• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisah Seorang GADIS. a novel by. P.S. Putri. Penerbit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kisah Seorang GADIS. a novel by. P.S. Putri. Penerbit"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kisah Seorang

GADIS

a novel by

P.S. Putri

(2)

2 | Kisah Seorang Gadis

KISAH SEORANG GADIS

Penulis: P.S. Putri Desain Sampul: P.S. Putri

Copyright © 2014 by Pradizza S. Putri

Penerbit

GrayScale Publishing

Diterbitkan melalui:

(3)

DAFTAR ISI Prolog Gadis | 5 #1 Taman Rahasia | 7 #2

Kahitna dan Kucing yang Bisa Buang Air di Toilet Manusia | 15 #3 Prince Hari | 21 #4 Hati Hari | 25 #5 Di Ujung Lidah | 31 #6 Insiden Es Teh | 37 #7

Kisah dan Gencatan Senjata | 45 #8

(4)

4 | Kisah Seorang Gadis #9 Percakapan | 61 #10 Buku Seno | 67 #11 Rokok | 75 #12

Interpretasi Pasca Observasi | 83 #13

Cinta (?) | 93 #14 Terjun Bebas | 99

#15

Patah dan Terserak | 103 #16

Saat Ini | 109 Epilog Seno | 117

Jadi, Siapa Sebenarnya yang Gila? | 127 Tentang Penulis | 134

(5)

PROLOG: GADIS

Aku masih bisa mengingat semuanya dengan jelas... Namanya Seno. Kami pertama kali bertemu di kampus psikologi sebuah perguruan tinggi ternama. Bukan. Aku bukan mahasiswi psikologi. Saat itu, aku adalah mahasiswi fakultas sebelah. Mahasiswi jurusan komunikasi yang tidak tahu mengapa dirinya memilih jurusan itu. Aku adalah remaja—labil, meledak-ledak, dan impulsif. Berpikir bahwa hidup adalah di sini dan saat ini. Tidak punya gambaran akan masa depan. Tidak peduli pada masa lalu. Sementara itu, Seno adalah kebalikan diriku. Kami seperti magnet. Satu. Namun, berada di kutub yang berbeda. Aku perempuan, dia lelaki. Aku kekanakan, dia dewasa.

Sejak awal, aku tahu Seno berbeda. Bukan hanya denganku. Seno berbeda jika dibandingkan dengan semua orang. Tidak ada orang yang seperti Seno. Tidak pernah ada.

Seno tidak suka nongkrong bergerombol dengan mahasiswa lain. Seno tidak peduli pada pertandingan sepakbola. Seno benci rokok.

Seno selalu memakai kemeja kotak-kotak dan celana bahan. Seno tidak pernah memakai sandal. Seno

(6)

6 | Kisah Seorang Gadis

selalu wangi sabun dan sampo mentol setiap kali kami bertemu.

Seno selalu rapi dan bersih. Tidak. Tidak bergaya metroseksual seperti yang saat ini tampaknya sedang menjadi trend. Seno sederhana. Hanya bersih dan rapi. Titik.

Aku bertemu dengannya di tahun pertamaku sebagai mahasiswi. Aku, tujuh belas tahun, jatuh cinta pada Seno, dua puluh lima tahun. Aku pikir, Seno adalah cinta sejati dalam hidupku. Aku tidak pernah mencintai lelaki lain seperti aku mencintai Seno. Aku tidak pernah ingin ditinggalkan olehnya. Setidaknya, itulah yang aku rasakan saat itu.

Dan aku salah...

Kisah kami tidak bertahan lama. Aku yang meninggalkan Seno sehingga kami tidak lagi bersama. Namun, aku tahu, sejak pertama, Seno sudah lebih dulu meninggalkan aku. Selalu pergi meninggalkan aku.

Baik. Mungkin sebaiknya aku menceritakan segalanya dari awal...

(7)

#1

TAMAN RAHASIA

Sial! Kenapa, sih, ngumpulnya nggak sekarang aja? Kenapa harus nunggu sampai jam tiga segala, sih?

Aku kesal. Kelas terakhirku hari ini sudah selesai sejak pukul dua belas tadi. Seharusnya, aku sudah bisa mengerjakan tugas Pengantar Ilmu Komunikasi yang membosankan itu sekarang, lalu segera pulang. Aku tidak ingin berlama-lama di sini. Aku tidak mengerti apa enaknya berkeliaran atau nongkrong di kampus ini. Bukankah lebih enak jika bisa pulang, masuk kamar, menyalakan AC, lalu tidur siang? Tidak. Teman-temanku tidak berpikiran begitu. Mereka mungkin berpikir bahwa pulang dari kampus sebelum jam lima adalah sebuah dosa! Bagi mereka, siang dan sore hari adalah waktu yang tepat untuk duduk lesehan di depan perpustakaan sambil membicarakan perkembangan terbaru kinerja kepanitian A, B, C, sampai Z yang mereka ikuti. Kewajiban untuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dosen harus disisipkan di tengah-tengah jadwal padat mereka. Jadilah hari ini pengerjaan tugas Pengantar Ilmu Komunikasi kami nyempil di pukul tiga. Argh! Menyebalkan!

(8)

8 | Kisah Seorang Gadis

Aku sudah makan siang. Sudah mencoba mencari bahan untuk tugas ini di perpustakaan. Sudah online dengan koneksi internet kampus untuk mencari jurnal tambahan. Aku bahkan sudah berjalan mengelilingi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tercinta ini lebih dari lima kali untuk menghabiskan waktu! Tapi, jam di tanganku baru menunjukkan pukul dua tiga puluh. Ugh. Masih tiga puluh menit lagi.

Aku memutuskan untuk berjalan ke mana pun kakiku ingin melangkah. Ketika mereka ingin ke kiri, aku berbelok ke kiri. Ketika mereka ingin ke kanan, aku berbelok ke kanan. Begitulah seterusnya, sampai aku tiba di tempat yang belum pernah kudatangi sebelumnya.

Wow!

Itu kata pertama yang terlintas di benakku ketika aku akhirnya berhenti melangkah dan mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Aku tidak tahu di mana aku berada tetapi tempat ini luar biasa! Rumput hijau terhampar di hadapanku seperti karpet mahal. Di salah satu sisinya ada tumbuhan semak dan bunga yang diatur sedemikian rupa sehingga membentuk simbol trisula atau tepatnya bentuk psyche—bentuk yang pernah aku lihat di lambang fakultas psikologi. Ada sejumlah pohon yang menjaga taman itu tetap rindang. Namun, yang paling menarik adalah sebuah area duduk di bagian tengahnya.

(9)

Area itu terdiri dari dua kursi batu panjang yang dipisahkan oleh sebuah jalan kecil. Di sepanjang kursi itu terdapat rangka besi saling menyilang, membentuk atap lengkung yang melindunginya dari panas matahari—membuat area itu seolah berada di dalam terowongan pendek. Rangka tersebut ditumbuhi oleh tanaman rambat—aku tidak tahu apa namanya, namun aku bisa melihat bunga-bunga putih kecil di antara dedaunan.

Aku tidak tahu ada area seperti itu di dalam kampus. Selama tiga bulan aku menginjakkan kaki dan berusaha mengingat arah, yang kulihat biasanya hanya rimba beton berisi ruang kuliah. Tentu saja ada sejumlah area terbuka di sela-selanya. Namun, area itu biasanya turut dibeton atau dilapisi paving block dan difungsikan sebagai tempat parkir. Kalaupun ada area yang tidak tertutup, rumput di area itu biasanya tumbuh jarang atau sudah menguning, sedangkan pepohonannya terlalu kurus untuk bisa disebut teduh. Jadi, berada di sini membuatku merasa menemukan hutan tropis di tengah padang gersang.

“Hai.”

Aku tersentak kaget. Aku terlalu sibuk mengagumi detail taman tersembunyi ini sehingga melewatkan keberadaan sesosok manusia yang sedang duduk di salah satu bangkunya. Sesosok lelaki. Laki-laki yang baru saja menyapaku dan saat ini sedang tersenyum ke arahku, lalu kembali menekuni buku di tangannya.

(10)

10 | Kisah Seorang Gadis

Tidak lama kemudian, dia seolah tidak lagi merasakan kehadiranku.

Rambutnya hitam, lurus, dan disisir menyamping. Tidak terlalu panjang tetapi cukup untuk membuat poninya hampir menutupi salah satu mata. Bola matanya berwarna gelap. Namun, aku bisa melihat dengan jelas bahwa bola mata itu berwarna cokelat— bukan berwarna kehitaman seperti mata semua orang yang kukenal. Kulitnya sawo matang, namun terkesan bersih. Dia memakai kemeja lengan pendek warna cokelat dengan motif kotak-kotak dan celana panjang bahan dengan warna cokelat yang jauh lebih gelap. Kakinya beralaskan sepatu olahraga berwarna putih dengan garis biru muda. Tampilannya rapi dan—mungkin bagi sebagian orang—membosankan. “Maaf, ganggu,” ucapku akhirnya.

Lelaki itu kembali melihat ke arahku lalu berkata, “Seno.”

“Ha?”

Suku kata tunggal itu meloncat begitu saja dari lidahku. Aku mengucapkannya tanpa berpikir. Namun, aku memang tidak mengerti maksudnya. Ketika aku melihat tangan kanannya terulur ke arahku dalam posisi terbuka, aku baru mengerti. Dia mengajakku berkenalan. Jadi,... Seno itu pasti namanya, kan?

(11)

TENTANG PENULIS

P.S. Putri lahir di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tahun 1989. Sebagian besar hidupnya dilalui di kota kelahirannya. Pernah tinggal selama sepuluh bulan di Hobart, IN, Amerika Serikat dalam rangka program pertukaran pelajar Youth

Exchange and Study (YES). Dia menyelesaikan masa

sekolah menengahnya di SMA Negeri 17 Makassar sebelum akhirnya hijrah ke Depok untuk kuliah. Setelah empat setengah tahun menimba ilmu di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dia akhirnya lulus dengan gelar sarjana pada awal tahun 2013. Selain menyibukkan diri dengan berusaha menulis cerita roman untuk remaja dan dewasa muda, dia juga menikmati kegiatan menulis cerita fantasi di bawah nama pena “DeCielo”. Meskipun tomboy, dia memiliki hobi memasak dan bersih-bersih. Menyukai kucing dan prokrastinator kronis adalah ciri yang paling menonjol dari dirinya. Adapun tulisan-tulisannya yang lain kadang ia tuangkan pada laman blog pribadinya: http://decielosdesk.blogspot.com

Referensi

Dokumen terkait

Metode studi yang digunakan dalam penyusunan dokumen UKL-UPL Pembangunan Infrastruktur Drainase di Kawasan Drainase Sistem IV Kota Denpasar dan Tukad Bualu Nusa

Setelah terjadi longsoran ketiga Aan membantu mengerahkan semua warga yang dekat yang tempat longsor untuk menjauh dari tempat longsor sampai jarak 500 meter

Untuk mewujudkan kegiatan tersebut, khususnya kegiatan kesiswaan telah disusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan atau

Pada hari ini Rabu tanggal Dua Puluh Dua bulan Juni tahun Dua Ribu Enam Belas (22-06-2016), kami Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada ULP Kabupaten Bengkulu Utara,

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah ( Low Back Pain ) pada pengemudi

PEMAHAMAN PERPAJAKAN, PERSEPSI SANKSI PAJAK, DAN KUALITAS PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM” 1.2 Perumusan

belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik; (2)

Kateter : sebuah pipa panjang,ramping,dan fleksibel,yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk  beraneka tujuan.Kateter terbuat dari bahan lentur yang dapat dilihat dengan sinar-X3. Katoda