• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pupuk Bioorganik padat dan cair pada budidaya padi organik metode SRI di Kanagarian Taram. Kabupaten Limapuluh Kota.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan pupuk Bioorganik padat dan cair pada budidaya padi organik metode SRI di Kanagarian Taram. Kabupaten Limapuluh Kota."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan pupuk Bioorganik padat dan cair pada budidaya padi organik metode SRI di Kanagarian Taram. Kabupaten Limapuluh Kota.

Oleh: Yulensri, , Asmita, Darneti, Sentot Wahono

Abstrak

Pupuk organik cair dan padat yang digunakan adalah pupuk bioorganik dengan mencampurkan kotoran padat dan cair lalu ditambahkan mikroorganisme trichoderma sebagai dekomposer, Pseudomonas fluorescens dan Serratia marcecens sebagai pelarut fosfat, pengendali penyakit, pengendali hama dan penghasil hormon auxin sehingga berperan sebagai pupuk organik, pupuk dan pestisida hayati dan zat perangsang tumbuh. karena Ryzobakteria S. marcecens, B.thuringiensis, P. fluorescen dapat berperan sebagai RPPT karena merupakan bakteri pelarut fosfat dan memproduksi IAA, dapat dijadikan sebagai agens pengendali penyakit karena memproduksi enzim khitinase, Protease dan sellulase. 1) meningkatkan pertumbuhan padi sawah organic 2) Meningkatkan produksi padi sawah organik dengan metode SRI. K egiatan penerapan pupuk bioorganic padat dan cair (POC) dilaksanakan di Kanagarian Taram, Kabupaten 50 Kota. Pelaksanaan dilakukan selama 5 bulan mulai Agustus 2015 sampai Desember 2015. Hasil penerapan teknologi diketahui bahwa : Penerapan bioorganik dan POC dapat meningkatkan jumlah anakan padi sawah pada padi metode SRI organik jika dibanding tanpa perlakuan . Penerapan pupuk bioorganik dan POC dapat meningkatkan produksi padisawah (4,8 t/ha) jika dibanding tanpa bioorganik (3,4 ton/ha) dengan peningkatan produksi 29,1%

Keywords: Bioorganik padat, POC, padi, metode SRI

PENDAHULUAN

Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan Sumatera Barat, 12 dari 19 Kabupaten/kota di Sumatera Barat tercatat sebagai daerah surplus beras. Total produksi beras Sumbar mencapai 1.059.514 ton dari hasil produksi padi sebanyak 1.889.481 ton, sedangkan kebutuhan beras provinsi ini hanya 658.466 ton sehingga terjadi surplus 363.359 ton beras. Salah satu Kabupaten yang surplus beras tersebut adalah Kabupaten 50 Kota/Payakumbuh dengan surplus 57.292 ton dari total produksi beras 107.918 ton sedangkan kebutuhan 46.787 ton ( Antara Sumbar, 2014).

Dengan adanya surplus beras ini maka Kabupaten Limapuluh Kota/ Payakumbuh merupakan salah satu daerah yang mengekspor berasnya ke daerah tetangga seperti ke Kabupaten dan Provinsi tetengga yang masih defisit beras. Untuk

(2)

meningkatkan pendapatan petani pemkob Kabupaten 50 Kota/ Payakumbuh saat ini sedang mencoba menjajaki kemungkinan untuk menjadikan Kabupaten tersebut sebagai daerah sentra produksi beras organik di Sumatera Barat. Penjajakan ini dilakukan dengan mengadakan uji coba pupuk organik bersama produsennya di lahan petani agar petani dapat melihat sendiri bagaimana produksi padi yang hanya menggunakan pupuk organik dan tertarik untuk menggunakannya. Pengembangan beras organik ini juga mendapat dukungan dari ketua Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) kota Payakumbuh dan menyatakan akan membantu dalam hal pemasarannya ( Antara Sumbar, 2014).

Pupuk bioorganik cair dan padat dibuat menggunakan bahan baku kotoran ternak sapi. Pemilihan bahan baku ini berdasarkan potensi Kabupaten Limapuluh Kota yang memiliki banyak ternak sapi. Populasi ternak di Kabupaten Limapuluh Kota tahun 2011 secara umum menunjukan perubahan yang cukup bervariasi, kambing tercatat sebanyak 27.218 ekor, sapi tercatat sebanyak 32.625 ekor dan Kerbau tercatat sebanyak 12.952 ekor. (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten 50 Kota,2011).

Dari hasil komunikasi dengan ketua dan anggota kelompok tani diperoleh informasi bahwa 1 ekor sapi akan menghasilkan kotoran sebanyak 20-25 kg per hari, dan urin 3-5 liter per hari apabila pemeliharaan sapi dilakukan dengan system batrai yaitu sapi dikandangkan dan diberi makan setiap hari dengan jerami yang didefaunasi. Dari 45. 557 ekor sapi dan kerbau yang ada di Kabupaten 50 Kota akan menghasilkan 911,140 - 1138, 925 ton kotoran padat dan 136671 – 227785 liter urine setiap harinya. Apabila kotoran ternak ini diproses dengan menambahkan ipteks maka kandungan unsur haranya dapat lebih meningkat dan dosis pemberian bisa diturunkan menjadi 6 ton/ha, sedangkan pupuk kandang yang dingin harus diberikan dengan dosis 15 ton/ ha, dengan menambahkan mikroorganisme pupuk bioorganik ini akan mempunyai mamfaat multiguna.

Pupuk organik cair dan padat yang digunakan adalah pupuk bioorganik dengan mencampurkan kotoran padat dan cair lalu ditambahkan mikroorganisme

(3)

trichoderma sebagai dekomposer, Pseudomonas fluorescens dan Serratia marcecens sebagai pelarut fosfat, pengendali penyakit, pengendali hama dan penghasil hormon auxin sehingga berperan sebagai pupuk organik, pupuk dan pestisida hayati dan zat perangsang tumbuh karena dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulensri, dkk (2013) menyimpulkan bahwa bahwa Ryzobakteria S. marcecens, B.thuringiensis, P. fluorescen dapat berperan sebagai RPPT karena merupakan bakteri pelarut fosfat dan memproduksi IAA, dapat dijadikan sebagai agens pengendali penyakit karena memproduksi enzim khitinase, Protease dan sellulase.

Dari hasil penelitian pengomposan pupuk kandang dengan formula: Kotoran sapi (Feces) 500 kg, Pasir 80 kg, Urine 20 liter, kapur pertanian 10 kg, dapat meningkatkan kandungan hara N menjadi 8%, P: 4% dan K: 4% (Yulensri, 2014).

Produksi padi sawah di Kanagarian Taram sangat rendah, walaupun petani jarang mengalami kekurangan air, namun produksi padi masih jauh dari rata-rata produksi nasional (4-5 ton/ha) (Tabel 2). Rendahnya produksi padi ini disebabkan beberapa hal yaitu : Lahan sawah mempunyai kandungan besi (Fe ++) yang tinggi sehingga sebagian besar pupuk yang diberikan menjadi tidak tersedia bagi tanaman menyebabkan jumlah anakan tanaman padi sangat sedikit berkisar 10-15 anakan (Gambar 2) (varietas yang biasa ditanam petani (sijunjung dan batang Piaman).

Dari hasil analisis tanah terlihat bahwa Fe tersedia tanah mempunyai status yang tinggi sehingga pH rendah, C organik dan K-dd tanah juga rendah, kondisi ini menyebabkan N total dan P tersedia tanah sangat rendah. Untuk itu dibutuhkan teknik budidaya yang dapat mengurangi kadar Fe tanah, dan mengaktifkan mikroorganisme yang dapat meningkatkan ketersediaan P dan N yang sangat rendah, dan yang tak kalah pentingnya adalah meningkatkan bahan organik tanah yang juga berstatus rendah.

Untuk meningkatkan produksi perlu diatasi dengan menerapkan paket teknologi tepat guna (TTG) yang dapat mengatasi permasalahan secara menyeluruh. Paket TTG yang diterapkan yaitu menggunakan kotoran sapi yang diproses menjadi pupuk “bioorganic padat dan cair (POC) lalu ditambahkan mikroorganisme yang berperan sebagai pupuk hayati (meningkatkan ketersediaan hara terutama P dan N)

(4)

dan pestisida hayati (Bioorganik). Disamping itu juga dilakukan perbaikan teknik budidaya padi dengan metode SRI.

Kadar fero (besi) yang tinggi dapat diatasi dengan merobah cara budidaya konvensional menjadi metode SRI (the System of Rice Intensification) dan telah berhasil diuji coba pada sawah bukaan baru asal tanah Ultisol berkadar besi tinggi (Agustamar et al., 2006a; Agustamar et al., 2006b; Agustamar dan Syarif, 2007; Agustamar et al., 2009). Tan (1993) telah memaparkan dalam tulisannya bahwa kondisi demikian hanya dapat diatasi dengan teknik budidaya kering. Dalam kondisi kering, fero (Fe2+) berobah menjadi feri (Fe3+) dimana dalam bentuk molekul akan mengendap.

Metode SRI ini dapat menghasilkan padi 10-15 t/ha atau 3-4 kali lipat dari cara konvensional. Meskipun demikian, metode SRI adalah satu metode yang bekerja secara sinergi antara tanaman, tanah, unsur hara dan air (Defeng, et al., 2002; Uphoff, 2002). Defeng et al.(2002) menguraikan empat pokok yang bersinergi tersebut berupa bibit semai lebih muda (12-15 hari), satu bibit per rumpun, jarak tanam lebar (30x30 cm hingga 50x50 cm), masukan bahan organik sebagai pengganti pupuk buatan, dan adanya proses aerobik (pengeringan) pada fase vegetatif sehingga dapat mengaktifkan peran mikroorganisme tanah.Tujuan dari percobaan ini adalahn 1) meningkatkan pertumbuhan padi sawah organic 2) Meningkatkan produksi padi sawah organik dengan metode SRI.

BAHAN DAN METODE 1. Tempat dan Waktu

Kegiatan penerapan pupuk bioorganic padat dan cair (POC) dilaksanakan di Kanagarian Taram, Kabupaten 50 Kota. Pelaksanaan dilakukan selama 5 bulan mulai Agustus 2015 sampai Desember 2015.

2. Bahan dan Alat

Untuk pembuatan pupuk organik kompos kotoran sapi di perlukan : kotoran sapi (faces), urine sapi, Pasir, plastik hitam, perbanyakan masal jamur T. harzianum diperlukan : dedak, sekam, kantong plastik volume 2 kg, kompor, dandang, deregen,

(5)

aerator, biang T. harzianum dan untuk perbanyakan masal P. fluorescens dibutuhkan air kelapa, aerator, derigen, dandang, biang P. fluorescen. Untuk perbanyakan S.marcescens dibutuhkan kentang dan gula, aerator,deregen. Untuk pembiakan biang P. fluorescen dan T. harzianum , S. marcescens dibutuhkan bahan dan alat : Nutrient Agar, PDA. and-cash, kompor, panci untuk memasak, sendok pengaduk, aerator dan lemari pendingin.

3. Metoda Pelaksanaan.

Kegiatan penerapan pupuk bioorganic padat dan cair dilaksanakan dengan 2 perlakuan yaitu: A. Pemberian bioorganic padat dan cair pada padi metode SRI, B. Perlakuan dengan pupuk kandang sapi. Untuk melihat pengaruh perlakuan data dianalisis dengan menggunakan uji t Studen pada taraf 5% dengan rumus :

𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑀𝑥 − 𝑀𝑦 𝑆𝐷𝑋 𝑁 − 1 2 + 𝑆𝐷𝑌 𝑁 − 1 ² Dimana : 𝑆𝐷𝑥, 𝑦 = 𝑥2, 𝑦2 𝑁 Keterangan :

X = Nilai masing–masing variabel penerapan bioorganic pada padi metode SRI. Y = Nilai masing–masing variabel penerapan system tapin tanpa pemberian

bioorganik.

Mx,my = Rata–rata nilai variabel x dan y. N = Jumlah sampel.

SDx,Sdy = Standar deviasi variabel x dan y.

Pupuk bioorganic padat diberikan dengan takaran 10 ton/ha pada saat tanam, sedangkan POC diberikan sebagai pupuk susulan pada umur 2 minggu setelah tanam dan diulang dengan interval 2 minggu sekali dengan konsentrasi 10 % dan volume semprot 300-400 l/ha. Sedangkan perlakuan B hanya diberi dengan pupuk kandang dengan dosis 15 ton/ha. Kedua perlakuan dibudidayakan secara organic.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan dapat dilihat pada Table 1 dan Gambar 1 A dan B

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan padi umur 60 hari setelah tanam

Jenis teknologi Penerapan bioorgaik Tanpabioorgaik T hitung T tabel. ket 5% 1% A. Tinggi tanaman B. Jumlah anakan 108 27,4 106,5 20,3 2,37 12,59 2,02 2,02 2,71 2,71 ns

Dari evaluasi pertumbuhan vegetative tanaman dapat diketahui bahwa pemberian pupuk bioorganic padat dan cair tidak berpengaruh pada tinggi tanaman, namun dapat meningkatkan jumlah anakan dan berbeda sangat nyata jika dibandingkan dengan tanpa teknologil. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah anakan dapat dilihat pada grafik gambar 1 a dan 1 B.

Gambar 1A. pertambahan tinggi tanaman padi sawah dengan penerapan bioorganic padat dan cair umur 1 sampai 8 minggu setelah tanam

0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 Ti ng gi T ana m an (C m ) Pengamatan ke

Pertumbuhan Tinggi Tanaman Padi Sawah

Bioorganik padat dan cair

(7)

Gambar 1B. Pertambahan jumlah anakan tanaman padi sawah organic dengan penerapan bio organic padat dan cair pada umur 1 minggu sampai 8 minggu setelah tanam

Produksi pada plot penerapan pupuk bioorganik pada lahan dan tanpa bioorganik dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi gabah dengan bioorganic dan tanpa bioorganik

Perlakuan Produksi (Ton/ha)

Perlakuan bioorganic padat dan cair 4,8

Tanpa bioorganik 3,4

produksi padi sawah pada demplot penerapan bioorganik lebih tinggi dari demplot komvensional 29,1 %, . Untuk lebih jelasnya perbedaan produksi ini dapat dilihat pada grafik gambar 2

0 10 20 30 1 2 3 4 5 6 7 8 Jum lah anak an (b at an g ) Pengamatan ke

Pertambahan Jumlah Anakan Padi Sawah

Bioorganik padat dan cair

(8)

Gambar 2. Produksi padi sawah dengan penerapan bioorganic padat dan cair

PEMBAHASAN

Pemberian pupuk bioorganic padat dan cair tidak dapat meningkatkan tinggi tanaman padi sawah dibanding budidaya dengan tanpa bioorganik (tabel 1), karena hasil pengamatan memperlihatkan bahwa tinggi tanaman kedua perlakuan tidak berbeda nyata menurut uji t Studen. Hal ini disebabkan bahwa tinggi tanaman lebih dipengaruhi oleh factor genetic dari pada factor lingkungan tanah dan iklim. Akan tetapi pemberian bioorganic padat dan cair dapat meningkatkan jumlah anakan dan berbeda sangat nyata jika dibanding dengan perlakuan tanpa bioorganic. Hal ini diduga disebabkan oleh peranam dari bahan organic padat dan cair yang diberikan dan juga teknik budidaya metode SRI yang diterapkan, dimana bibit yang ditanam berumur muda dan kondisi pengairan yang kering menyebabkan mikroorganisme dapat berkembang dengan baik sehingga aktifitasnya juga meningkat.

Perlakuan bioorganic padat dan cair juga dapat meningkatkan produksi padi metode SRI dan berbedanyata menurut uji t Studen jika disbanding tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan pupuk bioorganic yang diterapan menggunakan kotoran sapi yang

4.8 ton/ha

3.4 ton/ha

Bioorganik padat dan cair Tanpa bioorganik Produksi padi sawah dengan penerapan bioorganik padat

(9)

diproses menjadi pupuk “organik insitu” lalu ditambahkan mikroorganisme yang berperan sebagai pupuk hayati (meningkatkan ketersediaan hara terutama P dan N) dan pestisida hayati. Disamping itu juga dilakukan perbaikan teknik budidaya padi dengan metode SRI. Pada budidaya metode SRI Fe+2 yang tinggi dapat tercuci, karena setiap minggu dalam 1 hari air digenangi kemudian dikeringkan kembali sampai keadaan tanah rengkah-rengkah,pada kondisi kering Fe+2 bereaksi menjadi Fe+3 yang dapat mengendap dalam bentuk molekul. Penambahan pupuk bioorganik juga dapat meningkatkan C organik dan K-dd tanah yang rendah sehingga penyerapan hara oleh tanaman meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Peningkatan produksi pada perlakuan pemberian pupuk bioorganic dengan metode SRI ini disebabkan jumlah anakan yang meningkat sangat pesat jika dibanding tanpa bioorganik, peningkatan jumlah anakan ini menyebabkan jumlah malai per rumpun juga meningkat. Hal ini disebabkan kondisi kering pada metode SRI yang dapat memicu terbentuknya jumlah anakan. Kondisi tanah sampai rengkah-rengkah menyebabkan masuknya oksigen ke dalam tanah sehingga mikroorganisme. Penerapan bioorganic dengan metode SRI merupakan paket teknologi yang saling kompatibel. Pupuk organik merupakan tempat yang nyaman bagi mikroorganisme untuk meningkatkan jumlah populasi dan aktifitasnya. Peranan dari pupuk organik adalah untuk 1) memperbaiki sifat fisik tanah yaitu memperbaiki tekstur dan struktur tanah sehingga mudah ditembus akar, meningkatkan daya menahan air, meningkatkan permiabelitas tanah pada tekstur sangat lembut (pasir) dan menurunkan permiabelitas tanah pada tanah bertekstur kasar, meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation) sehingga kemampuan mengikat kation lebih tinggi akibatnya hara yang diberikan pada tanaman melalui pemupukan tidak mudah tercuci, dapat meningkatkan daya sangga (buffering capacity) terhadap goncangan perubahan drastic sifat tanah; 2) meningkatkan kesuburan tanah karena dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara yang lengkap (N,P,K,Ca,Mg, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.3) memperbaiki biologi tanah yaitu meningkatkan jumlah dan aktifitas biologi tanah (Soepardi, 2003).

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Penerapan bioorganik dan POC dapat meningkatkan jumlah anakan padi sawah pada padi metode SRI organik jika dibanding tanpa perlakuan

2. Penerapan pupuk bioorganik dan POC dapat meningkatkan produksi padisawah (4,8 t/ha) jika dibanding tanpa bioorganik (3,4 ton/ha) dengan peningkatan produksi 29,1%

DAFTAR PUSTAKA

Agustamar, 2010. Pengaruh Organo-Kompleks Terhadap Pertumbuhan Dan Komponen Hasil Tanaman Padi Metode SRI (the System of Rice Intensification) Pada Tanah Sawah Bukaan Baru. Prosiding, ISBN 978-602-19650-0-9

Dinas Pertanian Tanaman pangan, 2008. Gema penyuluhan pertanian hortikultura. Proyek Penyuluhan Pertanian Tanaman Pangan. Padang. 32 hal

Premono,E, 1994. Jasad renik pelarut fosfat, pengaruhnya terhadap P-tanah dan efisiensi pemupukan P tanaman tebu. Disertasi. Program Pascasarjana. IPB.Bogor.

Yulensri. 2007. Pemanfaatan Pesudomonas fluorescen sebagai agens hayati dan pelarut posphat dengan jerami padi untuk meningkatkan produksi kacang tanah. Journal Lumbung 6 (1). Januari 2007 ISSN: 1412-1883

Yulensri, Agustamar, Mispit, P. 2013. Potential of Serratia marcecens SLK, Bacillus thuringiensis SB1 and Pseudomonas fluorescens PYK indigenus as udbatta and brownspot disease control and its influence on the growth of rice seedlings. Prosiding international conference green City. Tri Arga Building. Bukittinggi.

Ucapan terimakasih

1. Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Ristekdikti) 2. Direktur politeknik Pertanian Negeri payakumbuh

Gambar

Tabel  1.    Rata-rata  tinggi    tanaman    dan  jumlah  anakan  padi  umur  60  hari  setelah  tanam
Gambar  1B.    Pertambahan  jumlah  anakan  tanaman  padi  sawah  organic  dengan  penerapan bio organic padat dan cair pada umur 1 minggu sampai 8  minggu setelah tanam
Gambar 2.  Produksi padi sawah dengan penerapan bioorganic padat dan cair  PEMBAHASAN

Referensi

Dokumen terkait

Penyalir parit pencegat/saluran pemotong (interceptor drain) Penyalir parit pencegat dibuat untuk memotong aliran air tanah yang masuk ke daerah longsoaran. Parit ini digali

Selhnjutnya dalam ayat (4) dinyatakan, rencana ke j a dan anggaran yang dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD untuk dibahas. Maka jelasiah bahwa ketentuan

Program Peningkatan Mutu Pelayanan

Pra siklus Siklus I Siklus II 1. Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memahami materi dengan lancar. Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan lancar.

JUDUL : APLIKASI SMS ENKRIPSI DENGAN METODE “EXTRA VIGINERE MODIFICATION” BERBASIS ANDROID.. NAMA :

teori-teori di ilmu psikologi yang akan digunakan untuk menjelaskan perilaku individual-individual atau grup-grup dalam hubungannya dengan pengembangan dan

dalam penelitian berupa pemahaman isi cerita “Legenda Jaka Tingkir” versi Patilasan Gedong Pusoko Kraton Pajang yang menurut informan dapat memberikan gambaran bagi masyarakat

memberikan sosialisasi pajak lebih giat dengan cara membagikan brosur yang berisi tata cara perhitungan pajak terutang untuk orang pribadi kepada wajib pajak agar