LAPORAN PRAKTIKUM
INDUSTRI PAKAN TERNAK
(Pembuatan Pakan Mash, Crumble Dan Pellet)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah Industri Pakan Ternak Pada Jurusan Ilmu Peternakan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengolaan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan
tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan
baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan
kualitas (Amrullah, 2011).
Pakan merupakan setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dicerna dan
tidak membahayakan bagi kesehatran ternak. Agar bahan dapat disebut dengan
pakan maka harus memenuhi persyaratan tersebut. Pakan adalah bahan yang dapat
dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak
menimbulkan keracuan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya (Amrullah, 2011).
Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara
fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kombinasinya. Perlakuan secara fisik
dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan,
penggilingan, penghancuran serta pembuatan pellet (Wahyono, 2014).
Mhas, crambel dan pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan
sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk
mengurangi sifat keambaan pakan, keuntungan pakan bentuk pellet adalah
meningkatkan konsumsi dan efisiensi pakan, meningkatkan kadar energi
metabolis pakan, membunuh bakteri patogen, menurunkan jumlah pakan yang
tercecer, memperpanjang lama penyimpanan, menjamin keseimbangan zat-zat
Mash (tepung) adalah suatu bahan atau campuran bahan yang bentuknya
tepung, Crumble (berbentuk pecah/butiran) Bentuk ini merupakan perkembangan
lebih lanjut dari bentuk pellet. Pellet (berbentuk bulat panjang) Bentuk ini
merupakan perkembangan dari bentuk tepung. Kelemahan dari bentuk ini adalah
memungkinkan terjadinya kanibalisme, kurang cocok untuk anak ayam (Rasyaf,
2011).
Hal tersebut diatas yang melatarbelakangi diadakannya praktikum industri
pakan mengenai pengolahan bahan pakan untuk unggas sehingga dalam
pembuatannya menjadi lebih efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara penyusunan ransum untuk pakan mash, crumble dan pellet?
2. Bagaimana proses pembuatan pakan dalam bentuk mash, crumble, dan
pellet?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dalam pelaksanan praktikum adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara penyusunan ransum untuk pakan mash, crumble dan
pellet.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan pakan dalam bentuk mash, crumble,
dan pellet.
BAB II
A. Mash
1. Gambaran Umum Mash
Mash (tepung) adalah suatu bahan atau campuran bahan yang bentuknya
tepung. Pembuatan tepung ini dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara
dihancurkan dengan alat penghancur. Ukuran partikel dapat disesuaikan dengan
menggunakan saringan (Rasyaf, 2011).
Tepung ikan merupakan salah satu komponen pakan ternak yang sangat
penting karena mengandung senyawa dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pertumbuhan ternak. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa tepung ikan
mengandung unidentified growth factor yang dapat merangsang pertumbuhan
ternak. (Zalniati, 2015).
Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku pakan yang banyak
mengandung protein. Protein ikan dibutuhkan karena selain mudah dicerna, juga
mengandung asam amino dengan pola yang hampir sama dengan pola asam amino
yang terdapat dalam tubuh ternak. Pada umumnya, para peternak menambahkan
tepung ikan dalam formula pakan ternak untuk merangsang pertumbuhan daging
ternak mereka (Zalniati, 2015).
Protein tepung ikan mengandung 10 macam asam amino essensial yang
dibutuhkan oleh ikan, dimana umumnya mengandung Lysine yang relatif tinggi.
Asam amino tersebut antara lain, Arginine 4,10, Threonine 6,00, Leucine 5,40,
Iso-Leucine 3,39, Valine 3,81, Tryptophan 0,81, Histidine 1,73, Lysine 5,46.
B komplek seperti B12, Ribolflavin, Niacin, Pantothenic acid dan choline.Selain
itu, tepung ikan juga mengandung mineral seperti kalsium dan fosfor, besi,
tembaga, serta beberapa trace mineral lainnya (Hidayat dkk, 2013).
Namun mutu tepung ikan yang ada di pasar sangat beragam.Adanya
keragaman mutu ini disebabkan oleh perbedaan jenis dan kesegaran ikan yang
diolah, juga disebabkan oleh teknik dan cara-cara pengolahannya (Zalniati, 2015).
2. Cara Pembuatan Mash
Pengolahan tepung ikan pada prinsipnya adalah perubahan bentuk dari
ikan utuh menjadi tepung ikan melalui tahap-tahap pemasakan, pengepresan,
pengeringan dan penggilingan. Sedangkan teknologi pengolahannya dapat
ditentukan berdasarkan ketersediaan bahan mentah yang akan diolah. Jika bahan
mentah yang akan diolah menjadi tepung ikan terdapat dalam jumlah yang besar
dan teratur pengadaanya, maka dapat dipilih cara konvensional yang lazim
digunakan dalam industri tepung ikan. Sebaliknya jika bahan mentah yang akan
diolah menjadi tepung ikan terdapat dalam jumlah yang kecil dan tidak teratur
pengadaanya, maka hasil tangkapan tersebut dapat diolah dalam skala kecil
dengan menggunakan metode sederhana (Zalniati, 2015).
Metode pengolahan tepung ikan yang banyak dilakukan adalah metode
tradisional dan konvensional. Selain metode tersebut tepung ikan juga dapat
diolah dengan metode semi konvensional, kelebihan pengolahan tepung ikan
secara konvensional adalah dilakukan secara mekanis dan tahap-tahap
pengolahannya merupakan suatu rangkaian yang kontinyu.Bahan mentah masuk
ikan).Sistem pengolahannya telah diterapkan oleh beberapa pabrik tepung
ikan.Mutu tepung ikan mudah untuk dikontrol, karena semua tahap-tahap
pengolahan dan kondisinya dapat diatur dengan baik (Mulki, 2014).
B. Crumble
1. Gambaran Umum Crumbel
Pakan crumble banyak digunakan dalam budidaya ternak unggas
khususnya ayam, karena ukuranya yang dinilai cocok sesuai ukuran paruh ayam.
Untuk menghasilkan crumble berkualitas, pengemasan merupakan salah satu
aspek yang menentukan baik tidaknya crumble. Karena dengan pengemasan yang
baik maka dihasilkan pula crumble yang berkualitas. Crumble merupakan tipe
ransum yang dihasilkan dari campuran bahan pakan pada mesin pellet dan
kemudian pellet tersebut dihancurkan dengan ukuran lebih kasar daripada mash.
Pemberian pakan dalam bentuk crumble diharapkan dapat lebih menjamin
campuran bahan pakan, termasuk bioaktif di dalam pakan lebih homogen. Dengan
demikian, bioaktif yang diberikan dalam pakan dapat dikonsumsi oleh ternak
seluruhnya. Ransum bentuk crumble memberi hasil yang lebih baik karena
bioaktif dapat tercampur secara homogen di dalam pakan yang dikonsumsi
(Retnani, 2011).
Menurut Kartadisastra (2013), crumble memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
a. Pakan tidak berdebu dan mudah untuk dikonsumsi.
b. Kehilangan pakan yang disebabkan oleh angin sangat sedikit.
d. Meningkatkan konsumsi pakan.
e. Relatif tidak mengandung bakteri membahayakan.
f. Pemborosan pakan (akibat hilang) dapat ditekan.
g. Formula pakan menjadi lebih efisien.
Ransum dalam bentuk crumble menghasilkan produksi lebih baik
daripada ransum bentuk mash dan pellet pada broiler komersil selama umur 21-56
hari, selain itu ransum dalam bentuk crumble dan pellet juga lebih efisien dari
pada ransum mash ukuran partikel bahan baku akan menyebabkan crumble
semakin kuat karena semakin halus partikel tersebut maka akan semakin luas
permukaan kontak antar partikel, sehingga ikatan antar partikel kuat. Serat kasar
yang tinggi pada bahan dapat menjadikan crumble menjadi kurang kokoh dan
mudah rapuh (Retnani, 2013).
Bentuk ini merupakan perkembangan dari bentuk tepung. Kelemahan
dari bentuk ini adalah memungkinkan terjadinya kanibalisme, kurang cocok untuk
anak ayam.
2. Cara Pembuatan Crumble
Menurut Retnani (2013), menyatakan bahwa proses pembuatan crumble
sangatlah mudah diantaranya:
a. Pengeringan ( Drying)
Pengeringan bahan pakan dilakukan dengan tujuan untuk menurangi
kadar air sehingga dalam proses penggilingan diperoleh tepung yang baik.
Pada umumnya pengeringan dilakukan hingga memperoleh kadar air sampai
b. Penggilingan (Milling)
Proses penggilingan dilakukan terhadap bahan baku berbentuk
butiran, yaitu jagung, bungkil kelapa dan bungkil kacang kedelai untuk diolah
menjadi tepung halus. Sebelum digiling bahan disaring dengan scanner yang
di dalamnya dipasang magnet untukmemisahkan bahan dari benda-benda
logam halus yang dapat mengakibatkan rusaknya mesin giling. Bahan-bahan
halus hasil penggilingan kemudian disimpan sementara di dalam Bin
(chamber) dengan conveyor dan elevator untuk proses selanjutnya
c. Pencampuran (Mixing)
Pencampuran bertujuan untuk mencampur semua bahan baku dan
bahan tambahan dengan komposisi tertentu untuk menjadi
pakan.Pencampuran dilakukan berdasarkan formula atau ramuan pakan ternak
yang akan diproduksi. Sebelum dicampur semua bahan ditimbang dengan
timbangan otomatis yang terdapat diatas mesin pencampur dan kemudian
dicurahkan ke dalam mesin pencampur (mixer) untuk dicampur dan diaduk
dengan CPO (Crude Palm Oil), obat-obatan, vitamin dan mineral.
d. Pembutiran (Pelleting)
Pembutiran bertujuan untuk membetuk hasil pencampuran menjadi
bentuk pellet, hasil pencampuran terlebih dahulu dipanaskan dengan uap
panas bersuhu 980 yang dialirkan ke dalam chamber pellet sehingga bentuk
bahan tersebut menajadi bubur panas. Bubur panas ini kemudian dialirkan
menuju hygieneseryang suhunya 920 dan bertujuan untuk menghigieniskan
saringan berdiameter 3-5 mm disisinya yang terdapat di ujung mesin pellet
dan ditekan/dipress keluar melalui saringan tersebut.Hasil pengepresan adalah
pakan berbentuk bulat memanjang dengan diameter yang sesuai dengan
diameter saringan pellet.Selanjutnya, pakan dipotong sesuai ukuran oleh
pisau-pisau yang bergerak secara otomatis. Hasil dari proses ini berbentuk
butiran-butiran yang disebut pellet. Pellet kemudian dialirkan melalui pipa ke
mesin pendinginan (cooler).
e. Pendinginan (Cooler)
Pendinginan bertujuan untuk mendinginkan pelletdan mengurangi
kelembaban pada pellet akibat dipanaskan dengan uap panas di chamber
pellet. Karena pellet yang masih panas dan mengandung kadar air tinggi akan
mudah terserang jamur sehingga produk tidak tahan lama.Pelletdidinginkan di
mesin pendingin (Cooler) dengan bantuan dua blower, blower pertama
mengalirkan udara dingin ke pellet, sedangkan blower kedua menghisap dan
mengalirkan udara panas ke udara bebas.
f. Penghancuran (Crumbling)
Proses ini khusus digunakan untuk produk crumble. Penghancuran
bertujuan untuk menghancurkan pellet menjadi butiran-butiran yang lebih
kecil dan halus yang disebut crumble.
C. Pellet
Pellet adalah bentuk masa bahan atau pakan yang dibentuk dengan cara
ditekan dan dipadatkan melalui lubang cetakan secara mekanis. Pelleting
merupakan salah satu metode pengolahan pakan secara mekanik yang banyak
diterapkan di industri pakan unggas, khususnya ayam. Ayam merupakan ternak
yang bersifat selektif terhadap pakan, yaitu cenderung memilih bahan pakan yang
disukai. Ayam menyukai pakan berbentuk biji-bijian (grains) terkait dengan
morfologi sistem pencernaannya, yaitu memiliki paruh untuk mematuk dan
gizzard sebagai lokasi pencernaan secara mekanik (Syamsu, 2014).
Pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa
dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat
keambaan pakan. Keambaan pakan yang diolah menjadi pellet berkurang karena
densitasnya meningkat. Pellet yang memiliki densitas tinggi akan meningkatkan
konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer, serta mencegah
de-mixing yaitu peruraian kembali komponen penyusun pellet sehingga konsumsi
pakan sesuai dengan kebutuhan standar (Fani,2012).
Kualitas pellet merupakan aspek yang penting baik bagi produsen pakan
maupun peternak. Kualitas pellet ditentukan dengan durabilitas, kekerasan
(Hardness) dan ukuran. Kualitas pellet yang baik membutuhkan konsekuensi bagi
produsen pakan, yaitu berupa tingginya biaya produksi, tingginya energi dan
modal yang dibutuhkan. Bagi peternak unggas, kualitas pellet yang baik akan
menghasilkan konversi pakan yang rendah, pertambahan bobot badan yang tinggi,
dan meminimalkan pakan yang terbuang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ukuran partikel (20%), spesifikasi Die (cetakan) dari mesin pellet (15%), dan
pendinginan (5%) (Rasyaf, 2011).
Menurut hasil sejumlah penelitian, manfaat pelleting adalah untuk
memudahkan penanganan pakan dan meningkatkan performans ternak. Pelleting
meningkatkan kepadatan dan daya alir, mencegah pakan tercecer dan
diterbangkan angin, serta meningkatkan konversi ransum.Peningkatan performans
terjadi karena terjadi peningkatan kecernaan, penurunan pemisahan bahan
penyusun ransum, lebih sedikit energi untuk mencerna pakan, serta peningkatan
palatabilitas (Rasyaf, 2011).
2. Cara pembuatan Pellet
Yang dapat ditempuh dalam pembuatan pakan berbentuk pellet, yaitu
secara manual dan atau dengan menggunakan mesin (Feedmill). Pembuatan pakan
secara manual dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Alat
yang dipergunakan adalah sekop (Paddle) atau drum yang dirancang dengan
mengunakan prinsip kerja mixer. Cara yang kedua dengan menggunakan mesin.
Mesin pembuat pakan ini terdiri atas mesin-mesin penggiling (Hammer mill),
mesin penimbang (Weigher), mesin pemusing (Cyclone), mesin
pengangkat/pemindah bahan (Auger, Elevator), mesin penghembus (Blower),
mesin pencampur (Mixer), dan mesin pembuat pellet. Untuk pembuatan pellet
menggunakan alat blower, boiler, mash bin, cooler, die, screw conveyor, mixer,
vibrator dan transporter (Syamsu ,2014).
Menurut Syamsu (2014), Proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap,
a. Proses pendahuluan
Proses pendahuluan bertujuan untuk pemecahan dan pemisahan
bahan-bahan pencemar atau kotoran dari bahan yang akan digunakan. Setelah
seluruh bahan baku disiapkan, tahap selanjutnya adalah menggiling bahan baku
tersebut. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ukuran partikel yang
seragam--berbentuk tepung (mash). Peralatan yang digunakan adalah mesin penggiling
atau penghalus yang bisa digerakkan motor listrik atau motor bakar yang bahan
bakarnya bisa berupa bensin atau solar. Alat ini dikenal dengan nama disk
milldan hammer mill.
Seluruh bahan yang telah digiling ditimbang dengan menggunakan
timbangan duduk.Selanjutnya, bahan–bahan tersebut dicampurkan.
Pencampuran bisa menggunakan berbagai macam mesin pengaduk (mixer),
tipe vertikal, tipe horisontal, drum mixer dan mixer yang biasa digunakan
untuk mengaduk beton atau beton molen. Pencampuran bahan – bahan baku
pakan bisa juga digunakan secara manual dengan menggunakan cangkul atau
sekop dan beralaskan papan.
Untuk bahan baku dengan jumlah sedikit, terlebih dahulu
dilakukan pre-mixing atau pencampuran awal. Bahan yang dicampur pada
tahap awal meliputi vitamin, mineral, kalsium karbonat, asam amino kristal,
pemacu pertumbuhan, koksidiostat dan antioksidan. Penimbangan bahan –
bahan ini harus dilakukan dengan timbangan yang mempunyai tingkat
Minimal diperlukan waktu 15 menit untuk mencampur bahan pakan
dengan menggunakan mesin pencampur jenis beton molen supaya diperoleh
campuran yang merata.Apabila digunakanmixer horisontal, diperlukan waktu
pencampuran lebih singkat.
Tahap akhir pencampuran adalah menambahkan bahan baku cairan,
yaitu minyak kelapa dengan menggunakan sprayer atau penyemprot sambil
terus dilakukan pengadukan. Jika dalam formula pakan diperlukan bahan
bakucair, sebaiknya alat yang digunakan berupa beton molen. Beton molen ini
umumnya mempunyai dua kapasitas volume. Ini berbeda halnya dengan mixer
jenis lain yang mempunyai kapasitas beragam, hingga 1.000 kg campuran
pakan setiap kali pengadukan.
b. Pembuatan pellet
Pembuatan pellet terdiri dari proses pencetakan, pendinginan dan
pengeringan. Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan
pergudangan. Proses penting dalam pembuatan pellet adalah pencampuran
(mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding) dan
pendinginan (cooling).
Proses conditioning dilakukan dengan bantuan steam boiler yang
uapnya diarahkan ke dalam campuran pakan. Apabila penguapan dilakukan
dengan mixer jenis beton molen, proses penguapan dilakukan sambil
mengaduk campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan di atas
suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 80°C. Pengukusan dengan suhu terlalu
kandungan beberapa nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino.
Dalam proses pembuatan pakan ayam ras pedaging, penguapan tidak mutlak
diperlukan. Selama proses kondisioning terjadi penurunan kandungan bahan
kering sampai 20% akibat peningkatan kadar air bahan dan menguapnya
sebagian bahan organik. Proses kondisioning akan optimal bila kadar air
bahan berkisar 15 – 18%.
Sistem kerja mesin pencetak sederhana adalah dengan mendorong
bahan campuran pakan di dalam sebuah tabung besi atau baja dengan
menggunakan ulir (Screw) menuju cetakan (Die) berupa pelat berbentuk
lingkaran dengan lubang – lubang berdiameter 2 – 3 mm, sehingga pakan akan
keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan sistem ini adalah
diperlukannya tambahan air sebanyak 10 – 20% ke dalam campuran pakan,
sehingga diperlukan pengeringan setelah proses pencetakan tersebut.
Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan
menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa
menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet. Di samping itu,
pellet yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat.
Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan kandungan air di
dalam pakan menjadi kurang dari 14%, sesuai dengan syarat mutu pakan
ternak pada umumnya. Proses pengeringan perlu dilakukan apabila pencetakan
dilakukan dengan mesin sederhana. Jika pencetakan dilakukan dengan mesin
hilang, sehingga pellet menjadi kering dan tidak mudah berubah kembali ke
bentuk tepung.
Proses pengeringan bisa dilakukan dengan penjemuran di bawah
terik sinar matahari atau menggunakan mesin. Keduanya memiliki kelebihan
dan kekurangan. Penjemuran secara alami tentu sangat tergantung kepada
cuaca, higienitas atau kebersihan pakan harus dijaga dengan baik, jangan
sampai tercemar debu atau kotoran dan gangguan hewan atau unggas yang
dikhawatirkan akan membawa penyakit. Jika alat yang digunakan mesin
pengering, tentu akan memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yang
cukup tinggi.
c. Perlakuan akhir
Penentuan ukuran pellet disesuaikan dengan jenis ternak.
BAB III
A. Waktu Dan Tempat
Waktu dan tempat yang digunakan dalam praktikum industri pakan
dilaksanakan pada hari Sabtu dan Selasa 18 dan 21 Juni 2016, bertempat di
Laboratorium Animal Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Mash
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan mash atau
konsentrat adalah sebagai berikut :
a. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan (mash) atau konsentrat yaitu :
ayakan atau saringan, pengaduk, blender. timbangan, oven dan baskom.
b. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu: Limbah ikan.
2. Crumble dan Pellet
Adapun alat dan bahan dalam pembuatan crumble adalah sebagai
berikut :
a. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan (Crumble dan pellet) yaitu :
Ayakan untuk Crumble, kompor, mesin cetak (pelting) untuk pembuatan pellet,
oven, panci, pengaduk, timbangan, wadah pencampuran bahan (ember, baskom).
Bahan yang digunakan dalam pembuatan crumble dan pellet yaitu: Air
secukupnya, dedak, jagung giling, konsentrat, mineral/ premix, tepung tapioka/
kanji.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mash
a. Menimbang bahan yang akan di gunakan
b. Mengeringkan bahan tersebut, dengan cara memasukkan kedalam oven
dengan suhu 60 selama 72 jam.
c. Menghaluskan bahan yang sudah kering dengan menggunakan belender dan
mengayat bahan sampai halus
d. Mencampur semua bahan sampai homogen
2. Crumble dan pellet
a. Menimbang bahan yang akan digunakan b. Mencampur semua bahan sampai homogen
c. Menambahkan air secukupnya hingga membentuk adonan dengan kadar air
25-30%
d. Memasak adonan tersebut sampai berwarna kecoklatan sambil diaduk e. Setelak masak angkat adonan dari panci dan siap dicetak.
f. Khusus crumbele, hanya dianyak dan untuk pellet dicetak menggunakan
mesin pencetak pellet
g. Kemudian mengeringkan menggunakan oven atau trik matahari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Mash
No. Klasifikasi Keterangan
1. Warna Krem
2. Rasa Asin
3. Aroma Amis
4. Tekstur Lembut
Sumber: Laboratorium Basic Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pembuatan Crumble
No. Klasifikasi Sebelum Sesudah
1. Warna Coklat kekuningan Coklat kekuningan
2. Rasa Hambar Hambar
3. Aroma Khas dedak Khas pakan
4. Tekstur Kasar Kasar
Sumber: Laboratorium Basic Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pembuatan Pellet
No. Klasifikasi Sebelum Sesudah
1. Warna Coklat kekuningan Coklat kekuningan
2. Rasa Hambar Hambar
3. Aroma Khas dedak Khas pellet
4. Tekstur Kasar Kasar
Sumber: Laboratorium Basic Animal Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
B.Pembahasan
1. Pembuatan Mash
Mash adalah bahan pakan atau campuran bahan berbentuk tepung. Bahan
yang digunakan dalam pembuatan mash yaitu ikan kering yang terlebih dahulu
digiling sebelum dicampurkan dalam pembuatan crumble dan pellet. Tujuan
penggilingan ikan kering tersebut untuk memperkecil dan menghaluskan bahan
baku sehingga permukaannya menjadi lebih luas serta mempermudah dalam
Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tepung ikan memiliki warna
krem, rasa asin, beraroma amis serta tekstur yang lembut. Warna krem ini
tergantung dari lama proses pengeringan ikan, selain itu rasa asin dari tepung ikan
dipengaruhi oleh lama perendaman dalam air garam pada saat proses pengasinan,
aroma amis tepung ikan tergantung dari jumlah garam yang digunakan pada saat
perendaman sebelum dikeringkan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Riansyah,
2013), yang menyatakan bahwa pengolahan dengan cara pemberian garam akan
meningkatkan rasa serta aroma pada produk yang dihasilkan. Selama proses
pengolahan akan terjadi proses hidrolisa protein menjadi asam-asam amino dan
peptida, kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi
komponen-komponen yang berperan dalam pembentukan cita rasa.
2. Pembuatan Crumble
Crumble adalah pakan berbentuk butiran halus yang ukurannya lebih kecil
dari pellet dan merupakan campuran dari beberapa bahan pakan bentuk mash.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada proses pembuatan crumble
bahan yang digunakan yaitu konsentrat berupa tepung ikan 150 gram, jagung
giling 413 gram, dedak padi 517 gram, tepung tapioka dan mineral sebanyak 7,7
gram. Alat yang digunakan berupa timbangan, panci, kompor, baskom, pengaduk,
ayakan, serta oven.
Hasil uji organoleptik pembuatan crumble yaitu sebelum dikeringkan
menggunakan oven berwarna coklat kekuningan dan setelah dikeringkan juga
berwarna coklat kekuningan. Rasa dari crumble sebelum dikeringkan yaitu
sebelum dikeringkan yaitu khas dedak dan setelah dikeringkan memiliki aroma
khas pakan, perubahan aroma terjadi karena pada saat pengeringan menggunakan
oven aroma khas dedak yang terdapat pada crumble ikut menguap bersama
dengan uap air. Tekstur dari crumble sebelum dan sesudah dikeringkan yaitu
kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriyono (2003), yang menyatakan bahwa
kandungan air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi aktivitas metabolisme, aktivitas enzim, aktivitas mikroba dan
aktivitas kimiawi, yaitu terjadinya ketengikan dan reaksi-reaksi non enzimatis,
sehingga menimbulkan perubahan sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan
citarasa serta kandungan nutrisinya.
3. Pembuatan Pellet
Pellet adalah pakan yang dipadatkan sedemikian rupa berbentuk bulat
memanjang dan merupakan campuran dari beberapa bahan pakan bentuk mash.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada proses pembuatan pellet bahan
yang digunakan yaitu konsentrat berupa tepung ikan 150 gram, jagung giling 413
gram, dedak padi 517 gram, tepung tapioka dan mineral sebanyak 7,7 gram. Alat
yang digunakan berupa timbangan, panci, kompor, baskom, pengaduk, mesin
cetak pellet (pelleting) serta oven.
Hasil uji organoleptik pembuatan pellet yaitu sebelum dikeringkan
menggunakan oven berwarna coklat kekuningan dan setelah dikeringkan juga
berwarna coklat kekuningan. Rasa dari pellet sebelum dikeringkan yaitu hambar
dan setelah dikeringkan juga memiliki rasa hambar. Aroma dari pellet sebelum
adanya perubahan aroma ini karena selama proses pengeringan dalam oven terjadi
penguapan kadar air yang menyebabkan perubahan aroma pellet yang tadinya
khas dedak menjadi khas pellet. Tekstur dari pellet sebelum dan sesudah
dikeringkan yaitu kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibun (2005), yang
menyatakan bahwa pengeringan akan menyebabkan tejadinya perubahan warna,
tekstur dan aroma bahan pangan. Pada umumnya bahan pangan yang dikeringkan
akan mengalami pencoklatan (browning) yang disebabkan oleh reaksi-reaksi non
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Cara penyusunan ransum untuk pembuatan pakan mash, crumble dan pellet
yaitu dengan menghitung kebutuhan protein 20% untuk 1 kg menggunakan
metode bujur sangkar dimana PK tepung ikan 55%, PK jagung 10%, PK dedak
12%, sehingga diperoleh hasil yaitu jagung giling sebanyak 413,6 gram, dedak
halus 517 gram, tepung ikan 54 gram, tepung tapioka 7,7 gram dan mineral 7,7
gram.
2. Pembuatan pakan ternak dalam bentuk mash yaitu dengan cara menimbang
bahan yang akan digunakan kemudian mengeringkannya, selanjutnya menggiling
bahan sampai halus menggunakan blender. Pembuatan pakan ternak dalam bentuk
crumble dan pellet yaitu dengan cara menimbang bahan yang akan digunakan
kemudian mencampur semua bahan tersebut sampai homogen, menambahkan air
secukupnya hingga membentuk adonan kemudian memasak adonan tersebut
sampai berwarna kecoklatan sambil sesekali diaduk, setelah masak adonan
diangkat dan siap dicetak. Khusus crumble cukup diayak menggunakan ayakan
dan untuk pellet dicetak menggunakan mesin pelleting. Terakhir mengeringkan
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini yaitu sebaiknya
praktikum selanjutnya bahan digunakan dalam pembuatan pellet ditambah lagi
untuk melengkapi apabila terdapat kekurangan zat nutrisi (gizi) dari salah satu
Lampiran
Diketahui PK tepung ikan 55% dengan maksimal penggunaan 1-10%, PK
yang dibutuhkan dalam pembuatan crumble dan pellet yaitu 20% untuk 1 kg.
Bahan yang digunakan yaitu tepung ikan (konsentrat), tepung jagung, dedak
halus, mineral dan tepung tapioka (PK jagung 10%, PK dedak 12%, PK tepung
ikan 55%, PK yang dibutuhkan 20%). Menggunakan metode bujur sangkar.
Diketahui :
Untuk tepung tapioka dan mineral yang digunakan yaitu masing-masing
Untuk pembuatan 1 kg pakan maka bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu:
Jagung
=
41,36100x
1000 = 413,6 gramDedak = 51,70
100 x 1000 = 517 gram
Tepung ikan = 5,40
100
x
1000 = 54 gramTepung tapioka = 0,77
100 x 1000 = 7,7 gram
Mineral = 0,77
100 x 1000 = 7,7 gram +¿
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K, 2011. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-1. Bogor. Lembaga Satu Gunung Budi.
Bian, Arbian. 2013. Teknik Pengendalian KEAMANAN Bahan Baku dan Pakan di PT. Charoen Pokphan Indonesia. Balaraja Feed Mill Co. Ltd. Laporan Magang. Jurusan ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Intitut Pertanian Bogor. (Tanggal 21 Juni 2016).
Fani, Fanya. 2012.Kriteria Pakan Berkualitas. Jakarta: Universitas Indonesiaa Press.
Hidayat, D. dan Ningrum, S. 2013. Kualitas Dan Kuantitas Tepung Ikan Dalam Ransum Ikan.Prosiding Rapat Teknis Tepung Ikan No. 6/RTTI/1985 hal 85.(Tanggal 20 Juni 2016).
Hakim Lukmanul. 2012. Pengertian Pakan Mash, Pellet dan Crumble.
http://weblight.pengertian_pakan_mash_pellet_dan_crambel.com. (Tangga21 Juni 2016).
Johan, Alian. 2015. Mutu dan Kualitas Pakan.Jakarta: UI Press.
Mulki. 2014. Pemilihan Teknologi Tepung Ikan. Mimbar Ilmiah No. 2/15/2014. (Tanggal 20 Juni 2014)
Syamsu, Jasmal. 2014. Karakteristik Fisik Pakan Itik Bentuk Pellet Yang Diberi Bahan Perekat Berbeda Dan LamaPenyimpanan Yang Berbeda.Jurnal Ilmu Ternak, vol 7 no.2, 128-134.(Tanggal 20 Juni 2014).
Rasyaf. M. 2011. Metode Kuantitatip. Industri Ransum Ternak.Kanisius. Yogyakarta.
Retnani, Yuli. 2013. Alur Industri Pakan dan Mekanisme Kerja.Laporan Penelitian Litbang.ac.id.(Tanggal 20 Juni 2016).
Kartanisastra. 2013. Ilmu Makanan Ternak Umum. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wahyono. 2014. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pustaka, Jakarta.S