• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi SAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi SAR"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

S.A.R

1. PENDAHULUAN

Menurut Kepres no. 11 tahun 1972, SAR adalah usaha pencarian dan pemberian pertolongan meliputi usaha dan kegiatan mencari, menyelamatkan dan memberikan pertolongaan terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam penerbangan dan atau pelayaran. Tetapi pada tahun 1979 berdasarkan keppres no 48 BAKORNAS PBA dimasukkan dalam BASARI, sehingga untuk masalah bencana alam juga menjadi tugas pokok BASARNAS.

Untuk musibah orang hilang di gunung sebenarnya bukanlah tugas dari BASARNAS, sehingga yang lebih banyak turun tangan adalah Kelompok Pecinta Alam, Penduduk sekitar dan Instansi-instansi terkait.

Misi SAR adalah misi kemanusiaan, sehingga tidak pada tempatnya bila akhirnya kita jadikan ajang untuk adu gengsi organisasi. Hal yang penting dalam SAR terutama :

- Kecepatan bergerak - Kerjasama tim

- Patuh pada pimpinan (SMC)

(2)

2. ORGANISASI SAR

Di Indonesia, Badan SAR Nasional (Basarnas) merupakan organisasi SAR tertinggi yang ada dan di bentuk oleh pemerintah. Badan ini bertugas melaksanakan pengkoordinasian usaha dan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelamatan sesuai dengan aturan SAR nasional dan internasional terhadap orang atau materi yang hilang. Untuk mempermudah tugasnya, Basarnas memiliki kantor-kantor koordinator rescue (KKR) dan sub kordinasi rescue (SKR) yang ada di daerah-daerah.

Namun dalam pelaksanaannya, Basarnas belum dapat berfungsi optimal mengingat keterbatasannya. Organisasi-organisasi SAR yang berdiri sendiri (bebas), terutama penggiat alam terbuka, perhimpunan pecinta alam turut memberikan andil yang cukup besar dalam SAR di Indonesia terutama SAR Hutan Gunung.

BASARI adalah Badan yang menyelenggarakan tugas SAR, berkedudukan langsung pada presiden. Fungsinya sebagai koordinator tugas SAR nasional, internasional. Dan tugas Basari adalah sebagai berikut :

(1) Mengkoordinator tugas SAR dalam penggunaan personil dan material dari Instansi pemerintah dan swasta.

(3)

(2) Merencanakan dan membina serta mengendalikan SAR di daerah / wilayah.

(3) Kerjasama dengan negara tetangga dan organisasi internasional KKR II KKR I KKR III KKR IV BASARI BASARNAS K.P. OPERASI K.P. FASILITAS

(4)

Tugas pokok BASARNAS sebagai berikut :

(1) Sekretariat Badan : bertugas memberi pelayanan teknis dan administratif bagi seluruh satuan organisasi dilingkungan BASARNAS dalam rangka pelaksanaan tugas-tugasnya. (2) Pusat Pembinaan Fasilitas : bertugas membina,

memberikan pengarahan-pengarahan serta mengkoordinasikan potensi-potensi SAR baik tenaga maupun peralatan dalam persiapan menghadapi setiap kemungkinan terjadinya musibah penerbangan, pelayaran atau bencana alam.

(3) Pusat Operasi SAR : bertugas membina dan melaksanankan pengendalian operasi komunikasidan elektronika. Maka pusat operasi SAR : terdiri dari Bidang Pengendalian dan bidang komunikasi Elektronika.

(4) Kantor Koordinasi Rescue (KKR) bertugas menyelenggarakan suatu aparat Koordinasi Rescue guna mengkoordinir semua unsur SAR dan fasilitas SAR untuk wilayah tanggung jawabnya.

Dan dalam organisasi intern KKR tugas itu dijabarkan sebagai

(5)

1. Seksi Perencanaan bertugas membantu KKR dibidang perencanaan dan program serta mempersiapkan perjanjian dengan instansi lainya.

2. Seksi operasi bertugas melakukan system dan operasi SAR dalam wilayah tanggung jawabnya.

3. Seksi Umum bertugas menyelenggarakan pelayanan teknis dan administratif.

3. ORGANISASI MISI SAR

Organisasi SAR ini merupakan organisasi SAR yang terbentuk ketika ada usaha pencarian dan bersifat sementara saja hingga survivor ditemukan ataupun operasi SAR ditutup.

Struktur organisasi ini umumnya memiliki perangkat-perangkat: 1. SAR Coordinator (SC), biasa yang menjabat posisi ini

adalah pejabat wilayah atau daerah yang menjadi penanggung jawab KKR dan SKR yang karena jabatan, fungsi maupun wewenangnya mampu memberikan dukungan yang seharusnya diperlukan dalam melakukan operasi SAR.

2. Search Mission Coordinator (SMC), merupakan penanggung jawab operasi SAR hingga dapat memberikan pertolongan atau hingga operasi dengan terpaksa harus

(6)

ditutup. SMC memiliki wewenang penuh untuk menggunakan seluruh fasilitas yang ada, mengadakan tambahan fasilitas, dan menerima/menolak saran yang diberikan padanya. SMC ini memiliki tugas mulai dari mengumpulkan informasi selengkapnya mengolahnya dan mengkoordinir usaha pencarian. Posisi/lokasi SMC bisa berubah, menyesuaikan lokasi terdekat dengan lokasi pencarian. Untuk membantu tugas SMC, kadang diperlukan penanggung jawab yang berada di lapangan pencarian langsung yaitu OSC.

3. On Scene Commander (OSC), merupakan pejabat yang ditunjuk oleh SMC untuk mengendalikan operasi tersebut dari tempat yang letaknya lebih strategis. Tugas OSC sendiri sebenarnya hampir sama dengan SMC, hanya saja lokasinya yang kadang berpindah-pindah menyesuaikan dengan hasil evaluasi pencarian.

4. Search Rescue Unit (SRU), biasa disebut juga Ground unit. SRU ini biasanya merupakan partisipan yang terdiri dari tenaga sukarela dan penggiat alam terbuka, baik yang ada disekitar lokasi maupun yang datang sendiri. SRU umumnya terdiri dari lima orang dan dikepalai oleh seorangt ketua Ground Unit.

(7)

Jumlah pejabat yang ditugaskan sebagai SMC dan OSC biasanya tergantung dari operasi SAR yang dijalankan, tingkat kesulitan lokasinya, fasilitas komunikasi yang tersedia dan pejabat yang ada saat itu.

Sedangkan jumlah Ground unit yang ada sangat disesuaikan dengan tenaga sukarela yang ada dan ini merupakan kendala tersendiri jika minimnya ground unit yang tersedia.

Urutan struktur dibawah merupakan bagian-bagian yang harus ada (selain SC, bisa ada dan bisa tidak). Jumlah dan strukturnya bisa berubah ubah sesuai dengan kondisi SAR yang dilakukan dan jumlah SMC dan OSC bisa lebih dari satu.

Tenaga-tenaga sukarela yang datang langsung kelokasi sebaiknya mendaftarkan dulu ke pihak yang berwenang dilokasi, baik SMC maupun OSC-nya dan tenaga sukarela tersebut sebaiknya menanyakan struktur organisasi misi SAR yang telah terbentuk dan usaha-usaha yang telah dilakukan. Pihak yang berwenang akan lebih mudah mengatur teknik pencarian, pembagian personil, dan juga pembagian logistik kepada seluruh ground unit.

SC

(8)

4. SISTEM SAR

Dalam penyelenggara operasi SAR dikenal adanya suatu sistem yang antara lain terdiri dari ;

a. Pengelompokan tingkat keadaan darurat dari suatu musibah (Emergency Phases).

b. Pertahapan operasi SAR (Operasional Stages).

c. Komponen pendukung pelaksanaan operasi (SAR Components) 4.1 TINGKAT KEADAAN DARURAT

Untuk mencapai efektifitas penanganan suatu musibah perlu dilakukan penentuan tingkat keadaan darurat dari musibah tersebut. Penentuan tingkatkeaadan ini lazimnyadigunakan untuk musibah penerbangan, tetapi kita

OSC

(9)

gunakan pada modifikasinya untuk musibah pelayaran. Tingkat Darurat tersebut terdiri dari:

a. Incerfn (Uncertainity Phase)

Fase tidak menentu/ masih meragukan adanya ancaman musibah. Hal ini Diketahui bila pesawat/ kappa lmelapor mendapat kesulitan atau pada saat harusnya melapor pesawat ini tidak dapat dihubungi (lost contast). b. Alerfa (Alert Phase)

Fase mengkhawatirkan disebut juga fase siaga. Saat ini sudah mulai adanya kekhawatiran tentang keselamatan korban. Terjadi sebagai lanjutan fase I/ Incerfn atau karena tidak ada perkembangan pemberitaan.

c. Destresfa (Distress Phase)

Adalah suatu fase yang ditunjukkan dengaan ancaman musibah yang telah terjadi atau telah terjadi keadaan darurat dengan ancaman serius terhadap para korban, dapat juga perkembangandari Alerva. Musibah bisa terjadi dari tingkat incerfa kemudiaan berturut-turut menjadi Detresfa atau langsung kita ketahui pada keadaan Detresfa.

4.2 TAHAPAN SAR

(10)

1. Awareness Stage.

Kadang dikenal juga sebagai tahap kekhawatiran dimana tahap ini, kekhawatiran akan muncul. Termasuk dalam tahap ini ialah penerimaan informasi melalui telepon dari seseorang maupun instansi.

2. Intial Action Stage.

Disebut juga tahap kesiagaan atau Preliminary mode dimana dalam tahap ini dibuat persiagaan untuk menyiagakan fasilitas SAR dan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan lengkap, antara lain mengevaluasi dan membahas informasi yang diperoleh, menyiapkan fasilitas SAR (misalnya perlengkapan gunung hutan dan alat-alat komunikasi), perluasan pencarian dengan komunikasi.

Merupakan tahap seleksi informasi, penganalisaan keadaan darurat serta menyiagakan unsur SAR. Saat ini sudah diperlukan adanya seorang SMC. Dan komunikasi menjadi lebih lengkap untuk menentukan daerah pencariaan dan diperlukan pula pengarahan unsur. Tahap ini merupakan tahap yang cukup pelik terutama apabila informasi yang diterima belum lengkap

(11)

Istilah lainnya adalah tahap perencanaan dimana dalam tahap ini dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons) terhadap keadaan sebelumnya, meliputi:

3.1 Search Planning Event (tahap perncanaan pencarian) - Memperkirakan Most Probable Posistion (MPP)

- Menentukan luas search area, memilih pola pencariaan

- Menetukan cakupan yang diinginkan

- Mengembangkan perencanaan pencarian yang mungkin dilaksanakan

3.2 Degree of Search Planning

- Keadaan lingkungan dari insiden SAR - Ketepatan posisi dari kercelakaan

- Dapat atau tidaknya unit SAR yang terlatih dan tersedia digunakan

- Waktu yang terlewat sejak kecelakaan terjadi 3.3 Search Planning Computating

- Mengetahui posisi

- Mengetahui jarak lintasan 4. Operation Stage

(12)

Tahapan ini melibatkan metoda-metoda detection, tracking maupun evacuation, yaitu dilakukannya operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Kegiatan yang termasuk dalam kegiatan ini: - Fasilitas SAR yang bergerak menuju lokasi kejadian - Melakukan pencarian berdasarkan tanda tanda yang di

temui dan diperkirakan di tinggalkan survivor

- Menolong serta menyelamatkan dan mengevakuasi korban

- Memberikan perawatan gawat darurat kepada korban yang membutuhkan

- Mengadakan briefing kepada SRU

- Mengirimkan dan memberangkatkan fasilitas SAR

Dan pada saat kegiatan berlangsung perlu diketahui pula tingkat ketelitian dari pencarian, karena misalnya kebosanan/kejenuhan pencari akan menurunkan efektifitas pencarian, maka perlu sudah disiagakan tim cadangan 5. Mission Conclusion Stage (MCS)

Merupakan gerakan dari seluruh fasilitas-fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula darinya (regular location). Pada tahapan ini juga dilakukan:

(13)

- Evaluasi hasil kegiatan

- Kembali ke pangkalan pencariaan - Briefing terakhir kalinya

- Membuat dokumetasi SAR

- Penyiagaan kembali agar seluruh unsur-unsur tetap siaga setiap saat

MCS merupakan tahap akhir penugasan suatu operasi SAR dengan melakukan penarikan SRU dari lokasi ke posko dan pengembalian kepada instansi induknya dan menyiagakan kembali tim SAR untuk musibah selanjutnya. Selain itu diselenggarakan pulapers release dan penyerahan korban. Maka berakhir pula kegiatan operasi SAR saat itu.

Tahapan-tahapan ini akan lebih mudah jika dilakukan, karena segala aktivitas tahapan ini biasanya akan berjalan begitu saja dengan kontrol dari SMC maupun OSC. Para tenaga sukarela yang belum pernah mencoba melakukan misi SAR sebaiknya melakukan terlebih dahulu intruksi dari SMC dan OSC dengan menghadiri evaluasi / briefing yang dilakukan dilokasi.

5. TAKTIK PENCARIAN

Perencanaan pencarian sangat tergantung kepada situasi baik berupa medan ataupun data yang telah diperoleh sampai sejauh

(14)

mana. Dalam usaha pencarian terdapat lima mode yang sering diterapkan.

5.1 PREELIMINARY MODE

Merupakan usaha awal untuk mendapatkan informasi awal tentang data survivor, mengkoordinir SRU, mendirikan pos pengendali dan perencanaan lokasi pencarian serta teknik yang akan dilakukan.

5.2 CONFINEMENT MODE

Adalah menciptakan/ membentuk garis batas untuk mengurung survivor dalam suatu search area sehingga: - Area dapat disapu

- Mencegah meluasnya search area

- Petunjuk bagi survivor untuk menuju daerah yang aman. Cara Pelaksanaan :

5.2.1 BLOCKING

Berupa blocking terhadap road block atau trial block tim kecil ditempatkan di jalan masuk area dan mencatat keluar masuknya orang pada tempat tersebut. Sebaiknya jalan masuk ditutup untuk mencegah terhapusnya jejak survivor. 5.2.2 LOOK OUT

(15)

Berupa penempatan regu kecil pada ketinggian untuk mengawasi dan mendeteksi kemingkinan terlihatnya survivor. Cara ini sangat efektif untuk daerah terbuka. Gunakan alat dan isyarat untuk mnenarik perhatian survivor.

5.2.3 CAMP IN

Berupa pendirian pos-pos pada posisi yang strategis (persimpangan jalan, pertemuan aliran sungai dll.) camp in juga dapat berfungsi sebagai look out, blocking dan stasiun relay radio komunikasi. Camp in ini efektif untuk daerah yang terbuka.

5.2.4 TRACK TRAP

Yaitu membuat atau memanfaatkan kondisi alam agar bila survivor melalui daerah itu jejaknya dapat terdeteksi. 5.2.5 STRING LINES

Untuk daerah yang vegetasinya rapat, cara ini lebih efektif. String lines dibuat dari tali yang kuat dan berwarna menyolok (rafia cukup baik) dan dipasang pada pohon setinggi dada. Pada tempat tertentu dipasang TAG yang berwarna menyolok untuk mengarahkan survivor kedaerah

(16)

yang aman. String lines juga berguna untuk tanda batas sektor pencarian.

5.3DETECTION MODE

Adalah usaha untuk mendeteksi tempat-tempat yang diperkirakan potensial untuk menemukan survivor. cAdapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

5.3.1 DETECTION MODE TYPE I

Memeriksa secepat mungkin pada daerah-daerah yang dicurigai diman survivor berada untuk mendapatkan informasi mengenai search area. Metode ini digunakan pada :

- tahap awal pencarian

- pemeriksaan ulang terhadap daerah dimana survivor berada

Langkah- langkah sebagai berikut :

- Regu kecil (3-6 orang) bergerak cepat melewati jalan setapak, punggungan gunung, aliran sungai, air terjun yang dicurigai survivor akan berada disitu.

(17)

- Pada waktu tertentu SRU berhenti untuk mengamati sekelilingnya dan memanggil nama survivor

- DAN SRU harus selalu menginformasikan pada SMC mengenai kondisi SRU temuan jejak survivor, catatan-catatan mengenai perubahan medan berdasar pada peta yang diberikan oleh SMC

- Memasang marker dan tag.marker dipasang pada lokasi penemuan jejak/ barang yang ditinggalkan survivor

5.3.2 DETEKTION MODE TYPE II

Pemeriksaan/penyapuan secara cepat dan sistimatis pada area yang luas. Metode ini juga disebut OPEN GRID. Penggunaan metode ini biasanya pada :

- Tahap awal operasi bila waktu hidup survivor semakin pendek

- Seach area luas dan sulit dipastikan , sementara jumlah SRU sedikit

(18)

- Tiap SRU bergerak sejajar dengan jarak yang cukup lebar dengan arah tertentu dengan berdasarkan arah kompas (misalnya N 90°E dengan cara 5 kompas 6), kontrol line (punggungan, sungai dll)

-Untuk menghindari terjadinya overlaping sebaiknya dipasang string line oleh personel yang terluar.

5.3.3. DETEKTION MODE TYPE III Metode ini digunakan bila : - Tipe II telah digunakan

- Search area sempit dan jumlah SRU banyak - Adanya dugaan unsur kriminal

Cara pelaksanaanyan sama dengan type II, hanya kecermatan dan jarak antar personel lebih dekat.

5.4 TRECKING MODE

Melacak jejak atau apapun yang ditinggalkan survivor oleh :

- Anjing pelacak - Orang yang terlatih

(19)

SRU biasanya tidak dulibatkan dalam operasi ini karena dikuatirkan merusak jejak yang ada.

5.5 EVACUATION MODE

Setelah survivor segera amankan si survivor tersebut. Ada 3 pokok yang harus dilakukan bila SRU menemukan survivor : - Berikan pertolongan bila dibutuhkan

- Yakinkan survivor bila ia akan selamat

- Laporkan pada SMC kondisi, lokasi diman survivor ditemukan

SRU yang menemukan survivor hanya boleh memberikan P3K bila survivor masih hidup, mengamankan survivor. Bila survivor telah meninggal SRU tidak tidak diperkenankan untuk merubah posisinya. Evakuasi erhadap survivor hanya diputuskan oleh SMC

6. KELENGKAPAN SAR

Sebelum melakukan SAR, ada beberapa kesiapan yang harus dipenuhi oleh tenaga sukarela maupun pelaksana SAR secara keseluruhan. Hal ini penting agar para pencari tidak malah membebani pencari lainnya. Sering terjadi para pencari survivor malah ikutan hilang sehingga operasi malah tidak jadi fokus, atau sakit, kekurangan logistik dan perbekalan, takut dan lain-lain.

(20)

6.1 Teknis

6.1.1 Organisasi

Dalam penyelengaraan operasi SAR dibentuk organisasi Khusus untuk satu jangka waktu ( selama operasi berlangsung) agar dapat dilakukan koordinasi dan pengendaliaan dari unsur-unsur SAR yang digunakan sehingga mendapat hasil yang optimal.

Merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur, koordinasi, komando dan pengembalian wewenangdan tanggung jawab untuk penangan suatu musibah. Struktur yang ada perlu diketahui agar masing masing ground unit mengerti akan tugas dan fungsinya di lapangan. Ada baiknya juga para tenaga sukarela memberikan surat tugas dari kesatuaan/ perhimpunannya sehingga keberadaannya dapat lebih dipertanggung jawabkan. 6.1.2 Komunikasi

Adalah komponen penyelenggaraan yang sangat penting dalam mengendalikan suatu operasi SAR dan menjalin kerja sama selama operasi berlangsung. Karena sifat pertolongan yang dilakukan haruslah cepat, maka infomasi terbaru

(21)

antara SMC, OSC maupun ground unit harus tersampaikan dengan baik dan cepat. Oleh karena itu alat komunikasi dalam suatu SAR sangat vital.

Dukungan komunikasi sangat penting dalam operasi SAR dan akan melibatkan potensi-potensi komunikasi milik instansi/organisasi swasta maupun masyarakat dalam suatu jaringan yang terkoordinasi. Jaringan komunikasi SAR Nasional meliputi :

1. Jaringan penginderaan dini 2. Jaringan koordinasi

3. Jaring komando

4. Jaring bantuan administrasi dan logistik

Alat komunikasi yang digunakan dapat berupa radio (trancifer VHF/AM, VHF/FM/SSB), telepon dan telex

1. Sarana penginderaan dini digunakan digunakan pesawat radio monitor pada frekuensi pada frekuensi 121.5 KHz (musibah pelayaran)dan telepon marabahaya

2. Sarana koordinasi berupa radio transciver VHF/FM pada pesawat siaga SAR, telepon dan telex.

(22)

3. Sarana komando dan pengendalian digunakan radio tranciver ground to air, HF/SSB, VHF/FM, dan telepon/telex.

4. Sarana dukungan adminlog dengan telepon, telex, caraka.

6.1.3 Penanganan Gawat Darurat (Emergency Care) Emergency care adalah bagian dari rescue operation yang menyangkut masalah pertolongan/penyelamatan di lokasi musibah dan selama evakuasi baik yang menyangkut masalah medis/non medis

Merupakan komponen penyediaan fasilitas perawatan gawat darurat yang bersifat sementara termasuk pemberian dukungan terhadap korban ditempat musibah sampai ke tempat lokasi yang memadai. Kemampuan penanganan ini sebaiknya dikuasi masing-masing ground unut. Jika kondisinya masih hidup dan memebutuhkan pertolongan secepatnya, para ground unit harus bisa menangani tanpa harus menunggu bantuan dari base camp pencarian. Hitunganya adalah berapa waktu terbuang yang dapat menyebabkan survivor menjadi lebih

(23)

parah bahkan meninggal. Selain itu fasilitas medis yang terdapat dilokasi base camp pencarian juga harus memadai sebelum pertolongan lebih lanjut. 6.1.4 Dokumentasi

Jarang sekali dalam suatu SAR dapat dihasilkan dokumentasi yang benar-benar ideal. Dokumentasi tersebut dapat menceritakan keseluruhan operasi SAR mulai tahap persiapan (pembahasan peta, komunikasi), tahapan pencarian (teknis pencarian, evaluasi dan briefing) hingga tahap akhir (evakuasi briefing akhir).hal ini dapat disebabkan ketidaktahuan/ kelupaan pencari/ organisasi SAR yang ada untuk mendokumentasikan kegiatan ini. Selai itu pengambilan foto yang dilakukan dimedan SAR umumnya lebih sulit (faktor alam) sehingga membutuhkan fotografer yang juga handal..

Dokumentasi berupa pendataan/rekaman kegiatan selama operasi baik berupa pendataan visual (gambar/photo) atau pendataan tertulis yang penting untuk operasi selanjutnya.

(24)

Meliputi komponen berupa unsur peralatan, perlengkapan. Termasuk transportasi, form evaluasi, briefing, peta, fasilitas listrik, dapur umum dan lain-lain.

Fasilitas SAR merupakan alat bagi seorang pengendali operasi SAR (SMC) dalam pelaksanaan tugasnya. Fasilitas SAR dapat terdiri dari unit-unit SAR (manusia dan peralatannya) stasiun-stasiun/pangkalan, jaringan-jaringan dan peralatan komunikasi serta sarana-sarana lainnya.

Selain mengetahui jenis fasilitas SAR perlu diketahui pula kemampuan dari fasilitas tersebut, sehingga pada pelaksanaan suatu operasi SAR dapat dipilih/ditentukan jenis yang akan digunakan sesuai kemampuannya.

6.2 Non Teknis

Sikap Mental, sikap mental ini dapat dibagi atas kesiapan diri sendiri dan kelengkapan persiapan. Tim pencari yang memiliki perlengkapan seadanya ataupun tidak lengkap akan menyulitkan diri sendiri sehingga membuat semangat untuk mencari menjadi turun. Tim ground unit seharusnya sudah diperkirakan perlengkapan

(25)

apa yang akan digunakan sewaktu usaha pencarian. Kompas, golok, tali, kelengkapan masak dan tidur. Perlengkapan bivak sudah tentu menjadi perlengkapan yang harus dipenuhi. Jika ingin membawa kamera lebih baik lagi. Selain itu yang perlu diperhatiakan adalah kesiapan pencari dilapangan, berapa hari. Usahakan mencari survivor hingga ditemukan atau smpai operasi SAR dinyatakan ditutup karena suatu hal. Jika tidak bisa mengikuti lebih lama karena keterbatasan waktu pencari (misalnya ada ujian ada janji) biasakan melapor sebelumnya kepada pihak yang berwenang (OSC atau SMC) bahwa anda akan membantu sekian hari. Juga jika pulang melaporkan kepada OSC atau SMC agar dapat diketahui kekuatan tim pencari untuk esok harinya.

Waktu pencarian kadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan malah bisa lebih lama. Kejadian ini bisa membuat mental tim SAR menurun. Oleh karena itu, perlu adanya usaha bersama agar usaha bersama agar operasi SAR dapat berjalan secepat mungkin.

Dana biasanya menjadi masalah yang cukup besar. Jika biaya operasi SAR ditanggung pihak keluarga survivor, biasanya tidak menjadi masalah yang cukup besar. Jika

(26)

biaya operasi SAR ditanggung oleh pihak keluarga survivor, biasanya tidak menjadi masalah dan tidak perlu mencari ke sumber dana. Hanya saja jika operasi SAR cukup lama, keluraga survivor terkadang juga tidak bisa lagi memberikan bantuannya. SC dan SMC biasanya lebih berperan dalam menggalang dana dan menjalin jaringan dengan berbagai instansi terkait guna mendukung operasi.

Perlu diingat pencarian bantuan tidak hanya terfokus pada uang namun juga bisa berupa fasilitas (helikopter, mobil, alat komunikasi), perbekalan (indomie, beras, batu baterai, sayuran), jaringan informasi (misalnyadengan orari) Bekal lainnya yang tak kalah pentinganya bagi para pencari adalah kemampuan navigasi, ketika anda diterjunkan dilapangan operasi SAR, kemampuan anda dianggap sudah rata-rata dalam bernavigasi, baik dalam pembacaan kordinat, pengetahuan jarak dan skala, tanda – tanda dipeta. Semuanya ini akan sangat membantu dalam pencarian, terutam dalam teknik pencarian.

Dalam setiap operasi unsur kecepatan dalam bergerak akan sangat menentukan kemungkinan ditemukannya survivor dalam kondisi hidup. Untuk menjadi seorang anggota SRU yang handal, dapat bergerak cepat

(27)

dan tentunya tidak dapat langsung jadi seperti kita membeli pisang goreng saja. Untuk itu ada persyaratan minimal untuk menjadi seorang SRU, syarat tersebut adalah :

1. Menguasai teknik hidup di alam bebas dan survival. 2. Menguasai ilmu mountaineering

3. Menguasai navigasi darat dan ilmu peta kompas 4. Menguasai teknik pencarian

5. Menguasai P3K

6. Menggunakan alat standart untuk kegiatan alam bebas 7. Menguasai ilmu iklim dan penaksiran

8. Dapat menggunakan dan mengetahui prosedur penggunaan alat komunikasi.

7. TEKNIK PENCARIAN SAR

SAR dapat dilakukan pada segala medan, baik medan laut, udara, maupun gunung hutan. Pada bahasan kali ini titik pencarian SAR akan dititik beratkan pada titik pencarian SAR medan gunung hutan.

Terlebih dahulu harus diketahui bahwa misi suatu SAR adalah misi kemanusiaan untuk menyelamatkan jiwa sehingga dalam pergerakan haruslah berpedoman pada 3C, cepat, cermat dan cekatan. Waktu yang sia-sia ataupun tidak efektif dalam pencarian akan mengakibatkan kerugian bagi pihak survivor.

(28)

Suatu misi SAR akan dimulai dari adanya pelaporan kehilangan. Dari sini tenaga-tenaga pencari mulai memfokuskan diri dengan mencari keterangan yang lebih komplit sambil mencari peta daerah yang bersangkutan. Pencarian informasi bisa melibatkan pihak kepolisian dan penggiat alam terbuka setempat (didaerah survivor dinyatakan hilang). Kebenaran berita harus ditindak lanjuti dengan mengirimkan personil/satu tim pencari kelokasi. Berita yang diterima haruslah seakurat mungkin termasuk data awal pendakian, lokasi terakhir terlihat, perlengkapan yang dibawa, teman pendakian sewaktu suevivor hilang (jika ada), dan data korban sendiri (sifat, pengalaman, alamat survivor) sehingga memudahkan tim pencari untuk menganalisa data. Jika dilokasi sudah terbentuk suatu organisasi SAR, tim dapat langsung bergabung dengan melaporkan kehadirannya. Apabila belum terbentuk organisasi SAR, tim dapat membentuk organisasi SAR sederhana, kemudian melengkapi fasilitas sambil terus mencari data. Pencarian dilakukan secepat mungkin berdasarkan data yang telah diperoleh hingga saat itu.

1. Confinement Mode 2. Detection Mode

Mode detection dilakukan untuk memeriksa tempat tempat yang dicurigai. Pencarian dengan cara menyapu (sweep searches)

(29)

diperhitungkan untuk menemukan orang atau barang-barang yang tercecer. Mode ini dibagi atas tiga tipe search:

Tipe pencarian 1

Istilah lainnya adalah reconnaisance atau hastic search. Pencarian ini dilakukan secara sangat cepat sehingga kesannya terburu-buru terhadap area yang paling memungkinkan. Sifatnya pencarian segera terhadap area yang spesifik sekaligus untuk memperoleh informasi tentang search area. Bisa juga dilakukan pemeriksaan berulang ulang terhadap tempat yang sangat memungkinkan. Metoda ini biasanya dilakukan pada tahap awal operasi. Untuk kebutuhan ini diperlukan satu tim yang dapat bergerak cepat.

Tipe pencarian II

Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan sistematis atas area yang luas dengan metoda penyapuan. Tipe ini disebut juga open grid. Sasaran tipe ini adalah pencarian yang cepat atas area yang luas. Pemakaian tipe ini biasanya dilakukan pada tahap awal pencarian, terutama bila jangka waktu orang yang hilang tersebut sangat pendek. Pencarian ini juga dilakukan pada situasi dimana search area luas, tidak ada area-area khusus yang dapat diidentifikasi, dan bila kekurangan tenaga untuk bisa meliputi seluruh area.

(30)

Pencarian menyapu dengan jarak yang lebar diantara tim pencari, dengan sudut kompas sejajar. Pemimpin regu bergerak bolak balik selebar areal penyapuan untuk memperhatikan arah pergerakan dan memeriksa temuan. Pergerakan dapat menggunakan patokan kompas untuk menentukan arah.

Apabila seorang anggota tim menemukan sesuatu atau mendapat kesulitan dalam menembus kerimbunan hutan, ia dapat berteriak halt atau stop. Pemimpin tim akan memeriksa hambatan atai temuan kemudian memerintahkan regu untuk bergerak kembali.

Dalam pegerakan, sering terjadi tumpang tindih areal penyapuan. Cara paling efektif untuk mengatasinya adalah memberi pita atau tanda pada masing-masing sisi terluar. Hal ini akan memudahkan regu yang menyisir tepat bersebelahan dengan regu yang menempatkan pita.

Tipe pencarian III

Kriteria ini adalah kecermatan, sering disebut jiga dengan close grid. Pencarian ini dilakukan dengan menggunakan sistemetika yang ketat atas areal yang lebih kecil. Tipe ini dilakukan bila search area telah terbatas dan tenaga pencari mencukupi. Umumnya dilakukan setelah tipe pancarian II telah dilakukan, namun kemungkinan subjek ditemukan masih rendah (subjek berada di search area). Pada tipe ini penggunaan pita ataupun string line selalu digunakan untuk mengontrol/memberi tanda daerah yang sudah dicari atau belum.

(31)

Sewaktu bergerak ditetapkan terlabih dulu patokan pergerakan, berpatokan kekanan atau kekiri. Pencari akan selalu bergerak berpatok pada sisi tersebut.

1. tracking mode

yang dimaksud dengan tracking mode ialah pencarian dengan mengikuti jejak-jejak atau barang-barang yang tercecer, yang ditinggalkan oleh subjek berdasarkan data yang dimiliki. Tracking mode biasanya menggunakan anjing pelacak ataupun regu yang terlatih dalam mengesan jejak.

2. evacuation mode

evacuation mode menyangkut masalah evakuasi, perawatan terhadap korban dilapangan dan membawanta kelokasi yang lebih baik fasilitasnya, misal : rumah sakit. Yang harus diketahuai ialah jalur-jalur emergensi yang paling efisien dan aman bagi korban.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan ditemukan keragaman pada keragaan mutan- mutan ubi kayu generasi M1V2 yaitu pada peubah tinggi tanaman, tinggi ke cabang, jumlah cabang,

Hal ini menunjukkan varietas PAC 105, BS 0214, dan BS 0314 yang mempunyai kriteria ketahanan tahan, dengan nilai kandungan klorofil yang tinggi; dibanding- kan dengan varietas

Untuk mencari jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam proses produksi pembuatan  beton tiang pancang bulat ( spunt piles) dapat dilakukan dengan membagi waktu proses  produksi

Oleh karena itu dalam program pelepasliaran burung kakatua hasil penyerahan masyarakat perlu dilakukan identifikasi secara morfologi dan teknik DNA molekuler untuk

demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang belajar melalui pendekatan saintifik

Oleh sebab itu, peran guru dalam mengembengkan multimedia pembejaran berbasis video sangatlah membantu pesrta didik karena semua kegiatan belajar mengajar

Melalui program televisi “Biacara Karya” yang tayang di Cakra Semarang TV merupakan tayangan yang mengangkat tentang industri keratif, program director telah

Saat pertama kali simulator dijalankan, pada halaman awal merupakan halaman menu loading dimana data dan obyek 3 dimensi dikumpulkan agar selanjutnya sistem dapat