• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tampilan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT2) DI PUSKESMAS TERMINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tampilan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT2) DI PUSKESMAS TERMINAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Sri Norlina, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi TT Page 50

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN

KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT2) DI PUSKESMAS TERMINAL

SRI NORLINA, S.ST., MM

AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN

ABSTRACT

Health problems are generally on the mother in Indonesia, faced with problems including KB, AKB and high maternal mortality (AKI), one of the policy of the Department of health to decrease of AKI antenatal service coverage is increased. Maternal mortality rate in Indonesia currently belong is still high enough IE reached 228 per 100,000 births. The purpose of this research is to know the relation Service Quality Antenatal Care (ANC) and the level of satisfaction of pregnant women in the unit Services maternal and child health (MCH) Clinics in the Pekapuran raya by 2013.

This type of research is observational analytic with cross sectional design study through analyzing the relationship of antenatal care service quality with a satisfaction rate of pregnant women in the health Pekapuran Kingdom of Banjarmasin and taken 35 samples of pregnant women, sampling techniques using accidental sampling. The research was carried out in January-February 2013. With the variable quality of service free antenatal care and variable levels of satisfaction. Procedure for processing and analysis of data that have been entered into distribution tables are collected and then processed with the editing, coding, skoring and tabulating in the form of analytical or statistical basis are analysed in order to take the conclusion by using a theory related to the research.

Of research results obtained 35 people respondents pregnant women obtained shows that the level of age for most pregnant women at the age of 20 – 35 years i.e. as many as 25 people (71.4%). than parity on most pregnant mothers on the parity of 2 – 5 < as much as 29 men (82.9%). level of education the most is the HIGH SCHOOL that is as many as 18 people (51.4%). The whole pregnant women stated either for the quality of antenatal care services 34 people (97.1%) and that States do not either 1 person (2.9%), as well as pregnant women entirely declared satisfied 34 people (97.1%) and disgruntled 1 person (2.9%).

Conclusions in this study was the value of P = 0.029 α values smaller than 0.05, then it can be said the zero hypothesis (Ho) was rejected and accepted Ha. mean in statistics there is a meaningful relationship between the quality of antenatal care services with a level of satisfaction of the mother in the health Pekapuran Kingdom.

LATAR BELAKANG

Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera (Hariaty, 2012).

Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah telah menetapakan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu sumber daya manusia di berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program-program pra-upaya kuratif dan rehabilitatif yang didukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang

berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas di tahun 2015 (Depkes RI, 2010).

Program pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B (Depkes RI, 2005). Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun

1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan

melalui beberapa kegiatan antara lain pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi).

(2)

Sri Norlina, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi TT Page 51

kepada ibu, anak, keluarga dan masyarakat. Setiap ibu hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama masa kehamilannya atau asuhan antenatal .

Dalam asuhan antenatal dikenal standar minimal 7T yang terdiri dari : Timbang berat badan, ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap, pemberian Tablet zat besi, Tes terhadap penyakit menular seksual, Temuwicara dalam rangka persiapan rujukan. Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan professional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi (Saefuddin AB, 2002).

Salah satu standar pelayanan antenatal adalah pemberian imunisasi tetanus toksoid, yang diberikan 2 kali selama hamil. Imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil merupakan salah satu program imunisasi rutin (Depkes, 2005). Karena kekebalan tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi tetanus toksoid. Imunisasi tetanus toksoid akan merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi tetanus toksoid dalam tubuhnya akan membentuk antibody tetanus. Imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu dengan dosis pertama (Saefuddin AB, 2002).

Pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013, cakupan pelayanan imunisasi tetanus toksoid lengkap (TT1 dan TT2) pada ibu hamil sebanyak 52.497 orang (65,8%) dari 79.724 sasaran (Dinkes Prov. Kal-Sel). Sedangkan pada tahun 2012, cakupan pelayanan imunisasi tetanus toksoid lengkap (TT1 dan TT2) pada ibu hamil sebanyak 52.697 orang (65,8%) dari 79.924 sasaran (Dinkes Prov. Kal-Sel). Data nasional tahun 2012 target angka cakupan imunisasi tetanus toksoid (TT2) pada

ibu hamil sebanyak 4.809.860 orang (70%) (Awi, 2011).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin Tahun 2011 cakupan imunisasi tetanus toksoid lengkap sebanyak 1.759 orang (47,5%) dari 3.679 sasaran. Sedangkan data Puskesmas Bakarangan tahun 2011 cakupan imunisasi tetanus toksoid lengkap sebanyak 100 orang (48,3%) dari 207 sasaran. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin Tahun 2012 cakupan imunisasi tetanus toksoid lengkap sebanyak 1.859 orang (47,6%) dari 3.689 sasaran. Sedangkan data Puskesmas Bakarangan tahun 2012 cakupan imunisasi tetanus toksoid lengkap sebanyak 105 orang (48,4%) dari 212 sasaran.

Ibu hamil di Puskesmas Bakarangan yang berpendidikan SD sebanyak 168 orang (82,7%), SLTP 28 orang (12,8%), SLTA sebanyak 11 orang (3,5%) dan D III 5 orang (0,98%).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Bakarangan dengan melakukan wawancara kepada 10 orang ibu hamil, dari 8 orang ibu hamil 3 orang ibu hamil yang datang kepuskesmas sudah terjadwal untuk imunisasi tetanus toksoid dan 5 orang ibu hamil datang kepuskesmas belum terjadwal untuk imunisasi tetanus toksoid, didapatkan kenyataannya bahwa 8 orang ibu hamil ini tidak tahu manfaat imunisasi tetanus toksoid, ibu hamil ini masih beranggapan yang salah tentang imunisasi tetanus toksoid, ibu meanggap imunisasi tetanus toksoid dapat mengakibatkan bayi di kandungannya akan besar. Sedangkan 2 orang ibu hamil sudah mengetahui imunisasi tetanus toksoid. Ibu hamil yang datang ke Puskesmas untuk imunisasi tetanus toksoid bukan karena kesadaran dari ibu hamil sendiri tetapi atas anjuran petugas kesehatan.

(3)

Sri Norlina, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi TT Page 52

METODE

Metode penelitian adalah survey analitik yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2005). Pendekatan ini adalah cross sectional. Cross sectional adalah rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2012). Penelitian ini menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT2) di Puskesmas Terminal Tahun 2014. Popolasi adalah bagian dari keseluruhan objek penelitian yang akan di teliti (Arikunto,2011). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil pada Trimester III yang ada di Puskesmas Terminal yang berjumlah 102 orang pada bulan Agustus 2014. Sampel adalah sebagian yang akan di teliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi (Hidayat, 2012). Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu hamil Trimester III yang berkunjung kepuskesmas Terminal pada bulan Agustus 2014. Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang di gunakan dalam penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2012). Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau bertemu (Hidayat, 2012), yaitu di lakukan dengan mengambil kasus atau responden yang berkunjung ke Puskesmas Terminal pada bulan Agustus 2014.

Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2005) variabel di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Variabel Independen (Bebas)

Variabel Independen adalah variabel bebas, yang mempengaruhi Variabel dependen. Dalam penelitian ini Variabel Independen adalah pengetahuan ibu hamil.

b. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel Dependen adalah Variabel yang di pengaruhi oleh Variabel Independen. Variabel Dependen dalam penelitian ini

adalah kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil.

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara di mana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2007).

HASIL

Gambaran Umum Responden a. Umur Responden

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Terminal Tahun 2014

Umur n %

Tidak beresiko (20-35 tahun)

74 72,54%

beresiko (<20 dan > 35 tahun)

28 27,45%

Jumlah 102 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di

interpretasikan bahwa responden sebagian besar berumur tidak beresiko (20-35 tahun) yaitu berjumlah 74 orang (72,54%).

b. Pendidikan Responden

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Terminal Tahun 2014

Pendidikan n %

PT 6 5,88%

SMA 35 34,31%

SMP 20 19,60%

SD 41 40,19%

Jumlah 102 100%

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel, dapat di interpretasikan bahwa hampir setengah responden berpendidikan sekolah dasar sebanyak 41 orang (40,19%).

2. Gambaran Khusus Responden Penelitian a. Analisis Univariat

(4)

Sri Norlina, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi TT Page 53 Tabel Distribusi Frekuensi

Responden Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT2) di Puskesmas

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel, dapat di interpretasikan bahwa sebagian besar responden mempunyai Imunisasi tetanus toksoid lengkap sebanyak 72 orang (70,6%)

2) Pengetahuan Responden

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Terminal Tahun 2014

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel, dapat di interpretasikan bahwa hampir setengah responden sebagian besar berpengetahuan cukup sebanyak 49orang (48%).

b. Analisi Bivariat

1) Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT2)

Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat hubungan Pengetahuan dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid(TT2) di Puskesmas Terminal Tahun 2014

Pengetahuan Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel dapat di interpretasikan bahwa sebagian besar responden yaitu berjumlah 49 orang yang

berpengetahuan cukup yang terdapat 35 orang (34,3%) dengan

imunisasi TT lengkap. Hasil uji person chi

square diperoleh nilai p=0,001 < α=0.05 maka

Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid (TT2) di Puskesmas Terminal tahun 2014.

PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat

a. Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT2) ) di Puskesmas Terminal tahun 2014.

Berdasarkan tabel 4. 30 Responden (29,4%) tidak mendapatkan imunisasi tetanus toksoid lengkap.

Menurut Depkes RI (2005) Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit , sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.

Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) diberikan pada saat hamil, Imunisasi TT pertama dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dan imunisasi TT yang kedua diberikan minimal 4 minggu setelah imunisasi TT yang pertama. Sedangkan batas terakhir pemberian imunisasi TT yang kedua pada ibu hamil minimal 2 minggu sebelum melahirkan (Saefuddin AB, 2002)

Dalam penelitian ini didapatkan di Puskesmas Bakarangan 30 Responden (29,4%) yang tidak mendapatkan imunisasi TT lengkap. Faktor yang menyebabkan masih banyak responden yang tidak mendapatkan imunisasi TT lengkap karena masih kurangnya informasi pemberian imunisasi TT, adanya adat kebudayaan atau tradisi ibu hamil tidak perlu disuntik karna pengetahuan masih kurang .

(5)

Sri Norlina, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi TT Page 54

dari mereka mempunyai pengetahuan yang minim dan terbatas tentang imunisasi TT, sehingga mereka kesulitan memahami apa saja yang telah petugas kesehatan sampaikan mengenai imunisasi TT tersebut, sehingga kesadaran akan pentingnya imunisasi TT tidak di lakukan.

b. Pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) di Puskesmas Terminal tahun 2014.

Berdasarkan tabel 4.5 22 responden (30,4%) pengetahuan kurang mengenai kelengkapan imunisasi tetanus toksoid (TT),

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif yang bersifat langgeng, sebaliknya perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Hasil penelitian didapatkan responden yang masih memiliki pengetahuan kurang sebanyak 22 responden (21,6%). Tingkat pengetahuan yang rendah merupakan salah satu faktor yang menghambat peningkatan kesehatan karena masyarakat akan kesulitan memahami apa saja yang telah petugas kesehatan sampaikan mengenai yang berkaitan dengan imunisasi TT, sehingga kesadaran akan pentingnya imunisasi TT untuk ibu hamil dan bayi nya tidak mereka lakukan.

Dalam mengubah pengetahuan responden tentang imunisasi TT dapat melalui beberapa proses diantaranya awareness yaitu untuk mengetahui terlebih dahulu tentang imunisasi TT, interest dimana mulai adanya ketertarikan untuk melakukan imunisasi TT, evaluation mulai adanya penimbangan tentang baik/buruknya melalui imunisasi TT dan trial mencoba dengan melakukan imunisasi TT kepada petugas kesehatan.

Pengetahuan ibu-ibu mengenai imunisasi TT, diperoleh melalui penyuluhan dan informasi (KIE) dari petugas kesehatan, mengikuti pelatihan , informasi dari televisi, siaran radio, media cetak, dan sebagainya. Melalui ini semua ibu-ibu akan mengetahui teerlebih dahulu mengenai imunisasi TT, kemudian tertarik untuk melakukan imunisasi TT, dan timbul adanya pertimbangan tentang baik-buruknya melakukan imunisasi TT, selanjutnya ibu-ibu akan melakukan imunisasi TT kepada petugas kesehatan, sehingga imunisasi TTnya akan lengkap, sesuai dengan program yang telah ditetapkan oleh pemerintah selama kehamilan, yaitu 1 kali diberikan sejak diketahui positif hamil dan imunisasi yang kedua minimal 4 minggu setelah imunisasi pertama. 2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus (TT) ) di Puskesmas Terminal tahun 2014.

Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji statistic diketahui p=0,001 < α=0,05,

artinya ada p=0,001 < α=0.05 maka Ha

diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid (TT2) di Puskesmas Terminal tahun 2014.

Notoatmodjo (2007)

mengatakan bahwa dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Penelitian rogers (1974) mengatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : awareness (kesadaran), interest, evaluation, trial dan adaption.

(6)

Sri Norlina, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi TT Page 55

melaksanakan/bertindak sesuai dengan apa yang dilaksanakan tersebut, dalam penelitian ini di dapat dari 102 responden sebagian besar pengetahuan cukup sebanyak 49orang (48%), baik sebanyak 31 orang (30,4%), dan pengetahuan ibu yang kurang baik sebanyak 22 orang (21,6%).

Dalam penelitian ini didapat pengetahuan ibu kurang tentang imunisasi TT pada saat hamil maka akan membawa dirinya untuk tidak menerima pemberian imunisasi TT tersebut secara lengkap sesuai standar yang ditetapkan, karena ibu-ibu tersebut belum/tidak mengetahui penting dan manfaatnya mendapatkan imunisasi TT secara lengkap saat hamil yang berguna untuk melindungi bayinya terhadap penyakit tetanus neonatorum yang mungkin dapat mengancam pada saat kelahiran bayi nantinya.

Dengan kurangnya informasi dari petugas kesehatan sehingga mereka kurang menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi kehidupan dan akhirnya ibu tidak termotivasi untuk melakukan kunjungan antenatal secara lengkap yang tentunya berkaitan dengan kelengkapan pemberian imunisasi TT.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bakarangan tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT2) di Puskesmas Terminal Tahun 2014” didapatkan bahwa : 1. Dari jumlah responden 102 orang,

imunisasi tetanus toksoid (TT2) lengkap sebanyak 72 Orang (70,6%) dan tidak lengkap sebanyak 30 Orang (29,4%) .

2. Dari jumlah responden 102 orang, pengetahuan baik, yaitu sebanyak 31 orang (30,4%), pengetahuan cukup sebanyak 49 orang (48%) dan pengetahuan kurang baik 22 orang (21,6%).

3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kelengkapan imunisasi tetanus toksoid (TT2) dengan nilai p=0,001 < α=0,05. B. Saran

1. Bagi Ibu

Bagi ibu diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu agar menyadari tentang pentingnya kelengkapan imunisasi tetanus toksoid dengan segera mendatangi ke puskesmas atau posyandu untuk imunisasi toksoid saat pertama mengetahui hamil.

2. Bagi Puskesmas Bakarangan

Bagi Puskesmas di harapkan agar di jadikan masukan dan kelengkapan data. Untuk petugas kesehatannya agar lebih

meningkatkan kegiatan

penyuluhan/promosi kesehatan tentang pentingnya kelengkapan imunisasi tetanus toksoid pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Terminal.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti sendiri dihadapkan agar lebih mengembangkan penelitiannya, khususnya cakupan kerangka konsep penelitian dan variabel lainnya serta jenis penelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2006.

Atmojo Tri Yunianto, Articles of Interest; 2006. (Diakses tanggal 02 Januari 2013). Didapat dari :

http://triatmojo.wordpress.com/2006/0 9/24/mengukur-kepuasan-pelanggan/.

Depkes RI, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Kepmenkes RI

No.128/Menkes/SK/II/2004, Jakarta; 2004.

Derek P, Angka Kematian Ibu di Asia Tenggara Paling Tinggi di Dunia, Berita Informasi Terkini. 2011. (Diakses tanggal 02 Januari 2013). Didapat dari : http//

www.woldpress.com.

Draguscn, Manajemen

(7)

Sri Norlina, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dengan Kelengkapan Imunisasi TT Page 56

WISN; 2008. (Diakses tanggal 04 Januari 2013). Didapat dari :

http://puskesmasdotinfo.wordpress.co

m/2008/10/11/manajemen-ketenagaan-puskesmas/.

Hidayat Aziz Alimul, Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika; 2010.

Ika Pantikawati, Saryono, kesehatan Kebidanan Jarus Tia (JT); 2010. (Diakses tanggal 04 Januari 2013).

Didapat dari :

http://kkjt.blogspot.com/2011/03/stand ar-anc-14-t-and-kunjungan-anc.html.

Imbalo S. Pohan, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Jakarta: EGC; 2007. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi

Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

Nurmawati Hj, Mutu Pelayanan Kebidanan, Jakarta: Trans Info Media; 2010.

Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika; 2009.

Prawirohardjo Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Bina Pustaka; 2009.

S Juliana Erna, Manajemen Pelayanan Kebidanan, Jakarta: EGC; 2008.

Supranto, pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, Jakarta; Rineka Cipta; 2006.

Syafrudin, Masitoh S, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk Bidan, Jakarta; Trans Info Media; 2011.

Tjiptono F, Total Quality Management, Yogyakarta: Andi Yogyakarta; 2010.

Tjiptono, Mutu Pelayanan Kesehatan & Service Recovery; 2000. (Diakses tanggal 04 Januari 2013). Didapat dari :

http://www.lrckesehatan.net/upload/m utu%20pelayanan.pdf.

Gambar

Tabel  Distribusi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KGES bersama-sama dengan pupuk fosfat dapat meningkatkan pH tanah menyebabkan fosfat tersedia dan akar tanaman dapat menyerap hara

Resiko ketidakseimbangan volume cairan, faktor resiko: penurunan fungsi ginjal akibat penurunan kesadaran/ koma. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

Peserta pelatihan yang mendapat Sertifikat dan Kartu Tanda Pengenal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) ditetapkan sebagai Penilai Usaha Perkebunan oleh Direktur

Simpulan yang didapat dari hasil penelitian ini bahwa secara teknis jaringan BPPT telah siap menggelar konferensi video berbasis web karena dilihat dari bandwidth yang mencukupi

Hipotesis ini tidak terbukti kebenaranya, setelah penelitian dilakukan peneliti menemukan tiga metode yang digunakan dalam pembelajaran teks jawi kitab kuning yaitu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa pada umumnya, secara garis besar ketiga billboard iklan Marlboro kretek filter, Gudang Garam Surya 16 kretek filter dan Djarum Super

In the Kamakura period, however, Zen monks introduced Chinese Buddhist services and ascetic rules from Southern Sou and Yuan, from which point on the new

Pendekatan yang ditawarkan untuk memahami fenomena komunikasi massa adalah Paradigma Fakta Sosial melalui Teori Fungsional Struktural, Paradigma Definisi Perilaku