• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan lain Hariwijaya (2009). Sehingga matematika mejadi ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan lain Hariwijaya (2009). Sehingga matematika mejadi ilmu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki perananan yang sangat penting. Karena matematika dapat di impelementasikan ke dalam berbagai bidang ilmu yang ada. Matematika ialah ilmu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan lain Hariwijaya (2009). Sehingga matematika mejadi ilmu pengetahuan yang cocok untuk dikembangkan menuju pengajaran yang lebih moderen. Dalam mengukur pemahaman akan perkembangan pengajaran matematika yang moderen dibutuhkan kemampuan pemahaman yang baik. Kemampuan pemahaman matematika yang baik dapat membantu untuk dapat menyelesaikan soal-soal yang ada.

Kemampuan pemahaman matematika yang baik akan sangat membantu dalam mengasah keterampilan. Sehingga keterampilan yang di dapat bukan hanya menghafal rumus yang sudah ada. Sesuai yang dikatakan Zahorik (Rosalin, 2008) pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk di yakini dan dipahami, dengan cara menyusun konsep sementara; melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan; merevisi konsep dari tanggapan tersebut dan kemudian dikembangkan. Dengan kemampuan konsep yang baik akan didapat pola pikir yang terkonsep dan terarah. Pola pikir yang terkonsep akan memudahkan dalam menyelesaikan soal matematika.

Proses dalam berpikir membutuhkan suatu pemahaman yang bagus. Berpikir membutuhkan suatu gambaran yang jelas dan tepat dalam mengambarkannya. Sehingga tujuan dan informasi yang didapatkan akan bisa di manfaatkan dengan

(2)

2 baik. Tujuan berpikir adalah untuk mengumpulkan informasi dan menggunakan informasi bersangkutan sebaik mungkin (Bono, 1990). Dengan pola berpikir yang baik akan didapatkan hasil yang terkonsep dan terarah. Untuk mendapatkan pola berpikir yang tertuju dan terarah, informasi yang didapat harus memiliki bentuk visual yang jelas. Bentuk visual yang jelas akan membuat informasi yang diperoleh bisa terarah dan tergambar jelas.

Bentuk visual yang baik akan mempengaruhi pola pikiran. Dimana pola pikir yang salah akan mempengaruhi seseorang. Pesan visual haruslah jelas dan terarah. Sehingga penyampaian akan tercapai dengan baik kepada penerima. Pesan visual sangat efektif dalam memeperjelas informasi, bahkan lebih jauh lagi mempengaruhi sikap seseorang, membentuk opini masyarakat dan lain-lain (Sudjana dkk, 1991). Agar pesan visual dapat tersampaikan dengan baik, dibutuhkan akan pemahaman dari penerima pesan visual.

Merujuk pada hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Ayuning Putri (2015), yang berjudul “ Analisis Kesulitan Belajar Geometri Dimensi Tiga Kelas X-MIA di SMA Negeri 1 Malang”, menyatakan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan siswa yaitu pada pemahaman konsep dan pemahaman prinsip. Hal ini menunjukan bahwa peserta didik kurang paham akan pemahaman konsep serta gambaran yang jelas dari persoalan Geometri Dimensi Tiga.

Proses pembelajaran Geometri Dimensi Tiga harus dimulai dengan benda-benda yang konkret. Benda-benda-benda yang konkret adalah benda-benda-benda-benda yang berbentuk dimensi tiga, kemudian barulah masuk ke dalam benda-benda yang semi konkret yaitu benda-benda dimensi dua. Oleh karena itu, dalam pembelajaran Geometri Dimensi Tiga dibedakan antara pengertian, gambar,

(3)

3 model dari satu bangun Geometri (Iswadji, 2001). Berdasarkan hal tersebut, siswa memiliki pengetahuan tentang bangun berdimensi tiga yang bersifat abstrak. Sifat abstrak yang dimaksud adalah pengetahuan tentang sifat atau karakteristik dari benda-benda nyata.

Pembelajaran geometri sangat dibutuhkan imajinasi yang kuat agar kemampuan dalam memahami materi dapat ditangkap dengan jelas. Kecerdasan bepikir visual dibutuhkan agar siswa mampu memahami materi yang akan di sampaikan oleh guru. Menurut Kaur & Chhikara (Novitasari dkk, 2015) kecerdasan visual spasial mencakup kemampuan untuk merasakan dunia visual secara akurat dan melakukan transformasi dan aplikasi pada persepsi awal seseorang sendiri melalui citra mental. Seseorang dengan kecerdasan visual spasial dalam menyelesaikan masalah matematika terutama masalah visual spasial akan lebih mudah karena ia mampu mengamati dunia visual secara akurat dan mentransformasi persepsinya termasuk di dalamnya adalah kapasitas untuk memvisualisasi dan menghadirkan ide spasial secara tepat. Selain itu, pentingnya visualisasi juga dikatakan dalam Teori belajar Piaget (Siregar, 2011) bahwa ada beberapa yang dibutuhkan pelajar agar ia mudah memahami matematika, yaitu: 1). Melakukan eksperimen dengan tangannya sendiri (konkret), dengan menggunakan manipulasi bentuk-bentuk geometri dengan papan geometri, bentuk kotak-kotak dan lain sebagainya, 2). Menggunakan hubungan antara tangan dengan visualisasi gambar atau menggunakan model yang semikonkret misalnya menggambar atau menggunakan sketch software pada komputer, atau untuk menggambar grafik dapat dengan menggunakan kalkulator grafik, 3). Memiliki pemahaman yang abstrak terhadap

(4)

4 konsep-konsep dengan melihat gambar dan simbol dari konsep matematika. Dengan memiliki pola bepikir visual, siswa dapat dengan mudah menyelesaikan beragam soal Geometri yang ada. Kemampuan berpikir visual ini akan dapat mengarahkan konsep visual tiga dimensi, sehingga pembelajaran dimesi tiga akan terasa lebih mudah di pahami siswa.

Pembelajaran tiga dimensi tentunya tidak dapat lepas dari bentuk visual Geometri. Baik itu yang berbentuk dua dimensi, tiga dimensi maupun bentuk nyata dari Geometri itu sendiri. Keterkaitan antara visual dan dimensi tiga sangat erat dalam pembelajaran Geometri. Bentuk gambaran visual yang baik pada dimensi tiga akan mempermudah serta memperjelas siswa dalam memahami materi Geometri terutama Geometri Tiga Dimensi. Penggunaan benda nyata (real

life material) di dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk

memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu, proese kerja suatu objek studi tertentu atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan (Sudjana, 2013). Keterkaitan visual dan dimensi tiga membuat pembelajaran akan bentuk visual dari dimensi tiga menjadi lebih mudah. Jika salah satu dihilangkan dalam komponen pembelajaran akan mempergaruhi pemahaman siswa akan bentuk dari dimensi tiga itu sendiri. Serta akan berdampak pada pola pikir yang salah serta pemahaman yang salah.

Menurut hasil observasi magang pada tanggal 17 maret 2015 yang di lakukan peneliti. Ditemukan banyak siswa tidak bisa penggambaran visual dari pembelajaran Geometri, terutama yang berbentuk dimensi visual. Siswa banyak salah dalam memvisualkan bentuk-bentuk bangun yang ada sehingga dalam mengerjakan soal sering melakukan kesalahan. Siswa sering salah mentafsikan

(5)

5 antara bentuk visual yang ada pada dimensi dua dan dimensi tiga. Siswa sering salah dalam menafsirkan antara titik di luar garis, dua bidang berpotongan, jarak garis ke bidang dan lainnya. Sehingga membuat guru harus menjelaskan ulang lagi materi yang sudah di bahas sebelumnya. Sehingga pemahaman akan dimensi tiga dirasa cukup kurang.

Melihat hal tersebut, banyaknya siswa yang kurang paham akan cara berpikir yang salah. Peneliti berusaha mengkaji penyebab banyaknya siswa yang lemah dalam berpikir akan bentuk visual yang mereka alami. Oleh sebab itu peneliti mencoba megkaji hal tersebut dalam penilitian. Penelitian yang coba peneliti teliti adalah Analisis Kemampuan Berpikir Visual Pada Materi Dimensi Tiga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana kemampuan berpikir visual siswa pada materi Geometri Dimensi Tiga ” ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah tertera diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah “ Untuk mendiskripsi kemampuan berpikir visual siswa pada materi Geometri Dimensi Tiga ”.

1.4 Batasan Masalah

Untuk mendapakan hasil yang sesuai dan keefektian dalam penelitian ini. Diperlukan batasan yang jelas agar penlitian ini tidak melenceng. Adapun batasan masalah yang dibuat oleh peneliti adalah sebagai berikut :

(6)

6 a. Objek penelitian hanya berpusat pada siswa kelas XI-MIA 10 SMAN 1 Malang b. Materi yang diteliti hanya berfokus pada materi Geometri Tiga Dimensi

c. Masalah pokok yang diteliti adalah analisis kemampuan berpikir visual siswa pada materi Geometri Dimensi Tiga

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui penyebab susahnya pola berpikir visual yang dialami siswa, maka akan didapatkan manfaat yang bagus untuk bisa memperbaiki serta mengarahkan siswa. Adapun manfaat penilitian ini adalah :

a. Bagi pendidik, sebagai acuan agar kedepannya bisa membuat tidakan yang jelas untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa. Sehingga kedepannya mampu mebuat minat siswa pada matematika akan meningkat.

b. Bagi peserta didik, bisa menjadi motivasi dalam pembelajaran matematika. Sehingga minat akan matematika makin meningkat.

c. Bagi peneliti, menjadikan bekal agar kelak jika peniliti menjadi guru matematika bisa memahami apa yang diinginkan siswa untuk dapat meningkatkan minat kepada matematika.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Rolos (2015) tentang hubungan dukungan orang tua dengan kecemasan

Karang keras (Scleractinia) ditemukan di Pulau Panjang, Jawa Tengah mulai dari dataran terumbu karang yang dangkal hingga kedalaman 7 m baik pada sisi bawah

Seperti halnya penerapan ICT berdasarkan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang ada di Museum Angkut, dimana penerapan ICT ini bertujuan untuk mempermudah

Skenario pengujian juga digunakan sebagai dasar pengetahuan selama proses pengujian yang nantinya akan diterapkan pada pengujian secara otomatis dengan menggunakan metode regresi

Oleh sebab itu peran keluarga dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak adalah sehingga anak-anak tersebut mengerti halal dan haram, baik dan buruk, mengerti hak

[r]

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

Untuk mengkaji pemanfaatan dan dampak penggunaan media massa bagi mahasiswa selaku khalayak yang aktif, perlu adanya kajian yang lebih jauh mengenai, bagaimana