• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Taman Bacaan Masyarakat - Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 Taman Bacaan Masyarakat - Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kota Medan)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang

teori-teori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan

yang akan dibahas dalam penelitian ini.

2.1 Taman Bacaan Masyarakat

Taman bacaan masyarakat yang selanjutnya atau lebih dikenal dengan

sebutan TBM bukanlah suatu perpustakaan yang harus memenuhi standar

nasional perpustakaan seperti standar koleksi, standar sarana dan prasarana

(Sutarno, 2008: 127). Inilah membuat pengertian suatu TBM berbeda dengan

perpustakaan pada umumnya, karena pada dasarnya TBM tidak memiliki badan

hukum yang jelas sehingga pendiriannya dapat dilakukan oleh siapa saja

(masyarakat umum). Pembangunan TBM didasarkan pada pemenuhan program

pengembangan budaya baca dan perpustakaan. Program yang bertujuan untuk

mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui

peningkatan budaya baca serta penyediaan bahan bacaan yang berguna bagi

aksarawan baru, maupun anggota masyarakat pada umumnya yang membutuhkan

untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan demi peningkatan wawasan

serta produktivitas masyarakat.

2.1.1 Pengertian Taman Bacaan Masyarakat

Taman bacaan merupakan salah satu di antara sarana dan sumber belajar

yang efektif untuk menambah pengetahuan melalui aneka macam bentuk koleksi

taman bacaan. Dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat

(TBM) (2006: 1) menyatakan bahwa pengertian TBM adalah “sebuah lembaga

yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar,

sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat”.

Sedangkan menurut Sutarno (2008: 127) pengertian TBM adalah “fasilitas

membaca yang berada di tengah-tengah komunitas (community based library) dan

(2)

bersangkutan”. Pendapat lain yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis

Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012: 4):

Taman bacaan masyarakat adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa TBM merupakan suatu

lembaga yang menyediakan fasilitas membaca masyarakat berupa buku, majalah,

tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain untuk memenuhi kebutuhan

informasi masyarakat yang dikelola secara sederhana, swakarsa, swadana dan

swasembada oleh masyarakat bersangkutan.

2.1.2 Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat

Terdapat berbagai penyelenggaraan TBM yang berkembang dari TBM

publik, TBM berwirausaha, TBM pendamping PKBM dan TBM @ Mall yang

belakangan ini sedang marak di lingkungan masyarakat perkotaan. Gong (2012:

277) mengemukakan bahwa “secara umum ada dua jenis TBM di Indonesia,

pertama, TBM bentukan pemerintah (konvensional), kedua, TBM partisipasi

masyarakat (mandiri) yang biasa dikenal dengan sebuatan komunitas baca”.

Sedangkan dalam Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2006:

10) menyatakan bahwa “TBM dapat diselenggarakan atas prakarsa individu atau

pun lembaga sosial kemasyarakatan atau pun pemerintah”.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa keberadaan TBM di

masyarakat merupakan hasil bentukan pemerintah dan mandiri yang mana

keduanya sama-sama berkonsentrasi pada kebutuhan masyarakat. Bentuk TBM

konvensional biasanya menginduk pada PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mandiri)

yang memiliki ideologi seragam yaitu membantu program pemerintah dalam hal

pemberantasan buta huruf, sedangkan TBM mandiri yang berasal dari partisipasi

masyarakat dengan ideologi ingin berbagi dan mendambakan perubahan di

(3)

2.1.3 Tujuan Taman Bacaan Masyarakat

Tujuan TBM yang ingin dicapai yaitu untuk membangkitkan dan

meningkatkan minat baca masyarakat. Dalam buku Pedoman Pengelolaan Taman

Bacaan Masyarakat (TBM) (2006: 1) menyatakan bahwa TBM memiliki tujuan

sebagai berikut:

1. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Menjadi suatu wadah kegiatan belajar masyarakat.

3. Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali.

Sedangkan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman

Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012: 6), tujuan taman bacaan adalah:

1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca,

2. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca, 3. Membangun masyarakat membaca dan belajar

4. Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat,

5. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan, keterampilan, berbudaya maju, dan beradab.

Pendapat lain yang dinyatakan dalam buku Petunjuk Teknis Pengajuan dan

Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Ruang Publik (2012: 6) tujuan TBM

adalah:

1. Menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan yang dapat membantu pengujung ruang publik untuk dapat melakukan kegiatan membaca dalam rangka belajar, mencari informasi, mencari hiburan edukatif, atau hanya sekedar mengisi waktu luang;

2. Menumbuhkembangkan kegemaran membaca dan menulis,

3. Membina dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui kegiatan literasi,

4. Mendorong pembudayaan kegemaran membaca masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan yang ingin

dicapai dengan adanya TBM adalah untuk membangkitkan minat masyarakat

(4)

aktivitas belajar-mengajarnya dan juga mendukung peningkatan kemampuan

aksarawan baru.

2.1.4 Fungsi Taman Bacaan Masyarakat

Pada dasarnya TBM berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat dalam

mendapatkan informasi yang diinginkan. Dalam buku Pedoman Pengelolaan

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) (2006: 2) menjelaskan bahwa TBM memiliki

fungsi sebagai berikut:

1. Saran pembelajaran bagi masyarakat;

2. Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu secara efektif dengan memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka;

3. Saran informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.

Sedangkan Kalida (2010: 1) mengemukakan bahwa TBM memiliki fungsi

sebagai:

Sumber belajar bagi masyarakat melalui propgram pendidikan nonformal dan informal. Ia juga bisa disebut sebagai tempat rekreasi melalui bahan bacaan, untuk memperluas wawasan, memperkaya pengalaman belajar, menambahkan kegiatan belajar masyarakat, latihan tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan”.

Pendapat lain tentang fungsi taman bacaan yang dinyatakan dalam buku Petunjuk

Teknis Pengajuan dan Pengolahan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (2012:

7) yaitu:

1. Sebagai sumber belajar–TBM dengan menyediakan bahan bacaan utamanya buku merupakan sumber belajar yang dapat mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan untuk membuka wawasan, juga berbagai keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misalnya praktek memasak, budidaya ikan, menanam cabe dan lainnya.

(5)

3. Sebagai tempat rekreasi-edukasi–dengan buku-buku nonfiksi yang disediakan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM dengan bahan bacaan yang disediakan mampu membawa masyarakat lebih dewasa dalam perilaku, bergaul di masyarakat lingkungan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa TBM berfungsi sebagai wadah

bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang diinginkan, baik dalam

bentuk cetak maupun dalam bentuk elektronik sehingga masyarakat menjadi

“melek informasi”. Selain itu juga ada tujuan lain dari TBM yang ingin dicapai

seperti keinginan untuk membangkitkan dan meningkatkan minat baca

masyarakat.

2.1.5 Manfaat Taman Bacaan Masyarakat

Dalam mewujudkan terealisasinya masyarakat yang memiliki budaya

baca, maka TBM mempunyai peran di dalamnya. Dengan manfaat yang dimiliki

oleh TBM yang merupakan media pengembangan budaya membaca bagi

masyarakat agar terciptanya masyarakat yang berbudaya baca yang

berpengalaman, kritis, beradab, maju dan mandiri yang dapat dicapai oleh

masyarakat itu sendiri.

Dalam buku Penduan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 2),

manfaat taman bacaan adalah:

1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca.

2. Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat. 3. Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri.

4. Membantu pengembangan kecakapan membaca.

5. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan uraian tentang manfaat TBM di atas dapat dijelaskan bahwa

TBM memiliki manfaat dalam menumbuhkan minat masyarakat terhadap

membaca. Inilah menjadi fokus dalam pemanfaatan TBM, dimana keberadaan

suatu TBM mempunyai tanggung jawab terhadap menumbuh dan

(6)

2.2 Masyarakat Perkotaan 2.2.1 Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk suatu sistem semi

tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara

individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Istilah Masyarakat

dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2008: 553) adalah "sejumlah orang

dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan berkebudayaan”.

Sedangkan Ahmadi (1997: 226) menyatakan bahwa:

Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain: kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.

Pendapat lain yang dikutip dari Ralph Linton dalam Basrowi (2005: 38)

menyatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup

lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya

sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa masyarakat merupakan

hubungan sejumlah manusia yang berkaitan karena ada bentuk-bentuk dalam

kehidupan, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh

unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial sehingga mereka dapat

mengorganisasikannya dalam kesatuan sosial, yang dibatasi oleh aspek-aspek

tertentu.

2.2.2 Pengertian Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang bersifat

memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena pola pikir

mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai

kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan

(7)

adalah “masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor

perdagangan dan industri, atau bekerja di sektor administrasi pemerintahan, yang

sering disebut the white collar, kebalikan the blue collar atau pekerja kasar”.

Sedangkan Daldjoeni (1997: 9) menyatakan bahwa “Masyarakat kota sebagai

community, seperti halnya masyarakat pedesaan, adalah suatu teritorial di mana

penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya”.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat kota adalah suatu

komunitas yang menempati suatu teritorial tertentu yang penduduknya

mempunyai pekerjaan dalam berbagai sektor kehidupan mulai dari perdagangan,

industri, hingga sektor pemerintahan.

Terdapat beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat seperti yang

dikemukakan oleh Ahmadi (1997: 229), yaitu:

1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.

2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lainnya.

3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.

4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.

5. Jalan pikir rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.

6. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

Sedangkan Daldjoeni (1997: 10-11) menyatakan bahwa terdapat enam

kondisi-kondisi yang diperlukan bagi suatu kota (city) yaitu:

1. Pembagian kerja dalam spesialisasi yang jelas;

2. Organisasi sosial lebih berdasarkan pekerjaan dan klas sosial daripada kekeluargaan;

(8)

4. Suatu sistem perdagangan dan pertukangan;

5. Mempunyai sarana komunikasi dan dokumentasi; dan 6. Berteknologi yang rasional.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri masyarakat kota

dapat dijelaskan bahwa masyarakat perkotaan terbuka akan suatu perubahan yang

bersifat memberikan keuntungan terhadap kepentingan individu mereka, karena

pola pikir mereka lebih rasional. Hanya saja masyarakat perkotaan mempunyai

kemungkinan dalam pemenuhan kepentingan pribadi dan tidak mendahulukan

kepentingan bersama. Perilaku heterogen yang dilandasi oleh konsep

pengendalian diri dan kelembagaan membuat masyarakat perkotaan dikenal

dengan egoisme pribadi akan pembuatan keputusan yang menyangkut

kebersamaan karena akan terdapat suatu unsur kepentingan pribadi dalam

pengambilan kebijakan bagi kelembagaan.

2.2.3 Peranan Taman Bacaan Masyarakat dalam Lingkungan Masyarakat

Keberadaan TBM di tengah masyarakat saat ini memberikan peranan

tersendiri dalam menumbuhkan minat baca dan menulis. Peranan TBM bagi

masyarakat dalam buku Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat

(2006: 10) yaitu “saat ini secara bertahap peran TBM lebih ditingkatkan lagi yaitu

sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dan terkait erat dengan peningkatan

minat baca masyarakat umum sehingga seluruh masyarakat sekitar TBM

berbudaya baca”. Sedangkan Sutarno (2008: 130) menyatakan bahwa peranan

TBM bagi masyarakat “sebagai wahana berkumpul, belajar dan berdialog

antarwarga dalam memecahkan masalah bersama dan mengembangkan ide dan

gagasan demi kemajuan masyarakat”. Peranan TBM bagi masyarakat berdasarkan

pendapat yang dikemukakan oleh Kalida (2010: 1) yaitu:

(9)

society). Yakni masyarakat yang gemar membaca, melek informasi, dan mampu meningkatkan daya saing di era kompetitif ini.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa peranan TBM dalam

lingkungan masyarakat sebagai sarana untuk pembelajaran seumur hidup bagi

masyarakat sekitar TBM dengan harapan mewujudkan masyarakat membaca dan

belajar (reading and learning society) yaitu masyarakat yang gemar membaca,

melek huruf, dan mampu meningkatkan daya saing.

2.3 Pendidikan Nonformal

2.3.1 Pengertian Pendidikan Nonformal

Dalam Undang-Undang R.I No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan bahwa jalur pendidikan terbagi atas pendidikan formal,

nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (Pasal 13

angka (1)). Salah satu pendidikan nonformal seperti PKBM dan TBM dibangun

untuk melengkapi kegiatan belajar masyarakat.

Pengertian pendidikan nonformal menurut Ahmadi (2001: 97) adalah

“Pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu

mengikuti peraturan yang ketat”. Sedangkan definisi pendidikan nonformal dalam

Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

adalah “Jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan

secara terstruktur dan berjenjang” (Pasal 1 angka (12)). Penjelasan lebih lanjut

terkait pendidikan nonformal pada Undang-Undang tersebut yaitu tertera pada

Pasal 26 yang menyatakan bahwa “pendidikan nonformal diselenggarakan bagi

warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat”. Pendapat lain yang dikemukakan oleh

Musaheri (2007: 156) yaitu:

(10)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan nonformal

adanya kebermaknaan oleh masyarakat dari program-program belajar yang

disajikan bagi kehidupannya, karena pendidikan yang diselenggarakan sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi nyata masyarakat. Dalam hubungan ini pendidikan

termasuk pendidikan nonformal yang berbasis kepentingan masyarakat lainnya,

perlu mencermati hal tersebut, agar keberadaannya dapat diterima dan

dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat berkaitan dengan kepentingan

hidup mereka dalam mengisi upaya pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti

bahwa pendidikan nonformal perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber atau

rujukan dalam penyelenggaraan program pendidikannya.

Salah satu bentuk pendidikan nonformal di masyarakat menurut

Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26

angka (4) adalah TBM yang menginduk pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(PKBM). Kehadiran TBM yang menjalankan mekanisme sistem pendidikan

nonformal agar setiap orang dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi

melalui pembelajaran seumur hidup yang menghendaki terciptanya demokratisasi

dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan.

2.3.2 Pendidikan Berbasis Masyarakat

Mengkaji tentang pendidikan nonformal akan memiliki kaitan dengan

pendidikan berbasis masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat perwujudan

demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk

kepentingan masyarakat. dimana kepentingan masyarakat ini sedapatnya

didukung oleh bantuan teknis serta pendanaan yang cukup agar pendidikan

berbasis masyarakat ini dapat berjalan dengan baik.

Pendidikan berbasis masyarakat dalam Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 16 yaitu

“penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya,

aspirasi dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan

untuk masyarakat”. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

(11)

dijelaskan bahwa “pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Zubaedi (2006: 130) “pendidikan berbasis

masyarakat (community-based education) merupakan mekanisme yang

memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan

teknologi melalui pembelajaran seumur hidup“.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan berbasis

masyarakat adalah suatu proses penyelenggaraan pendidikan yang berdasarkan

pada kehidupan masyarakat yang mengemukakan setiap persoalan dan kebutuhan

dalam kehidupan di masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari masyarakat,

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan kerja juga sangat mempengaruhi betah atau tidaknya seorang karyawan bekerja disuatu perusahaan, jika karyawan sudah merasa puas atas pekerjaan yang ia jalani dan

Untuk limbah dari bahan baku dan produk dalam berbagai tahap dan produksi (biasanya padat atau cair) biaya produksi dihitung sebagai satu persentase

Website atau situs juga dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan

Perbandingan peningkatan kadar glukosa pada bahan kering dan bahan dengan penambahan air sangat signifikan, hal ini karena semakin banyak air maka semakin

huruf b Konsideran ini, maka perlu mengatur kembali Standart Biaya Perjalanan Dinas Jabatan, Uang Saku Dalam Daerah Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan

dan perlakuan tinggi muka air dibawah permukaan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST sampai 7 MST, berat berangkasan dan berat segar

Simpang empat Kota Gorontalo termasuk simpang yang berada di pusat Gorontalo, yang banyak dilewati oleh sejumlah kendaraan baik kendaraan ringan maupun kendaraan berat,

Parameter yang diamati jenis gulma dan populasi total, berat kering gulma, Tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering tanaman, bobot tongkol, panjang tongkol, lingkar