• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI ANTENATAL DI PUSKEMAS KECAMATAN PASAR MINGGU TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREVALENSI DAN DETERMINAN ANSIETAS DAN DEPRESI ANTENATAL DI PUSKEMAS KECAMATAN PASAR MINGGU TAHUN 2013"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MINGGU TAHUN 2013

Wiyar Annerangi1, Helda2

1Program Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

16424, Indonesia.

2Departemen Epidemiologi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Depok 16424, Indonesia.

ABSTRAK

Ansietas dan depresi antenatal merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering kali luput dari perhatian. Penelitan ini dilakukan karena mengingat dampak yang ditimbulkan oleh ansietas dan depresi antenatal baik bagi ibu maupun janinnya dan belum adanya penelitian mengenai prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret-April 2013. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi ansietas antenatal sebesar 56,5% dan prevalensi depresi antenatal sebesar 14,8%. Yang menjadi faktor risiko terhadap ansietas antenatal yaitu memilki ≥2 keluhan selama masa kehamilannya. Sedangkan yang menjadi faktor risiko terhadap depresi antenatal adalah primigravida dan ansietas antenatal. Yang merupakan faktor protektif terhadap depresi antenatal adalah jumlah anak ≥1 dan dukungan sosial rendah namun hanya berlaku dalam studi ini. Kesimpulannya, prevalensi ansietas dan depresi antenatal adalah tinggi dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan menganai dampak, faktor risiko dan upaya pencegahannya.

Kata kunci: ansietas, antenatal, depresi

ABSTRACT

Antenatal anxiety and depression is one of public health problems that we do not often realize. That has impact on fetus and maternal. Research on prevalence and determine of antenatal anxiety and depression has not been done in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013. The purpose of this research is to know prevalence and determine of antenatal anxiety and depression in Pasar Minggu Primary Health Care in 2013. The research design used was cross-sectional from March-April 2013. The research shows prevalence of antenatal anxiety is 56,5% whereas prevalence of antenatal depression is 14,8%. Risk factor of antenatal anxiety is ≥2 complain in pregnancy period. Whereas risk factor of antenatal depression is primigravid and antenatal anxiety. Protector factor of antenatal depression is number of children live ≥1 child and lower social support but it just for this study.

(2)

In conclusion, prevalence antenatal anxiety and depression is higher and have several risk factor. Because of that so given education about impact, risk factor and prevention of antenatal anxiety and depression.

key word: anxiety, antenatal,depression

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan periode terpenting dalam kehidupan seorang wanita. Kehamilan membawa suatu perubahan tidak hanya perubahan dalam segi fisik, tetapi juga dalam segi sosial dan psikologi (Golbasi et.al, 2010). Masalah psikologi pada masa kehamilan yaitu ansietas dan depresi (Faisal-Cury & Menezes, 2007) dan hal tersebut merupakan masalah kesehatan masayarakat (Yoshihiro, Keiko dan Masashi, 2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Faizal-Cury dan Manazes (2007) terhadap 432 wanita yang hamil di Brazil, ditemukan bahwa prevalensi ansietas antenatal state dan trait sebesar 59,5% dan 45,3 % sedangkan prevalensi depresi antenatal sebesar 19,6,3%. Penelitian lain oleh Yoshihiro, Keiko dan Masashi (2007) menemukan bahwa sebanyak 18,4% dari wanita yang hamil mengalami depresi pada masa kehamilannya dan beberapa di antaranya sebanyak 12,7% termasuk depresi tingkat major. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Golbasi et al (2010) menemukan bahwa prevalensi depresi prenatal sebesar 27,5%.

Ansietas dan depresi pada saat kehamilan memiliki dampak yang negatif baik bagi ibu maupun bagi bayi yang akan dilahirkan. Penelitian Faisal-Cury dan Menezes (2007) menemukan bahwa ansietas dan depresi selama kehamilan memiliki dampak kepada janin seperti prematur, BBLR, gangguan dalam pertumbuhan janin dan juga berpengaruh pada perkembangan mental anak. Sedangkan dampak bagi ibu yaitu terjadi peningkatan penggunaan obat, preterm birth, masalah kardiovaskular, kelahiran secara sesar. Selain itu, diperkirakan 13% dari semua wanita yang hamil yang mengalami depresi berkembang menjadi depresi pada saat postpartum (Faisal-Cury dan Menezes, 2007).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ansietas dan depresi pada kehamilan yaitu faktor sosialdemografi; faktor obstetrik dan faktor perilaku seperti olahraga dan prenatal care; dan faktor psikologi seperti ansietas selama kehamilan yang berhubungan dengan depresi antenatal (Faisal-Cury & Menezes,

(3)

2007; Giardinelli et al, 2012; Golbasi et al, 2010; Yoshiro et al, 2012; Bowen, 2007).

Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu terhadap 32 ibu hamil ditemukan bahwa prevalensi ansietas antenatal sebesar 68,8% sedangkan prevalensi depresi antenatal sebesar 21,9%. Tingginya prevalensi dari ansietas dan depresi antenatal menjadi masalah yang besar bagi kesehatan ibu hamil dan juga berpotensial meluasnya dampak negatif terhadap perkembangan janin dan pertumbuhannya oleh karena itu akan dilakukan penelitian mengenai prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan determinan ansietas dan depresi antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013.

TINJAUAN TEORITIS

Faktor-faktor yang berhubungan dengan ansietas dan depresi antenatal adalah sama. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor sosialdemografi seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur, dukungan sosial, suku, tipe keluarga, status perkawinan; faktor obstetrik seperti trimester kehamilan, riwayat keguguran, kehamilan yang direncanakan, paritas, gravida, jumlah anak yang hidup, keluhan dan status kesehatan; faktor perilaku seperti olahraga dan prenatal care; dan faktor psikologi seperti ansietas yang dapat berhubungan dengan depresi (Faisal-Cury & Menezes, 2007; Giardinelli et al, 2012; Golbasi et al, 2010; Yoshiro et al, 2012; Bowen, 2007; Romauli,2011; Stuart&Sudeen, 1998; Saifudin, 2001).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2013. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Kecamatan 2013 dan masuk dalam kriteria inklusi penelitian. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer menggunakan kuesioner dan data sekunder (rekam medik ibu hamil). Jumlah sampel dalam penelitian ini

(4)

dihitung dengan menggunakan rumus estimasi (Ariawan, 1998) dan ditambah 10% untuk menghindari data missing sehingga jumlah sampel minimal sebanyak 107 ibu hamil. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampel. Variabel yang diukur adalah sosial-demografi (umur, suku, pendapatan ibu hamil, pendapatan suami, pendapatan suami-istri, tingkat pendidikan, pekerjaan, dukungan sosial, tipe keluarga), faktor obstetrik (trimester kehamilan, riwayat keguguran, kehamilan yang direncanakan, paritas, gravida, jumlah anak yang hidup, keluhan dan status kesehatan), faktor perilaku (olahraga dan prenatal care). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sosial-demografi, dukungan sosial (Zimet et al,1988) dan DASS (The Depression Anxiety Stress Scales) yang diadopsi dari P.F. Lovibond, dalam Mcdowell, 2006. Data akan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS 13.0 FKMUI. Data tersebut dianalisis secara univariat dan bivariat.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Tabel 1. Prevalensi Ansietas & Depresi Antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

Variabel Frekuensi Persentase (%) Ansietas Normal 50 43,5 • Ringan 20 17,4 • Sedang 38 33,0 • Parah 5 4,3 • Sangat parah 2 1,7 Ansietas Tidak 50 43,5 • Ya 65 56,5 Depresi • Normal 98 85,2 • Ringan 14 12,2 • Sedang 2 1,7 • Parah 1 0,9 Depresi • Ya 17 14,8 • Tidak 98 85,2 Jumlah 115 100,0

Error! Reference source not found. menunjukan prevalensi ansietas

antenatal yaitu normal/tidak mengalami ansietas (43,5%), yang mengalami ansietas (56,5%) dengan kategori ringan (17,4%), sedang (33,0%), parah (4,3%)

(5)

dan sangat parah (1,7%). Tabel 5.1.2 menunjukan prevalensi depresi antenatal berdasarkan empat kategori yaitu normal, ringan, sedang dan parah. Sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat depresi yang normal yaitu sebesar 85,2%, sedangkan yang depresi sebanyak 14,8% dengan kategori ringan (12,2%), sedang (1,7%) dan tingkat parah (0,9%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sosial-Demografi Ibu Hamil Variabel Frekuensi Persentase (%) Umur <29 tahun 58 50,4 • ≥29 tahun 57 49,6 Suku Jawa 35 30,4 • Betawi 46 40,0 • Sunda 19 16,5 • Batak 4 3,5 • Minang 6 5,2 • Campuran/suku lain 5 4,3 Suku Betawi 46 40,0 • Bukan Betawi 69 60,0 Pendidikan Tidak tamat SD 1 0,9 • Tamat SD 4 3,5 • Tamat SMP 16 13,9 • Tamat SMA 83 72,2 • Tamat Perguruan Tinggi 11 9,6 Pendidikan Pendidikan tinggi 94 81,7 • Pendidikan rendah 21 18,3 Pekerjaan Bekerja 43 37,4 • Tidak Bekerja 72 62,6 Pendapatan Ibu hamil

≥2,2 juta 13 11,3

<2,2 juta 36 31,3

0,00 66 57,4

Pendapatan Ibu hamil

Rendah 102 88,7

Tinggi 13 11,3

Pendapatan Suami

≥ 2,2 Juta 52 45,2

(6)

Pendapatan Suami-Istri ≥ 2,2 Juta 61 53,0 • < 2,2 Juta 54 47,0 Tipe keluarga Keluarga besar 34 29,6 • Keluarga inti 81 70,4 Dukungan sosial Tinggi 59 51,3 • Rendah 56 48,7 Jumlah 115 100,0

Pada tabel 2. Distribusi ibu hamil berdasarkan karakteristik sosial-demografi menunjukkan bahwa kebanyakan ibu hamil berumur <29 tahun (84,3%), bersuku Betawi (40%), tamat SMA (72,2%), tidak bekerja (62,6%), tidak memiliki pendapatan (57,4%), pendapatan suami <2,2 juta perbulan (54,8%), pendapatan suami-istri ≥2,2 juta perbulan (53,0%), berada pada tipe keluarga inti (70,4%), mendapat dukungan sosial yang tinggi (55,7%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Faktor Obstetrik Ibu Hamil Variabel Frekuensi Persentase (%) Trimester Kehamilan Trimester 1 20 17,4 • Trimester 2 55 47,8 • Trimester 3 40 34,8 Riwayat Keguguran Tidak Pernah 104 90,4 • Pernah 11 9,6 Kehamilan Diinginkan/direncanakan 92 80,0 • Tidak diinginkan/tidak direncanakan 23 20,0 Gravida Primigravida 35 30,4 • Multigravida 80 69,6 Paritas Nulipara 37 32,1 • Primipara 47 40,9 • Multipara 31 27,0

Jumlah Anak yang Hidup

< 1 anak 37 32,2

≥ 1 anak 78 67,8

Keluhan dan status kesehatan

Mual/muntah 72 62,6 • Sakit kepala/pusing 55 47,8 • Anemia 27 23,5 • Hipertensi 2 1,7 • Alergi 2 1,7 • Sakit/nyeri perut 25 21,7 • Lainnya 21 18,3

(7)

< 2 keluhan 56 48,7

≥ 2 keluhan 59 51,3

Jumlah 115 100,0

Tabel 3. Distribusi ibu hamil berdasarkan faktor obstetrik menunjukkan bahwa kebanyakan ibu hamil trimester kedua (47,8%), tidak pernah mengalami keguguran (90,4%), kehamilannya merupakan kehamilan yang direncanakan/diinginkan (80,0%), ibu multigravida (69,6%), primipara (40,9%), memiliki anak ≥1 anak (67,8%), keluhan yang dialami muntah/mual (62,6%).

Tabel 4. Gambaran Perilaku Ibu Hamil

Variabel Frekuensi Persentase (%) Olahraga Setiap Hari 29 25,2 • 2-3 kali dalam seminggu 16 13,9 • Kadang-kadang 64 55,7 • Tidak pernah 6 5,2 Olahraga Pernah 109 94,8 • Tidak pernah 6 5,2 Prenatal care Terlambat 53 46,1 • Tidak terlambat 62 53,9 Jumlah 115 100,0

Tabel 4. Distribusi ibu hamil berdasarkan faktor perilaku menunjukkan bahwa kebanyakan ibu hamil kadang-kadang berolahraga seminggu terakhir (55,7%), tidak terlambat melakukan prenatal care (53,9%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 5. Hubungan Sosial Demografi dengan Ansietas Antenatal

Variabel Ansietas Total PR (95% CI) Nilai P Ya Tidak n % n % n % 1. Umur <29 tahun 34 58,6 24 41,4 58 100,0 1,07 (0,78-1,49) 0,647 ≥29 tahun 31 54,4 26 45,6 57 100,0 1 2. Suku Bukan Betawi 44 63,8 25 36,2 69 100,0 1,4 (0,97-2,00) 0,055 Betawi 21 45,7 25 54,3 46 100,0 1 3. Pendidikan Rendah 14 66,7 7 33,3 21 100,0 1,23 (0,86-1,75) 0,300 Tinggi 51 54,3 43 45,7 94 100,0 1 4. Pekerjaan Tidak Bekerja 41 56,9 31 43,1 72 100,0 1,02 (0,73-1,42) 0,906 Bekerja 24 55,8 19 44,2 43 100,0 1

(8)

5. Pendapatan Ibu hamil Rendah 58 56,9 44 43,1 102 100,0 1,06 (0,62-1,79) 0,836 Tinggi 7 53,8 6 46,2 13 100,0 1 6. Pendapatan Suami < 2,2 juta 38 60,3 25 39,7 63 100,0 1,2 (0,84-1,61) 0,366 ≥ 2,2 juta 27 51,9 25 48,1 52 100,0 1 7. Pendapatan Suami-Istri < 2,2 juta 32 59,3 22 40,7 54 100,0 1,09 (0,79-1,51) 0,577 ≥ 2,2 juta 33 54,1 28 45,9 61 100,0 1 8. Tipe Keluarga Keluarga Inti 44 54,3 37 45,7 81 100,0 0,87 (0,63-1,22) 0,462 Keluarga Besar 21 61,8 13 38,2 34 100,0 1 9. Dukungan Sosial Rendah 31 55,4 25 44,6 56 100,0 0,96 (0,69-1,32) 0,806 Tinggi 34 57,6 25 42,4 59 100,0 1

Tabel 5. Menunjukan bahwa suku bukan Betawi berisiko 1,4 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan suku Betawi. Yang berpendidikan rendah berisiko 1,23 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Pendapatan suami<2,2 juta berisiko 1,2 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan ≥2,2 juta. Tipe keluarga inti memiliki 0,87 kali lebih rendah untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan keluarga besar sedangkan varibel umur, pekerjaan, pendapatan ibu hamil, pendapatan suami istri dan dukungan sosial bukan merupakan faktor risiko maupun faktor protektif terhadap kejadian ansietas antenatal. Dari variabel sosial-demografi tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna secara statistik.

Tabel 6. Hubungan Faktor Obstetrik dengan Ansietas Antenatal

Variabel Ansietas Total PR (95% CI) Nilai P Ya Tidak n % n % n % 1. Trimester Kehamilan Trimester 3 21 52,2 19 47,5 40 100,0 0,95 (0,58-1,56) 0,855 Trimester 2 33 60,0 22 40,0 55 100,0 1,09 (0,69-1,71) 0,697 Trimester 1 11 55,0 9 45,0 20 100,0 1 2. Riwayat Keguguran Pernah 4 36,4 7 63,6 11 100,0 0,62 (0,28-1,38) 0,156 Tidak Pernah 61 58,7 43 41,3 104 100,0 1 2. Gravida Primigravida 21 60,0 14 40,0 35 100,0 1,09 (0,78-1,53) Multigravida 44 55,0 36 45,0 80 100,0 1 0,619 3. Kehamilan yang diinginkan

(9)

Tidak 16 69,6 7 30,4 23 100,0 1,3 (0,94-1,82) 0,158 Ya 49 53,5 43 46,7 92 100,0 1 4. Paritas ≤1 kali 48 57,1 36 42,9 84 100,0 1,04 (0,72-1,51) 0,825 >1 kali 17 54,8 14 45,2 31 100,0 1 5. Jumlah anak yang hidup ≥ 1 anak 44 56,4 34 43,6 78 100,0 0,99 (0,71-1,4) 0,972 < 1 anak 21 56,8 16 43,2 37 100,0 1 6. Keluhan dan status kesehatan ≥ 2 Keluhan 39 66,1 20 33,9 59 100,0 1,4 (1,02-1,99) <0,05* < 2 Keluhan 26 46,4 30 53,6 56 100,0 1

Tabel 6. Menunjukan pernah memiliki riwayat keguguran 0,62 kali lebih rendah untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keguguran. Kehamilan yang tidak diinginkan berisiko 1,3 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang diinginkan. Yang memiliki keluahan ≥2 memiliki risiko 1,4 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang memiliki keluhan <2 sedangkan varibel trimester, gravid, paritas, jumlah anak yang hidup bukan merupakan faktor risiko maupun faktor protektif terhadap kejadian ansietas antenatal. Dari faktor obstetrik, hanya variabel jumlah keluhan yang bermakna secara statistik.

Tabel 7. Hubungan Faktor Perilaku dengan Ansietas Antenatal

Variabel Ansietas Total PR (95% CI) Nilai P Ya Tidak n % n % n % 1. Olahraga Tidak Pernah 4 66,7 2 33,3 6 100,0 1,2 (0,66-2,15) 0,607 Pernah 61 56,0 48 44,0 109 100,0 2. Prenatal Care Terlambat 40 64,5 22 35,5 62 100,0 1,4 (0,97-1,92) 0,061 Tidak Terlambat 25 47,2 28 52,8 53 100,0 1

Tabel 7. Menunjukan bahwa ibu hamil yang tidak berolahraga memiliki risiko 1,2 kali lebih besar untuk menglami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang pernah berolahraga. Ibu hamil yang terlambat melakukan prenatal care memiliki risiko 1,4 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang tidak terlambat. Namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.

Tabel 8. Hubungan Sosial-Demografi dengan Depresi Antenatal

Variabel Depresi Total PR (95% CI) Nilai P Ya Tidak n % n % n %

(10)

1. Umur <29 tahun 11 19,0 47 81,0 58 100,0 1,8 (0,71-4,54) 0,202 ≥29 tahun 6 10,5 51 89,5 57 100,0 1 2. Suku Bukan Betawi 11 15,9 58 84,1 69 100,0 1,22 (0,48-3,07) 0,668 Betawi 6 13,0 40 87,0 46 100,0 1 3. Pendidikan Rendah 5 23,8 16 76,2 21 100,0 1,86 (0,74-4,73) 0,304 Tinggi 12 12,8 82 87,2 94 100,0 1 4. Pekerjaan Tidak Bekerja 10 13,9 62 86,1 72 100,0 0,85 (0,35-2,07) 0,727 Bekerja 7 16,3 36 83,7 43 100,0 1 5. Pendapatan Ibu hamil Rendah 16 15,7 86 84,3 102 100,0 2,04 (0,29-14,13) 0,688 Tinggi 1 7,7 12 92,3 13 100,0 1 6. Pendapatan Suami < 2,2 juta 11 17,5 52 82,5 63 100,0 1,5 (0,6-3,84) 0,373 ≥ 2,2 juta 6 11,5 46 88,5 52 100,0 1 7. Pendapatan Suami-Istri < 2,2 juta 9 16,7 45 83,3 54 100,0 1,3 (0,53-3,06) 0,592 ≥ 2,2 juta 8 13,1 53 86,9 61 100,0 1 8. Tipe Keluarga Keluarga Inti 9 11,1 72 88,9 81 100,0 0,47 (0,19-1,12) 0,08 Keluarga Besar 8 23,5 26 76,5 34 100,0 1 9. Dukungan Sosial Rendah 4 7,1 52 92,9 56 100,0 0,32 (0,11-0,93) <0,05* Tinggi 13 22,0 46 78,0 59 100,0 1

Tabel 8. Menunjukan bahwa ibu hamil yang berumur <29 tahun berisiko 1,8 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan ≥29 tahun. suku bukan Betawi berisiko 1,22 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan suku Betawi. pendidikan rendah berisiko 1,86 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan pendidikan tinggi. Tidak bekerja memiliki 0,85 kali lebih kecil untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan yang bekerja. Pendapatan ibu hamil yang rendah berisiko 2,04 kali lebih besar untuk mengalami mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan berpendapatan tinggi. Pendapatan suami<2,2 juta berisiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan ≥2,2 juta. Pendapatan suami-istri <2,2 juta berisiko 1,3 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan ≥2,2 juta. Tipe keluarga inti memiliki 0,47 kali lebih rendah untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan keluarga besar. Ibu hamil yang mendapatkan dukungan rendah memiliki risiko

(11)

0,32 kali lebih kecil untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan yang mendapat dukungan tinggi dan hubungan ini bermakna secara statistik.

Tabel 9. Hubungan Faktor Obstetrik dengan Depresi Antenatal

Variabel Depresi Total PR (95% CI) Nilai P Ya Tidak n % n % n % 1. Trimester Kehamilan Trimester 3 6 15,0 34 85,0 40 100,0 1,00 (0,28-3,59) 1,000 Trimester 2 8 14,5 47 85,5 55 100,0 0,97 (0,28-3,29) 1,000 Trimester 1 3 15,0 17 85,0 20 100,0 1 2. Riwayat Keguguran Pernah 1 9,1 10 90,9 11 100,0 0,59 (0,08-4,04) 1,000 Tidak Pernah 16 15,4 88 84,6 104 100,0 1 3. Gravida Primigravida 9 25,7 26 74,3 35 100,0 2,6 (1,08-6,11) <0,05* Multigravida 8 10,0 72 90,0 80 100,0 1 4. Kehamilan yang diinginkan Tidak 3 13,0 20 87,0 23 100,0 0,86 (0,27-2,73) 1,000 Ya 14 15,2 78 84,8 92 100,0 1 5. Paritas ≤1 kali 14 16,7 70 83,3 84 100,0 1,72 (0,53-5,59) 0,554 >1 kali 3 9,7 28 90,3 31 100,0 1 6. Jumlah anak yang hidup ≥ 1 anak 8 10,3 70 89,7 78 100,0 0,42 (0,17-1,00) <0,05* < 1 anak 9 24,3 28 75,7 37 100,0 1 7. Keluhan dan Status Kesehatan ≥ 2 Keluhan 11 18,6 48 81,4 59 100,0 1,74 (0,69-4,39) 0,231 < 2 Keluhan 6 10,7 50 89,3 56 100,0 1

Tabel 9. Menunjukan pernah memiliki riwayat keguguran 0,59 kali lebih rendah untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keguguran. Ibu primigravida berisiko 2,6 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan multigravid dan ini bermakna secara statistik. Kehamilan yang tidak diinginkan berpeluang 0,86 kali lebih rendah untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan yang diinginkan. Paritas <1 kali berisiko 1,72 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal dibandingkan dengan ≥1 kali. ≥1 anak memiliki peluang 0,42 kali lebih rendah untuk mengalami depresi antenatal dan ini bermakna secara statistik. yang memiliki keluhan ≥2 memiliki risiko 1,74 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang memiliki keluhan <2 sedangkan varibel trimester, gravid, paritas, jumlah anak yang hidup bukan merupakan faktor

(12)

risiko maupun faktor protektif terhadap kejadian ansietas antenatal. Dari faktor obstetrik, hanya variabel jumlah keluhan yang bermakna secara statistik.

Tabel 10. Hubungan Faktor Perilaku dengan Depresi Antenatal

Variabel Depresi Total PR (95% CI) Nilai P Ya Tidak n % n % n % 1. Olahraga Tidak pernah 1 16,7 5 83,3 6 100,0 1,14 (0,18-7,19) 1,000 Pernah 16 14,7 93 85,3 109 100,0 1 2. Prenatal Care Terlambat 13 21,0 49 79,0 62 100,0 2,8 (0,96-8,01) 0,064 Tidak Terlambat 4 7,5 49 92,5 53 100,0 1

Tabel 10. Menunjukan bahwa ibu hamil yang tidak berolahraga memiliki risiko yang sama dengan yang pernah berolahraga untuk mengalami depresi antenatal. Ibu hamil yang terlambat melakukan prenatal care memiliki risiko 2,8 kali lebih besar untuk mengalami ansietas antenatal dibandingkan dengan yang tidak terlambat. Namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.

Tabel 11. Hubungan Ansietas Antenatal dengan Depresi Antenatal

Ansietas Antenatal Depresi Total PR (95% CI) Nilai P Ya Tidak n % n % n % Ya 16 24,6 49 75,4 65 100 12 (1,69-89,71) <0,01* Tidak 1 2,0 49 98,0 50 100

Tabel 12. Menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami ansietas antenatal berisiko 12 kali lebih besar untuk mengalami depresi antenatal.

PEMBAHASAN

Desain studi dalam penelitian ini adalah desain studi potong lintang (cross-sectional) sehingga dalam studi ini tidak dapat menentukan mekanisme sebab akibat. Jumlah sampel yang tidak adekuat untuk membuktikan hubungan sehingga banyak ditemukan hubungan yang tidak bermakna yang ditemukan dalam penelitian ini.Instrumen ansietas dan depresi antenatal yang kurang spesifik untuk ibu hamil, sehingga tidak menutup kemungkinan ada gejala yang memang bisa dialami pada masa hamil.

Hubungan Sosial-Demografi dengan Ansietas Antenatal

Dalam penelitian ini ditemukan yang bukan suku Betawi lebih berisiko dbandingkan suku Betawi (PR=1,4). Hasil penelitian Giardinelli et al (2012) menemukan bahwa wanita berkebangsaan bukan bangsa Italia (bukan bangsa Asli)

(13)

berpeluang 1,3 kali untuk mengalami ansietas trait antenatal dibandingkan wanita yang berkebangsaan bangsa Italia (bangsa asli) namun tidak berhubungan secara statistik. Suku Betawi merupakan suku pendatang (Betawi, 2007).

Berpendidikan rendah lebih berisiko dibandingkan yang berpendidikan tinggi (PR=1,23) hasil ini sejalan dengan penelitian Giardinelli et al (2012) yang menemukan bahwa pendidikan <8 tahun berisiko 1,7 kali untuk mengalami ansietas dibandingkan dengan pendidikan 8-11 tahun namun tidak berhubungan secara statistik. Pendidikan yang tinggi merupakan protector terhadap kejadian ansietas-trait antenatal (Faisal-Cury & Menezes, 2007).

Istri yang memiliki suami berpendapatan <2,2 juta lebih berisiko (PR=1,2). Hal ini sejalan penelitian Faisal-Curry & Menezes (2007) menyatakan ada hubungan antara pendapatan suami yang rendah dengan kejadian ansietas antenatal baik state maupun trait dan menyebutkan bahwa suami yang tidak memiliki pendapatan memiliki risiko 1,9 kali untuk mengalami ansietas antenatal trait.

Keluarga inti menjadi faktor protektif terhadap ansietas antenatal (PR=0,87). Wanita yang tinggal bersama keluarga besarnya dapat mengalami ansietas hal ini berkaitan dengan keluarga besar yang dapat mencampuri urusan kehidupan wanita sehingga dapat menjadi stressor bagi wanita tersebut. Di dalam keluarga besar dapat terjadi konflik di dalam keluarga tersebut sehingga konflik di dalam keluarga tersebut menjadi faktor risiko terhadap ansietas antenatal (OR=1,98) (Giardinelli et al, 2012).

Hubungan Faktor Obstetrik dengan Ansietas Antenatal

Yang pernah keguguran menjadi faktor protektif (PR=0,62). Hasil ini sejalan dengan penelitian Faisal-Cury & Menezes (2007) yang menemukan bahwa wanita yang tidak memiliki riwayat keguguran memiliki risiko 1,38 kali untuk mengalami ansietas antenatal state dibandingkan yang pernah mengalami keguguran 1-3 kali namun hubungan ini tidak bermakna secara statistik.

Kehamilan yang tidak diinginkan berisiko untuk mengalami ansietas antenatal (PR=1,3). Hasil ini sejalan dengan penelitian Giardinelli et al (2012) bahwa wanita yang kehamilannya tidak direncanakan memiliki peluang 2 kali untuk mengalami ansietas antenatal state namun tidak bermakna secara statistik.

(14)

Yang memiliki keluhan ≥2 berisiko untuk mengalami ansietas antenatal (PR=1,4). Hasil ini sejalan dengan penelitian Zelkowitz1 & Papageorgiou (2012) yang menyatakan bahwa komplikasi (keluhan ibu hamil) berhubungan dengan gejala ansietas pada kehamilan. Bowen (2007) juga menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan yang dialami oleh ibu hamil dengan kejadian ansietas antenatal.

Yang tidak pernah berolahraga berisiko untuk ansietas antenatal (PR=1,2). Level kortisol yang tinggi dapat menyebabkan masalah psikologis seperti ansietas. Pluess and colleagues (2010) menyatakan ada kerelasi yang negative antara level kortisol dihubungkan dengan kejadian ansietas –trait pada masa kehamilan (Zelkowitz1& Papageorgiou 2012, p.206). Olahraga pada masa kehamilan bermanfaat untuk mengurangi ketidaknyamanan secara fisik, dapat mengurangi kelelahan dan nafa pendek, dapat mengurangi pembengkakkan dan kram, sakit kepala, sakit punggung dan konstipasi (Nevarez, 2006).

Ibu yang terlambat melakukan Prenatal care bersisiko untuk mengalami ansietas antenatal (PR=1,4). Beberapa karakteristik yang berperan dalam depresi dan ansietas pada kehamilan adalah prenatal care yang tidak adekuat (Karac-am,2009,p.346). Seorang ibu yang melakukan prenatal care akan lebih mendapat informasi mengenai kehamilannya, jika ibu hamil terlambat dalam mengetahui informasi tersebut akan berdampak pada kesehatan ibu hamil baik fisik maupun mental (Nur’aini, 2006).

Hubungan Sosial-Demografi dengan Depresi Antenatal

Umur yang <29 tahun lebih berisiko untuk depresi antenatal (PR=1,8) hal ini sejalan dengan penelitian Faisal-Cury & Menezes (2007) menyebutkan bahwa umur yang makin tua menjadi faktor protector terhadap kejadian depresi antenatal (OR=0,61 95% CI 0,27-1,38).

Suku bukan Betawi berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,22). Hal ini sejalan dengan penelitian Bowen (2007) menemukan bahwa ras tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan depresi antenatal. Dilihat dari proporsinya, depresi antenatal (EPDS≥13) pada ras aborigin (bukan suku asli) lebih besar dibandingkan dengan yang bukan aborigin (suku asli). Suku Betawi

(15)

adalah penduduk asli dari kota Jakarta. Suku lain (selain suku Betawi) merupakan suku pendatang (Betawi, 2007).

Pendidikan rendah berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,86). Hasil ini sejalan dengan penelitian Yoshihiro, Keiko dan Masashi (2012) juga menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan depresi antenatal pendidikan yang tinggi merupakan protector (OR=0,72).

Tidak bekerja merupakan faktor protektif untuk mengalami depresi antenatal (PR=0,85). Hasil ini sejalan dengan Yoshihiro, Keiko dan Masashi (2012) menemukan bahwa ibu hamil yang tidak bekerja memiliki risiko 1,35 kali untuk mendapatkan depresi antenatal dan hubungan ini bermakna secara statistik. Pekerjaan merupakan stresor bagi ibu hamil dan stressor ini berhubungan dengan depresi terutama pada masa kehamilan (Bowen, 2007,p.35).

Berpendapatan ibu hamil yang rendah berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=2,04) Hasil ini sejalan dengan penelitian Faisal-Cury & Menezes (2007) yang menyatakan bahwa penghasilan istri tidak berhubungan dengan depresi antenatal dan juga menemukan bahwa wanita yang tidak memiliki pendapatan berisiko 2,9 kali untuk depresi (berpendapatan tinggi menjadi faktor protektor terhadap kejadian depresi antenatal).

Pendapatan suami yang rendah berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,5). Pendapatan suami yang tinggi merupakan faktor protektor terhadap kejadian depresi antenatal (Faisal-Cury & Menezes, 2007). Ibu hamil yang memiliki suami yang tidak memiliki pendapatan berisiko 2,6 kali untuk mendapatkan depresi antenatal.

Pendapatan suami-istri yang rendah berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,3) Hasil ini sejalan dengan penelitian Giardinelli et al (2012) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara stres sosial ekonomi dengan skor depresi pada masa kehamilan dan menemukan bahwa yang memiliki stres sosial ekonomi berisiko 2,07 kali untuk mengalami depresi.

Tipe keluarga inti merupakan faktor protektif untuk mengalami depresi antenatal (PR=0,47). Di dalam keluarga besar dapat terjadi konflik di dalam keluarga tersebut sehingga konflik di dalam keluarga tersebut menjadi faktor risiko terhadap depresi antenatal (Giardinelli et al, 2012). Masalah keluarga

(16)

merupakan faktor psikososial yang dapat menjadi pemicu terjadinya depresi (“Depresi Sosial”).

Dukungan sosial rendah menjadi faktor protektif untuk mengalami depresi antenatal (PR=0,32). Hasil ini bertentangan dengan penelitian Bowen (2007) bahwa Support sebagai protektif untuk depresi. Wanita dengan dukungan yang tingkat sedang lebih kecil untuk mengalami depresi, yang mendapatkan dukungan tinggi memiliki peluang 0,05 lebih kecil untuk mengalami depresi. (Bowen, 2007). Dalam penelitian ini, justru proporsi depresi pada ibu hamil yang mendapatkan dukungan yang tinggi lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang mendapatkan dukungan rendah hal tersebut dapat terjadi karena selain tanggapan ibu hamil terhadap dukungan tersebut, dapat juga terjadi karena ibu yang mendapatkan dukungan tinggi kebanyakkan adalah ibu primigravida dimana bahwa ibu primigravida memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi karena memang pada umumnya kehamilan yang pertama mendapat dukungan yang lebih tinggi daripada kehamilan yang selanjutnya sehingga dapat menyebabkan depresi lebih banyak diderita oleh ibu yang mendapatkan dukungan sosial tinggi.

Yang pernah mengalami keguguran merupakan faktor protektif (PR=0,59). Hasil ini betentangan dengan penelitian Faisal-Cury & Menezes (2007) yang menemukan bahwa riwayat keguguran berhubungan dengan depresi antenatal dan wanita yang memiliki riwayat keguguran memiliki peluang 2x lebih besar untuk mengalami depresi antenatal. Dalam penelitian ini, justru proporsi depresi pada ibu hamil yang tidak pernah mengalami keguguran lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang pernah mengalami keguguran hal tersebut dapat terjadi karena ibu yang tidak pernah mengalami keguguran kebanyakan merupakan ibu primigravida (salah satu variabel yang berhubungan dengan depresi antenatal).

Primigravida berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=2,6).Hasil ini sejalan dengan penelitian Golbasi et al (2010) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan yang positif antara skor EPDS dengan gravid (semakin banyak jumlah kehamilannya semakin besar skor EPDS). Penelitian Ying (2011) menemukan bahwa ibu yang primigravida memiliki proporsi untuk depresi yang lebih tinggi dibandingkan ibu multigravida.

(17)

Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan faktor protektif terhadap depresi antenatal (PR=0,86). Hasil ini bertentangan dengan penelitian Giardinelli et al (2012) yang menemukan bahwa bahwa ada hubungan yang signifikan antara kehamilan yang tidak direncanakan/diinginkan dengan skor depresi pada masa kehamilan (OR=3,83). Penelitian oleh Csatordai et al. (2007) kehamilan yang tidak direncanakan/diinginkan merupakan faktor risiko terhadap depresi antenatal (Giardinelli et al, 2012, p.22). Adanya hasil yang berlawanan dengan studi sebelumnya hal tersebut dapat terjadi karena ibu yang kehamilannya direncanakan/diinginkan merupakan ibu primigravida (salah satu variabel yang berhubungan dengan depresi antenatal). Memang pada umumnya kehamilan yang pertama (primigravida) merupakan kehamilan yang direncanakan/diinginkan. Dalam sampel ini proporsi ibu primigravida yang kehamilannya diinginkan/direncanakan adalah tinggi sehingga menyebabkan depresi antenatal lebih tinggi pada ibu hamil yang kehamilannya diinginkan/direncanakan.

≤1 kali melahirkan berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,72). Hasil ini sejalan dengan Golbasi et al, 2010 yang menemukan bahwa skor EPDS pada multipara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan dengan primipara. Ibu multipara memiliki peluang 1,5 kali untuk mendapatkan skor depresi yang tinggi (Giardinelli et al, 2012) namun hubungan ini tidak berhubungan. Pengalaman melahirkan berperan dalam psikologis ibu hamil.

Jumlah anak yang hidup ≥1 anak merupakan faktor protektif (PR=0,42). Hasil ini sejalan dengan penelitian Golbasi et al (2010) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan yang positif (korelasinya ringan) antara skor EPDS dengan jumlah anak yang hidup. Jumlah anak yang hidup memperngaruhi tingkat depresi ibu hamil. Jumlah anak < 1 dapat mengalami depresi karena berkaitan dengan pangalaman dalam mendidik anak dan kesiapan menjadi seorang ibu. Dapat disimpulkan bahwa jumlah anak <1/ belum memiliki anak dapat menjadi faktor risko terhadap depresi antenatal dan hubungan ini bermakna secara statistik.

Keluhan ≥2 berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,74). Hasil ini sejalan dengan Bowen (2007) yang menemukan bahwa wanita yang mengalami mual atau muntah memiliki peluang 1,89 kali untuk mengalami

(18)

depresi antenatal namun tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan kesehatan, dengan depresi antenatal.

Yang tidak pernah berolahraga berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=1,14). Yang kadang-kadang beolahraga memiliki risiko dua kali untuk mengalami depresi dan yang tidak pernah berolahraga memiliki risiko tiga kali untuk mengalami depresi dari pada yang berolahraga setiap hari (Bowen, 2007).

Ibu yang terlambat melakukan prenatal care berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=2,8). Depresi antenatal dihubungkan dengan kemauan seorang ibu untuk memperiksakan kehamilannya/ kesadaran ibu untuk melakukan kunjungan kehamilan (Hughes, 1999). Hal yang penting untuk skrinning dengan mengetahui faktor risiko kejadian depresi antenatal seperti keterlambatan dalam melakukan prenatal care (Bowen, 2007).

Mengalami ansietas antenatal berisiko untuk mengalami depresi antenatal (PR=12). hasil ini sejalan dengan penelitian Giardinelli et al (2012) bahwa ada hubungan yang signifikan antara ganguan ansietas selama kehamilan dengan skor depresi pada masa kehamilan. Wanita yang memiliki gangguan ansietas selama kehamilan memiliki risiko 4,25 kali lebih tinggi untuk mendapatkan skor depresi yang tinggi.

KESIMPULAN

Prevalensi ansietas antenatal di puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2013 sebesar 56,5% sedangkan prevalensi depresi antenatal sebesar 14,8%. Faktor yang memberi risiko terhadap ansietas antenatal adalah jumlah keluhan ≥2 keluhan (PR= 1,4; 95% CI= 1,02-1,99). Faktor yang memberi risiko terhadap depresi antenatal adalah primigravida (PR=2,6; 95% CI= 1,08-6,11); ansietas antenatal (PR=12 CI=1,69-89,71). Yang merupakan faktor protektif terhadap kejadian depresi antenatal adalah jumlah anak yang hidup ≥1 (PR=0,42; 95% CI=0,17-1,00) dan dukungan sosial rendah (PR=0,32; 96% CI= 0,11-0,93) namun khusus dukungan sosial rendah hanya berlaku pada penelitian ini.

(19)

Memberikan penyuluhan tentang ansietas dan depresi pada masa kehamilan mengenai bahaya, faktor risiko dan pencegahannya tidak hanya kepada ibu hamil tetapi juga kepada keluarga ibu hamil; penyuluhan mengenai pentingnya olahraga, masalah kehamilan, persiapan masuk dalam masa hamil dan persalinan selain itu juga ibu hamil harus tetap diberi dukungan sosial yang baik (dari keluarga, suami, maupun teman) tidak hanya ketika mereka mengalami kehamilan yang pertama kali saja tetapi juga dikehamilan yang selanjutnya serta adanya layanan jiwa bagi ibu hamil. serta perlunya dilakukan penelitian yang lebih baik dengan menggunakan instrument yang lebih spesifik dan dilakukan oleh orang yang professional dibidangnya.

DAFTAR REFERENSI

Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistik dan Ilmu Kependudukan FKM UI.

Bowen et al. (2006). Antenatal depression. Proquest Nursing & Allied Health Source. Hal. 27-29

Bowen, Hauser Angela. (2007). Antenatal depression: Prevalence and determinants in a high-risk sample of women in Saskatoon. ProQuest Dissertations and Theses; 2007

Ensiklopedi Jakarta. Betawi-Suku. (September 2007). http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3842/Betawi-Suku. Mei 25, 2013

Faisal-Cury dan Menezes. (2007). Prevalence of anxiety and depression during pregnancy in a pricate setting sampel. Journal of Women’e Mental Health. 10: 25-32. Januari 12, 2013. DOI 10.1007/s00737-006-0164-6 Giardinelli et al. (2012). Depression and anxiety in perinatal period: prevalence

and risk factors in an Italian sample. Journal Women’s Mental Health. pg. 21-30

Golbasi et al (2010). Prevalence and correlate of depression in pregnancy among Turkish women. Journal of Matenal Child Health. 14: 485-491. Januari 19, 2013. DOI 10.1007/s10995-009-0459-0

(20)

Karac-am & Manc-el. (2009). Depression, anxiety and influencing factors in pregnancy: a study in a Turkish population. Journal of Midwifery. pg. 344-356

McDowell. (2006). Measuring health: A Guide to Rating Scales and Questionnaires. (3rd ed). New York: Oxford University Press

Nevarez, Holly Clements. (2006). A cross cultural examination of factors influencing exercise during pregnancy. Oregon State University. Dissertation

Nur’aini, Tri Astuti. (2006). Konsstruksi Alat Ukur Kecemasan pada Wanita Hamil. Pascasarjana Fakultas Psikologi UI. Tesis

Romauli, Suryati. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Media

Saifuddin et al. (ed). (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Stuart & Sudeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Tahrir, Hizbut. Depresi Sosial Gejala dan Akar Penyebabnya. http://hizbut-tahrir.or.id/2008/07/03/depresi-sosial-gejala-dan-akar-penyebabnya/. Juni 3, 2013

Ying, Lei & Yuqiong. (2011). Antenatal Depressive Symptomatology, Family Conflict and Social Support Among Chengdu Chinese Women. Journal of Maternal Child’s Health. pg. 1416-1426

Yoshiro, Keiko & Masashi (2012). Employment, income, and education and prevalence of depression symptoms during pregnancy: the Kyushu Okinawa Maternal and Child Health Study. BMC Pschiatry. Hal 2-6. Januari 12, 2013. http://www.biomedcentral.com/1471-244X/12/117 Zelkowitz & Papageorgiou. (2012). Easing maternal anxiety: an update. Journal

of Women’s Health. pg. 205-213

Zimet et al. (1988). The Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Journal of Personality Assessment, 52:1, 30-41. Februari 26, 2013. http://dx.doi.org/10.1207/s15327752jpa5201_2

Gambar

Tabel 1. Prevalensi Ansietas &amp; Depresi Antenatal di Puskesmas Kecamatan Pasar  Minggu
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sosial-Demografi Ibu Hamil
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Faktor Obstetrik Ibu Hamil
Tabel  3.  Distribusi  ibu  hamil  berdasarkan  faktor  obstetrik  menunjukkan  bahwa  kebanyakan  ibu  hamil  trimester  kedua  (47,8%),  tidak  pernah  mengalami  keguguran  (90,4%),  kehamilannya  merupakan  kehamilan  yang  direncanakan/diinginkan  (80
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perambahan hutan yang sangat intensif untuk dikonversi menjadi lahan pertanian oleh masyarakat di dalam Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), khususnya di DAS Gumbasa sejak tahun

APHA (American Public Health Association): Standard Method for The Examination of Water and Wastewater 19th ed., AWWA (American Water Works Association), and WPCF

Untuk mencapai tujuan dari suatu website yang dibuat,dibutuhkan tiga faktor atau alat yang sangat penting dan dapat meningkatkan kinerja dari sebuah website sehingga

Raya Kelet-Keling, Keling 23 SMA Negeri 1 Donorojo Jl. Benteng Portugis, Donorojo 24 SMK Datuk Singaraja Kedung

Terima kasih sudah jadi sahabat yang baik banget buat aku, selalu sabar dengerin kecerewetanku, anak yang paling endel tapi baik hati.. Semoga semakin baik untuk

LAR mempunyai pengaruh yang positif terhadap NIM. Secara teoristis apabila LAR meningkat berarti terjadi peningkatan total kredit dengan presentase lebih besar dibandingkan

Jika konsep kepastian hukum di atas dikaitkan dengan masalah disparitas pidana pada putusan hakim dalam kasus perkosaan sebagaimana dikemukakan pada awal

Gallery I ...Collection Galleries .Flneft .**' Decorative Arts Cityside South Gallery Museum Caff :Museum Shop I Information : Main Entrance D ANALISI StScSARAN View ke sung&lt; View