• Tidak ada hasil yang ditemukan

JULI20t7 LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TIKI PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTASHUKUM UNIVERSITAS UDAYANA PENELITI MAHASISWA YANG TERLIBAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JULI20t7 LAPORAN PENELITIAN MANDIRI TIKI PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTASHUKUM UNIVERSITAS UDAYANA PENELITI MAHASISWA YANG TERLIBAT"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN

MANDIRI

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU

DALAM

PENGIRJMAN BARANG

DI

PT.

TIKI

DENPASAR

PENELITI

A.A.

GEDE

AGUNG

DHARMAKUSUMA,

SH.MH;

NIDN:

0011025607

(KETUA)

MAHASISWA

YANG

TERLIBAT

DEWA AYU

DIAN

SAWITRI;

NIM:

1516051267

NADYA

DEVI

MAHARANL

NIM:

1516051204

PROGRAM STUDI

ILMU

HUKUM

FAKULTASHUKUM

UNIVERSITAS

UDAYANA

JULI20t7

/

(2)

1. Judul Penelitian

2. Bidang

Ilmu

3. Ketua

Peneliti

a. Nama lengkap dengan gelar

b.

NIPA]IDN

c. PangkatiGol d. Jabatan

Fungsional/Stuktural

e. Pengalaman

penelitian

f.

Program Studi/Jurusan g. Fakultas h.

Alamat

Rumah

/

HP

i.

E-mail

4. Jumlah

Tim

Peneliti

5. Jangka

waktu penelitian

6. Biaya Penelitian

\'Iengetahui,

Ketua Bagian

Hukum

Perdata

Fakultas

Hukum

IINUD

HALAMAN

PENGESAHAN

Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Pengiriman Barang

Di

PT.

TIKI

Denpasar

Hukum

A.A.

Gede

Agung

Dharmakusuma,

SH.MH

19561 1 15 198602t001t0011025607 Pembina./lV.a

Lektor

Kepala

(terlampir

dalam

Cl)

Ilmu

Hukum

Hukum

Perum

Bumi

Dalung Permai

Blok Mm

2

No.

53, Dalung. agung_dharmakusuma@unud.ac.id

l!

Orang

6

Bulan

Denpasar, 10 Juli 2017

Ketua

Peneliti,

(A.A.

Gede

Aeung

Dharmakusuma.

SH.MH)

NIP.

19561 1 151986021001

Menyetujui,

Hukum

UNUD

tama, SH.,

M.Hum.)

il

Wayan

Wiryawan,

SH

NrP.

1 9s50306198403 1003

(";:

.lB

z

:1965 1 199003 1005

(3)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS HUKUM

UNIT PENELITIAN

DAN PENGABDIAN

KEPADA

MASYARAKAT

(UPPM)

Lantai 2 Gedung C Fakultas Hukum Universitas Udayana Jln. Pulau Bali No. I Denpasar 80114 Bali

-

Indonesia

"tlp. (0361) 222666, F ax.(03 61) 234888

-

SURATPENGANTAR

No

ttA.

uN.

l4.l.ll./PNL.ol/2017

Yang

bertanda tangan

di

bawah

ini,

Ketua

Unit

Penelitian dan Pengabdian

kepada

Masyarakat

(UPPM),

Fakultas

Hukum

Universitas

Udayana, mempermaklumkan bahwa penelitian dengan identitas

di

bawah

ini

telah diregesrasi

pada

Unit

Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (UPPM) flr Unud.

Judul Penelitian

,Yv.tk.??A.v.

p

fr

p.

. .

.YP.?)gP.6.l

.0N..

.?.

a.K/-...v.a

{.M..Y

fr

P

b.t

H.

M,&1}/. .. ... .

9.

/?.WA..

7L..f,Il

;.

Jr.r,Kt.. P.F.AI

vt4RF4^J+wwt!4

*I.tt*

Nama Ketua Penelitian Jumlah dan nama anggota

Unit

Pelaksana Jumlah dana Sumber dana

Lama Pelaksanaan Lokasi Penelitian khusus

Untuk penelitian empiris)

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan lebih lanjut.

Denpasar,

P-S

D

cIAr

t

?-€

(?

Ketua UPPM Fakultas Hukum Unud

NIP

1960 1003 198503

I

003

3.

...

4...

:

a. Baeian:

(B)tvlr"nai.i

: Rp.

...

: a. Fakultas b. Universitas

c.Dikti

d. Lembasa: ..

..:..

. .. , ... .. . .. .. (g)Sendiri f. Lainnya:

...:...

,'

7..

ri,ir",

i....

a...'rii,

..3.

...;';;-rrJ

(4)

DAFTAR

ISI

HALAMAN

SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

RINGKASAN

BABI

PENDAHULUAN.,...

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB

III

METODE PENELITIAN..

BAB

IV

JADWAL PENELITIAN

BAB

V

PELAKSANAAN PENGIRIMAN BARANG OLEH

PT.

TIKI

DENPASAR

SESUAI

DENGAN

PERJANJIAN

BAKU DI PERUSAHAAN JASA

EKSPEDISI

PT.

TIKI

DENPASAR

B.{B

VI

UPAYA HUKUM YANG

DILAKUKAN

KONSUMEN TERHADAP

PERUSAHAAN JASA

EKSPEDISI

PT.

TIKI

ATAS

KEHILANGAN DAN

KERUSAKAN

BARANG...

... 29

BAB

VII

PENUTUP

.,...,.

44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1 '1

l4

18

t9

(5)

KATA PENGANTAR

Puji

syrkur

penulis

panjatkan

kehadapan

Tuhan Yang Maha Esa/

Ida

Sang

Hyang

widhi

wasa,

maka

Lapora

Hasil

Penelitian

ini

dapat diselesaikan sesuai dengan

alokasi waktu

yangditentukan.Penelitiandilakukanuntukmengetahuidanmemahamisecaralebihdalam

tentangPelaksanaanPerjanjianBakuDalamPengirimanBarangAntaraKonsumenDengan

Perusahaan Jasa Ekspedisi PT.

Tiki

Denpasar'

Menyadari

belum

sempumanya

hasil

penelitian

ini

bila dilihat dari

segi

substansi dan

luas

lingkup

materi yang

diteliti,

maka

kontribusi

berupa masukan yang

konstruktif

dari pembaca

sangat diharapkan

untuk

kesempurnaannya'

Demikianlaporanhaasilpenelitianinidiuatsemogaadamanfaatnyaditengah

kekurangan dan ketidaksempumaan yang ada'

Denpasar,

2l

Jttli 2017

(6)

ABSTRAK

Penelitianyangberjudul..PelaksanaanPerjanjianBakuDalamPengirimanBarangDi

pT.

TIKi

Denpasai' dllatarbelatangi oleh

adanya

indikasi terjadinya

kesenjangan

antara das

sollen dengan

ias

seindalam

pelaksanaan perjanjian baku

di

PT'Tiki

Denpasar'

penelitian

ini termasri

penetitian

yuiidii

empiris, yaitu penelitian

yang didasarkan pada

data

primer

dan

data

sekunder dengan

pendekatan

peraturan

perundang-undangan

dan

pendei<atan fakta yang kemudian

disajikan

dengan

deskriptif

kualitatif'

I-Iasil

peneliiian

menunjukkan bahwa

pelaksanaan pengiriman. _barang

oleh PT.

TIKI

Denpasar

terdapat pengalihan tanggung

jawab

dengan.

selalu memberikan

pernyataan bahwa

piir"t"y,

selalu

melafuk- p"nliri*un

dengan

hati-hati

dan

meminta konsumen

untuk

metatuta.t

konfirmasi kepada pengirim atas

pembungkusan

barang

kiriman yang

kurang

maksimal.

Perjanj

ian baku

yang-

dibuat oleh PT.

TIKI

Denpasar

melanggar

sesuatu

hal

yang

substansial

daii

Undang-Und*g

Non-,o.

8 Tahun

1999.

Upaya

hukum

yang_

sering dilakukan

ol"h

korrrunr.,

sej auh

ini

adalal

non

litigasi

karena

konsumen

enggan

untuk

memperpanjang masalahnya

,u.pui

k"

pengadilan sebab memakan

waktu

yang lama dan biaya yang mahal'

(7)

BAB

I

PENDAHULUAN

1.1

Latar

Belakang Masalah

Jasa ekspedisi adalah sebuah bisnis yang banyak konsumennya. Dalam

melakukan usahanya konsumen

dan

perusahaan ekspedisi mengadakan suatu

perjanjian yang disebut dengan perjanjian pengangkutan barang. Diperlukannya suatu perjanjian disebabkan pengangkutan merupakan bidang

yang

vital

dalam kehidupan masyarakat.

Di

sisi

lain masalah yang

timbul

saat pengiriman barang

yang

dilakukan

oleh

perusahaan

jasa

ekspedisi menyebabkan

kerugian

yang

diderita

konsumen. Dengan adanya perjanjian pengangkutan berbagai kesulitan

yang ditemui

manusia

dapat

diselesaikan.

Oleh

karena begitu

pentingnya pengangkutan dalam kehidupan masyarakat, maka diperlukan perangkat hukum pengangkutan dalam hal ini adalah hukum pengangkutan niaga.r

Pengangkutan

barang

merupakan

rangkaian

kegiatan

(peristiwa) pemindahan barang atau penumpang dari suatu tempat pemuatan ke tempat tujuan

sebagai

tempat

penurunan pembongkaran barang muatan.2

Adapun

peristiwa hukum pengangkutan meliputi tiga pokok kajian meliputi :

a.

Serangkaian perbuatan

hukum

mengenai

cara terjadinya

perjanjian pengangkutan;

b.

Saat terjadinya perjanjian pengangkutan

'Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutar, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.48.

(8)

c.

Pembuktian dengan dokumen pengangkutan.r

Peristiwa

penyelenggaraan pengangkutan barang

terjadi

karena adanya

perjanjian. Terjadinya perjanjian

pengangkutan

didahului

oleh

serangkaian perbuatan penawaran

(offer)

dan penerimaan (acceptance) yang dilakukan oleh

pengangkut

dan pengirim

secara

timbal balik.

Serangkaian perbuatan tersebut

dilakukan atas persetujuan bersama antara pengangkut dan pengirim.

Abdul

Kadir berpendapat bahwa

perjanjian

pengangkutan niaga adalah persetujuan dengan

mana

pengangkut mengikatkan

diri

untuk

menyelenggarakan pengangkutan penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selama

dan pengirim

mengikatkan

diri

untuk

membayar

biaya

angkutan. perjanjian pengangkutan

selalu

diadakan secara

lisan tetapi didukung

oleh

dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi.a

Salah satu

jenis

perjanj ian pengangkutan barang dapat dilakukan dengan

jasa

ekspedisi pengiriman barang.

Perjanjian

pengangkutan

barang

dapat

dilakukan oleh suatu pihak yaitu pengiriman barang dengan perusahaan ekspedisi.

Pada saat

ini

penyedia

jasa

pengiriman

barang

atau

ekspedisi

tidak

hanya

dimonopoli oleh PT. Pos Indonesia saja. Jasa pengiriman barang ju,ea dilakukan oleh pihak swasta seperti PT.

TIKI,

PT. JNE, dan perusahaan-perusahaan seienis lainnya.

Semakin meningkatnya kemajuan

di

bidang pengiriman

barang dapar

mendorong perkembangan

ilmu

hukum,

baik

peraturan perundang-undanean

maupun

perkembangan pelayanan

pengiriman

barang,

yang ditujukan

untuk 3salim H.S, 2003, Perkembangan Hukuu Kontrak lnnomincut di lndonesia, Sinar Grafika Jakarta, (selanjutnya disingkat Salim H.S I), h.35.

oAbdulkadir

(9)

kelancaran, kualitas pelayanan dan perluasan jangkauan baik

di

dalam maupun di

luar negeri.

Adanya

kondisi

dan fenomena yang ada pada saat

ini

konsumen dapat

memilih

dengan bebas aneka barang dan jasa pengiriman barang, namun dalam perkembangannya

juga

menunjukkan kedudukan

yang

tidak

seimbang antara konsumen dan pelaku usaha

jasa

ekspedisi.

Ini

disebabkan pelaku usaha dapat

menentukan

syarat-syarat

tertentu dalam perjanjian tanpa harus

mendapat persetujuan terlebih dahulu dari konsumen sehingga apabila terjadi pengingkaran

yang dilakukan

oleh

pelaku usaha maka konsumen

tidak

memiliki

kewenangan atas

hak untuk

pemenuhan perjanjian atas hubungan hak tersebut.

Hal

tersebut berbeda dengan yang

diatur

dalam

Kitab

Undang-Undang

Hukum

Perdata yaitu

hubungan

hukum

yang

seimbang

antara pelaku

usaha dengan

konsumen.

Demikian pula dalam perjanjian pengiriman barang yang dilakukan melalui

,iasa-jasa

ekspedisi, perusahaan pengiriman barang biasanl'a

telah

membuat

sraret-syarat perjanjian

yang telah

ditentukan sebelumnla tanpa

sep3rg::::-::

konsumen pengirim barang.

Pada saat transaksi dilakukan biasanya konsumen akan

diberi<:n

s-::-formulir

yang

isinya

telah

ditentukan

oleh

pelaku usaha dan konsumen t:;rgg:.

memutus untuk menerimanya dan tidak mempunyai pilihan lain kecuali menerima dan menyetujui

isi formulir

tersebut. Karena

isi formulir

tersebut ditentukan satu

pihak

saja, maka perjanjian

ini

dapat digolongkan

menjadi perjanjian

standar.

Perjanjian standar

tidak

memenuhi unsur-unsur

yang

dikehendaki dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa :

(10)

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2.

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3.

Suatu hal tertentu;

4.

Suatu sebab yang halal.

Dalam pelaksanaan suatu perjanjian, terkadang

tidak

sejalan dengan yang

telah

disepakati,

hal

ini

bisa

terjadi

karena kesalahan

yang

disebabkan oleh kesengajaan atau kelalaian oleh para pihak, apabila salah satu pihak

tidak

dapat

melaksanakan

apa yang telah

disepakati,

maka pihak

tersebut

dinyatakan

melakukan wanprestasi.

Salah satu wu.iud wanprestasi

yang dilakukan

pada

waktu

pengiriman barang adalah terjadinya kerusakan akibat kelalaian dari pelaku usaha dalam hal

ini

pelaku usaha pengangkutan. Adapun kerugian yang

diderita

ada pada pihak pengguna

jasa

pengiriman barang.

Jika

pihak

pengiriman barang (konsumen)

ingin

mengajukan permohonan ganti kerugian atas barangnya yang ada sampai

tempat

tujuan

namun terdapat kerusakan,sebagai konsumen

tidak

dapat berbuat banyak atas kerugian yang dideritanya.

Adanya tanda bukti yang diberikan oleh pelaku usaha dalam hal

ini

pelaku usaha pengangkutan pada saat barang akan

dikirim

maupun pada saat penerimaan

oleh

petugas pengiriman barang, dapat digunakan sebagai tanda

bukti

apabila

dalam

pengiriman

barang

telah terjadi

keterlambatan, kerusakan, kehilangan terhadap barang

titipan

untuk mendapatkan tanggung

jawab

dan ganti kerugian'

Namun dengan adanya perjanjian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu secara

kolektif

oleh

pelaku usaha sendiri, kadang pelaku usaha selalu saja berlindung pada atau

dibalik

perjanjian standar yang telah disetujui oleh konsumen. Disinilah

(11)

kadang konsumen mengalami kerugian

dan

kurang mendapatkan perlindungan

hukum. Karena telah

terlebih

dahulu dibatasi

oleh

klausula yang ada

di

dalam

formulir

yang telah disetujui para pihak.

Atas

dasar

latar

belakang permasalahan tersebut diatas

menarik

untuk

diteliti

tentang Pelaksanaan

Perjanjian Baku

Dalam Pengiriman Barang Di

PT.

TIKI

Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan

uraian latar

belakang

di

atas

maka

timbul

permasalahan sebagai berikut:

L

Bagaimana pelaksanaan pengirirnan barang

oleir

PT.

TIKI

Denpasar

sesLrai dengan perjanjian baku;,ang dibuat oleh

pe

rsahaan tersebut'l

Bagaimanakah

upaya

hukuni yang dilakukan

konsunren terhadap perusahaan

jasa

ekspedisi

PT.

TIKI

Denpasar atas kehilanga:r dan lierLrsakan barang'?

)

1.3

Tujuan

Penulisan

Secara

garis

besar dapat dikemukakan bahwa

tujuan

dari

penelitian ini antara lain:

1.3.1

Tujuan

Umum

Secara

umum

penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui pelaksanaan perjanjian baku di perusahaan jasa ekspedisi PT.

TIKI

Denpasar.

(12)

L Untuk

mengetahui pelaksanaan pengiriman barang

baku

perusahaanjasa ekspedisi PT.

TIKI

Denpasar

Untuk

mengetahui upaya

hukum yang

dilakukan perusahaan jasa ekspedisi PT.

TIKI

Denpasar atas barang.

sesuai dengan perjanjian

oleh

konsumen terhadap kehilangan dan kerusakan

1.4

Manfaat

Penulisan

Melalui

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis .

1.4.1

Manfaat

Teoritis

Secara

teoritis,

hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

sumbangan

pemikiran dalam

perkembangan terhadap

kemajuan

ilmu

hukum

khususnya

hukum

Perdata. Mengungkapkan secara

spesifik manfaat

dari penelitian baik perkembangan ilmu pengetahuan, bagi praktisi, bagi ilmuwan lain, dan bagi masyarakat pada umumnya.

1.4.2

Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian

ini

dapat digunakan sebagai bahan kajian

dari sisi

ekonomi,

sosial, dan

teknologi yang

bermanfaat

bagi

perusahaan itu

sendiri, konsumen, dan bagi masyarakat pada umumnya. 1.5

Luaran

Penelitian

Hasil

penelitian

ini

nantinya akan dipublikasikan

di

dalam

jurnal

yang

diterbitkan

oleh

penerbit resmi

(berISSN)

dilingkungan

Universitas Udayana, sehingga dapat diketahui oleh khalayak luas, karena dipublikasikan secara cetak maupun online.

(13)

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Perjanjian

Pada UmumnYa

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang

berjanji

kepada

Seorangyanglainataudimanaduaorangitusalingberjanjiuntukmelaksanakan

sesuatu

hal. Dari

perjanjian

ini

timbullah

suatu hubungan antara

dua

orang tersebut yang dinamakan perikatan antara dua orang yang membuatnya' Bentuk

perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung

janji-janji

atau kesanggupan yang

ditulis

atau diucapkan.s Dengan demikian, hubungan antara

perikatan

dan

perjanjian

adalah

bahwa perjanjian

itu

menerbitkan perikatan sedangkan

definisi

perikatan itu sendiri adalah suatu hubungan hukum antara dua orang, atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu

hal dari

pihak yang

lain,

dan

pihak yang

lain

berkewajiban

untuk

memenuhi tuntutan itu.6

Menurut

teori

ilmu

hukum.

hukum

perjanjian digolongkan

ke

dalam

Hukum

tentang

diri

Seseorang

dan Hukum

Kekayaan'?

Hal

ini

merupakan perpaduan antara kecakapan seseorang untuk bertindak serta berhubungan dengan

hal-hal yang diatur dalam suatu perjanjian yang dapat berupa sesuatu yang

dinilai

dengan uang. Keberadaan suatu perjanj ian tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat mengenai sahnya suatu perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1320 Kitab

t Subekti R., 1995, Aneka PerjanjiQr, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,, (selanj utnya disebut R. Subekti I), h. 1.

u tbid.

'

imran S., 2008, ,ls a;-Asas Dalam Berkontrak: Suqtu Tiniauan Hisloris Yuridis Pada Hukum Perianiian, http://www.legalitas.ors (diakses tanggal 22 April 2017 jam 20 00 wib)'

(14)

Undang-Undang Hukum Perdata.

Jika

dilihat

dari

syarat-syarat

sahnya

suatu perjanjian maka

dapat

dibedakan menjadi dua bagian dari suatu perjanjian, yaitu bagian

inti

dan bagian

bukan

inti.

Bagian

Inti

(esensial) adalah bagian yang sifatnya harus ada

di

dalam

perjanjian. Jadi, sifatnya

ini

yang menentukan atau menyebabkan perjanjian itu

tercipta. Bagian bukan inti

terdiri

dari naturalia dan aksidentalia.

l.

Naturalia adalah sifat yang di bawa oleh perjanjian sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian, seperti menjamin tidak ada cacat dalam benda yang akan dijual.

2. Aksidentialia adalah

sifat

melekat

pada perjanjian

yang

secara

tegas

diperjanjikan

oleh

para

pihak.

Dengan demikian,

persetujuan

tidak

dapat

ditarik

kembali selain dengan adanya kata sepakat dari kedua belah pihak atau karena alasan-alasan

oleh

undang-undang yang dinyatakan

cukup untuk

itu. Maksudnya, persetujuan itu harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Adapun

unsur-unsur

yang

tercantum

dalam hukum

perjanjian

dapat dikemukakan sebagai berikut:

Adanya kaidah hukum Subyek Hukum Adanya Prestasi Kata Sepakat

Akibat

hukums

8

Salim H.S,2004,l1ak n Kohtrak: Teori & Teknik penyusunan Konlrak,sinar Grafika, Cet.

II, Jakarta, (selanjutnya disebut Salim H.S

l),

h. 14. b.

(15)

Perjanjian

dan

kontrak sering

digunakan secara bergantian

dalam

kehidupan sehari-hari.

Hal

ini

berarti

bahwa mayoritas masyarakat Indonesia

menyamakan

makna

dari

kedua

istilah

tersebut.

Memang

kedua istilah

ini

memiliki

persamaan

yaitu

masing-masing melahirkan perikatan bagi pihak yang membuatnya.

Akan tetapi, terlepas dari persamaannya tersebut, sebenarnya kedua istilah

ini

memiliki

perbedaan, dimana perjanjian bersifat luas yang berarti dapat dibuat secara

teftulis

dan secara lisan.

Lain

halnya dengan kontrak yang dibuat dalam bentuk tertulis. Selain itu, kontrak cenderung mengarah pada perikatan bisnis.

Seperti diketahui bersama bahwa

Hukum kontrak

adalah bagian hukum

perdata

(privat). Hukum

ini

memusatkan

perhatian

pada kewajiban

untuk melaksanakan kewajiban sendiri (self imposed obligation). Disebut sebagai bagian dari hukum perdata disebabkan karena pelanggaran terhadap kewaj iban-kewajiban

yang

ditentukan dalam kontrak,

murni

menjadi urusan

pihak-pihak

yang berkontrak.e

Kontrak, dalam

bentuk

yang paling klasik,

dipandang sebagai ekspresi

kebebasan

manusia

untuk memilih

dan

mengadakan

perjanjian.

Kontrak

merupakan wujud dari kebebasan (freedom of contracr) dan kehendak bebas untuk

memilih (freedom of choice).to

Berdasarkan

teori,

di

dalam

suatu

hukum kontrak

terdapat asas yang dikenal menurut

ilmu

hukum perdata. Asas itu antara lain adalah :

a.

Perjanj ian yang sah adalah undang

-

undang

e

Atiyah, "The Lot, ofContract," (London: Clarendon press, I983), h. l.

(16)

10

b. Asas kebebasan berkontrak Asas konsensualitas

Asas kepercayaan (vertrou lvens beginsel)

e.

Asas kekuatan mengikat

f.

Asas Persamaan Hukum

g.

Asas Keseimbangan

h.

Asas Kepastian Hukum

i.

Asas Moral

j.

Asas Kepatutanll

2.2.

Perjanjian

baku

Penggunaan perjanjian baku dalam kehidupan kita dan khususnya di dunia

bisnis sudah Iazim. Namun penggunaan perjanjian baku

ini

bukan tanpa masalah

hukum apabila dihubungkan dengan keempat syarat sahnya perjanjian yang salah satunya

adalah

"sepakat mereka

yang

mengikatkan

dirinya,'

serta

hubungan dengan asas kebebasan berkontrak. Syarat-syarat yang ditentukan pengusaha di dalam perjanjian itu adalah undang-undang bukan perjanjian.l2

Karakteristik utama perjanjian baku yaitu :

a.

Dibuat agar

suatu

industri atau bisnis

dapat melayani

transaksi_

transaksi tertentu secara

efisien,

khususnya

untuk

digunakan dalam

aktivitas transaksional yang diperkirakan akan berfrekuensi tinggi;

b.

Dimaksudkan

untuk

memberikan pelayanan

yang

cepat

bagi

c.

d.

rrMariam Darus Badrulzaman,

2001, Kohtpilasi Hukan perikatan, pT. Citra Aditya Bhakti, Bandung.( selanj utn) a disebut Mariam Darus Badrulzaman

I).

h. 82

-

89.

''Amrul Partomuan Pohan, 1994, Penggunaan Kontrak Baku (Standord Contrdct) Dalan Praldek Bisnis

di

lndonesia, Dimuat dalam Majalah Hukum Nasional, BPHN, Departemen Kehakiman, Jakarta, h, 64.

(17)

pembuatnya dan/atau

pihak-pihak

yang akan

mengikatkan

diri

di

dalamnya ;

Demi pelayanan yang cepat, sebagian besar atau seluruh persyaratan di

dalamnya ditetapkan terlebih dahulu secara

tertulis

dan dipersiapkan

untuk

dapat digandakan

dan

ditawarkan dalam

jumlah

yang

sesuai dengan kebutuhan;

Biasanya

isi

dan

persyaratannya distandarisasi

atau

dirumuskan

terlebih dahulu

secara sepihak

oleh

pihak yang

langsung

berkepentingan dalam memasarkan

produk

barang atau layanan jasa tenentu kepada masyarakat:

Dibuat untuk

ditawarkan

kepada

publik

secara massal

dan

tidak memperhatikan

kondisi

dan/atau kebutuhan-kebutuhan

khusus

dari

setiap

konsumen,

dan

karena

itu

pihak

konsumen

hanya

perlu

menyetujui,

atau

menolak sama

sekali seluruh

persyaratan yang ditawarkan.ls

Perjanjian

baku

tidak

lepas

dengan adanya

pencantuman klausula eksonerasi. Klausula eksonerasi adalah syarat yang secara khusus membebaskan pengusaha dari tanggung jawab terhadap akibat yang merugikan yang

tirnbul

dari pelaksanaan perjanjian.

Menurut

Abdul

Kadir

Muhammad, klausula eksonerasi

mempunyai

tujuan

utama

yaitu

mencegah

pihak

konsumen

merugikan

kepentingan

pengusaha

karena

dalam

hubungan

ekonomi

dikatakan

bahwa

pembeli adalah

raja,

sebagai

raja

konsumen dapat berbuat semaunya sehingga

rrLaboratorium Hukum FH. LIl.lPAD, 1999, Keteranpilan Perancangan Hukum, Citra Aditya

(18)

t2

merugikan pengusaha. Pengusaha mencoba menghindari kemungkinan timbulnya kerugian dengan menciptakan syarat baku yang disebut eksonerasi.ra

Perjanjian pengangkutan pada umumnya di buat dengan perjanjian standar

atau perjanjian baku,

Mariam

Darus

Badrulzaman

mendefinisikan

perjanjian

standar sebagai perjanjian

yang

di

dalamnya dibakukan syarat eksonerasi dan dituangkan dalam bentuk formulir, dengan

ciri-ciri

sebagai berikut:

a.

Isinya

ditetapkan

secara

sepihak

oleh kreditur yang

posisinya

relatif

lebih kuat dari debitur;

b.

Debitur sama sekali tidak menentukan isi perjanjian;

c.

Terdorong

oleh

kebutuhannya,

debitur

terpaksa

menerima perjanj ian itu;

d.

Bentuknya terlu lis:

e.

Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individu.r5

Sebagai langkah

awal

untuk terbitnya suatu perjanjian dalam perjanjian

klausula baku, lazimnya didahului dengan penawaran dan penerimaan isi/syarat syarat dan perjanjian antara kedua belah pihak. Jika penawaran

dari

satu pihak diterima

oleh

pihak yang

lain

maka terjadilah kesepakatan, yang berarti bahwa

perjanjian yang

terbit

itu

telah mengikat bagi kedua belah pihak. Adapun untuk menyertakan/memberlakukan perjanjian baku

ini

harus dengan cara-cara tertentu,

yaitu :

a. Dengan penandatanganan kontrak

Dalam

hal

ini

peraturan

klausula baku

dari

perjanjian

tersebut

dimuat/dicantumkan

dalam

rumusan

kontrak.

Sehingga

dengan

di

tandatanganinya

kontrak

tersebut,

maka

para pihak terikat

dengan

'oAbdulkadir Muha.mad,1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung. (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad

II),

h.20.

l5Mariam Darus B adrulzaman, I 994. Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung. (selanjutnya disingkat Mariam Darus Badrulzaman

II),

h.47.

(19)

l3

peraturan klausula baku. Mengenai cara penyertaan peraturan klausula baku dengan cara ini maka konsumen telah terikat.

b.

Dengan pemberitahuan

di

atas dokumen-dokumen kontrak atau kertas

surat.

Peraturan

klausula

baku

tersebut

diberitahukan pada

pihak

lainnya untuk dipelajari,

dengan

jalan

pertukaran dokumen

atau

dipersilahkan membacanya

terlebih

dahulu. Kemudian setelah pihak

lainnya

mengetahui/mengerti tentang ketentuan-ketentuan peraturan klausula baku itu barulah kontrak ditandatangani.

c.

Dengan penunjukan

Artinya

dalam perjanjian

itu

dicantumkan ketentuan-ketentuan bahwa

untuk

pelaksanaan

perjanjian tersebut menunjuk

pada

berlakunya klausula baku yang bersangkutan. Mengenai cara panyertaan peraturan

klausula baku dengan penunjukan

ini

lazim

dipakai dalam perjanjian pemborongan pembangunan, perjanjian kredit bank dan sebagainya.

d.

Melalui pengumuman pada papan pengumuman

Mengenai

cara

penyertaan peraturan

klausula

baku

dengan jalan

mengumumkan di tempat-tempat teftentu yang mudah

dilihat

sehingga mudah dibaca oleh umum.l6

_

16 W. Klyen, 1978, Compendium Hukum Belanda ,Hasil Kerjasama Indonesia Belanda,

(20)

t4

BAB

III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah

jenis

penelitian

hukum

empiris.

\lenurut Hilhvay

(dalam

bukunya

Introduction

Research),

penelitian

empiris adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang

melalui

penyelidikan yang

hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, selalu diperoleh pemecahan yang

tepat terhadap masalah tersebut.lT 3.2. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah pendekatan

faka

(lhe

Fact Approach) dan

pendekatan perundang-undan gan (The Statute

Approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan masalah hukum yang sedang ditangani.

3.3.

Sifat

Penelitian

Dilihat dari sifat

penelitian, penelitian

ini

bersifat

penelitian deskriptif.

Penelitian

deskriptif

bertujuan

menggambarkan secara

tepat sifat-sifat

suatu

individu,

keadaan,

gejala,

atau

kelompok tertentu,

atau

untuk

menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala Iain dalam masyarakat. Dalam penelitian

ini

teori-teori,

ketentuan peraturan, norrna-nonna hukum, karya

tulis

yang

dimuat baik

dalam

literature maupun

jurnal,

doktrin,

serta laporan penelitian terdahulu sudah mulai

l7

(21)

l5

ada dan

bahkan

jumlahnya cukup

memadai, sehingga

dalam

penelitian

ini

hipotesis boleh ada atau bolehjuga tidak. 3.4. Data dan Sumber Data

Data adalah keterangan informasi, bahan atau rumus-rumus yang menjadi bahan dasar penelitian untuk diolah dan dianalisis sehingga

kita

dapat menarik kesimpulan.l8

Data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah :

a.

Data

primer,

adalah data yang bersumber

dari

penelitian lapangan, yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama

di

lapangan baik

dari

responden

maupun informan.

Data primer

diperoleh

dengan melakukan penelitian di PT.

TIKI

Denpasar.

b.

Data

sekunder,

adalah suatu data

yang

bersumber

dari

penelitian

kepustakaan,

yaitu

data yang

diperoleh

tidak

langsung

dari

sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumen dalam bentuk bahan-bahan hukum. Data sekunder terdiri dari :

-

Bahan

hukum

primer

:

adalah bahan

hukum yang

bersumber dari Undang-Undang dan Putusan Pengadilan.re

-

Bahan Hukum Sekunder: adalah bahan hukum yang berupa makalah,

buku-buku hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti

danjuga karya tulis hukum yang termuat dalam media massa.

3.5.

Teknik

Pengumpulan

Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara, sedangkan l8 Sunaryati C. F. G., 1991, Penelitian H&urn di lndonesia Pada Akhir abad ke 20, Alumni, Bandung, h. 150.

(22)

t6

pengumpulan data sekunder dirakukan dengan teknik studi dokumen. Teknik studi

dokumen

dilakukan

dengan membaca

dan

mempelajari

literatur-literatur

yang

berkaitan dengan permasalahan

yang

dapat

dijadikan

landasan

yang

berkaitan dengan penyusunan penelitian ini.

Wawancara yaitu metode pengumpulan data

di

lapangan dengan bertanya

secara langsung kepada

informan atau pihak yang

berkompeten

dalam

suatu permasalahan.2o Wawancara bermakna berhadapan langsung dengan responden,

dan

kegiatannya

dilakukan

secara

lisan tetapi terlebih dahulu dibuat

daftar

pertanyaan.2l Wawancara terhadap

informan

dilakukan dengan Ketua yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

(YLKI),

Ketua Bagian

Klaim

pT.

TIKI

Denpasar,

Customer Service PT.

TIKI

Denpasar, dan konsumen

pT.

TIKI

Denpasar yang mervakili.

Setelah

data terkumpul

dari hasil

penelitian

kemudian

disusun

secara

sistematis dan dianalisis secara

deskriptif kualitatif.

Bahan-bahan hukum yang

diperoleh kemudian dikumpulkan

dan

dianalisis

secara sistematis dikaitkan dengan peraturan hukum yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sesuai

tidaknya

fakta-fakta

yang

ada dilapangan dengan aturan

hukum yang

berlaku sehingga dapat diambil kesimpulan.

3.6.

Teknik

Penentuan Sampel Penelitian

Teknik

penentuan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling,

yaitu

penarikan

sampel dilakukan

berdasarkan

tujuan tertentu yang

telah

2oSugiarto,

Dergibson. Siagian Lasmono, Tri Sumaryanto, Deny S. Oetomo, 2OOl, Tekhnik

Sanpling, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 17.

2rJoko

Subagyo, 1991, Metode penelitian dalam Teot.i dan praktek,Rineka Cipta, Jakarta, h.17.

(23)

17

memenuhi kriteria, sifat dan karakteristik tertentu yang merupakan

ciri

utama dari populasinya.22

Dalam penelitian

ini

digunakan sampel

yaitu

perusahaan

PT. TIKI

Denpasar karena perusahaan

jasa

ekspedisi

ini

mempunyai karakterisrik selain

sebagai penjual jasa

juga

merupakan salah satu perusahaan ekspedisi terbesar di

Kota Denpasar.

3.7,

Teknik

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan

data

adalah kegiatan

untuk

mendapatkan

data

ringkasan berdasarkan

data

mentah.23

Analisis

data

adalah memecah

atau

menguraikan keseluruhan data menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen

yang

lebih kecil.

Dalam

penelitian yang silatnya

deskriptif

agar dapat

menggambarkan keadaan hasil penelitian, keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, diolah dan dianalisis secara

kualitatif yaitu

dengan cara menyusun data secara sistematis, dihubungkan antara satu data dengan data yang

lainnya, dan dilakukan penafsiran dari perspektif setelah memahami keseluruhan kualitas data.

Proses tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan analisis

secara

kualitatif

kemudian data disajikan

secara

deskriptif kualitatif

dan sistematis.

22Bambang

Sunggon o,2OO7, Mebdelogi Penelirian Hukum, PT. Raja Grafindo persada, Jakafta, h. 122.

2r

(24)

209-BAB

IV

JADWAL

PENELITIAN

4.1

Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan penelitian

meliputi

kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian dalam

bar-chart. Bor-chort

memberikan rincian

kegiatan dan

jadwal

pelaksanaan kegiatan tersebut. Jadwal pelaksaanaan mengacu pada metode penelitian.

Pengarr.rbilan dan Penyusunan Bahan 18 No 1 2 J 4 5 6 '7 8 9 10 Penyusunan Proposal 2 Surat-Menyurat .)

I

l

Penyusunan Laporan Publikasi Hasil Penelitian/Luaran

(25)

19

BAB

V

PELAKSANAAN PENGIRIMAN

BARANG

OLEH

PT.

TIKI

DEI\PASAR

SESUAI

DENGAN PERJANJIAN

BAKU

DI

PERUSAHAAN JASA EKSPEDISI

PT.

TIKI

DEI\PASAR

5.1 Pedoman dan Syarat

Pengiriman

pada Perusahaan PT.

TIKI

Denpasar Pengirim menjamin bahwa yang bersangkutan adalah

pemilik

yang

sah

dan/atau berhak atas titipan yang diserahkan kepada

TIKI

untuk

dikirim

ke alamat yang ditentukan oleh pengirim.

Pedoman

dan

Syarat Pengiriman

yang

tercantum

dalam

Bukti

Tanda

Terima Kiriman Barang

(BTTKB)

ini merupakan perjanjian yang mengikat antara

pengirim

dan

TIKI

ketika pengirim

menyerahkan barang/paket, dokumen atau surat kepada

TIKI

untuk

dikirim

ke

suatu tujuan yang ditentukan oleh pengirim

dengan membayar

biaya tertentu

kepada

TIKI

baik

secara

tunai

maupun

berdasarkan kesepakatan sebelumnya

antara

pengirim

dengan

TIKI.

Yang dimaksud

TITIPAN

adalah semua bentuk barang/paket, dokumen atau surat yang

dikirim

melalui

TIKI.

Yang dimaksud

PENGIRIM

adalah orang perorangan atau

badan

hukum yang

tefiulis/tercetak

dalam

BTTKB kolom

pengirim

pada saat

melakukan pengiriman dengan memanfaatkan

jasa

pengiriman yang disediakan oleh

TIKI

dengan membayar biaya yang telah ditetapkan oleh

TIKI.

TIKI

berarti seluruh

agen

TIKI

yang

telah

ditentukan

berdasarkan

perjanjian

keagenan antara

PT CV Titipan Kilat

dengan agen

yang

kemudian memakai merek dagang

TIKI.

(26)

20

1.

Pengirim dilarang memasukkan kedalam titipan barang-barang yang termasuk namun tidak terbatas pada :

a.

Barang

berbahaya

yang mudah

meledak

atau terbakar,

obat-obatan terlarang, barang-barang yang menurut pihak berwajib dilarang diproduksi dan diedarkan, emas, perak, uang tunai, abu, cyanide, platinum, dan batu atau metal berharga, cek tunai,

Bilyet

Giro,

money order atau traveller's

cek, barang antik, lukisan antik, binatang atau tanaman hidup,

jam

tangan, perhiasan.

b.

Barang-barang lain yang melebihi declare value dan barang-barang

lain

yang ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan

TIKI.

2.

Pengirim

wajib

memberikan informasi yang lengkap dan benar kepada

TIKI

tentang

isi

titipan

yang

dinyatakan pada saat pengiriman

dan

TIKI

akan

mengisi

sesuai dengan

pernyataan

pengirim.

TIKI

berhak namun

tidak

memiliki

kewajiban

untuk

membuka dan/atau memeriksa

kiriman

tersebut untuk mencocokan kebenarnya. Apabila pada saat dibuka temyata tidak sesuai

dengan

isi,

maka

TIKI

berhak menolak

untuk

menerima

dan

mengangkut

titipan

tersebut, namun

TIKI

berhak

untuk

menahan

dan

melaporkannya kepada pihak berwajib apabila

kiriman

tersebut diduga akan membahayakan keselamatan umum. Apabila dikemudian hari pernyataan tersebut tidak sesuai dengan

isi

titipan

yang berakibat pada adanya akibat hukum bagi

TIKI

baik

secara perdata

maupun pidana, pengirim,

penerima

dan pihak

ketiga

berkewajiban

untuk

membebaskan

TIKI

dari

segala akibat hukum tersebut,

(27)

21

3.

pengirim

berkewajiban

untuk

menanggung putusan tersebut beserta

biaya-biaya

yang

dikeluarkan

TIKI,

dan

TlKl

berhak

untuk

melakukan tindakan hukum baik secara perdata maupun pidana kepada pengirim.

TIKI

berhak untuk melakukan pembulatan keatas terhadap berat dalam satuan

Kilo

gram dan biaya

kirim

dalam

nilai

ratusan Rupiah.

TIKI

tidak bertanggung jawab atas hal-hal :

b.

Semua kerusakan dan resiko teknik pada mesin maupun barang elektronik

yang terjadi selama pengangkutan, yang menyebabkan tidak berfungsi atau berubah fungsinya.

Kebocoran pada barang

cair,

kerusakan pada barang pecah belah, dan kerusakan-kerusakan lain karena sifat barang tersebut.

c.

Penahanan

dan

penyitaan

sefta

pemusnahan

titipan oleh

pejabat yang berwenang.

d.

Kerusakan, keterlambatan ataupun kehilangan karena keadaan memaksa

(force majeure) karena bencana alam, keadaan darurat, atau hal lain diluar

kemampuan manusia.

TIKI

tanpa

pemberitahuan

dan

persetujuan

terlebih

dahulu

dari

pengirim

berhak untuk menggunakan sarana transportasi lainnya dalam melaksanakan

pengiriman dan

pengirim terikat

pada aturan dan ketentuan

yang

mengikat

TIKI

dengan pemilik sarana transportasi.

TIKI

dibebaskan dari segala tanggung jawab semenjak diterimanya titipan dan 4.

5.

(28)

22

7.

ditanda-tangani

BTTKB oleh

siapapun

dialamat

penerima serta

tidak

ada

keluhan/klaim atas kiriman tersebut pada saat itu, kecuali ada kesepakatan lain sebelumnya antara pengirim dengan

TIKI.

TIKI

tidak

berkewajiban

untuk

memberitahukan kepada pengirim mengenai

diterimanya barang

oleh

si

penerima.

TIKI

tidak

melayani sefta

tidak beftanggung

jawab

terhadap

tuntutan dalam bentuk

apapun

atas

tidak diterimanya, kehilangan, kerusakan atau kekurangan suatu

titipan

setelah

l5

(lima belas) hari kerja terhitung sejak estimasi waktu penyampaian.

TIKI

bertanggung

jawab

terhadap

titipan

dan

titipan

berharga (special item) sepanjang pengakuan dan isi barang sesuai, dengan ketentuan sebagai berikut:

8.

Bilamana terjadi kehilangan, kerusakan atau kekurangan atas titipan yang

tidak

diasuransikan, penggantian maksimum sebesar

l0

(sepuluh) kali

biaya pengiriman untuk titipan yang hilang dan kurang saja.

Untuk titipan

yang

nilai

barangnya

melebihi

l0

(sepuluh)

kali

biaya

pengiriman

dan

memiliki

nilai

subyektif

bagi

pengirim,

wajib

diasuransikan yang pembayaran preminya dibayar

oleh

pengirim kepada Asuransi Jasa Titipan sesuai dengan

tarif

yang ditentukan oleh perusahaan

Asuransi Jasa

Titipan.

Penggantian kerugian

di

selesaikan sesuai dengan Polis Kontrak Asuransi Jasa Titipan.

9.

TIKI

tidak memiliki

tanggung

jawab

apapun selain apa

yang

dikemukakan dalam point 8 diatas, termasuk segala bentuk kerugian apapun berupa kerugian

(29)

73

materil, imateril

dan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang

diderita

oleh

pengirim

maupun penerima

sebagai

akibat

keterlambatan, kekurangan, kerusakan atau kehilangan barang.

10. Pengajuan

dan

penyelesaian

klairr

dilakukan

oleh

pengirim

secara tertulis

ditempat transaksi pengiriman dilakukan, dengan

syarat

menyerahkan dokumen-dokumen asli berupa :

c.

ldentitas pengirim yang masih berlaku;

BTTKB;

Apabila diasuransikan harus disertakan dengan Surat Penutupan Asuransi Pengiriman Barang

Asli.

Dokumen-dokumen tersebut dicocokkan dengan

dokumen

di TIKL

Apabila ada perbedaan maka

TIKI

akan memutuskan berdasarkan dokumen yang ada padanya.

5.2

Implementasi

Perjanjian Baku

Pengiriman Barang

di

Perusahaan Jasa

Ekspedisi PT.

TIKI

Denpasar

Pengiriman barang

yang

Pasal 18 Undang-Undang

Nomor

8 Tahun 1999

Tentang

Perlindungan

Konsumen

(Undang-Undang Perlindungan Konsumen)

menetapkan

bahwa Klausula

Baku yang

dituangkan

dalam

suatu

dokumen dan/atau perjanjian dilarang bagi pelaku usaha, apabila:

l.

Menyatakan pengalihan tanggungjawab pelaku usaha;

2.

Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;

a.

(30)

24

3.

Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan uang yang

dibayarkan atas barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

4.

Menyatakan pemberian kuasa

dari

konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun

tidak

langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli secara angsuran;

5.

Mengatur

perihal

pembuktian atas hilangnya

kegunaan

barang

atau

pemanfaatan jasa yang

dibeli

konsumen;

6.

Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi

obyekjual

belijasa;

7.

Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan atau lanjutan dan

/

atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak

oleh

pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

8.

Menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan

hak

tanggungan,

hak

gadai, hak

jaminan

terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

Menurut pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, hak konsumen

adalah:

1.

Berhak

atas

kenyamanan, keamanan,

dan

keselamatan

dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2.

Hak

untuk memilih

barang

dan/atau

jasa

serta

mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan

nilai

tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

(31)

25

3.

Hak

atas

informasi yang

benar,

jelas,

dan

jujur

mengenai

kondisi

dan

jaminan barang dan/atau jasa;

4.

Hak

untuk untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danlatau jasa yang digunakan;

5.

Hak

untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6.

Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7.

Hak

untuk diperlakukan atau

dilayani

secara benar dan

jujur

serta tidak

diskriminatif;

8.

Hak

untuk

mendapatkan kompensasi,

ganti

rugi

dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Berdasarkan keterangan

dari

Ibu

Wayan

Murtini,

selaku Kepala Bagian

klaim PT.

TIKI

Denpasar,

menyatakan

bahwa

pihak

perusahaan sudah

memberikan pelayanan secara

maksimal

sesuai dengan pedaman

dan

syarat

pengiriman

TIKI

hanya saja masalah yang terjadi

di

kemudian

hari

disebabkan karena konsumen

tidak

mengetahui klausula baku perusahaan. Jarang konsumen yang membaca pedoman dan syarat

pengiriman

karena untuk menghemat waktu.

Karena setiap

harinya

banyak

konsumen

yang

mengantri

untuk

melakukan

pengiriman setiap harinya

dan

itu

tidak

memungkinkan setiap konsumen untuk membaca pedoman dan syarat pengiriman satu per satu. Dan kalaupun ada yang

(32)

26

pengiriman tersebut karena memang

membutuhkan

jasa

pengiriman

ini. (Wawancara pada tanggal

29

April2017).

Perusahaan

jasa

ekspedisi

ini

tersebar

di

seluruh lndonesia.

Dengan adanya pengiriman

ini

sangat membantu konsumen bertransaksi barang. Begitu pula dengan cara mengirim barang yang mudah membuat konsumen

tidak

ragu untuk melakukan pengiriman in i.

Berdasarkan keterangan

dari

Ibu

Wulan Pramiantari,

selaku Customer

Service

PT,

TIKI

Denpasar, menyatakan

bahwa cara

konsumen melakukan

pengiriman sangat mudah. Konsumen yang melakukan pengiriman

wajib

datang

ke kantor

TIKI

terdekat. Pengirim

wajib

mencantumkan alamat

jelas

dan nomor

telepon,

baik

pengirim maupun penerima untuk mempermudah penelusuran apa

bila

terjadi

masalah.

Pengirim

wajib

memberitahu

isi

dan

jenis

kiriman.

Selanjutnya barang yang wajib di packing kayu adalah barang-barang yang mudah pecah, seperti barang elektronik dan kategori cairan. Bungkus dengan plastik yang rapat

&

tebal (beberapa lapis), agar tidak masuk

air jika

kehujanan. Namun tidak

semua melakukan packingan kayu, karena konsumen

tidak

konsumen

tidak

mau membayar Iebih untuk packingan tersebut.

Inilah yang

salah satu menjadi

alasan barang

menjadi rusak

karena

kelalaian konsumen

sendiri.

Bahkan ada

juga

konsumen yang

tidak

mau

jujur

dengan barang

yang

dikrim.

Sehingga diperlukan kejujuran

dari

konsumen itu sendiri, karena

tidak

mungkin

pihak

pelaku usaha membuka paketan

lagi

yang

sudah dibungkus

konsumen

dari

rumah,

sesuai

Pasal

5

ayat

2

Tentang Perlindungan Konsumen.

Untuk

barang

elektronik

yang akan

dikirim

misalnya

(33)

27

handphone harus barang baru. Pihak

TIKI

tidak akan menerima handphone bekas

untuk

dikirim.

Karena handphone baru berisi asuransinya. Konsumen yang akan

mengirim barang juga bisa mengasuransikan kirimannya, hanya 0,225%o dari nilai

harga barang yang

dikirim.

Perlindungan yang diberikan

meliputi

kehilangan dan kerusakan barang.Jika terjadi kerusakan, penggantian untuk proses perbaikannya dan

jika

terjadi kehilangan, penggantian sesuai

nilai

harga barang. Yang tentunya harus menyertakan dokumen asli dalam proses klaimnya.

Selanjutnya selesai proses packingan, barang yang akan

dikirim

ditimbang dan ditentukan tarifsesuai tempat tujuan. Untuk

tarif

domestic setiap kenaikan 0,3

kg lebih akan dibulatkan keatas menjadi

+l

kg. Juga dalam penentuan berat

kilo,

jika

barang

kiriman

termasuk dalam kategori berat

volume' Jika

berat volume

lebih

besar

dari

berat

kilo,

maka berat barang

kiriman yang

dipilih

dari

hasil rumus berat volume. Setelah itu konsumen akan diberikan no resi untuk mengecek

apabila barang

yang

dikirim

belum

sampai sesuai

waktu

kirim

yang

telah

ditentukan. Pengecekan status barang bisa dilakukan melaui

via

telepon maupun

melalui fasilitas tracking yang telah

disediakan.

Lama

pengiriman tergantung

product

ddn serttice yang

dipilih

konsumen. (Wawancara pada tanggal

5 April

2017).

Pelayanan yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa ekspedisi PT.

TIKI

ini sudah dilaksanakan sesuai dengan pedoman

dan

syarat pengiriman

PT. TIKI

Denpasar. Namun segala bentuk kehilangan dan kerusakan yang terjadi bukan hal

yang

di

sengaja. Ketidaksengajaan

yang

terjadi

membuat

perusahaan bisa

(34)

Berdasarkan keterangan

dari

Ibu

Wayan

Murtini,

menyatakan bahwa persentase kehilangan dan kerusakan barang yang

terjadi

di

PT.

TIKI

Denpasar

tidak dapat

di

data secara pasti karena kerusakan yang terjadi bukan semata-mata

mumi

disebakan

oleh

karyawan

PT.

TIKI

Denpasar

saja.

Kerusakan yang

memang

dilakukan oleh

karyawan PT.

TIKI

Denpasar hanya sebesar

0,01

0/0. Kerusakan yang

terjadi

biasanya kebanyakan disebabkan oleh kelalaian pengirim

saat

pembungkusan

barang

kiriman.

Sehingga

apabila

ada

konsumen yang melapor kerusakan barang yang diterima maka pihak PT.

TIKI

Denpasar terlebih

dahulu

menyarankan

untuk

melakukan

konfirmasi

kepada

pihak

pengirim. (\Ya1\'ancara pada tanggal 30 Juni 2017).

Dilihat dari Buku

lll

Kitab

Undang-Undang

Hukum

Perdata

dan

hasil

penelitian

yang

dilakukan,

maka dapat dikatakan bahwa

perusahaan jasa

pengiriman

barang

PT.

Tiki

Denpasar

dalam

hal

ini

bersalah,

dan

juga

menyalahgunakan klausula-klausula didalamnya, termasuk klausula eksonerasi.

Oleh sebab itu, sudah merupakan kewajiban dan tanggung jawab perusahaan jasa

ekspedisi pengiriman barang

untuk

membayar

ganti

kerugian

kepada pihak konsumen karena wanprestasi yang didasarkan pada perjanjian baku.

Dalam

KUHD,

pertanggungjawaban pengankut

diatur

dalam pasal 468. Pada ayat

(l),

dinyatakan bahwa pengangkut wajib menjamin keselamatan barang

dari saat diterimanya hingga saat diserahkannya. Pada ayat (2) dijelaskan tentang

penggantirugian

atas

barang

dan

ketentuannya,

dan pada ayat

(3),

bahwa pengangkut bertanggung

jawab

atas apa yang dilakukan oleh awaknya dan atas alat-alat yang digunakannya dalam pengangkutan.

(35)

BAB

VI

UPAYA

HUKT]M YANG

DILAKUKAN

KONSUMEN

TERHADAP

PERUSAHAAN JASA EKSPEDISI

PT.

TIKI

ATAS

KEHILANGAN

DAN

KERUSAKANBARANG

6.1 Pengaturan Pengangkutan Barang dan Pelaksanaannya

Pengangkutan merupakan kegiatan

untuk

memindahkan penumpang dan

atau

barang

dari

satu tempat

ke

tempat

lain

dengan selamat. Pengangkutan menurut Purwosutjipto adalah perjanjian

timbal balik

antara pengangkut dengan

pengirim,

di

mana

pengangkut

mengikatkan

diri

untuk

menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan teftentu

dengan selamat, sedangkan

pengirim

mengikatkan

diri

untuk

membayar uang angkutan.2a

Pengangkutan

di

Indonesia

diatur

dalam

Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata pada

Buku

Ketiga

tentang Perikatan, kemudian

dalam

Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang (yang selanjutnya dsingkat

KUHD)

pada Buku

II

titel

ke

V.

Selain

itu

pemerintah

telah

mengeluarkan kebijakan

di

bidang transpoftasi

darat

yaitu

dengan dikeluarkannya Undang-Undang

Nomor

22

Tahun

2009

tentang

Lalu

Lintas dan

Angkutan Jalan

sebagai Pengganti Undang-Undang

Nomor

14

Tahun

1992, serta Peraturan Pemerintah

Nomor

4l

Tahun

1993 tentang Angkutan Jalan yang masih tetap berlaku meskipun Peraturan Pemerintah

2a

Purwosutj ipto, I 99 | , Hu kuu Pe ngangkuta n, Djambalao. lakarla, h. 2.

(36)

30

Nomor 41 Tahun

1993 merupakan peraturan pelaksanaan

dari

Undang-Undang

Nomor

l4

tahun 1992 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkatan Jalan bahwa : Pada saat Undang-Undang

Nomor

22 Tahun 2009 tentang

Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan

ini

mulai

berlaku,

semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang

Nomor

14

Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik

Indonesia

Tahun 1992 Nomor

49,

Tambahan Lembaran

Negara

Republik Indonesia

Nomor

3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang

tidak

bertentangan

atau

belum diganti

dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang

ini.

Dalam

pasal

2

dan

pasal

3

Undang-Undang

Lalu

Lintas dan Angkutan

Jalan (yang selanjutnya disingkat dengan

UULLAJ)

mengatur asas dan tujuan pengangkutan.

Pengangkutan adalah berasal dari kata "angkut" yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah pengangkutan dapat diartikan sebagai pembawa

barang-barang

atau

orang-orang

(penumpang)2s.

Pengangkutan

adalah

perpindahan

tempat,

baik

mengenai

benda-benda

maupun

orang,

karena

perpindahan

itu

mutlak

diperlukan

untuk

mencapai

dan

meninggikan manfaat serta efisien26. Sedangkan Hukum Pengangkutan adalah sebuah perjanjian timbal

balik, yang

mana

pihak

pengangkut mengikatkan

diri

untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang ke tempat tujuan tertentu, sedangkan pihak

lainnya,

yaitu

pengirim barang,

penerima

barang

dan

penumpang

wajib

2s

Poerwadarminta W , J, S, 1976, Kamus lJmum Bahasa Indonesia, Departemen P dan K, PN Balai Pustaka, Jakarta, h. 97,

'6SintaUli,2006.PengangktanSualuTiniauanHukttmMultimodaTransportAngktdan

(37)

31

menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.2i

Adapun

arti

hukum

pengangkutan

jika

ditinjau demi segi

keperdataan, dapat

dia(ikan

sebagai keseluruhan peraturan-peraturannya,

di

dalam dan

di

Iuar

kodifikasi yang beftujuan untuk mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit karena keperluan pemindahan barang-barang dan/atau orang-orang

dari

suatu

tempat

ke

tempat

lain

untuk

memenuhi

perikatan-perikatan

yang lahir

dari perjanj ian-perjanj ian tertentu.2s

Pengangkutan barang merupakan rangkaian peristiwa pemindahan barang

atau penumpang

dari

suatu tempat pemuatan

ke

tempat

tujuan

sebagai tempat

penurunan

pembongkaran

barang

muatan.2e

peristiwa

penyelenggaraan

pengangkutan barang

terjadi

karena adanya

perjanjian. Terjadinya

perjanjian

pengangkutan

didahului

oleh

serangkaian perbuatan penawaran

(offer)

dan penerimaan (acceptonce) yang dilakukan

oleh

pengangkut dan

pengirim

secara

timbal

balik.

Serangkaian perbuatan tersebut dilakukan atas persetujuan bersama

antara pengangkut

dan pengirim.

Abdul Kadir

berpendapat

bahwa

perjanjian pengangkutan niaga adalah persetujuan dengan mana pengangkut mengikatkan

diri

untuk

menyelenggarakan pengangkutan penumpang atau barang

dari

suatu

tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selama dan pengirim mengikatkan

diri

untuk membayar biaya angkutan. Perjanjian pengangkutan selalu diadakan secara

lisan tetapi didukung oleh

dokumen pengangkutan

yang

membuktikan bahwa

27

Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, dkk,l9g}, Hukun Pengangkutqn di lndoncsia, Rineka Cipta, Jakana, h. 6-7.

28 salim

H.S. l. op.cit. h.5. 2e

(38)

32

perjanj ian sudah terjadi.ro

Perjanjian pengangkutan pada umumnya

di

buat dengan perjanjian baku.

Mariam Darus

Badrulzaman mendefinisikan

perjanjian

klausula

baku

sebagai

perjanjian yang

di

dalamnya dibakukan syarat eksonerasi dan dituangkan dalam bentuk

formulir,

dengan

ciri-ciri

sebagai

berikut:

a.

Isinya

ditetapkan secara sepihak

oleh kreditur

yang posisinya

relatif

lebih kuat dari

debitur;

b.

Debitur sama sekali tidak menentukan isi

pe{anjian

;

c.

Terdorong

oleh

kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian

itu;

d.

Bentuknya tertulis ;

e.

Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individu.3r

Kedudukan para pihak dalam perjanjian pengangkutan,

yaitu

pengangkut dan pengirim sama tinggi, tidak seperti dalam perjanjian perburuhan, dimana para pihak tidak sama tinggi yakni, majikan mempunyai kedudukan lebih tinggi dari si

buruh.

Kedudukan tersebut

disebut

Subordinasi (gesubordineerd), sedangkan

dalam

perjanjian

pengangkutan adalah kedudukan sama

tinggi

atau koordinasi (Geeoordineerd). Pasal

l60l

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan, selain persetujuan-persetujuan untuk melakukan sementara jasa-jasa yang diatur

oleh

ketentuan-ketentuan

yang

khusus

untuk

itu

dan

oleh

syarat-syarat yang

diperjanjikan, dan

jika

itu tidak

ada

oleh

kebiasaan, maka adalah dua macam persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan

'o Abdrlkadir Muha,nmad. op.cit. h.34.

rl Mariam Darus Badrulzaman ll. op.cit. h,

(39)

JJ

pekerjaan bagi

pihak yang

lainnya dengan menerima upah. Berdasarkan

hal

di

atas,

ada

beberapa pendapat mengenai

sifat

hukum perjanjian

pengangkutan,

) aitu:

a.

Pelayanan berkala.

Dalam

melaksanakan

perjanjian

itu,

hubungan

kerja

antara

pengirim dengan pengangkut

tidak

terus-menerus, tetapi hanya kadangkala, kalau

pengirim

membutuhkan

pengangkutan

untuk

pengiriman

barang.

Hubungan semacam

ini

disebut pelayanan berkala, sebab pelayanan itu

tidak

bersiflat tetap, hanya kadangkala

saja bila

pengirim membutuhkan pengangkutan.

b.

Pemborongan

Seperti

yang ditentukan dalam Pasal

l60l

(b)

Kitab

Undang-Undang

Hukum

Perdata

yang

menentukan.

Pemborongan

pekerjaan

adalah

persetujuan

dimana pihak yang satu,

si

pemborong, mengikatkan

diri

untuk

menyelenggarakan suatu persetujuan

bagi pihak yang

lain,

pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.

c.

Campuran

Pada pengangkutan ada unsur melakukan pekerjaan (pelayanan berkala)

dan

unsur

penyimpanan,

karena pengangkut berkewajiban

untuk menyelenggarakan pengangkutan

dan

menyimpan

barang-barang yang diserahkan kepadanya untuk diangkut (Pasal 466, 468 ayat

(l)

KUHD).12

r2Prabu Setiawan, 2OOg, Hukum Perjanjian

Pengangkutan, http://prabusetiawan.blogspot.com/2009/05/sifat-hukum-perjanj ian-peneanpkutan.htm

l.

(diakses tanggal l6 Maret 2017)

(40)

34

6.2

Tanggung Jarvab

vang Dilakukan

PT.

TIKI

Terkait

dengan Kerugian

yang

Diderita

Pengguna Jasa Ekspedisi

Perkembangan

jual beli

melalui

media internet secara langsung maupun secara tidak langsung telah mendorong kemajuan usaha-usaha di bidang ekspedisi atau dikenal juga usahajasa pengiriman barang.

Perusahaan pengangkutan barang dalam kegiatan pengangkutan barangnya

tersebut

harus

menggunakan

kendaraan bermotor

yang

sesuai

dengan peruntukannya memenuhi persyaratan teknis dan layak

jalan

serta sesuai dengan kelas jalan yang

dilalui.

Dalam pasal 22 ayat

2 UULLAJ

dicantumkan bahwa penyelenggara jalan

wajib

melaksanakan kelayakan fungsi kendaraan seperti mengecek rem,

aki,

ban

dan lainnya guna

pemenuhan rasa aman

dalam

berkendara

baik bagi

sendiri maupun orang lain.

Dalam hal terjadinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kelalaian

pengemudi

maka

tanggung

jawab

menjadi

tanggung

jawab

dari

pengemudi dimana hal tersebut diatur dalam pasal 234 ayat

I

UULLAJ.

Kecuali kecelakaan

yang

terjadi

tersebut dikarenakan

hal-hal

yang

diatur dalam

pasal

234

ayat 3

UULLAJ.

PT.

TIKI

dalam hal

ini

sebagai perusahaan ekspedisi pengangkutan barang

yang

bertindak

sebagai

penyelenggara

jasa

pengiriman barang

seharusnya

bertanggung

jawab

terhadap kelalaian

yang

dilakukan

oleh

pengemudi armadanya.

Akan

tetapi

dengan adanya klausula

baku yang menjadi

pengikat

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme pengendali rem kiri dan kanan yang dapat dioperasikan secara terpisah akan memperkecil radius belok sedangkan mekasinme transmisi maju-mundur akan

Hasil pengujian pada galur padi rawa terhadap penyakit hawar daun bakteri diperoleh 2 galur dan 1 varietas yang menunjukkan respons tahan dan agak tahan terhadap kelompok IV dan

Ketika menurunkan persamaan koofisien viskositas, kita meninjau aliran lapisan fluida riil antara 2 pelat sejajar dan fluida tersebut bisa bergerak karena adanya

Pada tahun 2003 terjadi pertambahan mahasiswa yaitu sebanyak 7 mahasiswa yang mana pada tahun 2002 total mahasiswa keseluruhan 1020 mahasiswa sehingga terjadi kenaikan sebesar

PELINDO II Cabang Panjang dengan warga masyarakat dan analisisnya dengan menggunakan teori konflik dan hasil penelitian mengenai penyelesaian konflik yang telah ditempuh

AANC adalah suatu cara analisis sampel secara kualitatif maupun kuantitatif dengan cara melakukan irradiasi terhadap sampel, sehingga berubah menjadi isotop yang

Berdasarkan pengamatan dan observasi yang dilakukan pada pasien pasca keteterisasi jantung dapat diketahui bahwa setelah pencabutan femoral sheath pada tindakan