• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTARA PERILAKU DENGAN KEJADIAN GINGIVI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANTARA PERILAKU DENGAN KEJADIAN GINGIVI"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peradangan gingiva adalah proses peradangan didalam jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh mikroorganisme yang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingival.1

Peradangan pada gingiva dapat disebabkan oleh faktor plak dan faktor non plak.

Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor plak adalah kebiasaan merokok, teknik menyikat gigi yang tidak tepat sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan plak pada gigi dan gingiva, dan penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara berkepanjangan dimana pada kondisi tersebut, pertumbuhan mikroorganisme secara berlebihan khususnya jamur dan bakteri.2

Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor non – plak adalah seperti infeksi bakteri spesifik, dan infeksi virus atau jamur yang tidak berhubungan dengan reaksi peradangan gingiva yang berhubungan dengan plak.3

Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor plak maupun non-plak memperlihatkan gambaran klinis pada gingiva.

(2)

Karakteristik pada peradangan gingiva yaitu terjadinya perubahan warna pada gingiva, perubahan konsistensi pada gingiva, perubahan klinis dan histopatologis, perubahan tekstur jaringan gingiva, perubahan posisi gingiva, dan perubahan kontur pada gingiva.4

Macam – macam peradangan pada gingiva adalah peradangan pada daerah margin gingiva, peradangan yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi, peradangan gingiva karena resesi gingiva, dan peradangan gingiva karena alergi.5

Peradangan gingiva dikategorikan dalam penyakit rongga mulut yang terjadi pada > 75% populasi. Peradangan gingiva merupakan proses peradangan yang dimulai pada awal masa kanak-kanak.

Sebuah penelitian di Meksiko yang dilakukan oleh Olga Taboada Aranza

tahun 2011 menyatakan bahwa prevalensi dan keparahan peradangan gingiva menunjukkan penyakit ini dimulai pada usia 5 tahun dengan prevalensi sebesar 2% sampai dengan 34% pada anak usia 2 tahun dan 18% sampai dengan 38% pada anak usia 3 tahun.6

Penelitian yang dilakukan oleh Mackler dan Crawford tahun 1973 dan Cox et al tahun 1974 juga menyatakan pada anak pra-sekolah, peradangan gingiva berkembang lebih lambat dibandingkan dengan orang dewasa yang mempunyai plak. Hasil penelitian ini didukung oleh Mattson tahun 1978.

Mattson membandingkan perkembangan peradangan gingiva pada anak pra-sekolah dan dewasa, menemukan kelompok dewasa lebih banyak mengalami peradangan gingiva.7

(3)

prevalensi peradangan gingiva sebesar 81% dan laki-laki lebih banyak mengalami peradangan gingiva daripada perempuan.8

Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan di Bangladesh oleh Masuma Pervin Mishu, Richard Marshall Hubbard, Sejuty Haque, M. Abu

Sayeed, Syed Touseef Imam, Parvin Akhter Khanam, et al tahun 2009

menunjukkan bahwa prevalensi peradangan gingiva lebih tinggi pada siswa -siswi pedesaan sebesar 22,5% daripada daerah perkotaan sebesar 13,9%. Untuk perbandingan kelas sosial, prevalensi peradangan gingiva lebih tinggi pada siswa - siswi dari kelas sosial yang lebih rendah daripada siswa - siswi dari kelas sosial yang lebih tinggi.9

Penelitian di Chiang Mai, Thailand oleh Noochpoung Rakchanok, Dejpitak Amporn, Yoshitoku Yoshida, MD. Harun-Or-Rashid dan Junichi

Sakamoto tahun 2010 juga dilakukan pada wanita hamil dan tidak hamil. Lebih dari 86,2% wanita hamil mengalami peradangan gingiva. Terdapat perbedaan di antara wanita hamil dan tidak hamil berdasarkan peradangan pada gingiva. Wanita hamil 2,2 kali lipat beresiko mengalami peradangan gingiva dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.10

(4)

plak gigi pada anjing beagle sama atau berbeda dengan plak gigi pada manusia. Pemeriksaan mikroba pada anjing beagle dapat dibiakkan untuk menentukan faktor penyebab yang berhubungan dengan peradangan gingiva dan kerusakan jaringan pada penyakit periodontal.11

Penyakit periodontal banyak diderita baik oleh anak – anak maupun usia dewasa. Sebagian besar masalah kesehatan gigi dan mulut tidak sepenuhnya bergantung pada perilaku seseorang.12

Menurut Blum tahun 1974, status kesehatan seseorang termasuk kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, biologi, dan sosial, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Faktor perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi – mulut.13

Perilaku masyarakat tentang pelihara diri terhadap kesehatan gigi, salah satunya diukur dengan variabel menyikat gigi. Walaupun 77,2% masyarakat telah menyikat gigi namun masyarakat yang menyikat gigi sesuai anjuran hanya 8,1 %. Ini terbukti pada masyarakat yang tidak merasakan sakit, dan tidak bertindak apa – apa terhadap penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi, ketidaktahuan, biaya yang tinggi, perilaku dokter gigi yang pasif dan cenderung hanya memberikan pelayanan kuratif.13

(5)

Pada penelitian ini penulis ingin melihat apakah ada hubungan antara perilaku pasien yang datang di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Dg. Sikati dengan kejadian gingivitis pada pasien usia 25 – 45 tahun.

Adapun pemilihan tempat observasi penelitian yaitu di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Dg. Sikati Kandea bagian Periodontologi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Adakah hubungan antara perilaku dengan kejadian gingivitis pada pasien umur 25 - 45 tahun di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Daeng Sikati – Kandea.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku dengan kejadian gingivitis pada pasien usia 25 – 45 tahun di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Halimah Daeng Sikati - Kandea.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Melalui penelitian ini diharapkan :

(6)

bagaimana keadaan lingkungan disekitar tempat tinggal mereka sangat berpengaruh terhadap penyakit pada gigi dan mulut.

1.5 HIPOTESIS

Ada hubungan antara perilaku dengan kejadian gingivitis pada pasien usia 25 -45 tahun di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Daeng Sikati – Kandea.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. GINGIVITIS

Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingival.1

Gingivitis adalah peradangan gingiva. Pada kondisi ini tidak terjadi kehilangan perlekatan. Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva. Peradangan gingiva tidak disertai rasa sakit. 14

Peradangan gingiva disebabkan oleh faktor plak maupun non-plak.14

(7)

yang khas. Keadaan ini dapat disebabkan beberapa penyebab, seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus atau jamur yang tidak berhubungan dengan peradangan gingiva yang berhubungan dengan plak dan peradangan gingiva karena faktor genetik.

Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary gingival fibromatosis, dan beberapa kelainan mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan gingiva. Contoh lesi adalah lichen planus, pemphigoid, pemphigus vulgaris dan erythema multiforme.

Alergi dan trauma merupakan contoh lain dari peradangan gingiva yang tidak disebabkan oleh faktor non-plak. Peradangan gingiva yang tidak disebabkan oleh faktor non-plak sangat relevan, penyebab lesi secara umum merupakan sample penting untuk memahami variasi dari reaksi jaringan yang terdapat pada periodontium.3

Selain faktor plak dan non-plak peradangan gingiva juga disebabkan oleh karena gangguan sistemik dengan perdarahan spontan atau setelah teriritasi. Perdarahannya eksesif dan sulit dikontrol. Adapula karena penggunaan obat tertentu, alergi, terapi radiasi, siklus menstruasi, dan genetik. 15

Keparahan peradangan gingiva akan terus berlanjut akibat penumpukan plak, apabila kebersihan rongga mulut tidak dipelihara.16

(8)

epitelnya lebih sedikit dan lebih tipis bila dibandingkan dengan gingiva yang tidak mengalami perdarahan. Ini berarti terjadinya perdarahan pada gingiva adalah sejalan dengan perubahan histopatologis yang terjadi pada jaringan ikat periodonsium. 17 2.2. MACAM - MACAM GINGIVITIS

2.2.1. Gingivitis marginalis kronis

Merupakan suatu peradangan gingiva pada daerah margin yang banyak dijumpai pada anak, ditandai dengan perubahan warna, ukuran konsistensi, dan bentuk permukaan gingiva. Penyebab peradangan yang paling umum yaitu disebabkan oleh penimbunan bakteri plak. Perubahan warna dan pembengkakan gingiva merupakan gambaran klinis terjadinya gingivitis marginalis kronis.

2.2.2. Eruption gingivitis

Merupakan peradangan yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut, sering terjadi pada anak usia 6-7 tahun ketika gigi permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis berkaitan dengan akumulasi plak.

(9)

Pada pinggiran margin yang tererosi akan terdapat akumulasi plak, sehingga dapat terjadi edema sampai dengan abses.

2.2.4. Gingivitis pada maloklusi dan malposisi

Peradangan disertai dengan perubahan warna gingiva menjadi merah kebiruan, pembesaran gingiva, ulserasi, dan bentuk poket dalam yang menyebabkan terjadinya pus, meningkat pada anak-anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar, kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to edge, dan protrusif.

2.2.5. Gingivitis pada mucogingival problems

Mucogingival problems merupakan salah satu kerusakan atau penyimpangan morfologi, keadaan, dan kuantitas dari gingiva di sekitar gigi antara margin gingiva dan mucogingival junction yang ditandai oleh mukosa alveolar yang tampak tipis dan mudah pecah, susunan jaringan ikatnya yang lepas serta banyaknya serat elastis.

2.2.6. Gingivitis karena resesi gusi lokalisata

Terjadi karena trauma sikat gigi, alat ortodontik, frenulum labialis yang tinggi, dan kebersihan mulut yang buruk.

2.2.7. Gingivitis karena alergi

(10)

bersifat sementara terutama berhubungan dengan perubahan cuaca.5

2.2.8. Gingivitis Artefacta

Peradangan karena perilaku yang sengaja melakukan cedera fisik dan menyakiti diri sendiri. Salah satu penyakit periodontal yang disebabkan oleh adanya cedera fisik pada jaringan gingiva disebut sebagai gingivitis artefakta yang memiliki varian mayor dan minor.

Gingivitis artefakta minor merupakan bentuk yang kurang parah dan dipicu oleh iritasi karena kebiasaan menyikat gigi yang terlalu berlebihan. Kondisi ini juga dapat terjadi akibat menusuk gingiva dengan menggunakan jari kuku atau benda asing lainnya.

Gingivitis artefakta mayor merupakan bentuk yang lebih parah, karena melibatkan jaringan periodontal. Perilaku ini berhubungan dengan gangguan emosional. Peradangan gingiva oleh karena perilaku mencederai diri sendiri terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa dan prevalensinya lebih banyak terjadi pada perempuan.18

(11)

Penyakit periodontal didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal. Sebagian besar penyakit periodontal disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat memengaruhi jaringan periodontal, penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi.14

2.3.1. Acquired Pelicle

Acquired Pelicle merupakan lapisan tipis, licin, tidak berwarna, translusen, aseluler, dan bebas bakteri. Lokasinya tersebar merata pada permukaan gigi dan lebih banyak terdapat pada daerah yang berdekatan dengan gingiva. Jika diwarnai dengan larutan disclosing solution akan terlihat suatu permukaan yang tipis dan pucat bila dibandingkan dengan plak yang lebih kontras warnanya.12

2.3.2. Materi Alba

Materi alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih keabu-abuan yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Tidak mempunyai struktur yang spesifik serta mudah disingkirkan dengan semprotan air, akan tetapi untuk penyingkiran yang sempurna diperlukan pembersihan secara mekanis.

(12)

umum terjadinya peradangan pada gingiva. Efek iritasi oleh materi alba ini disebabkan oleh bakteri serta produk – produknya. Deposit ini perlekatannya kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi. Deposit dapat terlihat jelas tanpa menggunakan larutan disklosing dan cenderung menumpuk pada sepertiga gingival mahkota gigi dan pada gigi yang malposisi.

Deposit ini dapat terbentuk pada permukaan gigi yang baru dibersihkan dalam beberapa jam dan pada waktu tidak digunakan untuk pengunyahan. 12 2.3.3. Food Debris

(13)

2.3.4. Plak gigi

Plak gigi merupakan mikroorganisme pada permukaan gigi yang melekat pada matriks polimer saliva yang berasal dari bakteri. Plak gigi mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk bagian pertahanan pejamu di dalam rongga mulut. Sebagai contoh, penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara berkepanjangan. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan mikroorganisme secara berlebihan khususnya jamur dan bakteri.2

Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur ataupun semprotan air dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diberi dengan larutan disklosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh pigmen – pigmen yang berada dalam rongga mulut. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu – abu, abu – abu kekuningan, dan kuning.12

Komposisi Mikroba Plak Gigi Pada Gingivitis

(14)

peranan penting pada perkembangan peradangan gingiva.19

Peradangan gingiva berhubungan dengan akumulasi plak di sekitar margin gingiva. Kondisi ini menyebabkan perubahan komposisi plak dari mikroflora streptococci menjadi Actinomyces spp. Mikroflora mengalami peningkatan pada jumlah spesies selama perkembangan gingivitis. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia,

Capnocytophaga spp., Eubacterium spp., dan

spirochete pada gingiva yang mengalami peradangan.19

2.3.5. Stain gigi

Pewarnaan pada gigi terjadi melalui 3 cara : (1) stain melekat langsung pada permukaan gigi melalui Acquired Pelicle, (2) stain mengendap pada kalkulus dan deposit lunaak, dan (3) stain bersatu dengan struktur gigi dan bahan tambal. Stain yang melekat langsung pada permukaan gigi dan stain yang mengendap pada kalkulus dapat dihilangkan dengan cara di skeling dan dipoles.

(15)

penumpukan plak sehingga mengiritasi gingiva di sekitarnya.12

2.3.6. Kalkulus

Kalkulus merupakan massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, serta objek lainnya di dalam mulut, seperti restorasi dan gigi geligi tiruan. Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan sering ditemukan pada gigi permanen anak usia muda. Meskipun demikian, pada anak usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa.

Kalkulus dikelompokkan menjadi supragingival dan subgingival. Kalkulus supragingival adalah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan, konsistensinya keras seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskannya dari permukaan gigi dengan skeler.

(16)

terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing, biasanya padat dan keras, berwarna cokelat tua atau hijau kehitam – hitaman, konsistensinya seperti kepala korek api, dan melekat erat ke permukaan gigi. 12

Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor lokal

Peradangan gingiva oleh karena faktor lokal adalah termasuk jenis anatomi dan perkembangan gigi, karies, faktor iatrogenik, gigi malposisi, bernapas melalui mulut, overhanging, gigitiruan sebagian, kurangnya

attached gingiva, dan resesi.

Peradangan yang tergolong kronis ataupun rekuren dipicu oleh trauma mekanis seperti dari penyikatan gigi, menusuk gigi dan menggigit makanan keras, seperti apel.

(17)

terbakar pada gingiva dari makanan panas atau kimia juga dapat meningkatkan perdarahan pada gingiva.4

Peradangan gingiva yang disebabkan oleh perubahan sistemik.

Pada beberapa gangguan sistemik, perdarahan gingiva terjadi secara spontan setelah iritasi. Kondisi tersebut akibat perdarahan abnormal pada kulit, organ internal, dan jaringan lain, termasuk mukosa rongga mulut.

Pengaruh terapi, kontrasepsi oral, kehamilan, dan siklus menstruasi juga dilaporkan sebagai faktor yang mempengaruhi perdarahan pada gingiva.

Beberapa medikasi juga telah ditemukan memiliki pengaruh negatif pada gingiva. Sebagai contoh, antikonvulsan, antihipertensi berupa

calcium channel blocker, dan obat imunosupresan diketahui menyebabkan pembesaran gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan gingiva sekunder.4

Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor hormon

Perubahan hormon seksual berlangsung semasa pubertas dan kehamilan, keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respons terhadap produk-produk plak.

Pada masa pubertas insidensi peradangan gingiva mencapai puncaknya dan perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol plak tetap tidak berubah.

(18)

tetapi tidak dapat hilang kecuali bila dilakukan pengkontrolan plak yang adekut.15

Peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor nutrisi

Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva tampak bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan kemampuan inang melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal oksigen.15

Gingivitis yang disebabkan oleh faktor non-plak

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Bakteri Spesifik

Peradangan gingiva dapat terjadi ketika faktor patogen yang berhubungan dengan non-plak melebihi peranan dari respon daya tahan host. Lesi dapat disebabkan oleh bakteri dan mungkin tidak disertai oleh lesi ditempat lain pada tubuh. Contoh umum dari lesi tersebut yang berkaitan dengan infeksi melalui Neisseria gonorrhea, Treponema pallidum, Sttreptococci, Mycobacterium chelonae atau organisme lain. Manifestasi dari lesi gingiva nampak ulserasi berwarna merah terang yang edematous dan sangat sakit, asimptomatik atau mucous patches, atau gingivitis atypical non ulserasi, peradangan gingiva yang parah. Biopsy dilakukan melalui pemeriksaan mikrobiologi untuk menunjukkan riwayat lesi.20

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Virus Infeksi Virus Herpes

(19)

kanak-kanak dan dapat berkembang menjadi penyakit mukosa rongga mulut yang diikuti dengan periode laten dan kadang – kadang terjadi reaktivasi. Virus herpes simplex type 1 (HSV-!) biasanya menyebabkan manifestasi rongga mulut, sementara virus herpes simplex type 2 (HSV-2) terutama melibatkan infeksi anogenital dan melibatkan infeksi oral.20

Gingivostomatitis Herpetika Primer

Infeksi herpes simplex adalah infeksi virus yang paling umum. Herpes simplex adalah virus DNA dengan derajat infeksi rendah, dimana setelah memasuki epitel mukosa oral, menembus ujung saraf dan dengan transportasi retrograde melalui reticulum endoplasmatik menuju ke ganglion trigeminal dimana virus tersebut dapat menetap selama bertahun-tahun. Virus ini juga telah diisolasi pada lokasi diluar saraf seperti gingival. Virus herpes simplex dapat berperan pada erythema multiforme.

Telah ditemukan virus herpes simplex pada gingivitis, acute necrotizing gingivitis, dan periodontitis.20

Herpes Zooster

(20)

zoster, dengan lesi unilateral setelah saraf terinfeksi. Secara normal reaktivasi mempengaruhi ganglia thoracic pada orang tua atau pasien

immunocompromised. Reaktivasi virus yang berasal dari ganglion trigeminal terjadi sekitar 20%. Jika percabangan kedua atau ketiga dari saraf trigeminal terlibat, peradangan kulit juga dapat muncul bersama dengan peradangan intraoral, atau hanya terjadi peradangan intraoral, sebagai contohnya adalah peradangan yang timbul pada palatum gingiva.20

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Jamur

Infeksi jamur pada mukosa oral mencakup penyakit seperti infeksi

aspergillosis, blastomycosis, candidosis, coccidioidomycocis,

cryptococcosis, histoplasmosis, mucormycosis dan

paracoccidioidomycosis, tetapi beberapa infeksi sangat jarang dan tidak semua infeksi tersebut bermanifestasi sebagai peradangan gingiva.20

Candidosis

(21)

dari berkurangnya sistem pertahanan tubuh termasuk immunodefisiensi, berkurangnya sekresi saliva merokok dan perawatan dengan kortikosteroid. Gangguan flora mikroba oral, seperti setelah terapi dengan antibiotik berspektrum luas, yang dapat menyebabkan oral candidosis.20

Linear Gingival Erythema

Linear Gingival Erythema (LGE) dianggap suatu manifestasi gingival dari immunosupression yang ditandai dengan linear

erythematousband yang terdapat pada free gingiva.

LGE ditandai oleh ketidakseimbangan intensitas peradangan terhadap jumlah plak yang ada. Tidak ditemukan adanya poket atau hilangnya attachment. Karakteristik dari tipe peradangan ini adalah peradangan tidak merespon secara baik pada peningkatan oral higiene atau skeling. Perluasan gingival banding yang diukur berdasarkan jumlah daerah yang terlibat yang telah terbukti bergantung pada penggunaan tembakau. Sementara 15% dari daerah yang terlibat mengalami perdarahan saat probing dan 11% nampak perdarahan spontan, tanda khas dari LGE dianggap sebagai berkurangnya perdarahan saat probing.20

Penyakit Gingiva yang Berasal dari Faktor Genetik Hereditary Gingival Fibromatosis

(22)

ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang- kadang menutupi sebagian besar permukaan, atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari pengangkatan plak secara efektif.20

2.4. GAMBARAN KLINIS GINGIVITIS

Secara umum, gambaran klinis gingivitis adalah adanya tanda klinis berikut: kemerahan, perdarahan akibat stimulasi, perubahan kontur, adanya plak atau kalkulus dan secara radiografi tidak ditemukan kehilangan tulang alveolar. Pemeriksaan histologi jaringan gingiva yang mengalami peradangan menunjukkan ulserasi epitel. Keberadaan radang memberikan pengaruh negatif terhadap fungsi epitel sebagai pelindung. Perbaikan ulserasi epitelium ini bergantung pada aktivitas proliferative atau regenerative sel epitel.4

Gejala klinis gingivitis yang parah adalah termasuk eritema, edema, dan pembesaran hiperplastik. Daerah anterior menunjukkan kondisi yang lebih parah dengan adanya gigi yang berjejal ringan, dan bernapas melalui mulut. Pada saat probing tidak terdapat kehilangan perlekatan, dan poket tidak terdapat di daerah

cementoenamel junction.4

(23)

Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk jumlah dan ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi, dan pigmen di dalam epitel.

Perubahan warna merupakan tanda klinis dari penyakit pada gingiva. Warna gingiva normal adalah merah muda coral dan dihasilkan oleh vaskularitas jaringan dan lapisan epitel. Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang. Warna menjadi pucat ketika keratinisasi mengalami reduksi.

Peradangan kronis menyebabkan warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi. Vena akan memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva akan memberikan kontribusi pada proses peradangan. Perubahan terjadi pada papilla interdental dan margin gingiva, dan menyebar pada

attached gingiva.4 2.5.2. Perubahan Konsistensi

(24)

dinyatakan bahwa pada gingivitis kronis, perubahan destruktif atau edema dan reparative atau fibrous terjadi secara bersamaan, dan konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.4 2.5.3. Perubahan Klinis dan Histopatologis

Pada peradangan gingiva, perubahan histopatologi menyebabkan perdarahan gingiva akibat dilatasi, pembengkakan kapiler, dan

2.5.3.1. Perubahan Klinis dan Histopatologis Konsistensi Gingiva

(25)

2.5.4. Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva

Permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling

terbatas pada attached gingiva dan secara dominan terdapat pada daerah subpapila, tetapi meluas sampai ke papilla interdental. Secara biologis

stippling pada gingiva tidak diketahui, beberapa Perubahan Klinis Gambaran Mikroskopis

Gingivitis Akut

1. Pembengkakan dan gingiva yang lunak. 2. Debris berwarna

keabu-abuan.

3. Pembentukan vesikel.

1. Edema yang berasal dari peradangan akut.

2. Nekrosis dengan pembentukan membran yang terdiri dari

bakteri, leukosit

polimorfonuklear, dan degenerasi epitel fibrous.

(26)

peneliti menyimpulkan bahwa kehilangan stippling

merupakan tanda awal dari terjadinya gingivitis. Pada peradangan kronis, permukaan gingiva halus dan mengkilap atau kaku, tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik. Tekstur permukaan yang halus juga dihasilkan oleh atropi epitel pada gingivitis, dan permukaan yang rupture terjadi pada gingivitis kronis. Hiperkeratosis dengan tekstur kasar, dan pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat obat akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.4

2.5.5. Perubahan Posisi Gingiva

(27)

erosi atau ulserasi, dan eritema merupakan gambaran umum. Sedangkan pada kasus kronis, terjadi dalam bentuk resesi gingiva.4

2.5.6. Perubahan Kontur gingiva

Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan pembesaran gingiva, tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain.

Ketika resesi ke apikal, celah menjadi lebih lebar, dan meluas ke permukaan akar. Ketika lesi mencapai mucogingival junction, mukosa rongga mulut mengalami peradangan karena kesulitan untuk mempertahankan kontrol plak yang adekuat pada daerah ini. Istilah McCall festoon telah digunakan untuk menggambarkan penebalan pada gingiva yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival junction.4

2.6. MEKANISME TERJADINYA GINGIVITIS

Patogenesis gingivitis terdapat empat tipe lesi yang berbeda. Keempatnya adalah lesi awal, lesi dini, lesi mapan, dan lesi lanjut. Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk waktu yang lama. Selain itu, dapat terjadi pemulihan secara spontan atau disebabkan oleh karena perawatan.21

(28)

Pada tahap ini plak mulai berakumulasi ketika kebersihan rongga mulut tidak terjaga. Untuk beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri

cocci dan batang gram positif, lalu hari berikutnya organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau bakteri gram negatif. Dalam beberapa hari, gingivitis ringan mulai terjadi pada tahap ini.19 2.6.2. Lesi dini atau early lesion

Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi karena proliferasi kapiler dan meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel sulkus menipis atau terbentuk ulserasi. Pada tahap ini mulai terjadi perdarahan pada probing. Ditemukan 70% jaringan kolagen sudah rusak terutama di sekitar sel – sel infiltrat. Neutrofil keluar dari pembuluh darah sebagai respons terhadap stimulus kemotaktik dari komponen plak, menembus lamina dasar ke arah epitelium dan masuk ke sulkus. Dalam tahap ini fibroblast jelas terlihat menunjukkan perubahan sitotoksik sehingga kapasitas produksi kolagen menurun.22

2.6.3. Lesi mapan atau established lesion

(29)

padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau rusak sehingga aliran darah menjadi lambat. Terlihat perubahan warna kebiruan pada gingiva. Sel – sel darah merah keluar ke jaringan ikat, sebagian pecah sehingga hemoglobin menyebabkan warna daerah peradangan menjadi gelap. Lesi ini dapat disebut sebagai peradangan gingiva moderat hingga berat. Aktivitas kolagenolitik sangat meningkat karena kolagenase banyak terdapat di jaringan gingiva yang diproduksi oleh sejumlah bakteri oral maupun neutrofil. 22

2.6.4. Lesi lanjut atau lesi advanced

(30)

2.7. BAKTERI YANG BERPERAN PADA GINGIVITIS Mayoritas penyakit periodontal disebabkan oleh mikroorganisme yang berada pada atau dibawah margin gingiva. 4

Pada gingiva sehat bakteri terdiri atas gram positif. Terbanyak adalah dari Actinomyces dan Streptococcus.15

Jika keseimbangan bakteri normal terganggu, akan terjadi pergeseran komposisi plak sehingga jumlah bakteri anaerob gram negatif meningkat. Pada gingivitis tidak terjadi kerusakan pada perlekatan jaringan, namun secara histologis sudah terjadi kehilangan kolagen pada jaringan ikat. Pada keadaan seperti ini bakteri Prevotella intermedia (Pi) dan Prevotella nigrescens

subgingival meningkat. Hal ini jelas pada keadaan pregnan karena estrogen dan progesteron yang banyak dalam jaringan ikat gingiva digunakan oleh Pi untuk tumbuh sebagai pengganti vitamin K yang merupakan faktor penumbuh penting bagi bakteri.15

2.8. MEKANISME AKSI BAKTERI PADA GINGIVITIS  Invasi

Terjadinya gingivitis tidak selalu didahului oleh invasi bakteri. Syarat utama adalah adanya bakteri patogen spesifik yang melekat ke permukaan gigi disekitar gingiva. Tidak ada organisme spesifik atau kelompok organisme tertentu yang secara positif atau khusus diidentifikasi sebagai penyebab kerusakan jaringan periodontal, tetapi ada beberapa mikroorganisme yang ditemukan pada kondisi penyakit periodontal tertentu. Telah dibuktikan bahwa pada keadaan ini terjadi invasi bakteri ke jaringan ikat.

(31)

Endotoksin yaitu substansi lipopolisakarida yang terdapat dalam dinding sel bakteri gram negatif, yang dapat menjadi penyebab langsung nekrosis jaringan, selain sebagai pencetus terjadinya proses peradangan dengan memicu respons imunologik. Pada penelitian kultur jaringan, endotoksin yang terdapat pada mikroorganisme tertentu di dalam mulut merangsang terjadinya resorpsi tulang.

 Enzim

Enzim kolagenase menguraikan fibril dan serabut kolagen, elemen utama pembentuk gingiva dan ligamen periodonsium. Leukosit memproduksi kolagenase dan terdapat dalam jumlah besar pada peradangan gingiva tahap awal.

 Mekanisme imunopatologi

Penelitian membuktikan bahwa sejumlah antigen plak menginduksi peradangan dengan merangsang respons imunologik pada binatang percobaan. Baik respons imun humoral maupun selular dapat ditemukan pada penderita periodontitis.

 Aksi gabungan

Terdapat lebih dari satu mekanisme yang terlibat dalam inisiasi dan perkembangan penyakit periodontal. Sebagai contoh, bahwa enzim dan substansi sitotoksik bakteri menimbulkan efek langsung terhadap jaringan sulkular dan subsulkular dengan cara mencetuskan respons imunopatologi secara tidak langsung.14

(32)

 Merokok

Plak gigi sebagai pemicu terjadinya gingivitis merupakan kondisi yang terjadi pada anak- anak dan orang dewasa. Menurut penelitian muller dkk tahun 2002 setelah diamati selama enam bulan pada kelompok perokok ditemukan lebih banyak plak supragingiva dibandingkan yang bukan perokok. Sedangkan menurut penelitian dari calsina dkk tahun 2002 resesi gingiva yang lebih parah terjadi pada kelompok perokok dibandingkan kelompok yang berhenti merokok dan bukan perokok, bahkan pada perokok berat terdapat peningkatan terjadinya resesi gingiva sebanyak 2,3%. Resesi pada perokok disebabkan karena adanya vasokonstriksi dan berkurangnya respon peradangan yang disebabkan oleh nikotin dari rokok yang masuk ke dalam aliran darah. Hal ini juga menyebabkan pada kelompok perokok ditemukan perdarahan pada saat probing dibandingkan kelompok yang bukan perokok atau yang berhenti merokok.23

 Waktu penyikatan gigi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prijantojo tahun 1996

(33)

 Jenis sikat gigi yang digunakan

Sikat gigi merupakan salah satu fisioterapi oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut. Dapat ditemukan beberapa macam jenis sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk. Bulu sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, panjang, dan kepadatan. Walaupun banyak jenis sikat gigi tetapi harus diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut seperti kenyamanan bagi setiap individu meliputi ukuran, tekstur, dan bulu sikat, mudah digunakan, mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak lembab, awet dan tidak mahal, bulu sikat lembut tetapi cukup kuat dan tangkainya ringan, dan ujung bulu sikat membulat.12

 Frekuensi penyikatan gigi

Frekuensi pembersihan gigi banyak dihubungkan dengan efektifitas terjadinya pembentukan plak dan kesehatan gingiva. Pembentukan plak lebih banyak terjadi pada kelompok yang jarang melakukan pembersihan gigi daripada kelompok yang sering melakukan pembersihan gigi. Demikian juga pembentukan kalkulus lebih rendah pada kelompok yang sering melakukan pembersihan gigi.24

 Teknik menyikat gigi

(34)

Kebanyakan teknik menyikat gigi telah ditetapkan sebagai metode yang efisien dan efektif untuk membersihkan gigi. Teknik menggosok menjadi metode paling mudah dan paling sering dalam menyikat gigi. Pasien dengan penyakit periodontal diajarkan untuk menggunakan teknik penyikatan sirkular dengan menggunakan gerakan vibrasi untuk meningkatkan akses pada daerah gingiva.

Metode yang dianjurkan adalah Teknik Bass karena teknik ini menekankan penempatan bulu sikat secara sulkular. Ujung bulu sikat pada margin gingiva untuk mencapai plak supragingiva dengan menggunakan gerakan yang terkontrol untuk mencegah trauma.4

 Kebiasaan menusuk gigi

Kebiasaan menusuk gigi untuk membersihkan gigi dapat mengakibatkan terjadinya keradangan gingiva. Dari peradangan inilah yang akan menyebabkan terjadinya gingivitis.24

 Obat-obatan atau medikasi

Beberapa medikasi dapat berpengaruh buruk terhadap gingiva. Sebagai contoh, obat-obatan antikonvulsan seperti fenitoin, antihipertensi , dan obat imunosupresan seperti siklosporin yang menyebabkan pembesaran gingiva sehingga berakibat gingiva mudah berdarah. Dikatakan bahwa gingivitis terjadi sebagai respons terhadap akumulasi plak yang tidak terkontrol.5

(35)

Pada individu yang mengkonsumsi fenitoin, pertumbuhan gingiva secara berlebih dapat dihilangkan dengan kebersihan rongga mulut individu secara tepat. Pertumbuhan gingiva berlebih terkadang tidak dapat mengembalikan jaringan periodonsium kembali menjadi normal. Pertumbuhan gingiva yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan pasien untuk membersihkan gigi secara adekuat, dan menyebabkan terjadinya masalah estetik dan fungsional.

Pada pasien dengan pertumbuhan gingiva berlebihan, pembedahan untuk rekonturisasi dapat dilakukan untuk mempertahankan lingkungan pada rongga mulut. Penanganan post-operatif setelah reseksi jaringan penting untuk dilakukan.

Rekurensi terjadi pada kebanyakan pasien dengan pertumbuhan gingiva berlebihan akibat obat.Pada pasien tersebut, konsultasi dengan dokter umum dapat disarankan untuk menentukan apakah memungkinkan untuk menggunakan terapi obat alternatif yang tidak menyebabkan pertumbuhan gingiva secara berlebihan. Jika tidak, pembedahan atau non-bedah dibutuhkan.25

2.11. PERAWATAN PADA GINGIVITIS

(36)

dalam bidang kedokteran gigi, perawatan untuk peradangan gingiva harus menekankan penjagaan oral higiene. Pembuangan plak dan semua faktor retensinya harus diutamakan dan dituntaskan segera.15

Berikut perawatan yang dapat dilakukan pada peradangan gingiva yaitu :

1. Skeling dan Root Planing

Skeling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses membuang sisa – sisa kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk menghasilkan permukaan akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama skeling dan root planing adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak maupun kalkulus dari permukaan gigi.12

(37)

yaitu : anatomi akar gigi, furkasi, dan kedalaman

probing.25 Beberapa minggu setelah root planing, evaluasi ulang harus dilakukan untuk melihat respon perawatan.25

Instrumen skeling, root planning, dan kuretase digunakan untuk pembersihan plak dan deposit yang terkalsifikasi pada mahkota dan akar gigi, dan pembersihan jaringan lunak yang membentuk poket. Instrument skeling dan kuretase diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Skeler sickle merupakan instrumen berat yang digunakan untuk membersihkan kalkulus supragingiva.

b. Kuret merupakan instrumen yang digunakan untuk skeling subgingiva, root planning, dan pengangkatan jaringan lunak yang membentuk poket.

(38)

Dalam suatu penelitian mengenai kebiasaan menyikat gigi di Amerika menunjukkan hanya 60% masyarakat melakukannya dengan ketat. Hasil ini menunjukkan pentingnya motivasi dan penyuluhan tentang penjagaan kebersihan mulut. Selain itu kesempurnaan hasil penyikatan lebih penting daripada teknik penyikatannya.22

3. Flossing

Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa hanya 25% masyarakat terbiasa melakukannya. Flossing bermanfaat untuk membuang plak dari daerah proksimal yang tidak dapat dicapai oleh penyikatan gigi. Telah terbukti bahwa flossing daerah proksimal dapat mengurangi terjadinya peradangan dan perdarahan gingiva pada orang dewasa.22

Flossing sebagai alat yang berguna untuk menentukan status peradangan gingiva interproksimal pada anak, khususnya pada kondisi kesehatan gingiva.26 4. Berkumur dengan obat

(39)

saja. Jadi obat kumur tetap paling efektif terhadap plak supragingiva.22

5. Irigasi gingiva

Air yang digunakan sebagai irigator selain berhasil membuang partikel makanan, juga dapat membuang produk bakteri sehingga lebih efektif daripada berkumur. Irigasi ini bermanfaat karena dapat dilakukan ke dalam sulkus maupun poket sehingga ditemukan jumlah spesies Actinomyces maupun Bacteroides dapat berkurang.22

Selain itu Peradangan gingiva juga dapat dihilangkan dengan penggunaan irigasi subgingiva tunggal selama empat minggu berupa klorheksidin atau larutan saline.27

6. Pengurutan gingiva

Mengurut gingiva dengan sikat gigi menyebabkan penebalan epitel, peningkatan keratinisasi dan aktivitas mitotik dalam epitel dan jaringan ikat, serta terbuangnya plak. Semua keadaan ini meningkatkan kesehatan gingiva sehingga dapat dianjurkan untuk melakukan terapi pada gingiva yang mudah berdarah.22 2.12. INDEKS YANG DIGUNAKAN PADA GINGIVITIS

Banyak index yang dapat digunakan untuk menilai gingivitis oleh King tahun 1945, master dan Schour tahun 1949, dan Muhlemen dan Mazor tahun 1958.

(40)

 Sulcus bleeding index oleh Muhlemen & Son tahun 1971

SBI merupakan perdarahan pada sulkus setelah probing seperti terjadi eritema, pembengkakan dan edema. Hal ini umumnya menunjukkan secara terpisah antara papilla (P) dan gingival margin (M). SBI telah digunakan pada berbagai studi tetapi berlaku juga untuk pasien dalam praktik.19

 Gingival index oleh Loe dan Silness tahun 1963

Indeks gingiva oleh Loe H dan Silness J tahun 1963 digunakan untuk memeriksa keparahan gingivitis pada gigi indeks 16, 12, 24, 36, 32, 44. Jaringan sekitar tiap gigi dibagi ke dalam empat unit penilaian gingiva, papilla distal-fasial, margin fasial, papilla mesial-fasial, dan margin gingiva lingual keseluruhan. Probe poket periodontal dapat digunakan untuk memeriksa perdarahan pada jaringan.28

Gingival indeks adalah indeks kesehatan gigi. Indeks gingival diusulkan pada tahun 1963 sebagai metode untuk menilai keparahan dan kuantitas peradangan gingiva pada pasien. Hanya gingiva yang dapat dinilai dengan Gingival Indeks. Menurut metode ini, bagian dari facial, mesial, distal dan lingual dinilai untuk peradangan dan diberi skor 0 sampai 3. Untuk menilai tingkat keparahan peradangan gingiva dapat dilakukan dengan menjalankan probe periodontal sepanjang dinding jaringan lunak dari celah gingival.4

(41)

1. Gingiva normal; tidak ada keradangan, tidak ada perubahan warna, dan tidak ada perdarahan.

2. Inflamasi ringan; sedikit perubahan warna, sedikit edema. Tidak ada perdarahan waktu penyondean.

3. Inflamasi sedang; kemerahan, edema, dan mengkilat. Perdarahan pada waktu penyondean.

4. Inflamasi parah; kemerahan yang nyata dan edema, ulserasi. Kecenderungan perdarahan spontan.12

Penilaian total skor untuk Gingival Indeks sebagai berikut : 28

1. Gingivitis ringan = 0,1 – 1,0 2. Gingivitis moderat = 1,1 – 2,0 3. Gingivitis parah = 2,1 -3,0  Papilla Bleeding Index oleh Muhlemann tahun 1975.

PBI merupakan indikator peradangan gingiva pada pasien dan telah terbukti berguna untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan selama terapi periodontal. PBI juga dapat berfungsi sangat baik untuk memotivasi pasien terhadap OH yang baik. Perdarahan pada saat probing menunjukkan bahwa probe menembus poket dan mencapai vaskularisasi dibawah jaringan epitel.19

 Papillary Bleeding Score (PBS)

Penilaian ini dilakukan oleh Stim-U-dent® Loesche tahun 1979. PBS dibagi berdasarkan Indeks Gingiva menurut Löe dan Silness tahun 1963 menjadi :

Kriterianya adalah :

(42)

1 =Edema, gingiva memerah, tidak terjadi perdarahan pada bagian interproksimal.

2 = Perdarahan pada daerah interproksimal. 3 = Perdarahan sepanjang margin gingiva.

4 = Perdarahan berkelanjutan pada bagian interproksimal.

5 = Peradangan parah, kemerahan, edema, dan cenderung terjadi perdarahan yang spontan.29

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL YANG DITELITI

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka, maka telah diidentifikasi beberapa variabel, baik independen (Perilaku) maupun dependen (Gingivitis).

(43)

1. Perilaku adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang dapat diamati, ataupun digambarkan oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.

2. Plak adalah mikroorganisme yang dapat menjadi penyebab utama terjadinya penyakit periodontal.

3. Kalkulus adalah massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi. Kalkulus adalah plak kalsifikasi.

(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. JENIS PENELITIAN BERDASARKAN

a. Ruang lingkup penelitian : Klinis

b. Waktu penelitian : Transversal (cross- sectional) c. Substansi : Dasar

d. Analisis data : Analitik e. Adanya perlakuan : Observasional

(45)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross- sectional, dimana penelitian dilaksanakan hanya satu kali kunjungan dan tidak berkelanjutan ( follow up).

4.3. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini adalah Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kandea Bagian Periodontologi.

4.4. WAKTU PENELITIAN

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2012 sampai bulan Juli 2012.

4.5. POPULASI DAN SAMPEL

a. Populasi : Pasien gingivitis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Daeng Sikati Kandea-Makassar.

b. Sampel : Pasien gingivitis usia 25 - 45 tahun yang berada di bagian periodontologi RSGM Halimah Dg. Sikati Kandea-Makassar.

(46)

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu dimana sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitian dan berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri.

4.7. JUMLAH SAMPEL

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 30 orang.

4.8. KRITERIA SAMPEL a. Kriteria inklusi

Setiap pasien gingivitis usia 25- 45 tahun di bagian Periodontologi RSGM Kandea yang terpilih dan bersedia diperiksa dan yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel.

b. Kriteria eksklusi

Setiap pasien gingivitis usia 25 - 45 tahun di bagian Periodontologi RSGM Kandea yang mengkonsumsi obat - obatan, dalam keadaan hamil, dan mempunyai oral higiene (OH) yang buruk.

4.9. VARIABEL

a. Variabel sebab/ independen : Perilaku pasien b. Variabel akibat/ dependen : Gingivitis

c. Variabel penghubung : Proses akumulasi plak dan kalkulus

(47)

1. Perilaku adalah perbuatan/tindakan seseorang yang dapat diamati, ataupun digambarkan oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.

Perilaku disini yaitu Merokok , Waktu penyikatan gigi, Jenis sikat gigi yang digunakan, Frekuensi penyikatan gigi, Teknik menyikat gigi, Kebiasaan menusuk gigi, Obat-obatan / medikasi yang digunakan.

2. Gingivitis adalah salah satu tanda dari adanya inflamasi pada jaringan gingiva. Gingivitis disini ditandai dengan adanya perubahan warna dan kontur gingiva, permukaan mengkilat, adanya pembengkakan, perdarahan spontan, dan tidak ada rasa sakit. Pasien gingivitis yang diambil sebagai sampel disini adalah pasien gingivitis usia 25 - 45 tahun.

4.11. ALAT DAN BAHAN

1. Diagnostik set ( pinset, mirror, ekskavator, dan sonde) 2. Handskun

3. Masker 4. Betadine 5. Gelas kumur 6. Air kumur

7. Alat tulis menulis 8. Tampon atau kapas

4.12. KRITERIA PENELITIAN

Indeks Gingival pertama kali diusulkan pada tahun 1963 untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya peradangan gusi pada seseorang atau pada subjek di kelompok populasi yang besar. GI hanya menilai keradangan gusi.

(48)

Kriteria keparahan kondisi gingival dapat terlihat pada tabel berikut : Nilai atau skor indeks gingival

Perdarahan dinilai dengan cara menelusuri dinding margin gusi pada bagian dalam saku gusi dengan probe periodontal. Skor keempat area selanjutnya dijumlahkan dan dibagi empat, dan merupakan skor gingival untuk gigi yang bersangkutan. Dengan menjumlahkan seluruh skor gigi dan dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa, akan didapat skor GI seseorang.

Kriteria Penilaian Indeks Gingival Skor Keadaan Gingiva

0 gingiva normal; tidak ada keradangan,tidak ada perubahan warna, dan tidak ada perdarahan

1 peradangan ringan ; terlihat ada sedikit perubahan warna dan sedikit edema, tetapi tidak ada perdarahan saat probing.

2 peradangan sedang ; warna kemerahan, adanya edema, dan terjadi perdarahan pada saat probing.

3 peradangan berat; warna merah terang atau merah menyala, adanya edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan.

Kriteria Skor

(49)

Untuk memudahkan pengukuran, dapat dipakai enam gigi terpilih yang digunakan sebagai gigi indeks. Yaitu molar pertama kanan atas, insisivus pertama kiri atas, premolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisivus pertama kanan bawah, dan premolar pertama kanan bawah.

Gigi – gigi indeks tersebut dikenal dengan nama Ramfjord Teeth.

Penilaian dan perhitungan skor Gingival Indeks (GI) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Skor Gingiva Indeks Gingival =

Jumlah Indeks Gigi x Jumlah Permukaan yang diperiksa

4.13. DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer didapatkan langsung di klinik pada saat melakukan observasi terhadap penelitian tersebut, pendataan tersebut langsung di catat pada tiap sampel yang diperiksa.

4.14. ANALISIS DATA

Data yang digunakan berbentuk frekuensi. Menggunakan uji chi-square yang merupakan uji beda yang dinyatakan dalam keterhubungan antar variabel.

(50)

a. Memilih bagian Periodontologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kandea sebagai lokasi penelitian.

b. Sampel adalah pasien bagian Periodontologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kandea

c. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner kepada pasien untuk mengetahui perilaku pasien sehari- harinya.

d. Pemeriksaan status gigi-geligi dengan menggunakan metode dan kriteria indeks.

e. Mencatat semua data dan pengolahan data dilakukan secara manual.

f. Dari hasil pengolahan data didapatkan hasil penelitian kemudian, pembahasan dan penarikan kesimpulan.

Penentuan lokasi penelitian

Pengambilan sampel

Analisis data

(51)

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Halimah Dg. Sikati Kandea – Makassar. Responden semuanya adalah pasien umur 25 – 45 tahun yang menderita gingivitis sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan melakukan pemeriksaan gigi geligi untuk mengetahui dan menilai keparahan dan kuantitas peradangan gingiva pada pasien.

Tabel 5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel di atas jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 responden. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden (43.3%) sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 17 responden (56.7%), dengan frekuensi tertinggi pada perempuan sebanyak 17

Karakteristik Responden n % Jenis Kelamin

Laki – Laki 13 43.3 Perempuan 17 56.7

Jumlah 30 100.0

(52)

responden (56.7%) dan frekuensi terendah pada laki – laki sebanyak 13 responden (43.3 %).

Tabel 5.1.2Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia

(53)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa yang bekerja sebagai asisten dosen, buruh harian, karyawan, penjahit, dan tukang kayu masing-masing sebanyak 1 responden (3.3%), mahasiswa sebanyak 6 responden (20.0%), PNS sebanyak 3 responden (10.0%), Wiraswasta sebanyak 7 responden (23.3%) dan yang tidak bekerja sebanyak 9 responden (30.0%).

Tabel 5.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku

Dari tabel diatas terdapat variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu perilaku. Pada tabel di atas terdapat variabel perilaku yang terdiri dari dua kategori yaitu sikap positif sebanyak 19 responden (63.3%) dan sikap negatif sebanyak 11 responden (36.7%).

Tabel 5.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Skor Gingival Indeks Variabel n %

Perilaku

Positif 19 63.3 Negatif 11 36.7

Jumlah 30 100.0

Variabel n %

Gingival Indeks

(54)

Pada tabel diatas untuk skor Gingival Indeks terdiri dari dua kategori yaitu peradangan ringan sebanyak 15 responden (50.0%) dan peradangan sedang sebanyak 15 responden (50.0%).

(55)

1 pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku. Pada pertanyaan I, yang menjawab 1 sebanyak 1 responden (3.3%), yang menjawab 2 sebanyak 22 responden (73.4%), dan yang menjawab pilihan jawaban 3 sebanyak 7 responden (23.3%).

Pada pertanyaan II, yang menjawab 1 sebanyak 1 responden (3.3%), tidak ada yang memilih jawaban 2, yang menjawab 3 sebanyak 6 responden (20.0%), dan yang menjawab pilihan jawaban 4 sebanyak 23 responden (76.7%).

(56)

Pada pertanyaan IV, yang menjawab 1 sebanyak 1 responden (16.7%) dan yang menjawab 2 sebanyak 5 responden (83.3%).

Pada pertanyaan V, yang menjawab 1 sebanyak 16 responden (53.3%) dan yang menjawab 2 sebanyak 14 responden (46.7%).

Pada pertanyaan VI, yang menjawab 1 sebanyak 21 responden (70.0%), yang menjawab 2 sebanyak 7 responden (23.3), tidak ada yang menjawab dengan pilihan jawaban 3, dan yang memilih jawaban 4 sebanyak 2 responden (6.7%).

Pada pertanyaan VII, yang menjawab 1 sebanyak 3 responden (10.0%) dan yang menjawab 2 sebanyak 27 responden (90.0%).

Pada pertanyaan VIII, yang menjawab 1 sebanyak 30 responden (100.0%) dan tidak ada yang memilih jawaban 2.

Pada pertanyaan IX, yang menjawab 1 sebanyak 19 responden (63.3%) dan yang menjawab 2 sebanyak 11 responden (36.7%).

Pada pertanyaan X, yang menjawab 1 sebanyak 26 responden (86.7%) dan yang menjawab 2 sebanyak 4 responden (13.3%).

Pada pertanyaan XI, yang menjawab 1 sebanyak 22 responden (73.3%) dan yang menjawab 2 sebanyak 8 responden (26.7%).

Pada pertanyaan XII, yang menjawab 1 sebanyak 29 responden (96.7%) dan yang menjawab 2 sebanyak 1 responden (3.3%).

(57)

Pada pertanyaan XIV, yang menjawab 1 sebanyak 1 responden (3.3%) dan yang menjawab 2 sebanyak 29 responden (96.7%).

Pada pertanyaan XV, yang menjawab 1 sebanyak 18 responden (40.0%), dan yang menjawab 2 sebanyak 12 responden (60.0%).

Tabel 5.1.7 Tabulasi Silang Antara Perilaku Dengan Skor Gingival Indeks Responden

Jumlah 15 50.0 15 50.0 30 100.0

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden sebanyak 30 responden (100.0). Perilaku positif sebanyak 19 responden dimana berdasarkan skor Gingival Indeks pada peradangan ringan sebanyak 13 responden (68.4%) dan skor Gingival Indeks pada peradangan sedang sebanyak 6 responden (31.6%). Perilaku negatif sebanyak 11 responden berdasarkan skor Gingival Indeks pada peradangan ringan sebanyak 2 responden (18.2%) dan skor Gingival Indeks pada peradangan sedang sebanyak 9 responden (81.8%).

(58)

nilai 0.484 yang berarti bahwa kekuatan hubungan antara perilaku dengan skor Gingival Indeks adalah sedang dengan arah positif yang bermakna ketika perilaku positif maka skor Gingival Indeks ringan dan begitupun sebaliknya.

(59)

Penyakit gigi dan mulut terutama penyakit periodontal, masih banyak diderita baik oleh anak – anak maupun usia dewasa. Sebagian besar masalah kesehatan gigi dan mulut dapat dicegah. Kesehatan gigi dan mulut tidak sepenuhnya bergantung pada perilaku seseorang.16

Menurut Blum tahun 1974, status kesehatan seseorang termasuk kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan

yang terdiri dari lingkungan fisik, biologi, dan sosial, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Faktor perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi – mulut.17

Perilaku masyarakat tentang pelihara diri terhadap kesehatan gigi, salah satunya diukur dengan variabel menyikat gigi. Walaupun 77,2% masyarakat telah menyikat gigi namun masyarakat yang menyikat gigi sesuai anjuran hanya 8,1 %. Ini terbukti pada masyarakat yang tidak merasakan sakit, dan tidak bertindak apa – apa terhadap penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi, ketidaktahuan, biaya yang tinggi, perilaku dokter gigi yang pasif dan cenderung hanya memberikan pelayanan kuratif.17

(60)

satu tahun, akibat sakit gigi. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut, walaupun tidak menimbulkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas kerja.17

Perilaku dapat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku menyikat gigi yang baik tentu dapat mengendalikan salah satu faktor dalam proses terjadinya penyakit periodontal khususnya peradangan pada gingiva.

Dalam penelitian ini, perilaku berhubungan dengan peradangan pada

gingiva. Mengenai hasil yang bermakna ini menurut penulis pasien yang menjadi

responden memiliki perilaku yang baik terhadap kesehatan giginya. Perilaku yang dimiliki sangat bernilai positif terhadap kesehatan giginya.

Hasil penelitian pada tabel 1 sebanyak 30 responden yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden (43.3%) sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 17 responden (56.7%), dengan frekuensi tertinggi pada perempuan sebanyak 17 responden (56.7%) dan frekuensi terendah pada laki – laki sebanyak 13 responden (43.3 %).

(61)

Untuk responden yang berumur 25 – 27 tahun sebanyak 9 responden. Dimana 9 responden tersebut sebanyak 5 responden menderita peradangan ringan dan sebanyak 4 responden menderita peradangan sedang. Untuk responden yang berumur 28 – 30 tahun sebanyak 9 responden. Dimana sebanyak 6 responden menderita peradangan ringan dan sebanyak 3 responden menderita peradangan sedang. Untuk responden yang berumur 31 – 33 tahun sebanyak 4 responden. Sebanyak 2 responden menderita peradangan ringan dan 2 responden menderita peradangan sedang. Untuk responden yang berumur 34 – 36 tahun sebanyak 1 responden dengan peradangan sedang. Untuk responden yang berumur 37 – 39 tahun sebanyak 1 responden dengan peradangan sedang. Untuk responden yang berumur 40 – 42 tahun sebanyak 3 responden. Sebanyak 1 responden menderita peradangan ringan dan sebanyak 2 responden menderita peradangan sedang. Dan untuk responden yang berumur 43 – 45 tahun sebanyak 3 responden. Sebanyak 1 responden menderita peradangan ringan dan sebanyak 2 responden menderita peradangan sedang.

(62)

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa responden dengan perilaku positif sebanyak 19 responden (63.3%) dan responden dengan perilaku negatif sebanyak 11 responden (36.7%).

Pada tabel 5 responden dengan peradangan ringan sebanyak 15 responden (50.0%) dan responden dengan peradangan sedang sebanyak 15 responden (50.0%).

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah responden sebanyak 30 responden (100.0). Responden dengan perilaku positif sebanyak 19 responden dimana berdasarkan skor Gingival Indeks pada peradangan ringan sebanyak 13 responden (68.4%) dan skor Gingival Indeks pada peradangan sedang sebanyak 6 responden (31.6%). Sedangkan perilaku negatif sebanyak 11 responden berdasarkan skor Gingival Indeks pada peradangan ringan sebanyak 2 responden (18.2%) dan skor Gingival Indeks pada peradangan sedang sebanyak 9 responden (81.8%).

(63)
(64)

BAB VII

PENUTUP

7.1 SIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan di Bagian Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG UNHAS , dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan antara perilaku dengan kejadian gingivitis. Mengenai hasil yang bermakna ini pasien yang menjadi responden memiliki perilaku yang baik terhadap kesehatan giginya. Perilaku yang dimiliki sangat bernilai positif terhadap kesehatan giginya.

(65)

3. Perilaku masyarakat tentang pelihara diri terhadap kesehatan gigi, walaupun diukur dengan variabel menyikat gigi namun masyarakat yang menyikat gigi sesuai anjuran hanya 8,1 %. Ini terbukti pada masyarakat yang tidak merasakan sakit, dan tidak bertindak apa – apa terhadap penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi, ketidaktahuan, biaya yang tinggi, perilaku dokter gigi yang pasif dan cenderung hanya memberikan pelayanan kuratif.17

7.2 SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan perilaku dengan kejadian gingivitis dengan menambahkan sampel yang lebih banyak agar mendapat hasil yang lebih akurat.

Gambar

Tabel 5.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Skor Gingival Indeks
Tabel 5.1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan PadaKuesioner
Tabel 5.1.7 Tabulasi Silang Antara Perilaku Dengan Skor Gingival Indeks

Referensi

Dokumen terkait

Telah disebutkan oleh beberapa peneliti, bahwasanya virus bovine herpes virus type 1 (BHV-1) sebagai kausa penyakit IBR selalu ditemukan di dalam semen dari hewan yang

– Selidiki tujuan Selidiki tujuan – –  tujuan, baik secara umum  tujuan, baik secara umum maupun khusus untuk menentukan apa yang maupun khusus untuk menentukan apa yang

sifat-sifat perioik u!sur a$am ta"e$ perioik serta me!%aari keteratura!!%a, me$a$ui pemahama.. me!%aari keteratura!!%a,

Departemen penggajian harus memberikan time card yang sudah diketik nama pekerja kepada pekerja yang bersangkutan dan dibuat tanda terimanya. - Time card  dikumpulkan setiap pekerja

Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian - meredian utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai

Pada penelitian ini penilaian oleh peserta diklat untuk menyediaan outline/ handout mendapatkan nilai sebesar 74 dengan katagori baik, sehingga peserta diklat dapat

PESERTA SELEKSI CALON KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI WILAYAH III TEMPAT TES SMPN 1

Field observation data and examine rubber manufactured shown that PB 330 clone was having colorless latex with highly crumb rubber contain (> 40%).. PB 330 has a good