• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK KPK VS KEPOLISIAN DALAM BINGKAI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONFLIK KPK VS KEPOLISIAN DALAM BINGKAI (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK KPK VS KEPOLISIAN DALAM BINGKAI

KOMPAS DAN RAKYAT MERDEKA

Febi Windya* /Eko Harry Susanto** email : pheebee_do1@yahoo.com

ekohs@centrin.net.id

Abstract: This article discusses the frame differences between Kompas and Rakyat Merdeka when both of them were exposing the conflict of KPK-Police (Gecko versus Crocodile). Kompas daily likely considers it a problem of humanity, while Rakyat Merdeka daily seems to scrutinize it representing the interests of the people, ideology, and business. The author concludes that sometimes it is very difficult for media to become objective and avoid taking side in publishing a certain conflict.

Keywords: framing, conflict.

Pendahuluan

sai merayakan pesta demokrasi, seluruh masyarakat Indonesia dikejutkan dengan kisruh permasalahan yang terjadi antara Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dengan Kepolisian Republik Indonesia, yang sering disebut sebagai cicak versus buaya. Kasus ini kemudian menjadi sorotan dan pergunjingan banyak pihak, termasuk media massa. Semua media nasional, mulai dari media cetak, media elektronik, dan internet sibuk memberitakan perkembangan kasus yang menghebohkan di penghujung tahun ini sesuai dengan ideologi media tersebut. Mulai dari media yang berideologi liberal atau netral, atau yang juga disebut sebagai media berporos tengah dalam pemberitaan, sampai media yang beraliran keras yang lebih menyuarakan pendapat masyarakat ketimbang kepemilikan media.

Kompas, sebagai salah satu media besar yang memiliki kredibilitas yang tinggi di mata pembacanya, juga tidak pernah luput memberitakan perkembangan KPK versus Kepolisian. Banyak kalangan yang menilai, Kompas selalu berporos netral dalam pemberitaan kasus ini.

Jika Kompas dinilai seperti itu oleh masyarakat umum, bagaimana dengan Rakyat Merdeka, yang sangat dikenal dengan ideologi “suara rakyat”, dalam membingkai kasus KPK versus Kepolisian ini? Jadi, sangatlah menarik jika kita dapat melihat dan mengetahui tentang perbedaan persepsi kedua media tersebut terhadap satu peristiwa yang sama.

Konflik KPK VS Kepolisian

* Febi Windya adalah alumnus Faklutas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara, Jakarta. Tulisan ini dibuat dari pengembangan skripsi penulis.

(2)

Permasalahan antara KPK dengan Kepolisian ini bermula dari ditetapkannya dua pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah, dalam kasus penyalahgunaan wewenang. Mereka dituduh telah terlibat penyalahgunaan tersebut saat mengeluarkan surat cekal terhadap pemimpin PT Masaro Radiokom Anggoro Widjaja, serta mencabut cekal Djoko Soegiarto Tjandra, bos PT Era Giat Prima.

Namun saat penyidikan berlanjut, polisi kemudian menduga pimpinan KPK nonaktif juga terlibat dalam kasus penyuapan ini. Mereka diduga menerima suap dari Anggoro Widjaja yang saat ini berstatus sebagai tersangka kasus pengadaan sistem komunikasi radio terpadu di departemen kehutanan. Anggoro pun kini berstatus sebagai buronan.

Kasus ini semakin melebar ketika KPK menemukan bukti bahwa Kabareskrim Mabes Polri, Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji, ternyata telah menemui Anggoro Widjaja di Singapura. Padahal, KPK sudah menetapkan Anggoro sebagai tersangka kasus korupsi dan buron sehingga KPK meminta bantuan polisi untuk menangkapnya.

Alih-alih menangkap, Susno pun akhirnya diduga tidak hanya sekadar menemui Anggoro pada 10 Juli 2009 lalu. KPK menduga ada perjanjian gelap yang dilakukan oleh Susno dan sang buronan. Banyak juga yang menduga bahwa kasus penangkapan dua pimpinan nonaktif KPK ini merupakan lanjutan dari kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen, Dirut PT. Putra Rajawali Banjaran, yang melibatkan Antasari Azhar, yang kemudian berstatus sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Kasus ini juga diduga kuat sebagai upaya dari beberapa pihak untuk menjatuhkan lembaga KPK.

Daftar panjang kasus ini semakin bertambah ketika rekaman pembicaraan antara Anggodo Widjaja dengan adik kandung tersangka yang berbicara kepada beberapa pihak mengenai rekayasa penangkapan Bibit dan Chandra, dan ada upaya perlindungan terhadap Anggoro Widajaja.

Rekaman yang diperdengarkan di sidang Mahkamah Konstitusi tersebut semakin jelas membuktikan dan membuat posisi KPK semakin berada di atas awan. Sebaliknya, para penegak hukum di Indonesia semakin tersudut. Rekaman percakapan ini kemudian juga membuat masyarakat Indonesia merasa yakin, ada upaya untuk menjatuhkan citra KPK di mata umum. Dalam rekaman itu bahkan terbukti adanya rencana pembunuhan terhadap Bibit dan Chandra. Bukan hanya itu, nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun ikut terbawa sebagai pihak yang memberi wewenang kepada Kepolisian untuk menangkap dan menonaktifkan kedua pemimpinan KPK tersebut.

Kasus ini jelas sangat mencoreng wajah penegak hukum di Indonesia. Kejaksaan Negeri dan Kepolisian yang seharusnya mengusut dan membela kebenaran kini malah menjadi sebaliknya, mereka justru menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat dan pihak-pihak penegak hukum lainnya.

(3)

Hukum Universitas Indonesia, praktisi hukum Todung Mulya Lubis, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, serta Rektor UIN Jakarta Komaruddin Hidayat.

Tim verifikasi fakta kasus KPK yang biasa disebut sebagai Tim 8 ini dibentuk sesuai dengan Keputusan Presiden pada 2 November 2009, diketuai oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi, mengecek semua fakta, dan memperhatikan proses berjalannya kasus sejak awal. Presiden memberi waktu 15 hari kepada tim ini untuk mencari fakta dan melaporkannya kembali.

Berita konflik yang terjadi antara KPK melawan Kepolisian yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir ini selalu mendapat tempat istimewa di berbagai media massa. Ini merupakan konflik terbesar di penghujung tahun ini di mana seluruh lapisan masyarakat Indonesia, termasuk media massa, memusatkan perhatian mereka pada permasalahan KPK dan Kepolisian. Selain itu, kedekatan (proximity) antara konflik antara KPK dan Kepolisian dengan masyarakat Indonesia juga menjadi pengaruh besar dalam pemberitaan.

Framing KOMPAS

Kompas mengutamakan visi humanis transdental yang sering dikaitkan dengan katolik, dan berideologi netral. Sebagai konsekuensi dari humanisme tersebut, Kompas juga menggunakan bahasa humanitatis dalam setiap penyajian fakta terhadap pembacanya. Dalam berbahasa, Kompas tidak kenes, tapi plastis. Tidak memakai bahasa yang kering, formal, abstrak, dan rasional, tetapi menyangkut perasaan, intuisi, dan emosi manusia.

Ada tiga strategi pembahasaan yang dilakukan Kompas bila harus mengupas sebuah masalah sensitif yang berkembang di tengah masyarakat. Pertama, model jalan tengah (MJT). Model ini menggugat secara tidak langsung. Mengkritik, tapi disampaikan dengan santun, terkesan berputar-putar, dan mengaburkan pesan yang hendak disampaikan. Kedua, model angin surga (MAS). Dalam mengupas masalah, Kompas tidak menggugat atau mempertanyakan hal-hal tertentu, tetapi lebih sebagai imbauan serta harapan. Ketiga, model anjing penjaga (MAP), yang bersifat terbuka dan menggunakan bahasa yang lebih berani.

Dalam menyusun fakta, Kompas menekankan sifat yang berimbang dan netral, serta tidak memihak pada poros manapun. Sudut pandang Kompas dalam membentuk berita ini adalah di antara kisruh KPK dan Kepolisian dibutuhkan pihak tengah, yaitu Presiden SBY.

Dalam mengisahkan fakta berita, Kompas lebih mengutamakan netralitas dan tidak memasukkan opini wartawan ke dalamnya demi menghindari keberpihakan terhadap KPK maupun Kepolisian. Berita tetap dibuat dengan unsur 5W+1H. Kompas juga lebih seimbang dalam memilih tema berita (judul berita), menentukan narasumber, dan mengutip pernyataan dari narasumber. Dalam menekankan fakta yang ada, Kompas lebih menekankan lewat foto. Tidak melalui kata-kata, grafis, pengandaian, ataupun perumpamaan (metafora).

Framing Rakyat Merdeka

(4)

“tukang kompor”, sampai ketidaksesuaian judul dan isi berita yang bisa menimbulkan kerusuhan. Di bulan-bulan pertama terbitnya, koran tersebut sering mendapat kecaman dan teror yang bernada protes bahkan disertai ancaman, seperti hendak meledakkan atau membakar kantor koran tersebut.

Koran Rakyat Merdeka lebih dikenal sebagai suratkabar politik, tanpa meninggalkan berita hiburannya. Suratkabar ini selalu tampil dengan berita-beritanya yang keras hingga tak salah jika kemudian Rakyat Merdeka menempatkan dirinya sebagai suratkabar oposisi yang siap mengkritik siapapun, yang kekuasaannya merugikan rakyat banyak.

Visi dari Rakyat Merdeka adalah menjadi koran oposisi terkuat di Indonesia terhadap siapapun yang nantinya akan berkuasa. Dan akan mengkritik habis-habisan bila ada kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat banyak. Atau dengan kata lain, Rakyat Merdeka memang sengaja dibuat sebagai alat kontrol sosial terhadap pemerintah, dan hadir sebagai penyambung aspirasi suara rakyat. Tampil dengan motto “The Political News Leader”, Rakyat Merdeka, hingga kini, menjadi koran terkemuka dalam menyajikan isu-isu politik terbaru dan terdepan dalam pemberitaannya.

Mengenai KPK, Rakyat Merdeka menyusun fakta berita dengan mendominasi isinya dengan kasus tersebut. Dalam setiap teksnya, koran ini selalu memberi kesan menyuarakan keadilan dan mendukung KPK.

Wartawan-wartawannya juga punya cara yang berbeda ketika mengisahkan fakta. Mereka mengolah semua hal itu dengan berbagai cara yang dramatis untuk menarik perhatian dan simpati pembaca. Dengan tetap menggunakan unsur 5W+1H, redaksi membiarkan para wartawannya untuk menuliskan persepsi mereka dan mengembangkan fakta yang ada.

Tema berita yang dibentuk oleh wartawan Rakyat Merdeka memperlihatkan bagaimana cara wartawan menuliskan fakta, dan siapa yang didukung oleh harian ini dalam kisruh KPK melawan Kepolisian. Rakyat Merdeka lebih dominan dalam memberitakan, menentukan narasumber, dan mengutip pernyataan narasumber dari KPK. Suratkabar ini juga menekankan fakta berita lewat pengandaian, foto, leksikon, dan metafora (perumpamaan) untuk lebih menonjolkan ideologinya.

Perbandingan Framing KOMPAS dan Rakyat Merdeka

Dari sepuluh sampel berita yang diteliti, terlihat bahwa Rakyat Merdeka menjadikan dua berita sebagai headline di halaman utama. Kompas menjadikan tiga berita tidak sebagai headline, sementara tujuh berita lainnya menjadi headline di halaman utama. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel I: Judul Berita Kompas dan Rakyat Merdeka

Tgl

Judul berita Isi berita

Ket RAKYAT

MERDEKA KOMPAS

RAKYAT

MERDEKA KOMPAS 11 Sept

2009

Apa Benar Polisi Sudah Jadi Buaya

(headline, hal. 1,

KPK Penuhi Panggilan polisi

(Rubrik Politik dan

Petinggi KPK diperiksa oleh kepolisian dalam dugaan

penyalahgunaan

Petinggi KPK penuhi panggilan kepolisian untuk diperiksa dalam

(5)
(6)
(7)
(8)

Bibit-Chandra

Sumber: Hasil pengamatan peneliti.

Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa kasus KPK versus Kepolisian merupakan berita yang memiliki daya pengaruh luas di seluruh lapisan masyarakat. Kecenderungan Kompas tidak menempatkan berita KPK versus Kepolisian menjadi headline pada tanggal 11, 16, dan 25 September 2009, karena Kompas lebih fokus pada kepentingan masyarakat luas, seperti berita mudik lebaran, dan berita menjelang hari raya Idul Fitri. Sedangkan Rakyat Merdeka tidak menempatkan kasus KPK vs Kepolisian sebagai headline pada tanggal 2 dan 3 November 2009, karena berita lain seperti kasus Bailout dana Bank Century lebih menonjol dibanding kasus KPK vs Kepolisian yang sudah memasuki tahapan penyelesaian.

Judul berita Rakyat Merdeka sudah sangat jelas menunjukkan pandangan Rakyat Merdeka terhadap kasus ini. Judul itu menominalisasi bahwa penangkapan petinggi KPK oleh Polri merupakan pelemahan terhadap citra KPK. Dengan judul seperti di atas, Rakyat Merdeka ingin menunjukkan bahwa konflik sesungguhnya dimulai dari pihak kepolisian yang melakukan penangkapan para petinggi KPK, dengan tujuan ingin melemahkan citra KPK selama ini di mata masyarakat.

(9)

Cerita ini dikisahkan melalui 5W+1H yang dirangkum wartawan melalui kalimat-kalimat sebagai berikut: “Nah, drama cicak vs buaya kini ramai lagi setelah petinggi KPK dipanggil polisi untuk diperiksa dalam kasus dugaan penyalahgunaan wewenang”. Dalam judul yang menjadi headline di halaman muka terdapat kalimat: “Apakah Polisi sudah menjadi Buaya”, menunjukkan bahwa yang menjadi objek pemberitaan kali ini adalah kasus Kepolisian melawan KPK.

Untuk membentuk cerita lain, wartawan menambahkan fakta lainnya yang terangkum dalam kalimat “kemarin (Kamis, 10 September 2009) tiga pejabat KPK sudah lebih dulu diperiksa”. Kalimat ini dibuat untuk memberi penjelasan sejak kapan kasus mulai terjadi, dan untuk menjelaskan mengapa sampai bisa muncul kasus ini yang ditulis dalam kalimat: “istilah buaya dan cicak dipopulerkan oleh Kabareskrim Mabes Polri Komjen Susno Duadji, dalam wawancara dengan Majalah Tempo edisi 6-12 Juli”.

Wartawan juga menjelaskan kesimpulan akhir dari kasus tersebut dengan membuat pernyataan yang mengutip hasil wawancara dengan wakil Ketua KPK, Haryono Umar: “Wakil Ketua KPK Haryono Umar mengaku belum tahu siapa pimpinan KPK yang sudah menjadi tersangka…”

Dalam analisis Kompas, berita kali ini tidak dijadikan sebagai headline di halaman muka, tetapi justru menempatkannya di rubrik politik dan hukum di kolom kedua. Hal ini menunjukkan bahwa Kompas tidak terlalu menganggap penting berita mengenai pemeriksaan petinggi KPK oleh pihak kepolisian. Berbeda dengan Rakyat Merdeka yang menempatkan berita sebagai headline dan peristiwa penting.

Kompas lebih menekankan sikap netral dalam pemberitaan kali ini dengan memunculkan kutipan wawancara dari berbagai sumber, bukan hanya dari pihak KPK atau kepolisian saja. Tidak ada kecurigaan dari Kompas yang menyatakan bahwa ada upaya pelemahan citra KPK di mata publik. Tetapi, isi berita yang dibuat oleh wartawan adalah seputar siapa saja yang diperiksa, apa saja yang ditanyakan oleh pihak kepolisian, dan siapa yang diduga telah menjadi tersangka. Dengan memberi subjudul “Inisial CMH”, wartawan Kompas berupaya mengungkapkan kalau ada kemungkinan petinggi KPK yang ditahan adalah Chandra M. Hamzah.

Kompas menyajikan berita sesuai kriteria yang dimiliki oleh berita hardnews, yaitu berita dengan unsur 5W+1H. Wartawan mengisahkan fakta yang ada dengan cara menjelaskan, apa yang menjadi permasalahan di dalam berita ini? (what), siapa yang terlibat dalam kasus ini? (who), kapan polisi melakukan pemeriksaan terhadap para petinggi KPK? (when), kenapa perlu adanya pemeriksaan para petinggi KPK (why), bagaimana akhir dari pemeriksaan, sudah adakah pemimpin KPK yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian? (how).

Wartawan Kompas membentuk tiga tema (tematik) berita yang semuanya merujuk pada tema besar dari berita kali ini: “Petinggi KPK Diperiksa oleh Polisi”. Tema pertama: Ada tiga pemimpin KPK yang dipanggil oleh kepolisian sebagai saksi. Tema tersebut didukung dengan teks berita: “salah seorang saksi yang diperiksa, yakni kepala biro hukum KPK Chaidir Ramli…”

(10)

penyalahgunaan wewenang yang diduga dilakukan oleh salah seorang pimpinan KPK.”

Tema ketiga dibentuk wartawan denga memberi subjudul: “Inisial CMH”, untuk menjelaskan bahwa ada kabar bahwa pemimpin KPK berinisial CMH yang diduga melakukan penyalahgunaan wewewang, dengan mengutip pernyataan Chaidir Ramli, Kepala Biro Hukum KPK. Tema tersebut diperkuat dengan teks: “Ya, yang diduga (dilakukan) oleh CMH. Di surat panggilan kedua ada (disebutkan nama) itu.”

Frame retoris dibentuk Kompas tidak dengan menggunakan gambar maupun grafis, serta tidak menggunakan banyak istilah pengganti. Semua cerita dibentuk wartawan sesuai dengan keadaan yang ada dan tidak melebih-lebihkan. Dengan tujuan bahwa Kompas tidak memihak KPK maupun Kepolisian dalam kasus kali ini.

Tabel II: Perbandingan Frame

ELEMEN RAKYAT MERDEKA KOMPAS

SINTAKSIS 1. Meletakkan berita sebagai headline di halaman utama.

2. Lead yang ditulis dalam berita

kali ini merupakan

penggabungan dua lead yang

pertama Contrast Lead dan

Question Lead.

3. Mendominasi tulisan dengan

pendapat sumber dari KPK.

4. Membuat pernyataan keras

dengan mengoposisi KPK dan mengkritik pemerintah.

5. Penutup dibuat dengan

memberikan informasi: “belum

ada satupun pemimpin KPK

yang menjadi tersangka.”

1. Menempatkan berita kali ini

bukan di halaman pertama dan tidak dijadikan sebagai headline.

2. Tidak menggunakan lead.

3. Netral. Tidak mendominasi

tulisan dari pihak manapun.

4. Membuat pernyataan dengan

sifat netral

5. Ditutup dengan cerita bahwa

belum ada pernyataan yang jelas mengenai akan dibawa ke mana kasus ini, dan siapa saja yang terindikasi menjadi tersangka.

SKRIP Sesuai dengan 5W+1H:

What—Apa yang menjadi

pemberitaan

Who—Siapa saja objek

pemberitaan

When—Kapan kasus mulai terjadi

Where—Di mana kasus ini terjadi

Why—Mengapa bisa sampai ada

kasus tersebut

How—bagaimana kesimpulan

akhir dari kasus tersebut

Sesuai dengan 5W+1H: What: apa kasusnya;

Who: Siapa saja orang yang ada dalam kasus tersebut;

When: kapan kasus terjadi; Where: di mana kasus tersebut kini sedang di atasi;

Why; mengapa bisa sampai kasus tersebut terjadi;

(11)

TEMATIK Wartawan benar-benar memberikan informasi yang padat

serta berita dibuat secara

mendetail dalam berita ini. Dan lebih mendetail pada seputar objek berita, terutama KPK.

(1) Diperiksanya petinggi KPK oleh pihak kepolisian dengan

alasan penyalahgunaan

wewenang, (2) Siapa pihak yang menjadi cicak dan siapa yang menjadi buaya, (3) KPK berusaha untuk tetap tenang, walaupun mendapatkan tekanan dari pihak kepolisian.

Terdapat penggunaan kata ganti dalam beberapa kalimat, seperti:

cicak vs buaya seharusnya cicak lawan buaya.

“..Suasana pemeriksaan, isinya

banyak senda gurau...”

seharusnya kata „senda-gurau di

ganti dengan kata “canda,

bercanda-tawa.”

Wartawan kurang menekankan

detail cerita atau informasi dalam berita

(1) Ada tiga pimpinan KPK

dipanggil oleh pihak kepolisian

sebagai saksi dalam kasus

penyuapan terhadap pejabat KPK saat menangani kasus PT Masaro

Radiokom, (2) permasalahan

bagaimana kasus tersebut bisa muncul, (3) siapa saja yang menjadi narasumber dalam berita

kali ini (4) subjudul: “Inisial CMH”

yang isinya menjelaskan pendapat narasumber mengenai siapa CMH.

Jarang sekali menggunakan kata ganti dalam kalimat di setiap

paragraf. Namun, seringkali

menggunakan singkatan yang

bertujuan untuk merahasiakan

identitas seseorang.

RETORIS Melakukan penekanan fakta lewat pengandaian kata, seperti:

(1) Penggunaan kata “ditekan”

dalam kalimat : “meski terlihat “ditekan” namun

petinggi KPK tetap beritikad

baik memenuhi panggilan

kepolisian.”

(2) Penggunaan kata ”cicak dan buaya” dalam awal tulisan menyiratkan suatu makna tertentu.

Tidak menggunakan foto ataupun gambar, tidak juga menggunakan grafis sebagai perangkat berita. Namun, menggunakan banyak istilah-istilah seperti kata yang di beri tanda kutip.

Tidak menempatkan gambar atau foto, tidak menempatkan grafik, dan tidak juga menggunakan kata-kata pengandaian.

(12)

Dari tabel perbandingan frame antara Rakyat Merdeka dengan Kompas di atas, Rakyat Merdeka lebih menyuarakan bahwa ada upaya penjatuhan citra KPK oleh Kepolisian di mata masyarakat dengan melakukan pemeriksaan terhadap pemimpinnya. Rakyat Merdeka ingin menekankan kepada pembacanya bahwa sebenarnya pihak KPK tidak bersalah dalam kasus ini. Hanya ada upaya berbagai pihak untuk membuat citra KPK buruk di mata masyarakat dengan cara merekayasa kasus ini. Hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana cara wartawan menyusun berita. Wartawan lebih dominan memberitakan KPK dibandingkan dengan pihak kepolisian. Dan juga Wartawan ingin menekankan kepada pembacanya bahwa Rakyat Merdeka bersuara keras dan mendukung penuh pihak KPK.

Wartawan juga lebih dominan memilih narasumber dari pihak Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Hal ini terjadi karena wartawan menilai KPK berusaha dijatuhkan oleh berbagai pihak. Seperti memilih Febridiansyah, seorang peneliti dari Indonesian Corruption Watch (ICW), dan mengutip komentarnya “...agar supaya KPK lebih fokus dengan permasalahan Bank Century, jangan terkecoh atau menjadi lemah dengan adanya kasus ini”. Hal ini menunjukkan bahwa Rakyat Merdeka lebih dominan mendukung KPK daripada Kepolisian.

Tema berita yang dibentuk oleh wartawan juga menekankan bahwa ada pihak-pihak yang sengaja membuat citra KPK jatuh di mata publik. Selain itu, bingkai retoris bentukan wartawan tidak menggunakan foto, gambar, maupun grafis. Tetapi wartawan lebih menekankan pada penulisan kata-kata, seperti kata “ditekan” dalam kalimat: “Meski terlihat ditekan…” yang bermakna bahwa KPK sedang berada di bawah intervensi pihak kepolisian.

Dalam penulisan judul berita yang berisi: “Apakah Benar Polisi Sudah Menjadi Buaya?”, kata yang digunakan dalam judul tersebut mengibaratkan bahwa Kepolisian kini berusaha menangkap KPK yang berada di pihak yang lemah. Selain kata-kata tersebut, masih ada “vs” dalam kalimat “cicak vs buaya”. Jika diartikan, sekarang ini sedang ada pertengkaran dari pihak yang lemah, yaitu KPK (cicak) melawan pihak yang kuat, yaitu Kepolisian (buaya).

Berbanding terbalik dengan Rakyat Merdeka, Kompas dalam pemberitaan kali ini lebih berusaha bersikap netral dan tidak menekankan atau menyudutkan pihak KPK maupun Kepolisian. Dalam penulisan judul berita, sudah dapat terlihat kalau Kompas tetap mengedepankan sisi netralnya dengan memberikan judul sederhana “KPK penuhi panggilan Kepolisian”. Narasumber yang dipilih oleh wartawan lebih dimaksudkan untuk memberi penjelasan seputar pemeriksaan yang terjadi.

Wartawan juga mengisahkan fakta yang sesuai dengan unsur berita hardnews, yaitu dengan 5W+1H (what, where, why, when, who, how). Berita yang dibentuk oleh wartawan Kompas merujuk pada satu tema besar, yaitu petinggi KPK diperiksa oleh Kepolisian. Dengan tidak menambahkan pandangan wartawan dalam berita, tetapi membentuknya sesuai dengan fakta yang ada.

(13)

grafis, untuk menghindari kesan keberpihakan terhadap salah satu pihak yang bertikai di mata pembacanya.

Setiap media mempunyai paradigma berbeda-beda dalam pembentukan berita. Ada pandangan netral, liberal, menuntut keadilan, komunis, dan masih banyak lagi. Dalam tabel perbandingan bingkai berita mengenai keputusan SBY terhadap penyelesaian kasus Bibit dan Chandra, Kompas dan Rakyat merdeka mempunyai paradigma masing-masing dalam membentuk berita.

Rakyat Merdeka menyusun fakta berita dengan lebih mendominasi berita mengenai KPK dalam setiap teks untuk menyatakan bahwa Rakyat Merdeka adalah koran yang menyuarakan keadilan dan mendukung KPK dalam permasalahan yang ada dalam berita. Berbeda dengan Kompas. Harian ini lebih menekankan sifat yang berimbang dan netral, serta tidak memihak pada poros manapun.

Masing-masing media punya cara sendiri dalam pemberitaan. Paradigma mereka berbeda-beda dalam membingkai setiap peristiwa. Berbagai pandangan seperti itulah yang kemudian membuat berita menjadi berlainan, meskipun peristiwa yang diberitakan sama. Wartawan Rakyat Merdeka juga punya cara berbeda ketika mengisahkan fakta. Wartawannya mengisahkan cerita tersebut dengan membuat cerita yang lebih dramatis untuk menarik perhatian dan simpati pembaca. Berita dibuat dengan unsur 5W+1H, dan membiarkan wartawan menuliskan persepsi mereka untuk mengembangkan fakta yang ada.

Lain halnya dengan Kompas. Dalam mengisahkan fakta berita, koran ini lebih mengutamakan keberimbangan dengan tidak memasukan opini wartawan ke dalam berita demi menghindari keberpihakan terhadap KPK ataupun Kepolisian. Dan berita tetap dibuat dengan unsur 5W+1H.

Tema berita yang dibentuk oleh wartawan Rakyat Merdeka memperlihatkan bagaimana cara wartawan menuliskan fakta, dan terlihat siapa yang didukung oleh Rakyat Merdeka dalam kisruh antara KPK vs Kepolisian ini. Rakyat Merdeka lebih dominan memberitakan, menentukan narasumber, dan mengutip pernyataan narasumber dari KPK. Sedangkan Kompas, dalam menuliskan fakta, lebih seimbang dalam memilih tema berita (judul berita), menentukan narasumber, dan mengutip pernyataan dari narasumber.

Dari perbandingan nilai berita, antara Kompas dan Rakyat Merdeka mempunyai banyak persamaan dan sedikit perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut, misalnya nilai aktualitas. Rakyat merdeka selalu menyajikan berita secara aktual dan faktual. Hal ini dapat terlihat ketika ada permasalahan baru antara KPK vs Kepolisian. Rakyat Merdeka langsung memberitakan permasalahan tersebut. Menempatkan berita di halaman muka juga menjadi salah satu bukti bahwa Rakyat Merdeka mengedepankan nilai aktualitas dalam setiap pemberitaannya.

Sementara, Kompas menyajikan berita secara aktual. Hal ini dapat dilihat dengan urutan kejadian kasus. Kompas selalu memberitakan permasalahan atau isu langsung sesuai dengan tanggal kejadian. Namun, berita tidak selalu ditempatkan sebagai headline di halaman muka. Kompas terkadang lebih mengutamakan permasalahan lain dibandingkan kasus KPK vs Kepolisian.

(14)

tidak. Namun selain perbedaan itu, nilai berita prominence ini juga membawa Kompas dan Rakyat Merdeka memiliki kesamaan: berita ini menjadi penting karena adanya tokoh-tokoh terkemuka yang menjadi pemberitaan.

Persamaan Kompas dengan Rakyat Merdeka dalam menilai sebuah berita terletak pada nilai konflik, kedekatan, human interest, dan daya pengaruh yang sama.

Penutup

Kompas dan Rakyat Merdeka memiliki cara tersendiri dalam memberitakan kasus KPK vs Kepolisian ini. Rakyat Merdeka dalam setiap pemberitaannya selalu lebih dominan kepada KPK dibandingkan bersifat netral atau berpihak ke Kepolisian. Secara otomatis, hal ini juga mempengaruhi Rakyat Merdeka dalam membentuk fakta berita yang lebih cenderung ke KPK, juga dalam memilih, mengutip pernyataan narasumber, penulisan judul, membentuk tema berita, dan juga menekankan keberpihakan mereka lewat level retoris yang ditekankan lewat kata (pengandaian, leksikon, metafora). Rakyat Merdeka membiarkan wartawan mengembangkan pendapatnya dalam penulisan berita. Hal ini membuat berita tersebut tidak lagi riil dan sesuai dengan fakta karena sudah merupakan hasil bentukan wartawan.

Berbeda dengan koran yang satunya lagi. Kompas selama ini merupakan suratkabar yang terkenal dengan paradigma netralnya. Tidak berpihak ke manapun, dan lebih mementingkan unsur kemanusiaan daripada konflik. Karena itu, Kompas lebih cenderung bersikap netral dalam urusan pemberitaan KPK vs Kepolisian ini. Kompas tidak mau dinilai sebagai media yang cenderung berpihak pada satu institusi. Hal ini terjadi karena Kompas ingin menerapkan prinsip jurnalistik di mana media (wartawan) harus bersikap netral atau berimbang terhadap semua pihak, tidak hanya satu pihak saja.

Bukti bahwa Kompas merupakan media yang berada di pihak netral dalam pemberitaan kali ini, dilihat dari caranya menempatkan posisi berita. Kompas lebih cenderung untuk tidak menjadikan peristiwa-peristiwa yang tidak mengalami perkembangan signifikan sebagai headline pada halaman muka. Kalau berita itu mempunyai dampak besar yang masif bagi publik, mengandung nilai keaktualitasan, dan nilai prominence, baru Kompas menjadikan berita tersebut sebagai headline di halaman utama.

Sebagai contoh, berita SBY menengahi kisruh antara KPK melawan Kepolisian, yang ditaruh di halaman muka tanggal 24 November 2009. Berita yang dikemas Kompas berbeda dengan berita biasanya, yaitu sebagai headline, dan diletakkan di halaman muka, lengkap dengan unsur grafis dan foto. Selain tidak menekankan unsur berita, dalam membentuk tema, Kompas lebih cenderung menyatakan sikap datarnya dan tak bersikeras untuk membela satu pihak, atau dengan kata lain, Kompas tetap berporos pada garis netral, dan tidak membiarkan wartawan menambahkan perspektifnya untuk menghindari kesan buruk bahwa Kompas tidak berimbang.

Daftar Referensi:

(15)

Assegaf, Djafar Husin, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan, Ghalia Indonesia, Jakarta 1983.

Berger, L. Peter, Terjemahan, Konstruksi Sosial atas Realitas, LP3ES, Maret 1990. Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi : Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, Kencana, Jakarta, 2006.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rodakarya, Bandung, 2002.

Eriyanto, Analisis Framing Kontruksi Ideologi dan Politik Media, LKiS, Jogjakarta, 2002.

Hamad, Ibnu, Kontruksi Sosial Politik dalam Media Massa, granit, Jakarta, 2004. Hoeta soehot, A.M, Pengantar Ilmu Komunikasi, Yayasan Kampus Tercinta, IISIP,

Jakarta, 2002.

Kovach, Rossentiel, The Elements of Jurnalism: What News People Should Know And Public Should Expect, 2001.

Kusumaningrat, Hikmat & Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori dan Praktik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005.

Mcquail, Dennis, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987.

Nimmo, Dan, Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan dan Media, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993.

Rivers, William L. and Cleve Mathews, Etika Media Massa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994.

Sobur, Alex, Analisis Teks Media Massa, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Sumadiria, AS. Haris, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005.

Vivian, Jhon, Teori komunikasi Massa: Edisi Kedelapan, Kencana, Jakarta, 2008.

Gambar

Tabel I: Judul Berita Kompas dan Rakyat Merdeka
Tabel II: Perbandingan Frame

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi jabaran tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI dan budaya religius sekolah terhadap perilaku religius siswa dan

Kata ٌدعجققْسوم adalah turunan dari kata ودوجققوس (bersujud). Salah satu tujuan mempelajari ilmu sharaf adalah untuk mengetahui ilmu tentang ini, yaitu mengetahui

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

Untuk dapat menebak dengan tepat arti dari sebuah kata baru, kita harus menganalisis kata-kata lain yang ada dalam konteks dimana kata baru tersebut muncul. Kita bisa

(d) pola perilaku hukum merupakan hal yang utama dalam kesadaran hukum, hal ini menunjukan adanya indikasi apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dan sebagai kajian ilmiah khususnya bidang studi sosiologi keluarga dalam melihat Peran Mamak terhadap Pendidikan

Reading for main ideas: people read to know “why the topic is good or.. interest, then the problems on the story and make summaries of

Varietas-varietas yang sudah diketahui adaftif terhadap lahan masam seperti Ratai, Sibayak, Nanti, Tanggamus dan Seulawah memiliki konsistensi yang tinggi terhadap