• Tidak ada hasil yang ditemukan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Konsentrasi EM4 (Effective Microorganisme) dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Jagung (Zea mays. L.) dengan Sistem Tanpa Olah Tanah

Oleh: Yulhasmir Abstract

The research aims to know the effect of giving EM4 concentrate and plant space to growth and

production of corn plant with no soil processing system (TOT). The research is carried out in experiment field of University of Baturaja, Ogan Komering Ulu Regency on May–August 2008. Research method uses random group design (RAK) with 27 combination of treatment and 3 repetition. Research factors cover giving EM4 concentrate 3 degree that are E1 (EM4 concentrate 1,66 cc/liter

water, E2 (EM4 concentrate 3,33 cc/liter water), E3 (EM4 concentrate 5 cc/liter water) in six times

giving. Plant space usage 3 degree thatare P1 (50 cm x 20 cm), P2 (75 cm x 20 cm), and P3 (100 cm x

20 cm). Diversity analysis result shows that EM4 concentrate affects the dry weight of shelled seed,

growth of plant height, wet weight of crown, dry weight of crown, weight of dried corn cob, weight of dried corn cob, wet weight of corn cob and weight of 100 oven dried seeds. Plant space treatment affects growth of plant height, wet weight of crown, dry weight of crown, weight of dried corn cob, wet weight of shelled seed, dry weight of shelled seed, wet weight of corn cob, dry weight of corn cob, wet weight of dried corn and weight of 100 oven dried seeds. The best treatment is giving EM4 concentrate 3,33

cc/liter water (E2) and six times giving or plant space 75 cm x 20 cm (P2).

Key words: EM4 (Effective Microorganism), pant space, corn

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays, L.) merupakan tanaman asli benua Amerika. Di Indonesia, jagung pertama kali datang pada abad 17, dibawa oleh bangsa Portugis. Jagung menjadi tanaman pangan utama kedua setelah padi yang ditanam hampir oleh seluruh petani Nusantara. Selain untuk dikonsumsi sebagai sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan, selain itu pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak (Agro Media, 2007). Dalam Aksi Agrasi Kanisius (2004), jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan (mensubstitusi) beras. Selanjutnya Warisno (2005), menyebutkan bahwa hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Kondisi ini membuat budidaya tanaman jagung memilki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya.

Luas areal tanaman dan produksi jagung cenderung terus meningkat, meskipun berfluktuasi. Dari data Departemen Pertanian, angka produksi nasional tahun 2000 tercatat 9.676.899 ton. Adapun angka impor jagung nasional pada tahun 1999 sebesar 541.056.11 ton.

(2)

Dari kedua angka tersebut, konsumsi aktual jagung nasional diperkirakan tidak kurang dari 10 juta ton/th. Jika produksi jagung rata-rata 5 ton/ha maka luas lahan pertanaman yang diperlukan per tahun sekitar 2 juta hektar (Wirawan et al., 2002).

Dalam peningkatan produksi jagung masih manghadapi berbagai kendala, secara umum kendala teknis sering terjadi di mana penerapan komponen teknologi produksi yang belum dilakukan sesuai anjuran. Antara lain pengolahan tanah, penggunaan varietas unggul, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan secara tepat dan gangguan gulma serta cara bercocok tanam yang baik kurang mendapat perhatian (Adisarwanto et al., 2004).

Pengolahan tanah sempurna umum dilakukan oleh petani, namun cara tersebut banyak memerlukan tenaga kerja, biaya dan waktu pengolahan tanah. Pengolahan tanah sempurna dapat menyebabkan terbentuknya stuktur primer sehingga tanah menjadi padat dan menghambat pertumbuhan akar (Kay, 1995, dalam Nurjanah., 2002), meningkatkan kehilangan bahan organik karena tanah lebih mudah tererosi (Champbell dan Jansen, 1995, dalam Nurjanah, 2002), menurunkan kandungan air tanah (Bruce dan Steiner, 1995, dalam Nurjanah, 2002), menurunkan kandungan fauna tanah yang sangat berguna bagi proses-proses biologi tanah (Zaboski dan Steiner, 1995 dalam Nurjanah, 2002) yang pada akhirnya menurunkan kesuburan tanah (Karien, 1995, dalam Nurjanah, 2002).

Untuk menghindari dampak negatif tersebut diperlukan sistem oleh tanah yang dapat menjamin produksi tetap tinggi dan tetap mempertahankan kelestarian alam. Alternatif lain untuk persiapan lahan adalah sistim tanpa olah tanah (TOT). Praktek ini lebih efisien daripada pengolahan tanah sempurna (Bangun,1995, dalam Nurjanah, 2002). Selain itu praktek sistem TOT dan olah tanah konservasi lain dapat mempertahankan produktivitas lahan pertanian (Utomo et al., 2003). Menurut Fukuoka dalam Susanto (2004), prinsip pertanian alami tanpa olah tanah (TOT) yaitu tanah tanpa diolah atau di balik. Tanah mengolah sendiri, baik menyangkut masuknya perakaran tanaman maupun kegiatan mikroba tanah, mikro fauna dan cacing tanah.

TOT dengan aplikasi herbisida sistemik isopropilamina glifosat bisa mempersingkat waktu penyiapan lahan, menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produksi. Alang-alang yang mengering karena aplikasi herbisida dijadikan bahan baku mulsa yang dapat mempengaruhi stuktur tanah. Mulsa dapat melindungi tanah dan mempertahankan kandungan bahan organik sehingga produktivitas tanah terpelihara, suhu tanah lebih rendah dari tanah terbuka serta dapat mengurangi penguapan dan erosi (Marsono et al., 2002).

Dalam upaya peningkatan produktivitas lahan dan produksi hasil panen, dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi sistem pertanian terpadu tanpa olah tanah (TOT) dengan aplikasi EM4 (Effective Micoorganisme). Model sistim pertanian terpadu dengan teknologi EM4, yaitu limbah organik dari sisa tanaman difermentasikan menjadi pupuk organik terfermentasi dalam waktu yang cepat. Teknologi EM4 merupakan salah satu teknologi pemanfaatan microorganisme yang hidup di tanah yang bisa bekerja sama secara sinergis dalam memperbaiki tingkat kesuburan tanah dan sifat-sifat fisik tanah. Penggunaan hasil fermentasi dari limbah pertanian organik ini dapat menghemat biaya sebesar 20%-50% dan menaikan produktivitas rata-rata 20% (Salikin, 2003).

Berbagai penggunaan jarak tanam untuk memperoleh optimalisasi populasi tanaman jagung baik varietas lokal maupun varietas hibrida, yang berumur tengahan (sedang) adalah 70.000 tanaman/ha atau jarak tanam 75 cm x 20 cm dengan menggunakan benih 1 biji perlubang (Wirawan et al., 2002), sependapat dengan Adisarwanto et al., (2004) untuk jagung hibrida dapat digunakan jarak tanam 75 cm x 20 cm dengan 1 benih per lubang, dan menurut AAK (2004), jagung berumur tengahan di tanaman dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm,

(3)

dengan menggunakan 1 benih satu lubang memerlukan kira-kira 70.000 tanaman/ha. Dapat pula jagung di tanam dengan jarak tanam 50 cm x 20 cm atau 100 cm x 20 cm dengan 1 benih per lubang.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi EM4 (Effective Microorganisme) dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jagung dengan sistem

tanpa olah tanah (TOT).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja Desa Kemelak Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten OKU, Provinsi Sumatera Selatan, pada bulan Mei 2008 sampai dengan Agustus 2008. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas Hibrida, pupuk Urea, SP-36, KCL, EM4, dedak, kertas dan plastik label dan insektisida. Alat-alat yang digunakan meliputi, meteran, ajir, ember, cangkul, tali, parang, tugal, hand sprayer, gelas ukur dan alat pengering. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (R.A.K) Faktorial dengan 3 perlakuan EM4 yaitu E1 (1,66 cc EM4/ liter air), E2 (3,33 cc EM4/ liter air) dan E3 (5 cc EM4/ liter air) dan 3 perlakuan jarak tanam yaitu P1 (50 cm x 20 cm; 100.000 tanaman/ha), P2 (75 cm x 20 cm; 70.000 tanaman/ha) dan P3 (100 cm x 20 cm; 50.000 tanaman/ha) dan di ulangan sebanyak 3 kali. Dengan demikian terdapat 27 petak kombinasi perlakuan.

Tahap awal dari penelitian ini dimana sepuluh hari sebelum ditanami lahan terlebih dahulu disemprot dengan herbisida, setelah gulma alang-alang mengering selanjutnya direbahkan dengan papan sampai rata.. Sehari sebelum tanam lahan petakan disemprot larutan EM4, pemberian larutan EM4 dilakukan setelah gulma alang-alang mengering dan direbahkan. Perlakuan konsentrsi EM4 dalam penelitian dilakukan 3 perlakuan masing-masing 1,66 cc/ liter air, 3,33 cc/ liter air, dan 5 cc/ lt air, diberikan 6 kali pemberian dengan interval waktu penyemprotan 7 hari sekali, dimulai 1 hari sebelum tanam dan selanjutnya 7 hari kemudian sampai minggu ke 6 (umur 32 hari setelah tanam). Luas petak percobaan masing-masing berukuran 3 m x 4m (12 m2). Kemudian biji jagung ditanam secara tugal dengan kedalaman 5 cm, tiap lubang ditanam 2 biji kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Pada saat tanaman berumur 10 hari dilakukan penyeleksian sehingga hanya 1 tanaman jagung per lubang. Jarak tanam yang digunakan 100 cm x 20 cm, 75 cm x 20 cm, dan 50 cm x 20 cm, yang disesuaikan dengan petak perlakuan.

Pemupukan tanaman jagung menggunakan Urea, SP 36, KCL. Dosis pupuk untuk tanaman jagung, yaitu Urea 300 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCL 50 kg/ha. Adapun pemberin pupuk dilakukan 3 kali pemberian, yaitu saat tanam 1/3 bagian Urea, serta SP-36 dan KCL diberikan sekaligus pada saat tanam. Selanjutnya umur 30 hari dan 60 hari setelah tanam, masing-masing 1/3 bagian Urea dibeirikan kembali. Penyangan dilakukan pada tanaman dikored. Pengendalian serangga hama disesuaikan dengan ambang pengendalian. Panen tanaman jagung dilakukan setelah tanaman berumur 95-100 hari setelah tanam. Kelobot (bungkus biji jagung) telah berwarna kuning, biji apabila ditusuk dengan kuku tidak berbekas.

(4)

Parameter pengamatan dilakukan terhadap 10 tanaman contoh yang diambil secara acak, yang terletak dibagian tengah masing-masing petak atau plot satuan percobaan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), waktu berbunga (hari), berat kering tajuk (gram), berat tongkol berkelobot basah (gram), Berat Biji Pipilan (gram), berat Kelobot (gram), berat janggel (gram), berat 100 biji kering oven (gram), dan Indeks hasil panen (%)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil analisis keragaman pengaruh konsentrasi EM4 dan jarak tanam terhadap peubah yang diamati pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Peubah yang Diamati

Peubah yang Diamati EM Perlakuan KK (%)

4 P I

Tinggi tanaman ** ** tn 2,43

Beart basah tajuk ** ** tn 18,53

Berat kering tajuk ** ** tn 22,77

Berat basah tongkol berkelobot ** ** * 7,17

Berat basah biji pipilan tn ** tn 13,06

Berat kering biji pipilan * ** tn 16,76

Berat basah janggel ** ** * 13,07

Berat kering janggel ** ** * 8,54

Berat kering oven 100 biji ** ** * 4,23

Indeks Hasil Panen (%) ** tn tn 5,12

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata; * = Berpengaruh nyata; tn = Berpengaruh tidak nyata, dan; KK = Koefisien keragaman.

Tinggi Tanaman

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi EM4 dan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, tetapi interaksi kedua perlakuan tidak berpengarung nyata (Tabel 1).

Tabel. 2.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman (cm) Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 231,66 242 243,33 238,99 a

P2 256,33 273 266,66 265,33 b

P3 259 272,66 272 267. b

P U. EM4 248,99 a 262,88 b 260,66 b

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 %

Berat Basah Tajuk

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa konsentrasi EM4 dan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah tajuk.

(5)

Tabel 3.

Pengaruh Konsentrasi EM-4 dan Jarak Tanam Terhadap Berat Basah Tajuk (gram)

Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 2216 2866,66 2733,33 2605,55 a

P2 2783,33 4316,66 4083,33 3727,77 b

P3 2883,33 4583,33 4416,66 3961,10 b

P U. EM4 2627,77 a 3922,21 b 3744,44 b

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % Berat Kering Tajuk

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa konsentrasi EM4 dan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tajuk.

Tabel 4.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Berat Kering Tajuk (gram) Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 896,33 1139,33 1180,66 1072,10 a

P2 1121 1931,66 1567 1539,55 b

P3 1293,66 1900,33 1574,66 1589,55 b

P U. EM4 1103,66 a 1657,10 b 1440,77 b

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % Berat Basah Tongkol Berkelobot

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi EM4 dan jarak tanam serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat tongkol berkelobot basah. .

Tabel 5.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Berat Tongkol Berkelobot Basah (gram)

Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 1533,33 a 2250 d 1766,66 ab 1849,99

P2 2100 c 2566,66 e 2216,66 cd 2294,44

P3 2150 c 2400 e 1983 bc 2177,66

P U. EM4 1927,77 2405,55 1988,88

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 %

Berat Basah Biji Pipilan

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah biji pipilan.

(6)

Tabel 6.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Berat Basah Biji Pipilan (gram) Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P

P1 933,33 1016,66 933,33 961,10 a

P2 1033,33 1383,33 1283,33 1233,33 b

P3 1200 1216,66 1233,33 1216,66 b

P U. EM4 1055,55 1205,55 1149,99

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % Berat Kering Biji Pipilan

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa konsentrasi EM4 berpengaruh nyata dan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering biji pipilan.

Tabel 7.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Berat Kering Biji Pipilan (gram) Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 466,66 563,33 521,66 517,21 a

P2 635 761,66 710 702,22 b

P2 712,66 655,33 653,33 673,77 b

P U. EM4 604,77 a 660,10 b 628,33 a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % Berat Basah Janggel

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi EM4 dan jarak tanam serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat basah janggel.

Tabel 8.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Berat Basah Janggel (gram) Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 233,33 a 283,33 bc 250 ab 255,55

P2 300,00 c 383,33 d 383,33 d 322,22

P3 300 c 350 d 433,33 e 361,11

P U. EM4 277,77 338,88 355,55

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 %

Berat Kering Janggel

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi EM4 dan jarak tanam serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat kering janggel.

(7)

Tabel 9.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Berat Kering Janggel (gram) Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 102,92 a 122,66 a 121,66 a 115,74

P2 115,78 a 145,45 a 182,12 c 147,78

P2 119,59 a 153,24 ab 176,57 bc 149,80

P U. EM4 112,76 140,45 160,11

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 %

Berat Kering Oven 100 Biji

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi EM4 dan jarak tanam serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat biji kering oven 100 biji .

Tabel 11.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Berat Kering Oven 100 Biji (gram)

Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 18,25 a 18,99 a 18,44 a 18,56

P2 18,96 a 23,22 c 21,13 b 21,10

P3 19,28 a 20,97 b 21,16 b 20,47

P U. EM4 18,8 21,06 20,23

Indeks Hasil Panen (%)

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi EM4 berpengaruh nyata terhadap indeks hasil panen .

Tabel 12.

Pengaruh Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Indeks Hasil Panen (gram)

Pengaruh Pengaruh Tunggal EM4 Pengaruh

Tunggal P E1 E2 E3 Utama P P1 29,49 29,80 27,63 28,97

P2 31,42 28,69 27,54 29,21

P3 30,36 27,61 27,42 28,46

P U. EM4 30,42 c 28,70 b 27,53 a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis keragamn menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi EM4 (Effective Migrooorganisme) berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat tongkol berkelobot basah, berat basah janggel, berat kering janggel dan berat kering oven 100 biji. Berpengaruh nyata terhadap berat kering biji pipilan dan berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah biji pipilan.

Hasil uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) menunjukkan bahwa perlakuan E2 (3,33 cc/liter air) memberikan pengaruh terbaik terhadap peubah tinggi tanaman jagung. Hal ini

(8)

(3922,21), dan Berat kering tajuk (1657,10). Dengan demikian pemberian konsentrasi EM4 pada perlakuan E2 (3,33 cc/liter air) menyebabkan kondisi biologis tanah menjadi lebih baik dalam meningkatkan keragaman dan aktivitas microorganisme tanah.

Selain itu kultur microorganisme yang terkandung dalam EM-4 mengandung bakteri fermentasi dan sintetik yang dapat memacu dan mempercepat proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik, sehingga unsur hara yang terkandung dalam bahan organik akan cepat terserap dan tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian semakin baik kondisi biologis tanah, maka semakin baik pula kondisi tanaman yang tumbuh di atasnya (Marsono et al., 2002). Dipertegas oleh Salisbury dan Ros (1995), bahwa mulsa sebagai bahan nitrogen organik, oleh bakteri dan fungi tanah diubah menjadi amonium (NH4+) dalam proses amofikasi selanjutnya amonium akan dioksidasi lebih lanjut menjadi nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3-) dalam proses nitrifikasi. Hasil proses tersebut akan langsung diserap oleh tanamn untuk pertumbuhan, terutama unsur nitrogen akan dapat merangsang pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman.

Rendahnya berat biji pipilan kering dari berat biji basah, hal ini disebabkan waktu panen tanaman belum mencapai umur maksimum atau biji masak morfologis (umur 88 hst.), sehingga kandungan air dalam biji masih relatif tinggi di atas kadar air oftimum 15% (Jumin, 2002). Namun hasil yang diperoleh menunjukkan pengaruh konsentrasi EM-4 berpengaruh nyata terhadap berat biji pipilan kering.

Beberapa penyebab berkurangnya perkembangan biji dalam tongkol jagung diantaranya, tidak sempurnanya penyerbukan yang disebabkan faktor lingkungan, stress air, suhu, cahaya atau unsur hara yang terjadi sewaktu pembentukkan organ sebelum penyerbukan. Akibat dari stress air berpengaruh terhadap proses translokasi fotosintat. Kekeringan yang terjadi menjelang saat pembuangan sangat berpengaruh terhadap sistem produksi. Di mana fase reproduktif merupakan fase yang kritis, karena pengaruh faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, dan air langsung terlihat pada sink (biji) (Jumin, 2002).

Sesuai dengan pendapat Teste dan Peet, 1983 dalam Parto (2007), bahwa penurunan produksi dapat mencapai 25% jika kekeringan terjadi sebelum pengisian biji, 50% jika kekeringn terjadi pada saat pengisian biji dan 21% jika kekeringan terjadi setelah pengisian biji. Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat tongkol berkelobot basah, berat basah janggel, berat kering janggel, berat basah kelobot, berat basah biji pipilan, berat kering biji pipilan dan berat kering oven 100 biji. Berpengaruh tidak nyata terhadap waktu keluar bunga dan berat kering kelobot.

Hasil uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam P2 (75 cm x 20 cm) memberikan pengaruh terbaik terhadap peubah tinggi tanaman jagung. Hal ini ditunjukkan dari tingginya pertumbuhan pada peubah tinggi tanaman (265,33), berat basah tajuk (3727,77), Berat kering tajuk (1539,55), berat basah kelobot (455,55), berat basah biji pipilan (1233,33), dan berat kering biji pipilan (702,22). Hal ini dikarenakan penggunaan jarak tanam yang optimum (75 cm x 20 cm) akan memberikan ruang tumbuh yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

Pengaturan jarak tanam akan menentukan jumlah dan kepadatan populasi tanam, semakin rapat jarak tanam (50 cm x 20 cm) akan semakin padat populasi tanaman persatuan luas atau semakin sempit ruang tumbuh antar populasi tanam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kompetisi terhadap unsur hara maupun faktor lain seperti air, suhu, cahaya dan lingkungan pertumbuhan yang akan mempengaruhi terhadap laju pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan demikian besarnya akumulasi fotosintat yang diperoleh akan berpengaruh

(9)

baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah biji pipilan, dan berat kering biji pipilan.

Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi EM4 (Effective Microorganisme) dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap, berat basah tongkol berkelobot, berat basah janggel, berat kering janggel dan berat kering oven 100 biji.

Hasil uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi EM4 3,33 cc/liter air (E2) dan jarak tanam 75 cm x 20 cm (P2) merupakan kombinasi perlakuan terbaik terhadap peubah berat basah tongkol berkelobot dan berat kering oven 100 biji. Hal ini tercermin dari tingginya berat basah tongkol berkelobot pada peubah berat basah tongkol berkelobot (2566,66), dan berat kering oven 100 biji (23,22). Ini menunjukkan adanya interkasi positif antara kedua faktor tersebut dalam meningkatkan berat basah tongkol berkelobot dan berat kering oven 100 biji. Kecuali pada peubah berat basah janggel dan berat kering janggel.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian konsentrasi EM4 dan jarak tanam maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian konsentrasi EM4 3,33 cc/liter air diberikan 6 kali pemberian (E2),memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

2. Penggunaan jarak tanam 75 cm x 20 cm memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

3. Interaksi perlakuan konsentrasi EM4 3,33 cc/liter air diberikan 6 kali pemberian dan jarak tanam 75 cm x 20 cm (E2P2) memberikan pengaruh baik terhadap peubah berat tongkol kelobot basah dan berat 100 biji kering oven. Pada peubah berat basah janggel kombinasi perlakuan terbaik E3P3 dan pada peubah berat kering janggel kombinasi perlakuan terbaik E3P2. Pada peubah yang lainnya tidak terjadi interaksi antara perlakuan EM4 dan jarak tanam.

Saran

1. Dari hasil penelitian ini diperoleh pertumbuhan dan produksi jagung yang baik pada sistem TOT. Dapat dianjurkan pemberian konsentrasi EM4 3,33 cc/liter air diberikan 6 kali pemberian atau penggunaan jarak tanam 75 cm x 20 cm.

2. Penelitian perlakuan pemberian konsentrasi EM4 dapat dilakukan penelitian ulang dengan pemberian konsentrasi EM4 dalam satu kali pemberian.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Agro Media. 2007. Budi Daya Jagung Hibrida. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Adisarwanto, T., Widyiastuti, Y.E. 2004. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering

Sawah Dan Pasang Surut. Jakarta: Penebar Swadaya.

Aksi Agrasis Kanisius (AAK). 2004. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta: Kanisius. Anonim. 1998. Bokasi Cara Pembuatan dan Aplikasi Dalam Pertanian Organik. Jakarta:

Departemen Kehutanan Dan Perkebunan Pusat Penyuluhan.

Hanafiah, A. K. 2004. Rancangan Percobaan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ismal, G.1995. Ekologi Tumbuhan Dan Tanaman Pertanian. Padang: Angkasa Raya.

Jumin, H.B.2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangn Tanaman. Jakarta: Raja Gafindo

Persada.

Marsono, Sigit. H. 2005. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi, Jakarta: Penebar Swadaya. Suprapto. 1998. Bertanam Jagung. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suprato, H.S., Marzuki, M.S. 2002. Bertanam Jagung, Penebar Swadaya. Jakarta Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Susanto, R. 2004. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan, Yogyakarta: Kanisius.

---. 2005. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangan, Yogyakarta: Kanisius.

Salisbury, F.B., Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Edisi Bahasa Indinesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Soejono, A.T., Ronoprawiro, S. 1989. Ilmu Gulma Dasar. Jakarta: Program Nasional PHT. Utomo, M., Nazaruddin. 2003. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT) Jakarta:

Penebar Swadaya.

(11)

Wirawan, B., Wahyuni, S. 2002. Memproduksi Benih Bersetifikat Padi Jagung Kedelai

Kacang Tanah Kacang Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.

Jurnal dan Makalah

Nurjanah, U. 2002. “Pergeseran Gulma dan Hasil Jagung Manis Pada Tanpa Olah Tanah Akibat Dosis dan Waktu Pemberian Glyphosat”. Dalam Jurnal Akta Agrosia Vol. 5 No. I.

Parto,Y. 2007. “Perencanaan Waktu Tanam Berdasarkan Analisis Curah Hujan dan Thermal Unit Dalam Pola Tanam di Lahan Tadah Hujan”. Disampaikan dalam Pelatihan TOT SLI Palembang.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem rotasi terhadap penimbunan bahan organik dalam tanah, pertumbuhan dan hasil produksi tanaman jagung, jenis gulma

Dengan menggunakan metode penilaian yang sama yang telah dilakukan oleh Sauro terhadap subskala learnability skor SUS, maka hasil skor learnability pada penelitian

Hasil penelitian menunjukkan: (1) siswa berkemampuan tinggi tidak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal relasi dan fungsi; (2) siswa dengan kemampuan sedang

“HUBUNGAN TAYANGAN BINCANG BUDAYA DI TVRI JAWA TIMUR DENGAN SIKAP MASYARAKAT SURABAYA DALAM MELESTARIKAN SENI DAN BUDAYA DAERAH” (Studi Korelasi Tayangan Bincang Budaya di TVRI

Sekolah melaksanakan rehabilitasi ruang kelas rusak berat beserta perabotnya dan/atau pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya secara swakelola sesuai peraturan

Berdasarkan kajian-kajian lepas yang telah dijalankan dan disokong oleh pendekatan yang kukuh menerusi aspek tingkah laku pengundi dalam pilihan raya, jelas

42 Wawancara Akbar, juru parkir ulu juku 25 maret 2018.. pengolahan bahan baku dan proses masaknya yang bersih. Karena selain kehalalan yang diterapkan dengan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) berdasarkan analisis kurikulum, proses pembelajaran sains-kimia SMP menuntut adanya pendekatan kontekstual yang