• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riset Obat Anti Malaria Siap Dikembangkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Riset Obat Anti Malaria Siap Dikembangkan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Riset Obat Anti Malaria Siap

Dikembangkan

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga sedang gencar menggarap penelitian bidang kesehatan yang berpotensi untuk dihilirisasi industri dan lembaga-lembaga. Buktinya, kedua pimpinan UNAIR dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperpanjang kerjasama terkait hilirisasi produk, Sabtu (5/8).

Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Wakil Rektor IV UNAIR Junaidi Khotib, Ph.D dan Ketua Balitbang Kemenkes Siswanto, dr., MHP., DTM. Pada saat bersamaan, Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi Prof. Hery Purnobasuki, Ph.D melakukan penandatanganan nota kesepakatan bersama Kepala Balitbangkes Tanaman Obat dan Obat Tradisional Dra. Lucie Widowati, M.Si., Apt.

Menurut Junaidi, kolaborasi antara UNAIR dengan Balitbangkes dapat mempercepat proses hilirisasi produk.

“Penelitian UNAIR di bidang kesehatan bisa dilakukan untuk percepatan hilirisasi hanya jika peneliti menjalin kerjasama dengan industri dan regulator. Tujuannya agar suatu produk mendapat approve (persetujuan) yang sesuai dengan persyaratan dari Balitbangkes dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan),” tuturnya usai acara di Ruang Sidang Pleno, Kantor Manajemen UNAIR.

Junaidi mengatakan, produk penelitian yang akan dihilirisasi dalam kolaborasi kali ini adalah obat anti malaria yang berasal dari tanaman Johar (Cassia siamea lamk). Saat ini, obat anti malaria yang diriset oleh dosen Fakultas Farmasi UNAIR Dr. Wiwied Ekasari, M.Si., Apt., tersebut sedang dalam tahap uji klinik fase satu. Artinya, peneliti sedang melakukan riset tentang profil genetika senyawa aktif pada tanaman

(2)

Johar.

Guna menunjang penelitian tersebut, Balitbangkes akan mengucurkan sejumlah dana penelitian untuk dimanfaatkan dalam riset senyawa aktif tanaman Johar. Dana tersebut akan digunakan untuk proses penelitian, publikasi riset di jurnal-jurnal internasional bereputasi, hingga terciptanya obat program.

Ketua Balitbangkes mengatakan, obat herbal anti malaria yang tengah dikembangkan oleh Wiwied berpotensi untuk menjadi alternatif obat malaria yang biasa digunakan. Oleh sebab itu, Balitbangkes dan industri merasa perlu mengawal perkembangan riset obat yang dibuat dari tanaman Johar.

“Kami ingin ada pemanduan riset-riset di Tanah Air yang nantinya berujung pada proses hilirisasi,” terang Siswanto. Kerja sama serupa sebelumnya pernah dijalin antara UNAIR dan Balitbangkes. Pada periode sebelumnya, UNAIR dan Balitbangkes bersama-sama mengawal riset produk obat antidengue AviMac. Kerja sama ini diperpanjang dan akan berlaku sampai lima tahun mendatang.

Penulis: Defrina Sukma S

Tinjau

Hasil

Riset,

(3)

Peneliti

UNAIR NEWS – Keunggulan riset bidang kesehatan yang dimiliki Universitas Airlangga mendorong Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Prof. Mohammad Nasir untuk meninjau hasil-hasil riset para peneliti.

Dalam kunjungan yang digelar pada Jumat (28/4), Nasir meninjau hasil-hasil riset berupa prototipe dan publikasi peneliti UNAIR yang bertempat di Aula Amerta Kantor Manajemen UNAIR, Institute of Tropical Disease (ITD), dan Rumah Sakit UNAIR. Nasir meninjau satu per satu stan penelitian dan produk UNAIR dengan dipandu oleh pengajar sekaligus staf bidang Kerjasama dan Bisnis, Andi Hamim Zaidan, Ph.D. Produk penelitian yang dipamerkan antara lain inovasi stem cell, biomaterial untuk implan tulang, produk laser untuk terapi penyakit gigi dan mulut, obat virus Flu Burung, serta kapsul rumput laut.

“Ini (kapsul rumput laut) adalah salah satu produk kami yang mendapatkan pendanaan dari Ristekdikti. Kapsul rumput laut ini merupakan produk halal yang dapat digunakan sebagai suplemen,” tutur Zaidan.

“Orang akan menghitung cost. Apakah lebih murah?” respon Nasir.

Pertanyaan Menristekdikti tersebut ditanggapi langsung oleh Wakil Rektor IV yang membidangi Kerjasama Bisnis, Junaidi Khotib, Ph.D. “Kami sudah menghitung dan harganya lebih murah,” jawab Junaidi.

Acara peninjauan itu lantas dilanjutkan dengan sambutan dari Menristekdikti. Dalam sambutannya, Nasir mengapresiasi produk-produk maupun publikasi penelitian yang telah dihasilkan oleh peneliti UNAIR. Menurutnya, peneliti perguruan tinggi harus menjadi gudang inovasi demi perekonomian yang menyejahterakan bangsa.

(4)

“Saya mengapresiasi para inventor yang menghasilkan inovasi-inovasinya untuk Indonesia, untuk ekonomi yang lebih baik. Inovasi harus terus menerus dilakukan. Kalau bicara soal pendidikan, maka kita berpikir tentang masa depan,” tutur Nasir.

“Saya cukup bangga dengan inovasi yang dihasilkan peneliti UNAIR seperti stem cell, obat-obatan herbal, dan pendukung terhadap kesehatan seperti implan. Termasuk, kesehatan hewan. Inovasi-inovasi ini, kalau kita kembangkan dengan baik dan konsisten, Indonesia akan lebih maju daripada negara lain,” lanjut Guru Besar bidang Akuntansi ini.

Dalam sambutannya, Nasir juga menyinggung tentang posisi Indonesia dalam peringkat kompetitif global. Pihaknya mengatakan, peringkat inovasi di Indonesia mengalami peningkatan, namun posisi kompetitif global mengalami penurunan.

“Kurangnya tenaga kerja terampil. Lulusan-lulusan perguruan tinggi yang menghasilkan inovasi tidak mengalami penurunan, tetapi pesaing dari negara lain lari lebih cepat,” ungkapnya. Untuk itu, ia mendorong adanya kemandirian di universitas khususnya bagi yang memiliki status berbadan hukum. Selain itu, ia juga berharap agar universitas bisa memiliki industri perguruan tinggi (teaching industry).

“Saya mendukung apa yang sudah dilakukan Universitas Airlangga karena risetnya sudah mendukung kontribusi ke masyarakat. Sehingga, ke depan, mahasiswa bisa gratis (biaya pendidikan), tapi harus disiapkan regulasi dengan baik,” pungkas Nasir.

(5)

FISIP Ajak Sivitas Tingkatkan

Kualitas Penelitian

UNAIR NEWS – Dalam rangka mendorong kuantitas dan kualitas penelitian oleh para dosen, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga menyelenggarakan kegiatan pelatihan penelitian, Senin (6/3). Kegiatan yang diikuti oleh para pengajar, mahasiswa jenjang master dan doktor itu dilangsungkan di Aula Adi Sukadana FISIP UNAIR.

Sebanyak dua pembicara asal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi hadir dalam acara pelatihan bertema “Strategi Peningkatan Kualitas Penelitian di Perguruan Tinggi”. Keduanya adalah Kepala Subdirektorat Riset Terapan Dra. Desmelita, M.Sc., dan Kepala Subdirektorat Peningkatan Kapasitas Riset Dr. Mustangimah. Acara tersebut dimoderatori oleh Guru Besar Sosiologi Gender FISIP UNAIR Prof. Dr. Emy Susanti, MA.

Dalam sambutannya, Wakil Dekan I FISIP Prof. Dr. Budi Prasetyo, M.Si., menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas riset. “Tujuannya, agar para akademisi dan mahasiswa yang wajib melakukan publikasi ke jurnal bereputasi dan terakreditasi ini aktif melakukan penelitian baik di taraf nasional maupun internasional,” tutur Budi.

Pelatihan tersebut menyinggung tentang fokus rencana induk riset nasional tahun 2015-2040. Dalam agenda riset nasional (ARN), terdapat sepuluh bidang penelitian. Salah satunya adalah kelompok sosial dan humaniora.

Desmelita menyampaikan, bahwa tujuan penelitian adalah untuk membangun peradaban, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mencari solusi atas permasalahan. “Penelitian juga akan meningkatkan daya saing sumber daya manusia

(6)

sekaligus mendidik para calon ilmuwan. Dengan penelitian, kita meneruskan estafet tradisi ilmiah kepada para penerus,” tutur Desmelita.

Kelompok keilmuan sosial humaniora erat kaitannya dengan kelompok penelitian yang lain. Sayangnya, menurut Desmelita, penelitian di bidang sosial humaniora belum berhasil mengeksplor permasalahan. Diharapkan, pengajar aktif melakukan penelitian dan giat mempublikasi hasil risetnya.

Penulis: Defrina Sukma S

Wakil Rektor III: Riset

Penting, Namun Dampaknya juga

Penting

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga menargetkan kenaikan jumlah publikasi jurnal yang terindeks Scopus di tahun 2017. Ini adalah bentuk upaya serius Universitas Airlangga demi tercapainya predikat perguruan tinggi kelas dunia.

Hal ini disampaikan Wakil Rektor III Universitas Airlangga Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah, M.Si., Ph.D dalam acara

roadshow Bidang III, di Aula Fakultas Kedokteran Airlangga,

Senin (23/1). Kegiatan roadshow ini bertujuan untuk mensosialisasikan program pencapaian bidang III kepada staf, dosen, guru besar, dan lektor kepala yang akan direalisasikan sepanjang tahun 2017.

Dari hasil evaluasi, pencapaian kinerja Bidang III di tahun 2016 sudah tercapai dengan baik. Dan memasuki tahun 2017,

(7)

salah satu target yang akan dicapai oleh Bidang III adalah penambahan jumlah publikasi jurnal penelitian terindeks Scopus.

Amin berpendapat, UNAIR sebenarnya sudah cukup banyak menghasilkan produk penelitian, sayangnya belum banyak penelitian yang terpublikasi secara internasional dan terindeks Scopus.

“Yang kita tahu, FK UNAIR cukup unggul di bidang stemcell, namun apakah penelitian-penelitian terkait stemcell sudah banyak yang terekam dalam indeks Scopus?,” ungkapnya.

Menyikapi hal tersebut, Amin mengimbau kepada para profesor dan lektor kepala untuk lebih getol lagi mempublikasikan penelitiannya ke dalam jurnal internasional terindeks Scopus. “Profesor wajib publikasi sebanyak satu jurnal internasional setiap tahun. Sementara, lektor kepala wajib publikasi sebanyak satu jurnal internasional setiap 2 tahun sekali,” ungkapnya.

Amin berkeyakinan, kemungkinan besar FK UNAIR mampu menyumbang jurnal cukup banyak mengingat fakultas kedokteran tertua kedua di Indonesia ini memiliki 29 program studi. Dalam proses publikasi, para peneliti nantinya akan dibantu oleh pihak Lembaga Penelitian dan Inovasi (LPI).

“Kedepan, hasil penelitian di bidang apapun akan didorong agar dapat terpublikasi. Harapannya, agar aset ilmiah dari dosen, guru besar dan mahasiswa dapat ditingkatkan. Riset penting, Namun impact-nya ke luar juga penting,” ungkapnya.

Sementara itu, merujuk pada peraturan Kemenristekdikti tahun 2017, UNAIR akan memberlakukan penelitian berbasis output. Ketua LPI Prof. Drs. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D, mengatakan para peneliti baru akan menerima dana penelitian setelah melaporkan hasil penelitiannya.

(8)

“Jadi sudah tidak ada lagi model laporan yang menyebutkan untuk biaya beli mencit, untuk transportasi, dan sebagainya. Ke depan, bunyi laporan akan lebih padat. Pemberian dana sekian untuk penelitian apa,” jelasnya.

Untuk menunjang pencapaian kinerja publikasi pada tahun ini, Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI) Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes, mengatakan bahwa pihaknya akan membantu mendata publikasi jurnal internasional yang terindeks Scopus. Selain itu, PPJPI juga memberikan pendampingan bagi fakultas manapun yang akan menggelar seminar internasional yang luarannya berpotensi terindeks Scopus.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris International Office and Partnership (IOP) Margaretha, S.Psi., G.Dip. Psych., M.Sc mengungkapkan, selain memperkuat publikasi jurnal penelitian, hal terpenting lainnya adalah memperkuat kurikulum yang ada atau setidaknya setara dengan kurikulum universitas di luar negeri.

Badan Perencanaan dan Pembangunan (BPP) Universitas Airlangga pun telah menyusun target program internasionalisasi yang akan dikembangkan tahun ini. Antara lain, menambah jumlah program studi yang terakreditasi internasional, penambahan jumlah

double degree, dan penambahan jumlah joint research.

Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S

(9)

Memperbaiki

Daya

Saing

Nasional

UNAIR NEWS – Daya saing di Indonesia tahun ini menurun dari 37 ke 41. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) RI Dr. Ir. Bambang Irawan, IPU, penyebabnya adalah ketidaktersediaan sumber daya manusia yang mumpuni untuk melakukan riset.

Menurut Bambang, persentase tenaga bidang penelitian dan pengembangan (litbang) terbesar terdistribusi ke tiga bidang yakni tembakau, logam dasar, mesin dan perlengkapan. Akibatnya, tenaga yang melakukan riset berjumlah minim.

“Daya saing bisa terjadi kalau didukung sumber daya manusia yang kuat. Acuannya adalah ekspor industri manufaktur,” tutur Bambang.

Selain persoalan sumber daya manusia (SDM), Ketua DRN mengutip pernyataan B.J. Habibie, tantangan dalam perkembangan riset adalah ketiadaan tradisi estafet penelitian.

“Kita nggak punya tradisi. Sudah ada contoh seperti pembatalan pembuatan pesawat terbang. Itu kan tidak berlanjut sampai sekarang,” imbuhnya ketika mengisi acara “Sosialisasi Agenda Riset Nasional 2016-2019”, Kamis (8/12), di Aula Kahuripan 300, Universitas Airlangga.

Agenda riset

Dalam sosialisasi yang dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, tersebut juga diumumkan bahwa ada sembilan bidang riset yang telah digodok dan tercantum dalam buku Agenda Riset Nasional 2016-2019. Buku tersebut telah diluncurkan oleh DRN dan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada 9 Agustus 2016.

(10)

kesehatan dan obat, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, teknologi pertahanan dan keamanan, material maju, dan sosial humaniora.

Di bidang energi, misalnya, tema penelitian yang sudah teragendakan antara lain pengembangan bahan bakar berbasis energi terbarukan, pengembangan energi baru dan teknologi energi bersih, pengembangan kelistrikan berbasis energi terbarukan, dan kajian kebijakan nasional di bidang energi untuk mendukung pembangunan energi keberlanjutan.

Di bidang transportasi, tema penelitian yang sudah teragendakan adalah teknologi infrastruktur transportasi, teknologi sarana transportasi, integrasi sektor pendukung dan pendorong transportasi, dan tatakelola dan pendanaan transportasi.

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, anggota Komisi Teknis Sosial Humaniora DRN RI, mengatakan output dari hasil riset adalah varietas baru tanaman, strain baru ternak/ikan, prototipe alat/mesin, metode/pilot project, model, dan startup company. UNAIR menjadi institusi pertama yang dituju oleh DRN dalam melakukan sosialisasi agenda riset nasional. Terkait tahap implementasinya, agenda riset akan disosialisasikan ke institusi terkait, lalu operasionalisasi, pemantauan, dan evaluasi. (*)

Penulis: Defrina Sukma S Editor : Faridah Hari

(11)

UNAIR Beri Apresiasi Hasil

Riset Dosen

UNAIR NEWS – Penelitian menjadi salah satu indikator dari maju tidaknya sebuah institusi pendidikan tinggi. Sebagai bagian dari pelaksana pendidikan tinggi, UNAIR terus mencari terobosan dalam mendorong seluruh civitas akademikanya untuk terus memperbanyak hasil penelitian, terlebih jika penelitian tersebut bisa terindeks scopus. Salah satu langkah yang kini dilakukan yakni dengan memberikan insentif publikasi karya ilmiah kepada staf pengajar di lingkungan UNAIR. Sebanyak 451 staf pengajar yang memiliki H-Index Scopus mendapatkan insentif, 15 diantaranya merupakan peneliti yang memiliki H-Index Scopus terbaik. Pemberian insentif tersebut dilakukan dalam sebuah acara Penyerahan Apresiasi Dosen UNAIR yang dibarengkan dengan kuliah tamu dari Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir, MBA.

Pada acara dilakasanakan di Aula Garuda Mukti, rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., menyampaikan beberapa hal seputar iklim penelitian di UNAIR. Selain ingin terus meningkatkan riset unggulan dibidang kesehatan dengan tidak menafikan bidang lainya, guru besar FEB UNAIR tersebut juga menyampaikan beberapa hal yang menjadi sebab rendahnya hasil penelitian UNAIR yang masuk dalam scopus.

“Penyebab masih cukup rendahnya penelitian yang terindeks scopus ini, salah satunya pada penggunaan nama yang tidak konsisten, selain itu ada sebagian nama yang afilisiasinya tidak di UNAIR, nah hal-hal inilah yang nantinya akan terus kami benahi,” jelasnya.

Nasih juga menekankan bahwa citation bukan menjadi alasan utama untuk meningkatkan jumlah penelitaian, namun dengan citation ini kebermanfaatan hasil riset bisa terukur.

(12)

“Sejauh mana hasil penelitian kita bisa dimanfaatkan dan diakses oleh masyarakat luas, salah satunya ya dengan melihat berapa banya citationnya,” imbuhnya.

Senada dengan Nasih, Badri Munir Sukoco, SE, MBA, PhD. Selaku ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UNAIR menambahkan, bahwa adanya apresiasi ini sebagai bentuk dan upaya untuk memacu agar para dosen peneliti bisa memberikan hal terbaik bagi masyarakat dan utamanya bagi mahasiswa.

“Sebenarnya semakin banyak dosen yang meneliti ini juga bermanfaat bagi dosen itu sendiri, selain bisa mengembangkan keilmuannya, nantinya hasil penelitiannya juga bisa diterapkan ketika mengajar,” jelasnya.

Diwawancari di tempat berbeda, Prof. Soetjipto, dr., MS., PhD., salah satu dari 15 staf pengajar UNAIR yang memiliki H-Index di Scopus tertinggi menuturkan, bahwa langkah yang diambil oleh pimpinan UNAIR ini merupakan awal yang positif. Guru besar FK UNAIR tersebut juga menambahkan, bahwa hal ini nantinya mampu mendorong lahirnya peneliti-peneliti muda di lingkungan UNAIR.

“Dengan adanya apresiasi ini, saya yakin nama UNAIR akan semain baik, apalagi yang diapresiasi adalah penelitian-penelitian yang memiliki kualitas,” pungkasnya. (*)

Penulis : Nuri Hermawan

Profesor

Tahir

Bicara

Filantropi dan Riset di UNAIR

UNAIR NEWS – Pengusaha yang juga filantropis Dato’ Sri Prof.

(13)

Dr. Tahir, MBA memberikan studium generale bertajuk

‘Strengthening Industry-Academia Linkage for the Better World’, Senin (14/3) di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen

Universitas Airlangga (UNAIR). Ia mengawali studium generale dengan menceritakan awal mula ia terlibat di dunia filantropi. “Menjadi orang kaya atau pengusaha besar hanyalah proses bukan tujuan. Menjadi kacau ketika kita mencampuradukkan antara tujuan dan proses. Tujuan hidup saya adalah menciptakan nilai tambah bagi orang banyak,” ujarnya. Prinsip Tahir, manusia harus menjadi benar terlebih dahulu untuk bisa melakukan hal-hal yang benar.

Lahir dari orang tua yang memiliki usaha penyewaan becak di Surabaya, masa kecil Tahir memang dilalui dengan penuh perjuangan. Di satu kesempatan kemudian, ia mengaku menyaksikan sebuah tayangan televisi yang menggambarkan seorang anak busung lapar yang mengusik hatinya.

“Saat itu saya bilang kepada diri saya, kalau suatu saat saya mampu, saya akan perbaiki ini. Ternyata Tuhan mendengar doa saya,”

Ketika mulai terlibat di dunia filantropi, pria yang mendapat gelar kehormatan Dato’ Sri dari Kesultanan Pahang, Malaysia ini kemudian memilih dunia pendidikan dan kesehatan untuk memulai kegiatan-kegiatan filantropinya.

“Tidak ada negara yang mengklaim dirinya sebagai bangsa besar jika pendidikannya tidak baik,” tambahnya. Melalui Tahir

Foundation-nya, ia juga dikenal aktif memberikan bantuan untuk

meningkatkan kualitas dunia kesehatan di tanah air.

“Saya bersuka cita ketika uang yang saya berikan dipakai untuk memperbarui healthcare,” ujar pria yang juga anggota Board of Trustees University of California, Berkeley ini.

Menurutnya, ia memang tidak bisa memilih lahir dari orang tua atau keluarga mana, namun ia meyakini bahwa ia bisa memilih

(14)

untuk menjadi orang yang baik atau orang yang jahat. Lahir menjadi orang Indonesia, ia ingin kehadirannya bisa memberikan sumbangsih bagi negeri ini.

“Sebelum Tuhan menghentikannya saya, saya akan terus berjuang,” ujarnya.

Skema Professorship

Tahir mengaku gemas dengan universitas-universitas di Indonesia yang masih belum mampu menunjukkan tajinya. Peringkat universitas di Indonesia yang masih belum bisa menembus lima ratus besar dunia menjadi buktinya.

“Di Indonesia ini, kampus tidak punya endowment. Bagaimana mau bisa berkembang?” ujarnya. Ia pun menyarankan UNAIR untuk mulai terbuka dan menjalin banyak kerjasama dengan kalangan pengusaha.

Ia juga mendorong UNAIR untuk mulai mengembangkan skema

professorship sehingga para guru besar yang dimiliki UNAIR

bisa memperoleh bantuan dari para pengusaha dalam berbagai kegiatan risetnya. Menurutnya, sebuah universitas bisa baik ketika risetnya juga baik.

Di akhir stadium generale tersebut, Tahir yang sempat terlibat di IKOMA UNAIR mengatakan bahwa dulu dirinya sempat mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran UNAIR, namun ia justru diterima di Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi. Ia selanjutnya batal menjadi mahasiswa UNAIR ketika kemudian diterima menjadi mahasiswa di Nanyang Technological University, Singapura.

“Semoga UNAIR semakin baik ke depannya,” pungkasnya. (*) Penulis : Yeano Andhika

(15)

ITD Lakukan Riset Herbal

Atasi Virus Hepatitis C

UNAIR NEWS – ITD (Institute of Tropical Disease) bekerja sama dengan Kobe Universiy Jepang dibawah SATREPS Project (Science

and Technology Research Patnership for Sustainable Development Program), melakukan riset tentang obat herbal anti virus

Hepatitis C. Program aplikatif ini mendapat hibah dari JICA (Japan International Coorperation Agency) dan JST (Japan Science and Technology Agency).

Menurut Dr. Ahmad Fuad Hafid, Ms., Apt selaku Division of

Natural Medicine Research Development ITD, program ini

bertujuan untuk mendapatkan tanaman aktif di Indonesia sebagai anti virus hepatitis C. Walaupun masih dalam tahap l a b o r a t o r i u m h a s i l i n i s u d a h d i p u b l i s a k a n s e c a r a internasional.

Bahan-bahan anti virus ini didapat dari beberapa tanaman yang ada di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati aktivitas virus hepatitis C di dalam sel hepar dengan pemberian 20 ekstrak dari 10 jenis tanaman.

“Ini memang belum sampai diuji pada manusia. Karena memang, untuk jadi sebuah produk, hasil penelitian memerlukan waktu yang panjang bahkan hingga puluhan tahun,” katanya.

Adita Ayu Permatasari S.Si, salah satu anggota tim riset, mengatakan, untuk pengaplikasian terhadap manusia membutuhkan beberapa tahap dan harus dilakukan oleh ahlinya. Walaupun herbal, bukan berarti bisa digunakan secara sembarangan. Perlu melalui tahap uji klinis.

(16)

Hepatitis C adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang hati. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dapat memicu infeksi dan inflamasi pada hati. Menurut WHO, jumlah penderita hepatitis C di dunia mencapai 130-150 juta jiwa dan menyebabkan kematian pada sekitar 350-500 ribu penderitanya. Virus hepatitis C berkembang dalam darah. Penularannya, melalui kontak dengan darah penderita (jarum suntik atau donor darah). Virus ini tidak akan menular melalui air susu ibu, makanan, minuman, atau bersentuhan. (*)

Penulis: Lutfi Marzuki Editor: Rio F. Rachman

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “Identifikasi Rhodamin B Pada Kerupuk Singkong Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Densitometri” (Di Pasar Kota Malang) ini

Dengan mengamati teks siswa dapat menuliskan masalah dan penyelesaian masalah (sederhana) berkaitan dengan tubuh yang sehat dengan tepat4. Dengan mengamati cerita, siswa

Hasil analisis data dan pembahasan menyatakan bahwa (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pendelegasian wewenang terhadap prestasi kerja karyawan Bank

Efektivitas kelembagaan TPPAS regional dalam pengelolaan sampah secara keseluruhan di Bandung Raya bertalian dengan peningkatan volume sampah, partisipasi masyarakat

Kekuatan suatu negara dan komunitas dalam interaksinya dalam negara (komunitas lain) ditentukan oleh kemampuannya memanfaatkan keunggulan komparatif ( comparative adventiage )

Yang perlu dihindarkan adalah bila yang dilakukan hal yang sebaliknya (tid ak mengikuti peraturan), maka akan dinilai sebagai illegal. Dalam hal ada t, maka

Rasio finansial atau Rasio Keuangan merupakan alat analisis keuangan  perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang

(c) Medan magnet juga boleh dihasilkan oleh dawai lurus yang membawa arus elektrik. Arah medan magnet bergantung pada arah arus yang mengalir di