• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP KEWIRAUSAHAAN DALAM ISLAM. docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TAFSIR AYAT KEWIRAUSAHAAN :

Konsep Kewirausahaan dalam Islam

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat dan Hadits Ekonomi Syari’ah

Tim Dosen Pengampu:

1. Prof. Dr. HM Amin Suma, SH, MA, MM (Koordinator)

2. Prof. Dr. H. Said Agil Almunawwar

3. Dr. Ahmad Mukri Aji, M,Ag

Disusun Oleh :

Fithrah Kamaliyah

MAGISTER EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

TAFSIR AYAT KEWIRAUSAHAAN :

Konsep Kewirausahaan dalam Islam

A. Pendahuluan

Mengutip kisah Sejuta Hikmah yang ditulis dalam sebuah buku “Islam dan Kewirausahaan Inovatif”, dikemukakan bahwa Imam Musa bin Ja’far al-Khadim

AYAT

KEWIRA

USAHA

AN

[Type your address] [Type

your phone number]  [Type

your e-mail address]

AYAT

KEWIRA

USAHA

AN

(2)

tengah membajak dan mengelola tanahnya. Tetesan keringatnya membasahi tubuhnya. Ketika itu Ali bin Hamzah al-Bathaini datang, kemudian bertanya: “Wahai Imam! Kenapa Anda tidak menyuruh orang lain saja untuk mengerjakan ini?”. “Kenapa aku harus menyuruh orang lain?” jawab Imam. “Orang-orang yang lebih agung dari ku pun sering melakukan kerja yang serupa.” “Siapakah gerangan mereka?” tanya Al-Bathaini. “Rasulullah, Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib dan semua ayah dan datuk-datuk ku. Sebenarnya kerja bertani dan mengolah tanah adalah sunah para Nabi, wasiat Nabi dan orang-orang shaleh.”1

Kisah di atas menunjukkan betapa kuatnya etos kerja Imam Musa bin Ja’far al-Khadim sebagai seorang entrepreneur yang patut kita contoh di bidang pertanian pada waktu itu. Selain itu yang paling utama untuk kita contoh adalah teladan dari Rasulullah SAW sebagai Rasul yang sejak kecil telah menempa dirinya ketika ia berusai 12 tahun yang telah dididik oleh pamannya, Abu Thalib, untuk berbisnis. Hingga mencapai puncak karirnya ketika ia telah menjadi kepercayaan dari Siti Khadijah yang menjadi pebisnis andal, hingga akhirnya menikah dengannya.

Rasulullah SAW telah meninggalkan begitu banyak hadits dalam praktik bisnis sehingga dapatlah dikatakan bahwa beliau telah mewariskan kearifan bisnisnya kepada segenap kaum muslimin. Bisnis bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sembilan dari sepuluh pintu rizki. Bisnis yang baik adalah bisnis yang bertujuan sukses tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Sebagai mana Rasulullah SAW bersabda :

Barang siapa yang menjadikan dunia ini sebagai satu-satunya tujuan akhir (yang utama), niscahya Allah akan menyibukkan ia dengan (urusan dunia itu), Allah pun akan membuatnya miskin seketika, dan ia akan tercatat (ditakdirkan) merana di dunia ini. Namun, barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan akhirnya, Allah akan mengumpulkan teman-teman untuknya, Allah akan membuat hatinya kaya, dan dunia akan takluk menyerah padanya.” (H.R Ibnu Majjah dan Turmudzi)2

Begitu pula Allah SWT telah memberikan seruan kepada umat Islam untuk bekerja keras tidak hanya untuk tujuan dunia tetapi juga akhirat, diantara Firman-Nya yaitu:

























1 Muh. Yunus, Islam dan Kewirausahaan Inovatif (Malang : UIN Malang Press, 2008), hlm.1.

(3)































Q.S Al-Qashash ayat 77: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”









































Q.S An-Nuur 37 : “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.”

Dalam Ensiklopedi Al-Qur’an dikemukakan bahwa istilah yang relevan dengan usaha / etoskerja adalah kata kunci “rizq”. Dengan segala perubahan kata atau tafsirnya, istilah itu dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 112 kali dalam 41 surat.3 Disebutkan dalam Al-Qur’an (Q.S An-Nuur: 37-38) misalnya, Allah menganjurkan optimisme manusia terhadap rizqi Allah. Allah adalah pemberi rizqi yang sebaik-baiknya, implikasinya Allah memang merupakan sumber rizqi, tetapi rizqi itu tidak mungkin diperoleh tanpa bekerja. Sebagaimana firman Allah Q.S An-Najm: 39 :















39. “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,”

Dengan demikian maka konsep wirausaha yang merupakan konsep umat islam untuk selalu bekerja keras dalam rangka mencari rizqi Allah SWT. Dalam makalah ini penulis i/ngin sedikit membahas mengenai konsep wirausaha dari pandangan Islam melalui penafsiran Ayat dan Hadits yang terkait dengan kewirausahaan tersebut.

B.Pembahasan

1. Ayat yang berkaitan dengan perintah berusaha

a. Teks Ayat dan Terjemahnya : Ayat Utama

(4)

Q.S. Al-Qashash ayat 77 :























































77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Ayat Pendukung : Q.S At-Taubah Ayat 105



































105. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Q.S. Al-Jumu’ah ayat 10 :

































10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Q.S. Al-Mulk ayat 15 :































15. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

Q.S. An-Nuur 37 :









































(5)

37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

Q.S. An-Najm ayat 39 :















39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,

Hadits yang berkaitan :

"

ادغ تومت كنأك كترخل لمعا و ادبأ شيعت كنأك كايندل لمعا

,

"

“Bekerjalah untuk duniamu seakan engkau akan hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan engkau akan mati esok.”

,

,

,

:

"

و كرقف لبق كانغو كمقس لبق كتحص و كمره لبق كببش سمخ لبق اسمخ منتغا

"

كتوم لبق كتايحو كلغش لبق كغارف

,

“Ingatlah lima perkara sebelum datang lima perkara, masa mudamu seblum tuamu, masa sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.”

هنقتي نا لمع مكدحا لمع اذا بحي هللا نإ

Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan seuatu pekerjaan hendaknya dilakukannya secara itqan (profesional).”

,

,

:

ععججوومم معدج ىذذ وج ععظجفومم معرجغج ىذذ وج ععققجدجمم رعقوفج ىذذلذ ةعثجالجثجلذ القجإذ حملمصوتج الج ةجلجأجسومجلا نقجإذ

.

"Seaungguhnya meminta-minta tidak boleh, kecuali bagi tiga kelompok : orang faqir yang betul-betul faqir, orang yang berutang yang tidak bisa membayar, dan orang tidak mampu yang harus membayar diyat." [H.R. Abu Daud dari Annas dalam kitab zakat (1641). Dalam sanadnya terdapat Akhdar bin ‘Ajlan. Abu Hatim ar-Raazi berkata haditsnya ditulis sebagaimana dilakukan oleh al-Mundziri]

,

,

همنومذ دقجبملج رعموأج يفذ ووأج ااناطجلوسم لمجمرقجلا لجأجسويج نوأج لقجإذ همهججووج لمجمرقجلا اجهبذ دقمكميج دقدكج ةجلجأجسومجلا نقجإذ

.

"Sesungguhnya meminta-minta adalah kotoran yang melumuri wajah seseorang kecualo meminta kepada pemerintah atau meminta sesuatu yang harus dilakukannya". [H.R. Turmudzi dari Samrah bin Jundab, ia berkata : hadits hasan sahih (676), Abu Daud (1636), Nasai, 5/100 dan Ibnu Hibban (842).]

2. Makna Mufradhaat Surat Al-Qashash Ayat 77

a.

ةررخخلا ررادرلا

, dalam tafsir Al-Maraghi dikatakan bahwa ad-daaral aakhirah

(6)

tasharruf dalam jual beli dan berusaha.4 Sedangkan dalam tafsir Al-Qaasimi, dikatakan bahwa

ةرجخذلا رجادجلا

dalam ayat ini diartikan sebagai pekerjaan yang bernilai kebaikan dari pekerjaan yang wajib dan sunah yang menjadi tambahan pahala di akhirat kelak.5 Kemudian berdasarkan tafsir Al-Jalalain disebutkan bahwa daarul akhirah bermakna menafkahkan harta di jalan ketaatan kepada Allah.6

b.

بييصخنر

, dalam tafsir Al-Mishbah diambil dari kata

بجصجنج

yang berarti menegakkan sesuatu sehingga nyata dan mantap. Kata nashib adalah bagian tertentu yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata dan jelas bahwa bagian itu adalah hak dan miliknya dan itu tidak dapat dielakkan. Sementara para ulama berpendapat bahwa nashib manusia dari harta kekayaan di dunia ini hanyalah “apa yang dimakan dan habis termakan, apa yang dimakan dan habis termakan, apa yang dipakai dan punah tidak dapat dipakai lagi serta apa yang di sedekahkan kepada orang lain dan yang akan diterima ganjarannya di akhirat nanti.” Pendapat yang lebih baik adalah yang memahaminya dalam arti segala yang dihalalkan Allah. Harta yang diperoleh manusia secara halal dapat digunakannya secara baik dan benar sebagaimana digariskan Allah. Dia hanya berkewajiban mengeluarkan bagian yang ditentukan dalam bentuk zakat yang wajib, selebihnya adalah halal untuk dinikmatinya, kecuali kalau ia ingin bersedekah.7

c.

نيسخحيأر

, dalam tafsir Al-Mishbah terambil dari kata

نسجحج

yang berarti baik. Kata yang digunakan dalam kalimat ini merupakan bentuk perintah yang membutuhkan objek. Namun objeknya dalam ayat ini tidak disebutkan, sehingga ia mencakup segala sesuatu yang dapat disentuh oleh kebaikan, bermula terhadap lingkungan, binatang, manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, kemudian dapat pula berbuat baik terhadap harta, benda dan lain sebagainnya.8 Dalam tafsir Al-Jalalain, kata ahsin tersebut, diartikan sebagai perintah untuk berbuat baik dengan jalan bersedekah.9 Sedangkan dalam tafsir Ath-Thabari kata ahsin diartikan sebagai perintah berbuat baik kepada orang lain di dunia dengan menginfakkan harta yang telah diberikan Allah dengan berbagai macam cara.10

d.

امك

, Quraish Shihab mengartikan secara khusus kata

kamaa dalam kitab tafsirnya, beliau menjelaskan bahwa kata kamaa dalam ayat ini dipahami

4 Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsiirul Maraghi: Juz 20 (Darul Ulum, 1946), h.92.

5 Muhammad Jamaluddin Al-Qaasimi, Tafsiirul Qaasimi: Juz 13 (Daarul Fikr: Beirut, 1914), h.28.

6 Jalaaluddin Muhammad Bin Ahmad al-Mahalliy & Jalaaluddin Abdur Rahman Bin Abi Bakr as-Suyuthiy, Tafsiirul Qur’an al-Adzhiim Lil Imaamainil Jaliilaini (Bndung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h.412.

7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Vol. 10 (Jakarta : Lentera Hati, 2002), h.406-407.

8Ibid., hlm.407.

9 Jalaaluddin Muhammad Bin Ahmad al-Mahalliy & Jalaaluddin Abdur Rahman Bin Abi Bakr as-Suyuthiy, Loc.cit.

(7)

oleh para ulama dalam arti sebagaimana. Ada juga ulama yang enggan memahaminya demikian, karena betapapun besarnya upaya manusia berbuat baik, pasti dia tidak dapat melakukannya “sebagaimana” yang dilakukan Allah. Atas dasar itu banyak ulama memahami kata kamaa dalam arti ”disebabkan karena”, yakni karena Allah telah melimpahkan aneka karunia, maka seharusnya manusia pun melkukan ihsan dan upaya perbaikan sesuai kemampuannya.11

e.

داسفلا

, merupakan bentuk masdar dari kata kerja

دمسمفويج دجسجفج

yang berarti rusak, binasa, atau busuk.12 Diungkapkan pula dalam buku Tafsir Ayat

Ekonomi oleh Prof. Dr, M. Amin Suma, bahwa Fasad bisa berarti batal, tidak sah, senang-senang, main-main. Dalam konteks usaha ekonomi, beliau menjelaskan bahwa al-fasad berarti pengambilan harta (uang) secara dzalim atau perampasan tanpa hak.13

3. Makna Global Q.S Al-Qashash Ayat 77

Setelah kita bersama telah mengetahui makna secara mufradhat dari surat Qashash ayat 77, selanjutnya penulis ingin memaparkan mengenai Tafsir Q.S Al-Qashahsh ayat 77 ini secara ijmali atau global.

Pada hakikatnya penafsiran mengenai Q.S Al-Qashash ayat 77 ini masih ada kaitannya dengan penefsiran ayat sebelumnya yakni Q.S Al-Qashash ayat 76 yang mengungkapkan kisah tentang Qarun yang dilimpahi kekayaan oleh Allah SWT namun kekayaannya tidak digunakan untuk jalan yang benar, tidak juga untuk dinafkahkan di jalan Allah dan justru ia gunakan sebagai alat yang fasad artinya digunakan untuk cara yang salah yakni menyobongkan dirinya atas kekayaan yang berlimpah sebagai alat kesombongan dan menjadikannya dzalim terhadap masyarakat bani Israil.

Atas tindakan Qarun tersebut maka turunlah ayat yang memberi nasihat bahwa sesungguhnya memiliki banyak harta bukanlah kecenderungan yang buruk, yang terpenting adalah bagaimana kita harus melihat di jalan mana kekayaan akan harta benda yang kita miliki digunakan. Jika ia digunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat, maka apakah yang lebih baik daripada itu? Jika ia digunakan sebagai sarana kesombongan, kelalaian, kezaliman, penindasan dan hawa nafsu, maka apa yang bisa lebih buruk daripada itu?

Ini adalah logika yang sama seperti yang diingatkan oleh Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib dalam ucapannya yang termasyhur tentang dunia. Beliau mengatakan “....Jika seseorang melihat dan melewati dunia, maka ia akan memberikan penglihatan, tetapi jika ia menetapkan matanya kepada dunia, maka dunia akan membutakannya.” Dan Qarun adalah orang yang semestinya memiliki kemampuan untuk melaksanakan banyak urusan sosial yang baik dengan harta

11 M. Quraish Shihab, Loc.cit.

12 Mahmud Yunus, Qaamus ‘Arabiyun – Andunisiy (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm.216.

(8)

bendanya yang melimpah itu, jika ia tidak terbunuh oleh hawa nafsunya yang menyebabkan ia buta akan dunia.14

Nasihat selanjutnya dalam ayat ini adalah untuk tidak melalaikan bagian dari kehidupan di dunia, untuk selalu berusaha tidak bermalas-malasan hanya menggantungkan diri kepada kelamahan diri, pasrah dengan keadaan ia di dunia, akan tetapi sebagaimana yang dikatakan oleh sayyidina Ali ra. dalam Ma’aniyul Akhbar : “Janganlah melupakan kesehatan, kekuatan, kesempatan, masa muda serta kegembiraanmu, dan dengan kelima anugerah ini, carilah akhirat” artinya masih berkaitan dengan perkataan beliau sebelumnya yakni mencari kebutuhan dunia untuk tujuan akhirat dengan kesehatan, kekuatan, kesempatan, masa muda, dan kegembiraan tersebut.15

Nasihat selanjutnya yang terkandung dalam ayat ini adalah bahwasannya Allah SWT adalah pelimpah rizki, pemurah, pengasih dan penyayang kepada seluruh manusia. Setiap manusia diberikan rizki setiap harinya, diberikan jalan-jalan kemudahan untuk dilaluinya di dunia dalam mencari kebutuhannya, betapakah tidak kita berkeinginan untuk membalas kebaikannya dengan menumbuhkan rasa yang sama (pemurah, pengasih, pemberi rizki) terhadap sesama umat manusia yang membutuhkan?

Implikasi dari berbagai macam anugerah Allah yang Ia berikan kepada kita, pada hakikatnya bukanlah milik kita. Kita sebagai hambanya hanyalah perantara Allah dalam memberikan anugerah tersebut kepada orang lain yang juga membutuhkannya. Allah telah menganugerahkan kenikmatan tersebut kepada kita agar Allah dapat mengelola hambanya melalui tangan kita.16

Wujud dalam pengelolaan harta sebagai anugerah dari Allah SWT kepada kita adalah dengan salah satunya mencurahkan tenaga kita untuk membuka suatu usaha. Usaha tersebut nantinya akan memiliki dampak multiflier yakni perkembangan dari segi pertumbuhan ekonomi dari mikro menuju makro. Artinya dengan usaha tersebut pada awalnya adalah pembangunan ekonomi secaar mikro terlebih dahulu, pembangunan itu salah satunya adalah penciptaan lapangan pekerjaan yang gunanya selain mengelola keuangan secara sehat, juga dapat menarik masyarakat untuk bekerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran secara makro. Selain itu suatu usaha tersebut akan memperoleh keuntungan, dan dari keuntungan tersebut maka pengusaha diwajibkan untuk membayar zakatnya jika telah cukup nishab dan pajaknya kepada negara. Dengan membayar zakat dan pajak, zakat tersbut akan disalurkan kepada masyarakt yang membutuhkan dan pajak untuk membangun fasilitas negara. Dengan banyaknya usaha yang tumbuh maka akan semakin banyak pula pemerataan pendapatan masyarakat dan pembangunan perekonomian dan fasilitas negara akan menjadi lebih baik.

14 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an (Al-Huda: Isfahan-Iran, 2008), hlm.403.

(9)

4. Tafsir Ayat Q.S Al-Qashash Ayat 77

a. Menurut Tafsir Al-Maraghi













Gunakanlah apa yang telah Allah berikan dari harta yang banyak, nikmat yang berlimpah untuk taat kepada Tuhanmu, dan mendekatkan diri kepadanya dengan berbagai jalan yang dapat mendekatkan dirimu kepada-Nya sehingga memperoleh

pahala atau balasan di dunia dan di akhirat. Dan di dalam hadits disebutkan

:

Ingatlah lima perkara sebelum datang lima perkara, masa mudamu seblum tuamu, masa sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum

sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu ”.

     

Dan janganlah kamu meninggalkan keberuntunganmu dari kelezatan dunia dari apa yang dapat dimakan, diminum, dan dipakai, karena sesungguhnya Tuhanmu

mempunyai hak atas dirimu, hak atas dirimu sendiri, hak atas keluargamu, dan telah meriwayatkan Ibnu Umar

:

"

ادغ تومت كنأك كترخل لمعا و ادبأ شيعت كنأك كايندل لمعا

,

"

Bekerjalah untuk duniamu seakan engkau akan hidup selamanya, dan beribadahlah

untuk akhiratmu seakan engkau akan mati esok ”.











Dan berbuat baiklah kepada ciptaan Allah, sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu terhadap segala sesuatu yang Allah beri nikmat kepadamu, maka tolonglah makhluk-Nya dengan hartamu dan kehormatanmu, berserinya wajahmu, bertemu dengannya

dengan baik, dan memujinya disaat mereka tidak ada .

       

Dan janganlah mempergunakan kekayaanmu yang engkau miliki dengan berbuat kerusakan di muka bumi dan berbuat aniaya pada makhluk Allah

.

    

Sesungguhnya Allah tidak memuliakan orang yang berbuat kerusakan, akan tetapi menghinakan mereka dan menjauhkan mereka dari hal yang dekat kepada Allah, jauh

dari ketenangan dan juga rahmat-Nya .

17

b. Menurut Tafsir Al-Qaasimi

هللا كتاء اميف غتباو

Yakni mencari kekayaan yang merupakan keutamaan yang diberikan Allah kepadamu, setelah kamu mengalami kesusahan.

(10)

ةرخلا رادلا

Yakni agar melakukan pekerjaan kebaikan baik yang wajib dan yang sunah. Dan menjadi tambahan bekal untukmu di akhirat.

ايندلا نم كبيصن سنتلو

Adalah mengambil dari dunia apa yang baik bagimu

نسحأو

Yakni berbuat baik kepada manusia. Atau berbuat baik (ihsan) seutuhnya.

ضرلا ىف داسف داسفلا غبتلو كيلا هللا نسحا امك

Berbuat baik yakni dengan harta kekayaan yang menjadikan kebaikan bagimu.

نيدسفملا بحيل هللا نإ

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.18

c. Menurut Tafsir At-Thabari

Allah berfirman memberitahukan ucapan kaum Qarun kepada Qarun, “Wahai Qarun, janganlah engkau membanggakan diri kepada kaummu dengan banyaknya hartamu. Akan tetapi carilah kebaikan akhirat dari harta-harta yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, dengan menggunakannya dalam ketaatan kepada Allah di dunia ini. Firman-Nya

ايندلا نم كبيصن سنتلو

“Dan janganlah kamu melupaka bagianmu dari (kenikmatan) duniawi,” maksudnya adalah, janganlah engkau tinggalkan bagian dan keberuntunganmu dari dunia. Hendaklah engkau mengambil bagianmu untuk akhirat, dengan melakukan sesuatu yang dapat menyelamatkanmu dari hukuman Allah.

Kemudian firman-Nya,

كيلا هللا نسحأ امك نسحأو

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” Maksudnya adalah, berbuat baiklah kepada orang lain di dunia dengan menginfakkan hartamu yang telah diberikan Allah kepadamu dengan berbagai macam cara. Berbuat baiklah engkau sebagaiman Allah telah berbuat baik kepadamu dengan melapangkan rezekimu.

Firman-Nya,

ضرلا ىف داسفلا غبت

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di

(muka) bumi,“ maksudnya adalah, janganlah engkau melakukan sesuatu yang diharamkan Allah kepadamu, seperti erbuat aniaya kepada kaummu.

Firman-Nya,

نيدسفملا بحيل هللا نإ

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan,” maksudnya adalah, Allah tidak menyukai orang yang melanggar dan melampaui batas dan berbuat maksiat.19

d. Menurut Tafsir Al-Jalalain

غتباو

(dan carilah) upayakanlah –

هللا كتا اميف

(pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu) berupa harta benda –

ةرخلا رادلا

(kebahagiaan negeri akhirat) umpamanya kamu menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah –

سنتلو

(dan janganlah kamu melupakan) jangan kamu lupa –

ايندلا نم كبيصن

(bagianmu dari

(11)

kenikmatan duniawi) yakni hendaknya kamu beramal dengannya untuk mencapai pahala di akhirat –

نسحأ و

(dan berbuat baiklah) kepada orang-orang dengan bersedekah kepada mereka –

غبتلو كيلا هللا نسحأ امك

(sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat) mengadakan –

ضرلا ىف داسفلا

(kerusakan di muka bumi) dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat –

هللا نإ

نيدسفملا بحيل

(sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti akan menghukum mereka.20

Berdasarkan penjelasan dari beberapa kitab tafsir yang dirujuk oleh penulis mengenai ayat yang berkaitan dengan perintah Allah kepada manusia untuk tidak melupakan bagian dari usaha dunia, maka dengan ayat itulah secara kontekstual Allah SWT memerintahkan untuk giat bekerja, bekerja keras untuk mencari kekayaan di dunia namun tidak semata hanya untuk menimbun kekayaan yang diperoleh itu, akan tetapi tujuannya adalah untuk mencari keridhaan Allah bekal untuk kehidupan akhirat kelak.

Dalam pembahasan makalah ini penulis mengarahkan pembaca bahwa yang diartikan kerja keras atau usaha adalah hakikat kewirausahaan yang merupakan bentuk usaha dalam mencukupi kehidupan dan membangun perekonomian secara umum. Penjelasan selanjutnya berkaitan dengan konsep kewirausahaan itu sendiri menurut pandangan Islam.

5. Konsep Kewirausahaan dalam Islam

a. Pengertian dan karekteristik Kewirausahaan Menurut Islam Menurut para ahli kewirausahaan didefinisikan sebagai berikut :

1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).

2) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997).

3) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.

4) Kewirausahaan adalah kemempuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959).

5) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmer, 1996).

6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda.21

(12)

Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan oleh beberapa tokoh mengenai kewirausahaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan merupakan suatu usaha untuk menciptakan dan mengembangkan usaha baru dengan mengelola sumber daya yang ada, dengan menggunakan cara-cara yang kreatif dan inovatif untuk menciptakan suatu hasil yang memiliki nilai manfaat untuk membangun atau memperbaiki perekonomian masyarakat.

Berwirausaha berarti melakukan aktifitas kerja keras, dalam konsep islam kerja keras haruslah dilandasi dengan iman. Bekerja dengan berlandaskan iman mengandung makna bahwa bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan senantiasa mengingat dan mengharap ridha Allah SWT dalam dinilai sebagai ibadah. Banyak sekali tuntutan dalam Al-Qur’an dan Hadits yang mendorong seorang muslim untuk bekerja.

Rasulullah SAW sangat menghargai orang yang giat bekerja dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Rasulullah SAW yang mulia dikabarkan mencium tangan sahbat Saad bin Muadz tatkala melihat tangan Saad sangat kasar akibat bekerja keras, seraya berkata, “Kaffani yuhubbuhumallau ta’ala” ‘inilah dua tangan yang dicintai Allah ta’ala’.

Bila orang yang giat bekerja dipuji, sebaliknya Islam juga sangat mencela orang malas. Suatu ketika sahabat Umar bin Khattab datang ke masjid diluar waktu shalat lima waktu. Dilihatnya ada dua orang yang terus menerus berdo’a di masjid. Umar menghampiri mereka seraya bertanya “sedang apa kalian, sedangkan orang-orang di sana kini tengah sibuk bekerja?”, mereka menjawab, “Yaa Amirul Mu’miniin, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bertawakkal kepada Allah.” Mendengar perkataan itu marahlah Umar “kalian adalah orang-orang yang malas bekerja sedangkan langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.”22

Dalam konsep Islam kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan harus memiliki beberapa point penting, yang dipaparkan berikut ini :

1) Mencapai target hasil : profit materi dan benefit non-materi

Seorang pengusaha islam membentuk suatu usaha baru dengan tujuan yang tidak hanya mencari profit (qimah madhiyah atau nilai materi) setinggi tingginya, tetapi harus juga memperoleh dan memberikan benefit (manfaat) non-materi kepada internal usahanya dan eksternal (lingkungan masyarakat), seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian sosial, dan sebagainya.

(13)

Benefit yang dimaksud tidaklah semata memberikan manfaat kebendaan, juga dapat bersigat non-materi. Islam memandang bahwa suatu amal perbuatan tidak hanya berorientasi pada qimah madiyah. Masih ada tiga orientasi lainnya, yakni qimah insaniyah, qimah khuluqiyah dan qimah ruhiyah. Dengan orientasi qimah insaniyah,

berarti pengelola usaha (wirausahawan) juga dapat memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melauli membuka kesempatan kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran, bantuan sosial (sedekah) sehingga dapat meratakan pendapatan masyarakat khususnya menegah kebawah, dan bantuan lainnya. Qimah khuluqiyah

mengandung pengertian bahwa nilai-nilai akhlaqul karimah (khlak mulia) menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam setiap aktivitas pengelolaan usaha, misalnya dapat mengelola produk-produk dengan bahan baku dan cara perolehan yang halal dan thayib, bersaing dengan perusahaan atau usaha lain dengan cara yang sehat dan dapat menjalin hubungan ukhuwah baik dengan karyawan maupun dengan mitra bisnis yang lain. Qimah ruhiyah berarti perbuatan tersebut atau usaha yang dilakukannya dimaksudkan untuk mencari keberkahan dan keridhaan Allah SWT.23

2) Menegakkan Keadilan dan Kejujuran

Keadilan dan kejujuran merupakan hal yang sangat dijunjung dalam Islam sebagai pengusaha dalam melayani membelinya. Muhammad SAW telah memberikan contoh berdagang dengan cara mengutamakan kejujuran keadilan, artinya tidaklah ada bagian dari barang yang dijualnya baik komposisi, kualitas dan harganya yang Ia sembunyikan, dengan sikap kejujuran beliau para pelanggannyapun merasa senang dan puas. Sikap jujur dan adil pada hakikatnya akan melahirkan kepercayaan (trust) dari pihak pelanggan. Rasulullah SAW bersabda :

Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama nabi, orang-orang shiddiqiin, dan para syuhada.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majjah).24

3) Ihsan dan Jihad dalam Bekerja

Islam tidak semata-mata memerintah kerja dan berusaha, tetapi juga memerintahkan bekerja dengan profesional dan bersungguh-sungguh. Hendaknya seorang muslim bekerja dengan ketekunan, kesungguhan, konsisten, dan kontinue.25

23Ibid., hlm.19.

24 Bambang Trim, Op.cit., hlm.31.

(14)

Ihsan dalam bekerja bukan perkara sunat, bukan keutamaan, bukan pula urusan spele dalam pandangan Islam, tetapi suatu kewajiban agama bagi setiap muslim. Dalam sebuah hadits sahih dikemukakan :

,

اونسحاف متحبذ اذا و ةلتقلا اونسحاف متلتق اذاف ءيش لك ىلع ناسحلا بتك هجللا نقجإذ

,

هتحيبذ حريل و هترفس مكدحا دحيل و ةحبذلا

.

Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (baik) dalam segala hal. Jika kalian membunuh (hewan), maka bunuhlah dengan baik, jika menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya seseorang diantara kamu menajamkan pisaunya dan menistirahatkan sembelihannya.”26

Barangsiapa yang menyianyiakan ihsan di dalam bekerja, maka sungguh ia telah menyia-nyiakan kewajiban agama, kewajiban bagi hamba-Nya yang mu’min. Rasulullah bersabda :

هنقتي نا لمع مكدحا لمع اذا بحي هللا نإ

Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan seuatu pekerjaan hendaknya dilakukannya secara itqan (profesional).”27

4) Prinsip Kehati-hatian

a) Hati-hati dalam Bersumpah Rasulullah SAW berpesan :

“Jauhilah oleh kalian semua sumpah-sumpah dalam berdagang, karena ia akan membuat laris dagangan, tetapi akan menghilangkan keberkahan laba.”

b) Hati-hati dalam Berpromosi Rasulullah SAW berpesan :

“Meyakinkan pembeli dengan berbohong adalah haram” (H.R. Ath Thabrani).

6. Fungsi dan Peran Wirausaha

a. Fungsi Wirausaha untuk Diri Sendiri

Seorang muslim secara syar'i sangat dituntut untuk bekerja dan berusaha karena memiliki banyak alasan dan sebab. Ia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Begitupula dengan adanya wirausaha, seseorang yang bertekad untuk mengelola sebuah usaha maka pada hakikatnya ia telah memenuhi kewajibannya kepada syari'ah, karena pun syari'ah dalam memerintahkan bekerja memeiliki tujuan kemaslahatan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

26Ibid.

(15)

Seorang muslim harus memiliki kekuatan, merasa cukup dengan yang halal, menjaga dirinya dari kehinaan meminta-minta, menjaga air mukanya agar tetap jernih, dan membersihkan tangannya agar tidak menjadi tangan yang dibawah (meminta-minta). Karenanya Islam mengharamkan meminta-minta jika bukan karena kebutuhan pembebasan yang terpaksa. Dalam sebuah hadits dikemukakan:

,

,

:

ععججوومم معدج ىذذ وج ععظجفومم معرجغج ىذذ وج ععققجدجمم رعقوفج ىذذلذ ةعثجالجثجلذ القجإذ حملمصوتج الج ةجلجأجسومجلا نقجإذ

.

"Seaungguhnya meminta-minta tidak boleh, kecuali bagi tiga kelompok : orang faqir yang betul-betul faqir, orang yang berutang yang tidak bisa membayar, dan orang tidak mampu yang harus membayar diyat." [H.R. Abu Daud dari Annas dalam kitab zakat (1641). Dalam sanadnya terdapat Akhdar bin ‘Ajlan. Abu Hatim ar-Raazi berkata haditsnya ditulis sebagaimana dilakukan oleh al-Mundziri]

,

,

همنومذ دقجبملج رعموأج يفذ ووأج ااناطجلوسم لمجمرقجلا لجأجسويج نوأج لقجإذ همهججووج لمجمرقجلا اجهبذ دقمكميج دقدكج ةجلجأجسومجلا نقجإذ

.

"Sesungguhnya meminta-minta adalah kotoran yang melumuri wajah seseorang kecualo meminta kepada pemerintah atau meminta sesuatu yang harus dilakukannya". [H.R. Turmudzi dari Samrah bin Jundab, ia berkata : hadits hasan sahih (676), Abu Daud (1636), Nasai, 5/100 dan Ibnu Hibban (842).]

Tidak dizinkan meminta kecuali kepada pemerintah yang bertanggung jawab atas urusan masyarakat, atau terhadap kebutuhan primer yang harus dipenuhinya.

b. Fungsi Wirausaha untuk Keluarga

Seorang muslim hendaknya bekerja untuk keluarganya. Ini mencakup laki-laki dan perempuan, masing-masing pada peran dan fungsi masing-masing yang bisa di lakukannya. Sebagaimana dikemukakan di dalam sebuah hadits :

,

وج اهججذووزج تيبج ىفذ ةديجعذارجةمأجرومجلا وج هذتذيجعذرج نوعج لدوئملسومج وجهموج هذتذيوبج لذهوأج ىفذ ععارجلمجمرقجلافج

,

هذتذيقجعذرج نعج لدوئمسمج وجهموج هذدذيقذسج لذامج ىفذ ععارجدمبعجلا وج اهجتذيقجعذرج نعج ةدلجومئسومج يجهذ

.

"Laki-laki(suami) adalah pemimpin pada keluarganya, ia akan ditanyai tentang kepamimpinannya. Wanita (istri) adalah pemimpin drumah suaminya dan ia akan ditanyai tentang kepemimpinannya. Seorang hamba adalah pemimpin pada harta tuannya, dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya." [Hadits disepakati Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar. Bukhari: 2/317, Muslim (1829)]

c. Fungsi Wirausaha untuk Masyarakat

(16)

wirausaha, baik sebagai tenaga kerja, penyedia tempat, maupun sebagai konsumen bagi produk yang dihasilkannya. Untuk itu seorang wirausaha juga harus memberikan seseuatu yang baik dan berdampak positif terhadap masyarakat tersebut. Memberikan sesuatu yang baik kepada para pekerja, upah yang layak, hubungan tali silaturahmi yang baik, pemeliharaan terhadap lingkungan sekitar tempat usaha dan memberikan pelayanan yang baik terhadap konsumen dengan barang-barang yang halal dan thayib. Sehingga dengan terpenuhinya semua itu usaha yang dijalani selain memiliki dampak yang positif di dunia, juga mempunyai dampak positif di akhirat.

Sebagaimana firman Allah SWT Q.S. Al-Maidah ayat 2:

...

































“... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”

Dan Q.S. At-Taubah ayat 7 :







































      

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

d. Fungsi Wirausaha untuk Memakmurkan Bumi

Berwirausaha dalam Islam dituntut untuk memiliki tujuan memakmurkan bumi Allah. Bahkan memakmurkan bumi merupakan salah satu tujuan utama syari’ah Islam yang ditegakkan dalam Al-Qur’an, dan diserukan oleh para ulama. Diantara ulama tersebut adalah Imam Raghib al-Asfahani yang menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia karena tiga alasan :

(17)

























































61. Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."

[726] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.

Kedua: Untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56















56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Ketiga: Untuk menjadi Khalifah-Nya di muka bumi, sebagaimana firman-Nya: Q.S. Al-Baqarah ayat 30

























  

  













    

30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

(18)

kekhalifahan. Allah menghendaki pemakmuran bumi bukan penghancurannya, menghendaki keberesannya, bukan kerusakannya, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan dan orang-orang yang berbuat kerusakan.28

e. Peran Seorang Wirausaha

Dalam skala makro, kehadiran para wirausahawan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya dapat menyerap tenaga kerja baru. Daya serap pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan meningkat dua kali lipat agar jumlah lapangan kerja baru yang tersedia bertambah dan angkatan kerja baru mendapatkan pekerjaan. Ini diperlukan karena pertumbuhan ekonomi yang ada sekarang belum mampu menyediakan lapangan kerja baru bagi para pengangguran.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran hingga saat ini sebesar 7,39 juta orang dari total angkatan bekerja 118,19 juta orang. Sedangkan orang yang bekerja mencapai 110,80 juta orang. Kepala BPS Suryamin menjelaskan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 6,25 persen. Angka tersebut mengalami peningkatan dibanding TPT Februari 2013 sebesar 5,92 persen dan dibandingkan TPT Agustus 2012 meningkat 6,14 persen.29

Kemampuan ekonomi dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menyerap angkatan kerja yang mencari pekerjaan masih sangat minim. Dari setiap satu persen pertumbuhan ekonomi, hanya 180.000 tenaga kerja yang terserap. Sementara jumlah lapangan kerja baru yang tercipta setiap tahunnya dalam lima tahun terakhir ini hanya mencapai 2,5 juta hingga 2,6 juta orang.30 Hal ini menjadi sangat prihatin dikarenakan kualitas SDM dalam negeri yang kurang bersaing dengan para pekerja asing yang ada di Indonesia dan bahkan menguasai sektor-sektor yang memiliki nilai ekonomi dan keuntungan yang tinggi. Dari data yang diperoleh di website pusditnaker, bahwa penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia masih tinggi, terutama di DKI jakarta jumlah penggunaan tenaga kerja asing adalah sebasar 74.762 tertinggi dibanding daerah lainnya di Indonesia pada tahun 2011. Tenaga kerja asing di Indonesia terbanyak adalah berasal dari negeri China, yaitu berjumlah 24.365 orang. Sedangkan sektor yang paling banyak dikuasai asing adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 32.546 orang.31 Hal tersebut menandakan bahwa SDM Indonesia belum mampu mengolah kekayaan alamnya, padahal kekayaan alam

28Ibid., hlm.153-159.

29 http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/11/06/pengangguran-di-indonesia-mencapai-739-juta-orang (Diakses : 1 Jan 2014).

30 Muh. Yunus, Loc.cit., hlm.65.

31 http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/viewpdf.php?id=15

(19)

Indonesia sangat melimpah ruah dan juka diolah dengan baik melalui tangan-tangan penduduk Indonesia sendiri akan menjadi lebih bernilai dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi ketimbang hanya menjual bahan mentah dari sumber alam.

Oleh karena itu, salah satu solusi dari permasalaha ini adalah dengan menumbuhkan wirausahawan-wirausahawan dari penduduk Indonesia yang tidak hanya mempunyai modal tetapi juga mampu untuk berinovasi, sehingga dapat mengolah bahan baku sehingga menciptakan produk baru yang dapat bersaing dengan produk-produk asing. Penumbuhan wirausahawan yang inovatif bermula dari pendidikan yang diajarkan dalam lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan di Indonesia harus mampu memberikan pemahaman mengenai kewirausahaan tidak hanya berupa teori melainkan lebih banyak untuk berkarya dan mencipta, sehingga dari sanalah tangan-tangan muda akan terlatih untuk selalu berkarya dan mencipta untuk kemajuan bangsanya.

C. Penutup

Kewirausahaan merupakan suatu konsep dimana seseorang dituntut untuk dapat membuka suatu usaha yang dapat memunculkan suatu dampak positif bagi perkembangan perekonomian. Dengan adanya kewirausahaan seseorang dapat berperan sebagai pengurang angka pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat menyerap angkatan kerja yang ada.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma, Muhammad. Tafsir Ayat Ekonomi (Jakarta: Amzah, 2013).

http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/viewpdf.php?id=15 (diakses : 1 Jan 2014).

http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/11/06/pengangguran-di-indonesia-mencapai-739-juta-orang (Diakses : 1 Jan 2014).

Ismail Yusanto, Muhammad, dan M. Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani Press, 2002).

Jamaluddin Al-Qaasimi, Muhammad. Tafsiirul Qaasimi: Juz 13 (Daarul Fikr: Beirut, 1914).

Kamal Faqih Imani, Allamah. Tafsir Nurul Qur’an (Al-Huda: Isfahan-Iran, 2008).

Muhammad Bin Ahmad al-Mahalliy, Jalaluddin, & Jalaaluddin Abdur Rahman Bin Abi Bakr as-Suyuthiy, Tafsiirul Qur’an al-Adzhiim Lil Imaamainil Jaliilaini (Bndung: Sinar Baru Algensindo, 2009).

Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Abu Ja’far. Tafsir Ath-Thabari (Jakarta : Pustaka Azzam, 2009).

Musthofa Al-Maraghi, Ahmad. Tafsiirul Maraghi: Juz 20 (Darul Ulum, 1946).

Qaradhawi, Yusuf. Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami (Kairo : Maktabah Wahbah, 1995).

Quraish Shihab, Muhammad. Tafsir Al-Mishbah: Vol. 10 (Jakarta : Lentera Hati, 2002).

Trim, Bambang. Business Wisdom of Muhammad SAW : 40 Kedahsyatan Bisnis Ala Nabi SAW (Bandung : Madania Prima, 2008).

Yunus, Mahmud Qaamus ‘Arabiyun – Andunisiy (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990)..

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu tentang hukum syar’iyyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia, baik dalam bentuk perintah (wajib), larangan (haram), pilihan (mubah), anjuran untuk melakukan

Beberapa ayat yang berkaitan dengan kajian ini yaitu ayat-ayat Tauhid dalam kitab Tafsir Mafa> tih} u al-Ghaib akan menjadi obyek penelitian, sehingga dari sana

Dalam ajaran Islam khususnya dalam kitab suci al-Qur’an banyak kita temukan ayat-ayat yang sebenarnya membicarakan tentang manusia, mulai dari proses asal-usul

Quraish Shihab pada kitab Tafsir Al- Mishbah mengenai ayat-ayat zikir dan syukur, sudah sangat jelas bahwa Allah SWT telah menurunkan tata cara pengobatan mandiri atau self

Dalam penulisan kitab ini Ibnu Katsir menggunakan metode tafsir tahlili. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan penafsiran ayat dengan cara analitis atau menafsirkan ayat-ayat

Dari ayat dan penerangan ahli tafsir diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa segala sesuatu tentang ilmu yang dimiliki manusia adalah merupakan pemberian dari Allah, bahkan

Quraish Shihab pada kitab Tafsir Al- Mishbah mengenai ayat-ayat zikir dan syukur, sudah sangat jelas bahwa Allah SWT telah menurunkan tata cara pengobatan mandiri atau self healing

Dari ayat pertama tersebut di atas diperoleh isyarat pula bahwa ada dua cara memperoleh ilmu, yaitu 1 Allah mengajarkan dengan pena yang telah diketahui oleh manusia sebelumnya, dan 2