• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi Industri Barang Konsumsi dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Adaptasi Industri Barang Konsumsi dalam"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

oleh

Alya Afifah Baktiar (16717068) Amelia Ilma Khaerani (16717338) Miranda Prima Alifiana (16717368)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

i dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Adaptasi Barang Konsumsi dalam Menghadapi Tren Belanja Daring di Kalangan Mahasiswa FTI ITB 2017 dengan tepat waktu.

Makalah ini penulis buat karena melihat munculnya gaya hidup belanja daring di kalangan mahasiswa FTI ITB 2017. Munculnya tren belanja ini mempengaruhi gaya hidup dan adaptasi barang konsumsi yang memiliki beberapa kemudahan dan kendala. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis melakukan pengamatan mengenai faktor yang melatarbelakangi pentingnya adaptasi barang konsumsi, mendeskripsikan bagaimana adaptasi dilakukan serta mengidentifikasi kendala adaptasi barang konsumi dalam menghadapi perkembangan tren belanja daring di kalanngan mahasiswa FTI ITB 2017.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. sebagai Rektor ITB 2017 yang telah memberikan kesemapatan kepada penulis untuk menggunakan fasilitas di ITB dalam menyelesaikan makalah ini.

(3)

ii makalah ini.

Karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah tentang adaptasi barang konsumsi dalam menghadapi tren belanja daring ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pembaca.

Bandung, 11 Desember 2017

(4)

iii terhadap dunia yang semakin dinamis. Untuk itu, adaptasi industri barang konsumsi

dengan perkembangan zaman diperlukan agar dapat terus menghadirkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu perubahan gaya hidup masyarakat yang dapat dengan jelas kita rasakan adalah perkembangan tren belanja daring. Berada di

Fakultas Teknologi Industri membuat mahasiswa TPB harus peka terhadap perkembagan industri di Indonesia. Analisis mengenai adaptasi industri barang konsumsi diperlukan agar industri tersebut tidak tertinggal dalam hal persaingan dan perkembangan zaman. Unuk menganalisis kasus ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitik, dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi pustaka dengan rujukan utama Bemis e-Commerce. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, saat ini industry telah melakukan adaptasi produk dan kemasannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Namun, inovasi masih perlu dilakukan dalam aspek keamanan situs perbelanjaan dan kecepatan waktu pengiriman barang.

(5)

iv

highly necessary so that these industries are not far behind in worlds economic

competition. Analysis on this matter is needed so that each industry can adjust

adaptations according to their needs. To analyze this case, writer uses analytic

descriptive method, along with questionnaire distribution and literature study to collect

data. Based on our analysis, certain industries have adapted well in changing the

product and its packaging based on consumers need. However, further innovations are

still needed in terms of safe and secure online shopping platform, and in terms of faster

shipment as well.

(6)

v

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat ... 3

BAB III ANALISIS ADAPTASI INDUSTRI BARANG KONSUMSI ... 19

3.1 Latar Belakang Adaptasi Industri Barang Konsumsi ... 19

3.2 Bentuk Adaptasi Industri Barang Konsumsi ... 22

3.3 Kendala Industri Barang Konsumsi ... 31

(7)

vi

Gambar 2 Botol Minuman ………….………...…….23

Gambar 3 Serbuk Minuman ……….………...……..24

Gambar 4 Makanan Siap Saji dan Bumbu Masak ………....……24

Gambar 5 Kemasan Sayur dan Buah – Buahan ………..……..…27

Gambar 6 Kemasan Teh Tradisional dan Teh Celup ………27

Gambar 7 Botol Minum dan Kemasan Baru Botol ……...………..…….28

Gambar 8 Kemasan Detergen……….…..……… 29

Gambar 9 Perkembangan Kemasan Obat dari Masa ke Masa ………..29

Gambar 10 Kecacatan Produk dan Kemasannya ………..33

(8)
(9)

vii

DIAGRAM 2………20

DIAGRAM 3………21

DIAGRAM 4………22

DIAGRAM 5………30

DIAGRAM 6………31

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar belakang masalah

Aktivitas manusia tak dapat lepas dari penggunaan barang konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Barang konsumsi, yang lebih dikenal sebagai Fast Moving Consumer Goods (FMCG), sudah menjadi ketergantungan bagi hampir seluruh umat manusia. Oleh sebab itu, industri barang konsumsi, seperti Unilever, P&G, dan Johnson&Johnson, merupakan industri yang berperan sangat besar dalam masyarakat.

Perkembangan suatu industri dapat berjalan pesat jika diikuti dengan adaptasinya terhadap dunia yang semakin dinamis. Dewasa ini, perkembangan IPTEK terus menghadirkan inovasi baru menjadi gaya hidup generasi saat ini. Untuk itu, adaptasi industri barang konsumsi dengan perkembangan zaman diperlukan agar dapat terus menghadirkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat.

(11)

Indonesia. Toko online yang semakin menjamur membuat tren belanja daring makin digandrungi pemuda masa kini. Belanja daring yang begitu praktis dan tidak memakan banyak waktu sering menjadi pilihan masyarakat urban yang umumnya sibuk dan hanya mempunyai sedikit waktu. Perubahan tren yang signifikan ini mengharuskan berbagai industri pun menyesuaikan diri. Berbagai industri, seperti mode dan furnitur, telah menunjukkan adaptasinya dengan membentuk berbagai toko online. Karena andilnya yang besar dalam menunjang aktivitas masyarakat, industri barang konsumsi merupakan jenis industri yang layak diteliti proses adaptasinya, agar dapat menjadi pelajaran bagi industri lain dalam menghadapi perkembangan zaman. Berdasarkan alasan tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap adaptasi industri barang konsumsi dalam menghadapi perkembangan tren belanja daring di kalangan mahasiswa TPB FTI ITB 2017.

1.1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut.

1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pentingnya adaptasi industri barang konsumsi dalam menghadapi tren belanja daring? 2. Bagaimana adaptasi industri barang konsumsi dalam menghadapi tren

(12)

3. Bagaimana kendala industri barang konsumsi dalam beradaptasi terhadap perkembangan tren belanja daring?

1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat 1.1.2 Tujuan penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan penelitian ini ialah

1. Mengklasifikasikan faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi pentingnya adaptasi industri barang konsumsi dalam menghadapi tren belanja daring

2. Mendeskripsikan bagaimana adaptasi industri barang konsumsi dalam menghadapi tren belanja daring

3. Mengidentifikasi kendala industri barang konsumsi dalam beradaptasi terhadap perkembangan tren belanja daring

1.1.3 Manfaat penelitian

Manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Adaptasi industri barang konsumsi dapat menjadi pembelajaran bagi sektor industri lainnya.

2. Adaptasi industri barang konsumsi dapat menjadi pembelajaran bagi pakar perindustrian dan pakar ekonomi secara khusus.

(13)

4. Memberikan rekomendasi bagi industri barang konsumsi mengenai adaptasi dalam menghadapi tren belanja daring.

1.3 Ruang Lingkup Kajian

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut perlu pengkajian beberapa pokok, di antaranya adalah definisi industri, jenis-jenis industri, perkembangan industri hingga saat ini, dampak industri, spesifikasi barang konsumsi, definisi belanja daring, perkembangan belanja daring di Indonesia, mekanisme belanja daring dan dampak belanja daring.

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1.4.1 Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data baik dari literatur, maupun dari lapangan kemudian dianalisis. Sehubungan dengan metode yang digunakan, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitif.

1.4.2 Teknik pengumpulan data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka dan penyebaran kuesioner.

1.5 Sistematika Penulisan

(14)
(15)

6 2.1.1 Definisi Industri

Istilah industri didefinisikan oleh beberapa ahli menjadi beberapa definisi. I Made Sandi mengatakan, industri merupakan suatu bentuk usaha guna memproduksi barang jadi melalui proses produksi penggarapan di dalam jumlah yang besar, sehingga barang produksi tersebut dapat diperoleh dengan harga yang rendah namun dengan kualitas yang setinggi-tingginya. Istilah industri juga didefinisikan oleh Hinsa Siahaan, yaitu bagian dari suatu proses yang mengelolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi barang jadi, sehingga menjadi suatu barang yang memiliki nilai bagi masyarakat luas.

(16)

2.1.2 Jenis – Jenis Industri

Menurut International Standard Industrial Classification, Industri secara umum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

1. Agrikultur, kehutanan, dan perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian

3. Manufaktur

4. Listrik, gas, dan suplai

5. Water supply, pengolahan dan remediasi limbah 6. Konstruksi

7. Perdagangan grosir dan eceran 8. Transportasi dan penyimpanan

(17)

Pada makalah ini, kami melakukan pengamatan terhadap industri manufaktur serta perdagangan grosir dan eceran. Industri barang konsumsi yang dimaksud dalam judul makalah ini adalah industri yang bergerak dalam proses produksi Fast Moving Consumer Goods (FMCG),yaitu pembuatan barang konsumsi dengan perpindahan yang sangat cepat. FMCG dapat pula disebut sebagai barang konsumsi yang penggunaannya dibatasi oleh waktu kadaluarsa (expired). Industri barang konsumsi dapat ditinjau dari barang itu sendiri dan dari kemasan barang.

Industri manufaktur dapat disebut pula sebagai industri pengolahan, yaitu perpaduan bidang ilmu teknik dan sosial untuk dapat mengubah barang mentah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi dengan produksi yang bersifat massal, baik menggunakan mesin maupun tanpa mesin. Dalam perkembangannya, industri manufaktur diprediksi akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan produk yang dibutuhkan oleh konsumen.

Industri eceran atau grocery industry merupakan kegiatan industri yang menghasilkan produk yang biasa diperjualbelikan secara eceran di toko grosir. Menurut Reinvestment Fund (2011), industri grosir dapat dibagi menjadi enam jenis berikut.

1. Supermarket tradisional

Supermarket tradisional disebut juga sebagai supermarket konvensional, yaitu

toko ritel yang menjual bahan makanan kering, barang kalengan, produk

nonpangan dan barang tahan lama lainnya. Infrastruktur supermarket tradisional

(18)

2. Supermarket terbatas

Supermarket terbatas merupakan supermarket yang dipengaruhi harga, yaitu toko

ritel yang hanya memiliki pilihan barang tertentu dan terbatas. Infrastruktur

supermarket tradisional bervariasi dalam ukuran namun biasanya berkisar antara

1200 m2 dan 2300 m2

Yaitu toko besar yang menjual sebagian besar barang kemasan dan menawarkan

potongan harga. Toko ini biasa juga disebut sebagai toko kelontong.

5. Toko Natural / Gourmet

Yaitu toko eceran khusus yang berfokus pada makanan sehat dan atau makanan

siap saji (gourmet).

6. Toko serba ada

Yaitu toko kecil yang sebagian besar menjual makanan kering, makanan tahan

lama, makanan siap saji dan barang nonpangan.

2.1.3 Perkembangan Industri

(19)

yang relatif singkat membutuhkan suatu sistem produksi yang tepat pula. Sehingga dewasa ini, sektor perindustrian sudah banyak dipilih menjadi suatu sistem untuk memproduksi barang konsumsi.

Dengan adanya tahapan perkembangan industri yang semakin meningkat , sudah saatnya Indonesia melakukan pergeseran andalan sektor ekonomi dari industri primer ke industri sekunder. Pergeseran dari industri primer ke industri sekunder ini memiliki pengertian adanya perubahan produksi barang mentah menjadi barang setengah jadi menjadi produksi barang setengah jadi menjadi barang jadi. Pembangunan sektor industri pada era globalisasi membutuhkan strategi yang tepat dan konsisten, sehingga dapat mewujudkan industri yang tangguh dan berdaya saing baik di pasar domestik maupun di pasar global, yang nantinya mampu mendorong tumbuhnya perekonomian, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan di Indonesia (Desfiando, 2013).

Dalam perkembangannya, industri pun mulai menyentuh pasar daring atau

online, sehingga dana proses pendistribusian produk industri dapat dipangkas dan dapat mengurangi dana produksi. Pemangkasan dana produksi dapat dialokasikan untuk meningkatkan nilai tambah dari produk industri itu sendiri maupun disimpan sebagai marjinal atau keuntugan perusahaan.

2.1.4 Dampak Industri

(20)

dengan tetap menjamin kualitas barang konsumsi agar tetap dalam keadaan yang diinginkan oleh pasar dengan nilai tambah yang relatif tinggi . Tersedianya barang konsumsi dengan cepat dapat membuat tingkat kepuasaan masyarakat meningkat. Produsen atau perusahaan penghasil barang konsumsi pun akan mendapat marjinal yang cukup tinggi.

Selain ditinjau dari sudut pandang konsumen dan produsen, kegiatan industri ini juga mempengaruhi tingkat pengangguran di masyarakat. Industri yang erat kaitannya dengan pabrik produksi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi, sehingga hal ini mampu mengurangi permasalahan pengangguran di masyarakat.

Meskipun efektif dan efisien, kegiatan industri memiliki dampak yang cukup membahayakan bagi masyarakat. Dalam kegiatan industri, pabrik menjadi tempat utama proses produksi. Munculnya pabrik-pabrik di suatu wilayah menimbulkan masalah berupa limbah buangan yang sebagian besar cukup membahayakan.

2.2 Barang Konsumsi

2.2.1 Definisi Barang Konsumsi

(21)

Umumnya, barang konsumsi dijual cepat. Kecepatan penjualan produk inilah yang menyebabkan barang konsumsi sering juga deisebut sebagai Fast Moving Consumer Goods. Selain penjualannya yang cepat, barang konsumsi juga dijual dengan harga relatif rendah. Namun, meskipun keuntungan absolut produk ini rendah, barang konsumsi umumnya terjual dengan kuantitas besar sehingga keuntungan kumulatifnya pun cenderung besar (Geissel, 2012).

2.2.2 Jenis-jenis Barang Konsumsi

Dalam buku Creating Breakthrough Innovation at Consumer Packaged Goods Companies, Geissel (2017) memaparkan barang konsumsi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu barang konsumsi dalam kemasan dan dan barang tahan lama. Perbedaan jelas antara keduanya adalah jangka waktu penggunaan produk. Barang konsumsi dalam kemasan memiliki waktu kadaluarsa, sedangkan barang tahan lama tidak.

Perbandingan lainnya dapat ditinjau dari aspek harga. Barang konsumsi dalam kemasan merupakan produk yang kita gunakan sehari-hari sehingga dijual dengan harga relatif murah, tetapi dengan intensitas pembelian relatif tinggi. Lain halnya dengan barang tahan lama. Barang tahan lama atau durable goods cenderung dijual dengan harga yang tinggi karena pembeliannya hanya perlu sekali, contohnya pembelian perabot rumah tangga dan alat elektronik.

(22)

lebih tinggi dari profit yang dihasilkan produk primernya, yaitu barang tahan lama. Contohnya, HP (Hewlett-Packard) menjual printer dengan margin lebih rendah daripada margin tinta (cartridge) printer yang dijualnya (Autry, 2013).

2.3 Belanja Daring

2.3.1 Definisi belanja daring

Secara konsep, pemasaran internet berbeda dari saluran pemasaran lainnya. Internet mempromosikan komunikasi satu lawan satu antara penjual dan pembeli dengan layanan pelanggan sepanjang waktu. Pada zaman sekarang, bisnis pemasaran internet adalah media komersil yang tumbuh paling cepat. Dikutip dari jurnal internasional

Consumers’ Adoption of Online Shopping (Cai dan Cude, 2016), belanja daring adalah

kegiatan yang didefinisikan secara luas yang mencakup pencarian informasi produk, pembelian produk atau layanan, dan berkomunikasi dengan pengecer dan konsumen lainnya. “Bila seseorang membeli barang ataupun jasa melalui internet dan tidak

mengunjungi tokonya secara fisik, maka ia tengah melakukan belanja daring atau yang biasa disebut dengan online shopping” (Bennett, 2017).

2.3.2 Perkembangan belanja daring di Indonesia

(23)

2017). Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, pasar online di Indonesia menempati posisi pertama (Melissa, 2017).

Gambar 1 Posisi Pasar Online Indonesia di Asia Tenggara (Sumber : Bloomberg.com)

Sementara itu, riset global dari Bloomberg menyatakan, pada tahun 2020 lebih dari separuh penduduk Indonesia akan terlibat di aktivitas e-Commerce. McKinsey dalam laporan bertajuk „Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity’ juga menyebutkan,

peralihan ke ranah digital akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga US$ 150 miliar dolar pada tahun 2025. Laporan itu menyatakan pula, 73 persen pengguna internet di Indonesia mengakses internet melalui perangkat selular. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah dalam lima tahun ke depan.

(24)

secara online. Berikut merupakan faktor-faktor pesatnya perkembangan belanja daring di Indonesia.

1. Kategori produk yang bisa dijual sangat beragam. 2. Jangkauan pengiriman barang semakin luas.

3. Banyaknya media yang bisa digunakan untuk berjualan.

2.3.3 Mekanisme belanja daring

Saat konsumen ingin membeli produk, mereka akan melihat merek dan karakteristik produk atau layanannya. Beberapa produk bisa dibeli dan dikirimkan dengan mudah secara online seperti perangkat lunak dan buku. Di sisi lain, beberapa produk sulit diputuskan melalui saluran online. Fitur web site adalah salah satu hal penting yang dapat memengaruhi konsumen untuk membeli produk secara online. Misalnya, pengecer dapat menggunakan teknologi tinggi untuk memperbaiki situs web

mereka agar dapat memengaruhi persepsi lingkungan konsumen (Prasad dan Aryasri, 2009). Jika situs web terlalu lambat, tidak navigasi, atau tidak cukup aman, tentunya akan berdampak negatif terhadap kemauan konsumen untuk mencoba atau membeli produk dari laman tersebut. Saat konsumen ingin membeli produk, mereka akan melihat merek dan karakteristik produk atau layanannya.

(25)

Penjual mungkin mempertimbangkan menawarkan kebijakan penjaminan uang kembali termasuk pengembalian ongkos kirim untuk mengurangi pembelian.

Setelah konsumen melakukan transaksi, produk yang dibeli akan dikirim oleh toko terkait ke alamat yang telah diisi konsumen. Durasi proses pengiriman sampai produk sampai ke tangan konsumen bersifat tentatif karena bergantung pada jarak antara destinasi pengiriman dengan lokasi toko terkait. Setelah barang sampai di tangan konsumen, ini lah hal yang menentukan keberhasilan suatu toko online. Terkadang, produk yang diterima tidak sesuai dengan apa yang dideskripsikan di laman online dan terdapat kecacatan. Beberapa penjual online biasanya tidak setuju untuk melakukan pengembalian dana atau penukaran produk karena harus dilakukan proses pengiriman ulang. Hal ini tentunya akan merusak kepercayaan konsumen terhadap toko tersebut.

2.3.4 Keuntungan dan kerugian belanja daring

Seperti proses pembelian barang pada umumnya, belanja daring pun memiliki keuntungan dan kerugian. Berikut ini merupakan pemaparan mengenai keuntungan dan kerugian belanja secara daring.

a. Keuntungan belanja daring

1) Kenyamanan dalam proses jual beli

Jual beli online telah menjadi bagian penting dari kehidupan banyak orang. Salah satu alasan utama banyak orang beralih ke belanja

(26)

dibandingkan dengan belanja real time (Desti, 2017). Siswa dan orang tua mengandalkan internet untuk mendapatkan dan menjual buku teks dengan harga terjangkau, toko virtual memungkinkan orang untuk berbelanja dari rumah mereka tanpa tekanan dari tenaga penjualan, dan pasar online menyediakan tempat baru dan lebih nyaman untuk pertukaran barang secara virtual.

2) Aksesnya yang mudah

Salah satu manfaat utama belanja daring adalah karena kemudahan aksesibilitasnya. Banyak konsumen beralih ke belanja daring hanya karena sangat mudah digunakan dan seseorang dapat melakukan pembelian online dengan sekali klik tetikus saja. Karena mudahnya untuk mengakses internet, konsumen dapat berbelanja kapanpun dimanapun mereka berada.

3) Belanja lebih fleksibel

(27)

terdapat perbandingan produk yang dapat membentuk untuk memutuskan produk mana yang ingin dibeli.

b. Kerugian belanja daring

1) Risiko kecacatan barang

Karena tidak adanya kegiatan tatap muka dalam proses jual beli, konsumen tidak dapat melihat langsung secara fisik apalagi menyentuh barang yang ingin dibeli. Konsumen hanya bisa menerka dari deskripsi barang dan gambar yang ditampilkan di laman toko online terkait.

2) Rawan penipuan

Pilihan pembayaran juga bisa menjadi kerugian karena selalu ada risiko saat mengenalkan data secara online. Ini mungkin merupakan risiko keamanan pada bagian klien atau dari toko online dan ini adalah masalah yang patut dipertimbangkan. Penipuan online sangat populer dan itulah sebabnya orang perlu memberi perhatian ekstra saat membeli secara online.

3) Masalah dalam proses pengiriman

(28)
(29)

19 Berdasarkan penyebaran kuesioner yang telah diisi oleh 69 responden dari massa TPB FTI ITB 2017, sebanyak 56 responden atau 81,2 % dari responden sebenarnya lebih memilih untuk berbelanja secara konvensional daripada melakukan belanja daring. Sedangkan 13 responden lainnya (18,8%) lebih memilih untuk berbelanja daring. Berikut diagram presentasenya.

Diagram 1 Pilihan Metode Berbelanja

Berdasarkan data yang diperoleh, dalam melakukan belanja daring, kebanyakan mahasiswa TPB FTI ITB 2017, yaitu sebanyak 31 % (35 orang), biasanya membeli pakaian. Selain berbelanja pakaian, sebanyak 18 % dari responden atau sebanyak 21

81% 19%

Dalam berbelanja, saya lebih memilih

(30)

orang, menjawab biasanya membeli produk kecantikan seperti kosmetik (make up) saat berbelanja daring. Selain itu, makanan juga menjadi salah satu produk yang laku dalam pasaran online, sebanyak 16 % dari responden (18 orang) menjawab biasanya membeli makanan saat berbelanja daring. Beberapa barang seperti buku, alat tulis, barang elektronik, aksesoris juga biasanya dibeli secara online oleh kalangan mahasiswa TPB FTI ITB 2017. Berikut diagram persentasenya.

Diagram 2 Barang yang Biasa Dibeli Secara Online

Berdasarkan hasil pengamatan yang ada, kebanyakan mahasiswa TPB FTI ITB 2017, yaitu sebanyak 31 orang (46% dari total responden), melakukan belanja daring

Barang yang biasa saya beli secara online

(31)

berbelanja daring sebanyak lebih dari dua kali dalam satu minggu. Begitu pula dengan yang menjawab berbelanja daring hanya satu kali dalam satu minggu. Banyak pula yang menjawab waktu untuk berbelanja daring itu tidak tentu karena sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan survei, ternyata masih ada beberapa orang yang tidak pernah melakukan belanja daring. Berikut diagram presentasenya.

Diagram 3 Rutinitas Berbelanja Daring

Adaptasi industri barang konsumsi dalam belanja daring terus dilakukan karena belanja daring dinilai memilki banyak keuntungan jika dibandingkan dengan berbelanja secara konvensional. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, kebanyakan mahasiswa TPB FTI ITB 2017 ,yaitu sebanyak 60 orang (35 % dari responden), menjawab keuntungan belanja daring yang paling utama adalah menghemat waktu. Sebanyak 48 orang lainnya, yaitu 28 % dari responden, menjawab keuntungan dari belanja daring

(32)

adalah aksesnya yang mudah. Selain itu, belanja daring dirasa lebih fleksibel dan barang yang dibeli secara online harganya cenderung lebih murah. Berikut diagram presentasenya.

Diagram 4 Keuntungan Belanja Daring

3.2 Bentuk Adaptasi Industri Barang Konsumsi

Keterbatasan ruang dan waktu antara konsumen dan produsen untuk melihat secara langsung produk yang akan dibeli, memunculkan sebuah inovasi baru bagi produsen agar konsumen mengerti secara detail produk yang akan dibeli. Dalam perkembangannya, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam produksi Fast Moving Consumer Goods, menggunakan sistem digital untuk melayani permintaan konsumen tersebut. Inovasi ini memunculkan katalog produk digital yang memfasilitasi kebutuhan konsumen untuk mengerti lebih lanjut produk yang akan dibeli.

35%

15% 28%

22%

Keuntungan Belanja Daring

(33)

Industri barang konsumsi berkembang seiring dengan munculnya toko belanja daring. Perkembangan ini dapat ditinjau dari aspek produk itu sendiri maupun dari kemasan produk. Kemasan barang yang awalnya dikemas secara rapi kemudian berjajar di dalam rak – rak supermarket, sekarang mengalami perkembangan untuk dikemas sedemikian rupa agar dapat bertahan lebih lama saat melalui proses pengiriman barang pada kegiatan belanja daring.

3.2.1 Adaptasi Barang Konsumsi

Munculnya sistem belanja daring membuat industri barang konsumsi melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan masyarakat. Beberapa industri barang konsumsi mengubah produknya sedemikian rupa sehingga tetap layak dikonsumsi setelah melalui proses pengiriman barang yang cukup lama. Berikut merupakan beberapa jenis industri produk konsumsi yang menyesuaikan diri terhadap munculnya sistem belanja daring.

1. Industri Minuman

(34)

Pada awal tahun 2000, industri minuman mulai banyak melakukan inovasi untuk membuat serbuk minuman sehingga dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja sesuai dengan keinginan konsumen. Perkembangan selanjutnya dari industri serbuk minuman ini adalah dapat dikonsumsi dengan aneka rasa mengikuti tren keinginan pasar.

Gambar 2 Serbuk Minuman (Sumber: pinterest.com)

2. Makanan Siap Saji dan bumbu masak

Gambar 3 Makanan Siap Saji dan Bumbu Masak (Sumber : Google Images)

(35)

Akan tetapi, tidak semua masyarakat menyukai kekhasan aroma sambal, oleh karena itu industri barang konsumsi melakukan inovasi dengan membuat sambal berbentuk serbuk yang dapat dinikmati dimana dan kapan saja. Selain itu, sambal berbentuk bubuk ini tidak menimbulkan aroma yang menyengat, sehingga dapat digunakan oleh siapapun.

Dewasa ini, makanan dalam kemasan bukan hanya berupa makanan-makanan kering, tetapi makanan-makanan basah seperti makanan-makanan tradisional rendang, dendeng dan mie juga diolah rupa sehingga dapat disajikan dengan cepat dan praktis. Dalam industri barang konsumsi, makanan siap saji seperti mie, rendang dan dendeng ini diolah agar dapat bertahan lama. Adaptasi dari barang-barang konsumsi inilah yang memudahkan produsen dengan sitem daring mengirimkan barang konsumsi ke konsumen agar tetap dapat dikonsumsi dengan lezat.

3.2.2 Adaptasi Kemasan Barang Konsumsi

Dalam sistem belanja daring, proses pendistribusian barang ke konsumen menjadi hal penting untuk diperhatikan. Pendistribusian dapat diartikan pula pengiriman barang dari perusahaan ke pengguna. Secara umum, penyesuaian yang dilakukan industri kemasan produk konsumsi dibuat agar dapat memenuhi hal – hal berikut.

1. Tidak mudah rusak karena benturan.

(36)

dengan pelemparan barang dari tempat persortiran ke bagasi. Hal ini menunjukan, resiko kerusakan barang konsumsi cukup tinggi. Sehingga diperlukan kemasan yang mampu melindungi produk konsumsi.

2. Tahan lama

3. Mudah didaur ulang 4. Ringan

5. Dapat digunakan sebagai fungsi lain.

Kemasan barang konsumsi akan lebih bermanfaat apabila dapat bersifat multifungsi. Selain berguna untuk konsumen, sampah barang industri juga dapat berkurang sehingga dapat membantu mengurangi limbah di lingkungan.

Berdasarkan data hasil kuesioner yang telah disebarkan, barang yang dijual secara daring memiliki kemasan yang berbeda dengan barang yang dijual secara tradisional. Perbedaan ini menunukkan telah adanya adaptasi yang dilakukan industri barang konsumsi.

Berikut beberapa perkembangan kemasan barang konsumsi dalam upaya menyesuaikan diri terhadap tren belanja daring.

1) Kemasan makanan

(37)

Gambar 4 kemasan sayur dan buah – buahan (Sumber : pinterest.com)

Permintaan konsumen, terutama di kalangan masyarakat urban, yang tinggi terhadap kebutuhan sayuran dan buah – buahan, membuat produsen barang konsumsi berinovasi untuk membuat kemasan produk yang sesuai dengan kriteria yang disebutkan di atas. Kriteria tersebut di antaranya adalah tahan lama, tidak mudah rusak, serta mampu menjaga kesegaran sayur dan buah-buahan sehingga dapat dikonsumsi dengan lezat dan mengandung nutrisi yang tinggi walaupun sudah melalu proses pendistribusian yang cukup lama.

2) Kemasan minuman

(38)

Teh merupakan komoditi yang memiliki permintaan pasar yang cukup besar. Dengan mengikuti perkembangan industri, teh yang awalnya dikemas menggunakan kertas diubah bentuk kemasannya menjadi kain yang memiliki lubang – lubang kecil. Kemasan kain berlubang kecil ini selain berfungsi untuk memudahkan menyaring ampas teh pada minuman, juga bersifat ringan, tidak mudah rusak dan membuat teh tetap berada pada tempatnya yaitu tidak berceceran.

Gambar 5 Botol Minum dan Kemasan Baru Botol (Sumber : pinterest.com)

(39)

3) Kemasan barang toilet

Gambar 6 Kemasan Detergen (Sumber: pinterest.com)

Selain kemasan makanan dan minuman yang mengalami perubahan, kemasan barang toilet juga mengalami adaptasi industri kemasan. Awal mulanya barang toilet seperti detergen dikemas menggunakan botol kemasan, namun sekarang mulai bermunculan kemasan plastik yang lebih mudah dibawa, ringan, dan tidak mudah bocor ketika harus mengalami pendistribusian dari satu tempat ke tempat lain. Adaptasi industri ini menjamin detergen tidak tumpah pada proses pengiriman.

4) Obat – obatan

(40)

Dalam bidang farmasi, industri juga melakukan adaptasi dengan megubah kemasan obat sesuai dengan perkembangan teknologi. Kemasan obat telah mengalami revolusi mulai dari bentuk tablet hingga kini muncul tempat penambung obat sehingga dapat digunakan sesuai kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan, 52.8 % responden berpendapat bahwa aspek yang sekarang ini lebih terlihat menyesuaikan diri terhadap perkembangan tren belanja daring adalah kemasan produk konsumsi. Sedangkan sisanya, yaitu 47,6 % responden berpendapat bahwa produk konsumsi yang terlihat melakukan adaptasi.

Diagram 5 Aspek yang Berbeda antara Belanja Daring dan Belanja Konvensional

(41)

Berdasarkan kuesioner, 52,4 % responden berpendapat bahwa perusahaan yang bergerak di industri Fast Moving Consummer Goods (FMCG) masih belum melakukan adaptasi perubahan kemasan maupun produk konsumsi terhadap tren belanja daring.

Diagram 6 Adaptasi Industri Barang Konsumsi

3.3 Kendala Industri Barang Konsumsi dalam Menghadapi Tren Belanja Daring Tren belanja masyarakat mengalami perubahan signifikan seiring dengan perkembangan teknologi. Meningkatnya tren belanja daring di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa, menjadi tantangan bagi berbagai sektor industri, termasuk industri barang konsumsi, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tidak dapat dimungkiri bahwa industri barang konsumsi menghadapi sejumlah kendala dalam adaptasinya. Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada sejumlah mahasiswa TPB FTI ITB 2017, sektor industri barang konsumsi masih memiliki kekurangan dalam

Apakah industri barang konsumsi sudah

beradaptasi seperti yang seharusnya?

Sudah

(42)

hal penjualan daring atau online. Diagram berikut menunjukkan respons para responden mengenai kekurangan belanja secara daring.

Diagram 7 Kekurangan Belanja Daring

Sekitar 40% responden mengkhawatirkan risiko kecacatan barang saat melakukan belanja daring. Sementara itu, 36% responden lainnya menganggap belanja daring masih rawan penipuan, sedangkan 24% sisanya menyayangkan proses pengiriman barang yang lama.

40%

36% 24%

Apa saja kekurangan belanja secara daring?

(43)

Gambar 8 Kecacatan Produk dan Kemasannya (sumber: Accenture e-Commerce Report)

Risiko kecacatan barang kerap terjadi karena kemasan barang yang kurang kokoh dan tahan banting. Padahal penjualan barang secara daring memerlukan kemasan produk yang lebih kuat dan tahan lama agar tidak terjadi kerusakan selama proses pengiriman. Jika terjadi kecacatan produk atau kemasan produk, konsumen akan kehilangan kepercayaan terhadap produk tersebut. Selain itu, kasus ini juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi citra perusahaan manufaktur produk tersebut. Untuk mengatasi kendala tersebut, diperlukan inovasi kemasan produk agar kecacatan dan kerusakan produk saat pengiriman dapat dicegah. Salah satu solusinya adalah dengan menlakukan tes ketahanan produk, yaitu dengan 9 drop test, uji getar, dan 8 drop test

(44)

Gambar 9 Inovasi Kemasan Produk untuk Belanja Daring (sumber: Bemis e-Commerce)

Kendala selanjutnya, yaitu belanja barang konsumsi secara daring masih rawan penipuan. Hal ini membuat konsumen ragu menginvestasikan uangnya dengan berbelanja secara daring. Untuk itu, industri barang konsumsi sebaiknya meyediakan platform yang aman dan dapat dipercaya agar konsumen dapat dengan nyaman membeli bang konsumsi secara daring.

(45)
(46)

36 BAB IV

PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian, terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi pentingnya adaptasi industri barang konsumsi dalam menghadapi tren belanja daring. Hal ini didukung oleh banyaknya keuntungan yang dirasakan mahasiswa TPB FTI ITB 2017 dengan melakukan belanja daring. Keuntungan dari berbelanja daring antara lain adalah menghemat waktu, aksesnya yang mudah, belanja lebih fleksibel untuk dilakukan, dan harga barang yang cenderung lebih murah.

Adaptasi yang dilakukan industri barang konsumsi dalam menghadapai tren belanja daring adalah dengan melakukan inovasi perubahan bentuk produk dan kemasannya. Produk dan kemasan diharapkan dapat diolah menjadi sedemikian rupa sehingga bersifat tahan lama, mudah didaur ulang, ringan, dan multifungsi. Akan tetapi, dalam kenyataannya perusahaan yang bergerak dalam Fast Moving Consumer Goods (FMCG) masih banyak yang belum melakukan adaptasi produk dan kemasan sehingga mempengahuri tingkat keamaanan benda saat dilakukan proses pendistribusian dari produsen ke konsumen.

(47)

yang relatif rendah akibat tingginya risiko kecacatan produk, rawannya terjadi penipuan, dan pengiriman barang yang cenderung lama.

4.2 Saran

(48)

38

binge-is-sign-of-southeast-asia-market-size. Diakses pada 8 November 2017.

Comegys, Hannula, dan Váisánen. 2009. “Effects of Consumer Trust and Risk On

Online Purchase Decision-Making: A Comparison of Finnish and United States Students” dalam International Journal of Management Vol. 26 No. 2.

Dafluff. 2017. “Online Shopping in Indonesia”.

https://www.expatindo.org/online-shopping-indonesia/. Diakses pada 7 November 2017.

Deloitte. 2017. 2017 Consumer Products Industry Outlook. United States: Deloitte Development.

Hadlock, P., Raja, S., Black, B., Gell, J., Gormley, P., Sprecher, B., … Satchu, J. 2014.

(49)

Kannaiah, Desti dan Shanthi. 2015. “Consumers’ Perception on Online Shopping”

dalam Journal of Marketing and Consumer Research Vol. 13.

Katawetawaraks, Chayapa dan Cheng Lu Wang. 2011. “Online Shopper Behavior:

Influences of Online Shopping Decision” dalam Asian Journal of Business

Research Vol. 1 No. 2.

Kesteloo, M., Medeiros, A., dan Potter. 2017. “Cost Cutting Is Not The Only Strategic

Choice For Profit Growth”.

https://www.strategyand.pwc.com/media/file/2017-Consumer-Packaged-Goods-Trends.pdf. Diakses pada 8 November 2017.

Laudon dan Traver. 2009. E-Commerce Business. Technology. Society. Edisi 5. New Jersey: Prentice Hall.

Perrigo, C., Rawlinson, R., & Fernandes, F. 2012. A Strategy for Omnichannel Success.

Booz & Company.

Rob. 2012. “The Negative Aspects Of Online Shopping”.

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://pacificscience.net/

the-negative-aspects-of-online-shopping/. Diakses pada 7 November 2017.

Tania. 2016. “Perkembangan Potensi Bisnis Online Shop Indonesia”.

(50)
(51)

LAMPIRAN A

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

LAMPIRAN B

(62)

LAMPIRAN C

(63)

LAMPIRAN D

PENGECEKAN PLAGIARISME

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

54

terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. selaku Rektor ITB 2017 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggunakan fasilitas di ITB dalam menyelesaikan makalah ini.

3. Ibu Linda Handayani Sukaemi, M.Hum. selaku dosen mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah Kelas 23 yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran dengan sepenuh hati sampai makalah ini selesai dengan tepat waktu.

4. Orang tua penulis yang telah memberi dukungan secara moral dan material dalam penyusunan makalah ini.

5. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan FTI ITB 2017 yang telah membantu menyebarkan dan mengisi kuesioner penelitian penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

6. Teman-teman sekelas TTKI Kelas 23 yang telah membagikan informasi secara sukarela mengenai ketentuan pembuatan makalah ini.

(81)
(82)

RIWAYAT HIDUP PENULIS 1. Alya Afifah Baktiar

Nama lengkap penulis ialah Alya Afifah Baktiar. Penulis yang lahir di Kota Medan, 11 April 2000 ini, akrab dipanggil Alya. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan suami istri, Bapak Agus Baktiar dan Ibu Indah Rusmawati. Saat ini, penulis berkediaman di Kompleks Panorama Alam Parahyangan blok C 5, Bandung 40293.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Nurul Azizi, Medan dan TK Az-Zakkiyah, Bandung pada tahun 2004-2005. Selanjutnya, penulis menempuh jenjang pendidikan SD di Al-Irhaam Global Islamic School hingga tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 7 Bandung pada tahun 2011-2014, kemudian bersekolah di SMA Negeri 3 Bandung pada tahun 2014-2017. Saat ini, penulis sedang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung.

(83)

diminatinya, yaitu bahasa Jerman. Berbekal pelatihan intensif dan pembelajaran selama dua tahun, penulis berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan predikat juara 2 tingkat A2 pada ajang Internationale Deutscholympiade 2016 di Berlin, Jerman. Selain dalam bidang akademik, penulis juga pernah mengikuti beberapa lomba debat bertaraf nasional, yaitu ALSA Unpad Debating Championship dan

Phyxius English Debating Championship. Pada kedua lomba tersebut, bersama timnya, penulis berhasil lolos ke babak final dan meraih gelar juara 2.

Selain mengikuti berbagai lomba dan olimpiade, penulis juga pernah melakukan riset pada tahun 2016 dengan judul “Masker Anti Asap Rokok” dan menghasilkan produk berupa masker dengan filter khusus untuk menangkal asap rokok. Kesibukan penulis di masa kuliah ini adalah mempelajari teknik debat lebih jauh dan mempraktikannya dalam lomba dengan mengikuti unit Student English Forum ITB.

2. Amelia Ilma Khaerani

(84)

Handoyo dan Ibu Nur Hikmah ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini penulis bertempat tinggal di Komplek Tanjungsari Asri Residence Blok A No 25, Antapani, Bandung.

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak – Kanak Pembina pada tahun 2004 – 2005. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Kudaile 5 pada tahun 2005 – 2011. Pada tahun 2014, penulis lulus dari SMP Negeri 1 Slawi, dan melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Semarang. Tahun 2015, penulis harus mengikuti kepindahan dinas orang tua dan menjadi siswa mutasi di SMAN 3 Bandung hingga tahun 2017. Saat ini, penulis tercatat sebagai mahasiswa aktif di Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung.

(85)

3. Miranda Prima Alifiana

Nama lengkap penulis yaitu Miranda Prima Alifiana, akrab dipanggil Miranda. Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juli 1999. Penulis merupakan anak satu-satunya dari pasangan Bapak Djatmiko dan Ibu Dyah Irawati. Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam, kini penulis beralamat di Jalan Raden Patah no. 6, Bandung.

Riwayat pendidikan penulis yaitu pada tahun 2004-2005 penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Kartika Bulak Rantai. Pada tahun 2005-2011, penulis menempuh pendidikan di SDI PB Soedirman Cijantung. Penulis lalu melanjutkan pendidikannya di jenjang Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Labschool Cibubur sampai tahun 2017. Sekarang penulis sedang menjalankan perkuliahan di Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung. Prestasi penulis antara lain adalah mengikuti Olimpiade Matematika ITS pada tahun 2014, berpartisipasi dalam Australian Mathematics Competition pada tahun 2015, mengikuti seleksi olimpiade kimia “NOPEC” pada tahun 2016, mengikuti

Olimpiade Sains tingkat Kota Bekasi bidang fisika pada tahun 2016, dan berpartisipasi dalam Math Modeling Competition dari ITB pada tahun 2016.

Gambar

Gambar 1 Posisi Pasar Online Indonesia di Asia Tenggara (Sumber : Bloomberg.com)
Gambar 1 Botol Minuman (Sumber: pinterest.com)
Gambar 3 Makanan Siap Saji dan Bumbu Masak  (Sumber : Google Images)
Gambar 4 kemasan sayur dan buah  – buahan (Sumber : pinterest.com)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Euthanasia menjadi hal yang diperdebatkan diberbagai belahan dunia, permasalahannya berpangkal pada apakah tindakan Euthanasia itu

Berdasarkan pemaparan tersebut, muatan norma secara kategori yang ditemukan sudah sesuai dengan deskripsi norma menurut Margono (2002:67) yang menyatakan norma adalah tolok

Oktavinda Safitry, SpF, MPd.Ked – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 12.10 – 12.40 Pembuatan Visum et Repertum pada Kasus Kekerasan Seksual dan

Simulasi Analisis Standar Belanja (ASB) dengan pendekatan Activity Based Costing (ABC) berusaha mencoba untuk mempraktekkan suatu pola atau struktur Analisis

Oleh karena itu proses PL yang efektif harus menentukan sekumpulan task set, masing-masing dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tipe proyek yang berbeda....

Sarana dan prasarana merupakan bagian dari alat pendidikan yang sangat penting, guna menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu perlu sekali adanya pengelolaan pendidikan

Rencana stratgis bagian Rehabilitasi medis bandung diperoleh melaui kajian faktor-faktor internal dan eksternal, yang diperoleh nilai dari analisis faktor eksternal antara peluang

Skripsi ini membahas mengenai kajian substitusi tepung garut (Maranta arundinacea) terhadap karakteristik fisik dan fungsional bakso ikan tongkol (Euthynnus