BAB II KAJIAN TEORITIS
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang
teori-teori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini.
2.1 Taman Bacaan Masyarakat
Taman bacaan masyarakat yang selanjutnya atau lebih dikenal dengan
sebutan TBM bukanlah suatu perpustakaan yang harus memenuhi standar
nasional perpustakaan seperti standar koleksi, standar sarana dan prasarana
(Sutarno, 2008: 127). Inilah membuat pengertian suatu TBM berbeda dengan
perpustakaan pada umumnya, karena pada dasarnya TBM tidak memiliki badan
hukum yang jelas sehingga pendiriannya dapat dilakukan oleh siapa saja
(masyarakat umum). Pembangunan TBM didasarkan pada pemenuhan program
pengembangan budaya baca dan perpustakaan. Program yang bertujuan untuk
mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui
peningkatan budaya baca serta penyediaan bahan bacaan yang berguna bagi
aksarawan baru, maupun anggota masyarakat pada umumnya yang membutuhkan
untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan demi peningkatan wawasan
serta produktivitas masyarakat.
2.1.1 Pengertian Taman Bacaan Masyarakat
Taman bacaan merupakan salah satu di antara sarana dan sumber belajar
yang efektif untuk menambah pengetahuan melalui aneka macam bentuk koleksi
taman bacaan. Dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) (2006: 1) menyatakan bahwa pengertian TBM adalah “sebuah lembaga
yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar,
sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat”.
Sedangkan menurut Sutarno (2008: 127) pengertian TBM adalah “fasilitas
membaca yang berada di tengah-tengah komunitas (community based library) dan
bersangkutan”. Pendapat lain yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis
Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012: 4):
Taman bacaan masyarakat adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa TBM merupakan suatu
lembaga yang menyediakan fasilitas membaca masyarakat berupa buku, majalah,
tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain untuk memenuhi kebutuhan
informasi masyarakat yang dikelola secara sederhana, swakarsa, swadana dan
swasembada oleh masyarakat bersangkutan.
2.1.2 Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat
Terdapat berbagai penyelenggaraan TBM yang berkembang dari TBM
publik, TBM berwirausaha, TBM pendamping PKBM dan TBM @ Mall yang
belakangan ini sedang marak di lingkungan masyarakat perkotaan. Gong (2012:
277) mengemukakan bahwa “secara umum ada dua jenis TBM di Indonesia,
pertama, TBM bentukan pemerintah (konvensional), kedua, TBM partisipasi
masyarakat (mandiri) yang biasa dikenal dengan sebuatan komunitas baca”.
Sedangkan dalam Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2006:
10) menyatakan bahwa “TBM dapat diselenggarakan atas prakarsa individu atau
pun lembaga sosial kemasyarakatan atau pun pemerintah”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa keberadaan TBM di
masyarakat merupakan hasil bentukan pemerintah dan mandiri yang mana
keduanya sama-sama berkonsentrasi pada kebutuhan masyarakat. Bentuk TBM
konvensional biasanya menginduk pada PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mandiri)
yang memiliki ideologi seragam yaitu membantu program pemerintah dalam hal
pemberantasan buta huruf, sedangkan TBM mandiri yang berasal dari partisipasi
masyarakat dengan ideologi ingin berbagi dan mendambakan perubahan di
2.1.3 Tujuan Taman Bacaan Masyarakat
Tujuan TBM yang ingin dicapai yaitu untuk membangkitkan dan
meningkatkan minat baca masyarakat. Dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) (2006: 1) menyatakan bahwa TBM memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Menjadi suatu wadah kegiatan belajar masyarakat.
3. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali.
Sedangkan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman
Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012: 6), tujuan taman bacaan adalah:
1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca,
2. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca, 3. Membangun masyarakat membaca dan belajar
4. Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat,
5. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan, keterampilan, berbudaya maju, dan beradab.
Pendapat lain yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan
Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Ruang Publik (2012: 6) tujuan TBM
adalah:
1. Menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan yang dapat membantu pengujung ruang publik untuk dapat melakukan kegiatan membaca dalam rangka belajar, mencari informasi, mencari hiburan edukatif, atau hanya sekedar mengisi waktu luang;
2. Menumbuhkembangkan kegemaran membaca dan menulis,
3. Membina dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui kegiatan literasi,
4. Mendorong pembudayaan kegemaran membaca masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan yang ingin
dicapai dengan adanya TBM adalah untuk membangkitkan minat masyarakat
aktivitas belajar-mengajarnya dan juga mendukung peningkatan kemampuan
aksarawan baru.
2.1.4 Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Pada dasarnya TBM berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat dalam
mendapatkan informasi yang diinginkan. Dalam buku Pedoman Pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) (2006: 2) menjelaskan bahwa TBM memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Saran pembelajaran bagi masyarakat;
2. Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu secara efektif dengan memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka;
3. Saran informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.
Sedangkan Kalida (2010: 1) mengemukakan bahwa TBM memiliki fungsi
sebagai:
Sumber belajar bagi masyarakat melalui propgram pendidikan nonformal dan informal. Ia juga bisa disebut sebagai tempat rekreasi melalui bahan bacaan, untuk memperluas wawasan, memperkaya pengalaman belajar, menambahkan kegiatan belajar masyarakat, latihan tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan”.
Pendapat lain tentang fungsi taman bacaan yang dinyatakan dalam buku Petunjuk
Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012:
7) yaitu:
1. Sebagai sumber belajar–TBM dengan menyediakan bahan bacaan utamanya buku merupakan sumber belajar yang dapat mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan untuk membuka wawasan, juga berbagai keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misalnya praktek memasak, budidaya ikan, menanam cabe dan lainnya.
3. Sebagai tempat rekreasi-edukasi–dengan buku-buku nonfiksi yang disediakan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM dengan bahan bacaan yang disediakan mampu membawa masyarakat lebih dewasa dalam perilaku, bergaul di masyarakat lingkungan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa TBM berfungsi sebagai wadah
bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang diinginkan, baik dalam
bentuk cetak maupun dalam bentuk elektronik sehingga masyarakat menjadi
“melek informasi”. Selain itu juga ada tujuan lain dari TBM yang ingin dicapai
seperti keinginan untuk membangkitkan dan meningkatkan minat baca
masyarakat.
2.1.5 Manfaat Taman Bacaan Masyarakat
Dalam mewujudkan terealisasinya masyarakat yang memiliki budaya
baca, maka TBM mempunyai peran di dalamnya. Dengan manfaat yang dimiliki
oleh TBM yang merupakan media pengembangan budaya membaca bagi
masyarakat agar terciptanya masyarakat yang berbudaya baca yang
berpengalaman, kritis, beradab, maju dan mandiri yang dapat dicapai oleh
masyarakat itu sendiri.
Dalam buku Penduan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 2),
manfaat taman bacaan adalah:
1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca.
2. Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat. 3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri.
4. Membantu pengembangan kecakapan membaca.
5. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan uraian tentang manfaat TBM di atas dapat dijelaskan bahwa
TBM memiliki manfaat dalam menumbuhkan minat masyarakat terhadap
membaca. Inilah menjadi fokus dalam pemanfaatan TBM, dimana keberadaan
suatu TBM mempunyai tanggung jawab terhadap menumbuh dan
2.2 Masyarakat Perkotaan 2.2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk suatu sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Istilah Masyarakat
dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2008: 553) adalah "sejumlah orang
dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berkebudayaan”.
Sedangkan Ahmadi (1997: 226) menyatakan bahwa:
Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain: kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Pendapat lain yang dikutip dari Ralph Linton dalam Basrowi (2005: 38)
menyatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup
lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya
sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa masyarakat merupakan
hubungan sejumlah manusia yang berkaitan karena ada bentuk-bentuk dalam
kehidupan, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh
unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial sehingga mereka dapat
mengorganisasikannya dalam kesatuan sosial, yang dibatasi oleh aspek-aspek
tertentu.
2.2.2 Pengertian Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang bersifat
memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena pola pikir
mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai
kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan
adalah “masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor
perdagangan dan industri, atau bekerja di sektor administrasi pemerintahan, yang
sering disebut the white collar, kebalikan the blue collar atau pekerja kasar”.
Sedangkan Daldjoeni (1997: 9) menyatakan bahwa “Masyarakat kota sebagai
community, seperti halnya masyarakat pedesaan, adalah suatu teritorial di mana
penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya”.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat kota adalah suatu
komunitas yang menempati suatu teritorial tertentu yang penduduknya
mempunyai pekerjaan dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari perdagangan,
industri, hingga sektor pemerintahan.
Terdapat beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat seperti yang
dikemukakan oleh Ahmadi (1997: 229), yaitu:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lainnya.
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.
5. Jalan pikir rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
Sedangkan Daldjoeni (1997: 10-11) menyatakan bahwa terdapat enam
kondisi-kondisi yang diperlukan bagi suatu kota (city) yaitu:
1. Pembagian kerja dalam spesialisasi yang jelas;
2. Organisasi sosial lebih berdasarkan pekerjaan dan klas sosial daripada kekeluargaan;
4. Suatu sistem perdagangan dan pertukangan;
5. Mempunyai sarana komunikasi dan dokumentasi; dan 6. Berteknologi yang rasional.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri masyarakat kota
dapat dijelaskan bahwa masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang
bersifat memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena
pola pikir mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai
kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan
kepentingan bersama. Perilaku heterogen yang dilandasi oleh konsep
pengendalian diri dan kelembagaan membuat masyarakat perkotaan dikenal
dengan egoisme pribadi akan pembuatan keputusan yang menyangkut
kebersamaan karena akan terdapat suatu unsur kepentingan pribadi dalam
pengambilan kebijakan bagi kelembagaan.
2.2.3 Peranan Taman Bacaan Masyarakat dalam Lingkungan Masyarakat
Keberadaan TBM di tengah masyarakat saat ini memberikan peranan
tersendiri dalam menumbuhkan minat baca dan menulis. Peranan TBM bagi
masyarakat dalam buku Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat
(2006: 10) yaitu “saat ini secara bertahap peran TBM lebih ditingkatkan lagi yaitu
sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dan terkait erat dengan peningkatan
minat baca masyarakat umum sehingga seluruh masyarakat sekitar TBM
berbudaya baca”. Sedangkan Sutarno (2008: 130) menyatakan bahwa peranan
TBM bagi masyarakat “sebagai wahana berkumpul, belajar dan berdialog
antarwarga dalam memecahkan masalah bersama dan mengembangkan ide dan
gagasan demi kemajuan masyarakat”. Peranan TBM bagi masyarakat berdasarkan
pendapat yang dikemukakan oleh Kalida (2010: 1) yaitu:
society). Yakni masyarakat yang gemar membaca, melek informasi, dan mampu meningkatkan daya saing di era kompetitif ini.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa peranan TBM dalam
lingkungan masyarakat sebagai sarana untuk pembelajaran seumur hidup bagi
masyarakat sekitar TBM dengan harapan mewujudkan masyarakat membaca dan
belajar (reading and learning society) yaitu masyarakat yang gemar membaca,
melek huruf, dan mampu meningkatkan daya saing.
2.3 Pendidikan Nonformal
2.3.1 Pengertian Pendidikan Nonformal
Dalam Undang-Undang R.I No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa jalur pendidikan terbagi atas pendidikan formal,
nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (Pasal 13
angka (1)). Salah satu pendidikan nonformal seperti PKBM dan TBM dibangun
untuk melengkapi kegiatan belajar masyarakat.
Pengertian pendidikan nonformal menurut Ahmadi (2001: 97) adalah
“Pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan yang ketat”. Sedangkan definisi pendidikan nonformal dalam
Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah “Jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang” (Pasal 1 angka (12)). Penjelasan lebih lanjut
terkait pendidikan nonformal pada Undang-Undang tersebut yaitu tertera pada
Pasal 26 yang menyatakan bahwa “pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat”. Pendapat lain yang dikemukakan oleh
Musaheri (2007: 156) yaitu:
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan nonformal
adanya kebermaknaan oleh masyarakat dari program-program belajar yang
disajikan bagi kehidupannya, karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi nyata masyarakat. Dalam hubungan ini pendidikan
termasuk pendidikan nonformal yang berbasis kepentingan masyarakat lainnya,
perlu mencermati hal tersebut, agar keberadaannya dapat diterima dan
dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat berkaitan dengan kepentingan
hidup mereka dalam mengisi upaya pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti
bahwa pendidikan nonformal perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber atau
rujukan dalam penyelenggaraan program pendidikannya.
Salah satu bentuk pendidikan nonformal di masyarakat menurut
Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26
angka (4) adalah TBM yang menginduk pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM). Kehadiran TBM yang menjalankan mekanisme sistem pendidikan
nonformal agar setiap orang dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui pembelajaran seumur hidup yang menghendaki terciptanya demokratisasi
dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan.
2.3.2 Pendidikan Berbasis Masyarakat
Mengkaji tentang pendidikan nonformal akan memiliki kaitan dengan
pendidikan berbasis masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat perwujudan
demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk
kepentingan masyarakat. dimana kepentingan masyarakat ini sedapatnya
didukung oleh bantuan teknis serta pendanaan yang cukup agar pendidikan
berbasis masyarakat ini dapat berjalan dengan baik.
Pendidikan berbasis masyarakat dalam Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 16 yaitu
“penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya,
aspirasi dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan
untuk masyarakat”. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
dijelaskan bahwa “pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Zubaedi (2006: 130) “pendidikan berbasis
masyarakat (community-based education) merupakan mekanisme yang
memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pembelajaran seumur hidup“.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan berbasis
masyarakat adalah suatu proses penyelenggaraan pendidikan yang berdasarkan
pada kehidupan masyarakat yang mengemukakan setiap persoalan dan kebutuhan
dalam kehidupan di masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari masyarakat,