2010-2014 menunjukkan fluktuasi produksi, sedangkan konsumsi secara umum menurun. Namun demikian pada periode ini pemerintah masih melakukan kebijakan impor daging sapi berupa sapi bibit, sapi bakalan dan daging sapi meskipun dalam presentase yang relative menurun dari tahun 2010-2014.

2. Perkembangan produksi dan impor serta proyeksi periode 2015-2019 menunjukkan jumlah produksi karkas dan Meat Yield daging sapi dan kerbau secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun dalam target dan realisasi produksi daging sapi dan kerbau tahun 2010-2014 secara umum belum terealisasi namun pada tahun 2011 target daging sapi dapat terealisasi. 3. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian pencapaian produksi daging

sapi dan kerbau tahun 2010-2014 diantaranya adalah lahan, infrastruktur, sarana produksi, menurunnya minat generasi muda, dan permodalan.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. http://bps.go.id diakses pada tanggal 29 November 2015.

Kementerian Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan.. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Daging Sapi Dalam Negeri. Kementerian Perdagangan. Jakarta.

Kementerian Pertanian. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Statistik Makro Sektor Pertanian 2013. Jakarta.

---. 2014. Statistik Makro Sektor Pertanian Volume 6 No. 2 Tahun 2014. Jakarta.

(24)

LAMPIRAN

(25)
(26)
(27)

Sasaran Produksi Daging Kerbau (Meat Yield) Tahun 2015-2019 per Provinsi

Gambar

tabel 1.
Tabel 2. Populasi Sapi dan Kerbau (ribu ekor) Tahun 2010-2014
Gambar 3. Grafik Konsumsi Daging Sapi dan KerbauTahun 2010-2014
Tabel 4.20102011
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil dari kajian kualitatif ( Grounded Theory ) dan kuantitatif (survei) terhadap petani di lima desa pada

(2)Sub Seksi Pusat Tata Usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Seksi, mempunyai tugas membantu dan bertanggungjawab kepada Kepala Seksi Pajak dalam hal :. a.Menerima,

Kemudian pada metode progresif ini penulis memberikan materi paleredan atau bahan latihan secara terbagi-bagi dalam beberapa unit tidak atau bagian tidak

Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan subjek mengenai bullying dan perilaku asertif setelah diberikan pelatihan dimana rata-rata pengetahuan subjek

lingkungan Danau Singkarak, yang rneliputi kegiatan perikanan, pariwisata, usaha ikan karambah, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pemanfatan danau untuk

Gambar 29 adalah tampilan dari isi bukti digital menggunakan wireshark, dengan data yang dilihat pada data link di frame 21 yang berisi MAC Address perangkat yang

Keinginan-keinginan ini di dalam novel misteri adalah motif kasus, motif juga merupakan elemen yang penting dalam novel misteri, karena motif adalah alasan dari

Bagi seorang pelajar pula, ianya berkaitan dengan penerimaan oleh orang lain terhadap diri seseorang pula, ianya berkaitan dengan penerimaan oleh orang lain terhadap diri