• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Perubahan penutupan/penggunaan lahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan dalam proses pembangunan, dimana kebutuhan akan lahan selalu meningkat setiap tahunnya dalam upaya mendukung proses pembangunan yang dicanangkan oleh suatu daerah/wilayah. Berbagai aspek ternyata mempengaruhi terjadinya perubahan penutupan/penggunaan lahan, apakah itu disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh daerah/wilayah, atau aspek lainnya yang mendorong terjadinya perubahan penutupan/penggunaan lahan seperti kondisi biofisik, kondisi sosial ekonomi maupun aktivitas manusia yang menyertainya.

Dinamika perubahan penutupan/penggunaan lahan dapat diketahui dengan cara membandingkan minimal dua titik waktu yang berbeda. Dengan diketahuinya perbedaan penutupan/penggunaan lahan pada dua titik waktu tersebut dapat diketahui pusat-pusat lokasi, pergeseran dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam terjadinya perubahan penutupan/penggunaan lahan, serta konsistensi dan inkonsistensi penutupan/penggunaan lahan eksisting terhadap RTRW di suatu daerah/wilayah tersebut.

Dengan memperhatikan ketersediaan lahan atau luasan lahan yang relatif tetap maka perlu dilakukan suatu perencanaan yang matang agar kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat pengelolaan yang tidak baik dapat diminimalkan. Pengelolaan yang baik tentunya harus didukung oleh keberadaan data dan informasi yang akurat, salah satunya adalah data dan informasi mengenai dinamika perubahan penutupan/penggunaan lahan. Data tersebut dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam mengarahkan penutupan/penggunaan lahan sesuai dengan daya dukung lahan yang dimiliki oleh daerah/wilayah tersebut, sehingga pembangunan yang berkelanjutan dapat terwujud. Kerangka pemikiran secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1.

(2)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksankan di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat yang meliputi 36 Kecamtan dengan luas area sebesar 244.479 ha. Secara geografis berada pada posisi 108O 20 ‘ – 108O 40’ BT dan 7O 40’ 20 “ - 7O 41’ 20 “ LS,

Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 sampai dengan bulan Desember 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Landsat ETM-7 pada 3 titik tahun (2000, 2005 dan 2010), Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), Peta RTRW, Peta Administrasi, Peta Tanah, Peta Lereng dan Peta Elevasi, Data Potensi Desa (Podes) Tahun 2003 dan 2008 dari Badan Pusat Statistik.

(3)

Alat yang digunakan adalah GPS, kamera digital dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software: ERDAS Imagine, Frame and Fill, Arc GIS, Google Earth, Statistica 8.0 dan Microsoft Excel.

Pengumpulan Data

Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari interpretasi citra, hasil survey atau cek lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari menginventarisasi dan penelusuran data, baik pada buku, peta, internet, peraturan perundang-undangan, penelitian terdahulu maupun dari beberapa instansi pemerintah yang terkait.

Analisis dan Pengolahan Data

Perbaikan Stripping

Sensor Scan Line Corrector (SLC) Citra Landsat ETM 7+ mulai mengalami kegagalan operasi sejak tanggal 31 Mei 2003 sehingga menyebabkan terjadinya stripping pada produk citra Landsat ETM 7+ yang dihasilkan dan bersifat permanen sampai saat ini. Perbaikan dilakukan dengan menggunakan citra pengisi yang berada pada path and row yang sama dan tahun yang sama akan tetapi berbeda dalam waktu (bulan) perekamannya. Yang perlu diperhatikan dalam perbaikan stripping ini yaitu dimana citra yang digunakan sebagai penampalnya harus bersilangan dengan area stripping pada citra utamanya. Pada penelitian ini menggunakan 5 scene citra Landsat ETM 7+, yaitu untuk tahun 2000 digunakan citra pada path 121 dan row 065 dengan akuisisi pada bulan Pebruari. Tahun 2005 digunakan citra utama dengan akuisisi pada bulan Juni dan sebagai pengisinya pada bulan April. Sementara tahun 2010 digunakan citra utama dengan akuisisi pada bulan Pebruari dan sebagai pengisinya pada bulan April. Proses pengisian citra utama dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Frame and Fill. Hasil perbaikan citra Landsat ETM 7+ dapat dilihat pada Gambar 2.

(4)

Pemotongan Batas Area Penelitian

Luas 1 scene citra Landsat adalah 185 km x 185 km dan tidak semua image akan digunakan, karena itu perlu dilakukan pemotongan citra Landsat sesuai dengan data/wilayah kajian. Sebagai batas digunakan peta administrasi Kabupaten Ciamis yang akan menjadi acuan dalam penentuan luas pada analisis selanjutnya.

Rektifikasi Citra

Distorsi geometrik selama akuisisi citra seperti pengaruh rotasi bumi, kelengkungan bumi, kecepatan penyiaman dari beberapa sensor yang tidak normal, efek panoramik yang menyebabkan posisi setiap objek di citra tidak sama dengan posisi geografis permukaan bumi yang sebenarnya (Sitorus et al. 2006), oleh karena itu citra Landsat perlu terlebih dahulu dilakukan rektifikasi/koreksi geometrik agar posisi citra sama dengan posisi geografis sebenarnya. Citra yang mempunyai kesalahan dalam geometri berimbas terhadap variasi jarak, luas, arah, sudut dan bentuk di semua bagian citra sehingga sangat perlu dilakukan koreksi geometri agar sesuai dengan kondisi aslinya di lapangan.

Distorsi geometrik yang bersifat random koreksinya membutuhkan sejumlah titik kontrol (Ground Control Point, GCP), titik kontrol yang dipilih adalah kenampakan-kenampakan yang terlihat jelas pada citra atau mengacu dari peta seperti peta RBI atau dengan memanfaatkan satelit GPS. Teknik transformasi yang umum digunakan adalah transformasi polinomial. Secara garis besar ada

a. Citra Landsat ETM 7+ Path 121

Row 065, sebelum perbaikan

b. Citra Landsat ETM 7+ Path 121

Row 065, setelah perbaikan

(5)

beberapa orde dari transformasi polinomial yaitu polinomial orde satu, orde dua dan orde ke n. Contoh fungsi transformasi polinomial orde satu memiliki rumus fungsi sebagai berikut:

X = a0 + a1X + a2X + a3XY

Y = b0 + b1Y + b2Y + b3XY

Dimana

x, y : koordinat baris, kolom pada image yang belum terkoreksi X, Y : koordinat kolom pada image yang sudah terkoreksi (GCP)

Hal penting perlu diperhatikan dalam koreksi geometri adalah akurasinya, dengan memperhatikan nilai Root Mean Square (RMS) yang disarankan nilai RMS tidak lebih besar dari 1 pixel (Suriadi et al. 2003), sedangkan menurut Jaya (2009) menyatakan bahwa umumnya RMS Error tidak boleh lebih besar dari 0,5 pixel.

Klasifikasi Penutupan/Penggunaan Lahan dan Deteksi Perubahan

Kategori penutupan/penggunaan lahan terdiri atas 8 (delapan) tipe yaitu hutan, perkebunan, pertanian lahan kering, permukiman, sawah, semak belukar, tanah tebuka dan tubuh air. Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine dan Arc GIS yaitu dengan menggunakan kombinasi antara klasifikasi secara terbimbing (supervised classification) dan manual/visual dengan tahapan klasifikasi disajikan pada Gambar 3.

Pengujian Hasil Klasifikasi

Pengujian kualitas hasil klasifikasi penutupan/penggunaan lahan dengan melakukan verifikasi dan validasi data. Verifikasi dilakukan melalui tahapan pengecekan lapangan (ground truth) untuk mengecek kebenaraan, ketepatan atau kenyataan di lapangan. Akurasi klasifikasi biasanya diukur berdasarkan persentase jumlah pixel yang dikelaskan secara benar dibagi dengan jumlah total pixel yang digunakan, akurasi tersebut sering disebut dengan overall accuracy, akan tetapi akurasi ini umumnya over estimate, sehingga digunakan kappa accuracy (Jaya 2010). Adapun rumus kappa accuracy, sebagai berikut:

(6)

Dimana:

K : kappa akurasi

Xii : nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i

Xi+ : jumlah pixel dalam baris ke-i

X+i : jumlah pixel dalam kolom ke-i

N : banyaknya pixel dalam contoh

Gambar 3 Pengolahan Data Penginderaan Jauh Kombinasi Antara Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification) Dengan Manual/Visual

(7)

Identifikasi Pergeseran dan Pusat-pusat Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan

Shift Share Analysis (SSA)

Identifikasi pergeseran atau dinamika perubahan penutupan/penggunaan lahan dapat dilakukan dengan Shift Share Analysis (SSA) dengan menggunakan data atribut hasil overlay (tumpang susun) peta penutupan/penggunaan lahan pada dua titik tahun. Teknik ini mendasarkan kepada tiga komponen pertumbuhan yaitu pertumbuhan regional (regional share, RS), pertumbuhan proporsional (proporsional shift, PS), dan pertumbuhan pangsa wilayah (differensial shift, DS) (Daryanto dan Hafizrianda 2010). Faktor RS menggambarkan laju perubahan penutupan/penggunaan lahan rata-rata pada total wilayah, faktor PS menggambarkan laju perubahan penutupan/penggunaan lahan tertentu secara total dalam wilayah dan faktor DS menggambarkan laju perubahan lahan tertentu di sub wilayah tertentu secara relatif terhadap laju perubahan jenis penutupan/penggunaan lahan tertentu pada total wilayah. Persamaan umum dari

Shift Share Analysis ini adalah:

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

SSA

t i t i t ij t ij t t t j t j t t ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 (

..

..

.

.

..

..

1 dimana :

SSA : luas pergeseran penutupan/penggunaan lahan ke-i di unit analisis ke-j (ha)

a : komponen RS b : komponen PS c : komponen DS dan

X.. : luas lahan pada total wilayah (ha)

X.j : luas total penutupan/penggunaan lahan ke-i pada total wilayah (ha)

Xij : luas penutupan/penggunaan lahan ke-i di sub wilayah ke-j (ha)

t1 : titik tahun akhir

t0 : titik tahun awal

(8)

Location Quotient (LQ)

Identifikasi pusat-pusat perubahan penutupan/penggunaan lahan dapat dilakukan dengan analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ merupakan suatu indikator sederhana yang dapat menunjukan kekuatan atau besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah di atasnya atau wilayah referensi (Daryanto 2010).

Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama.

Persamaan analisis LQ dalam penelitian ini adalah:

X

X

X

X

LQ

J I IJ IJ .. . . / / Dimana:

Xij : penutupan/penggunaan lahan ke-j di sub wilayah ke-i

Xi. : total luas perubahan penutupan/penggunaan lahan di sub wilayah ke-i

X.j : luas perubahan penutupan/penggunaan lahan ke-j di seluruh wilayah

X.. : total luas perubahan penutupan/penggunaan lahan

Interpretasi hasil analisis LQ, adalah sebagai berikut:

1. Nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi perubahan

penutupan/penggunaan lahan di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah.

2. Nilai LQij = 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai perubahan

penutupan/penggunaan lahan yang sama dengan rata-rata total wilayah.

3. Nilai LQij < 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai perubahan

penutupan/penggunaan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan diseluruh wilayah.

(9)

Analisis Faktor-faktor Penyebab Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Faktor-faktor penyebab perubahan penutupan/penggunaan lahan didekati dengan menggunakan persamaan regresi logistik biner (logit model). Logit model ini variabel responnya hanya memiliki dua kategori, untuk setiap subjek dapat diklasifikasikan sebagai sebuah keberhasilan (1) atau kegagalan (0) (Agresti 1990). Data hasil peta perubahan penutupan/penggunaan lahan ditumpangsusunkan dengan data faktor-faktor yang di duga mempengaruhi perubahan penutupan/penggunaan lahan baik secara fisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan. Setiap tipe perubahan penutupan/penggunaan lahan ke tipe penutupan/penggunaan lahan lain dicari peluang perubahannya dengan

persamaan umum logit model yaitu:

Dimana:

Pi/r = peluang lahan ke-i berubah menjadi penutupan/penggunaan lahan jenis ke-r

β0r = parameter intersep untuk perubahan lahan menjadi penutupan/

penggunaan jenis ke-r

βjr = parameter koefisien variabel ke-j untuk perubahan menjadi penutupan/

penggunaan jenis ke-r

r = penutupan/penggunaan lahan jenis ke-1, ke 2, ke-3 dst Xj = variabel bebas

Analisis Kesesuaian Penutupan/Penggunaan Lahan Eksisting Dengan RTRW Analisis kesesuaian penutupan/penggunaan lahan didekati dengan proses tumpangsusun penutupan/penggunaan lahan sekarang dengan RTRW sehingga didapatkan daerah-daerah yang penutupan/penggunaannya sesuai dan tidak sesuai dengan RTRW. Analisis dan pengolahan data secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4. Sementara ringkasan variabel Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Metode/Analisis dan Keluaran dapat dilihat pada Tabel 2.

(10)
(11)

Tabel 2 Tujuan, Jenis Data, Sumber Data, Metode/Analisis dan Keluaran

No Tujuan Jenis Data Sumber Data Metode/Analisis Keluaran

1 Mengidentifikasi pola dan dinamika perubahan penutupan/penggunaan lahan Citra Landsat 2000, 2005 dan 2010 Peta RBI Peta Administrasi http://glovis.usgs. gov/ Bakosurtanal Bappeda Ciamis Interpretasi citra dengan menggunakan software pengolah citra Verifikasi citra: ground check (GPS) Overlay LQ SSA Peta penutupan/penggunan lahan tahun 2000, 2005 dan 2010 Matrik perubahan penutupan/penggunaan lahan Pemusatan perubahan penutupan/pengggunaan lahan Pergeseran perubahan penutupan/penggunaan lahan 2 Mengetahui faktor-faktor dominan penyebab perubahan penutupan/penggunaan lahan

Hasil analisis citra 2000,2005 dan 2010 Hasil analisis skalogram Peta lereng

Peta tanah Peta elevasi Peta jaringan jalan

Puslitanah Bogor Bappeda Ciamis http://www.gdem. aster.ersdac.or.jp/ Overlay (GIS) Binomial Logit Model Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penutupan/penggunaan lahan 3 Mengevaluasi konsistensi penutupan/penggunaan lahan eksisting terhadap RTRW Kab. Ciamis Peta RTRW Kab. Ciamis Peta penutupan/penggunan lahan tahun 2010 - Bappeda Ciamis - Hasil analisis

- Overlay (GIS) - Konsistensi

penutupan/penggunaan lahan eksisting terhadap RTRW Kab. Ciamis

(12)

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN CIAMIS

Administrasi

Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Ciamis dibagi ke dalam 36 Kecamatan, 343 Desa dan 7 Kelurahan. Ibukota kabupaten terletak di Kecamatan Ciamis. Letak Kabupaten Ciamis secara geografis berada pada 1080 20’ sampai dengan 1080 40’ Bujur Timur dan 70 40’ 20’’ sampai dengan 70 41’ 20’’ Lintang Selatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Ciamis meliputi:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan,

2. Sebelah Timur dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah, 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia,

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya (Gambar 5).

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2008 tercatat sebanyak 1.616.778 orang. Komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 810.881 orang dan perempuan sebanyak 805.897 orang dengan rasio jenis kelamin 100,89 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 101 laki -laki. Kepadatan Kabupaten Ciamis adalah 662 orang per km2. Dari segi penyebarannya, 5,77% penduduk Kabupaten Ciamis bertempat tinggal di Kecamatan Ciamis sehingga menyebabkan kepadatan tertinggi (2.825 orang/km2), hal ini dapat dimengerti karena Kecamatan Ciamis merupakan pusat kegiatan pemerintahan, kepadatan cukup tinggi juga ada di Kecamatan Cikoneng, Cihaurbeuti, Kawali dan Kecamatan Pemekaran yaitu Kecamatan Baregbeg, Sindangkasih dan Lumbung. Tabel 3 memperlihatkan perkembangan penduduk Kabupaten Ciamis dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008.

(13)
(14)
(15)
(16)

Tabel 3 Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Ciamis Tahun 2000-2008

Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)

Tahun 2000 Tahun 2005 Tahun 2008

Cimerak 39.784 40.334 44.997 Cijulang 25.101 24.838 26.540 Cigugur 19.110 19.099 21.319 Langkaplancar 43.435 44.772 48.433 Parigi 39.958 40.960 42.873 Sidamulih 24.916 24.668 27.348 Pangandaran 44.470 45.084 51.582 Kalipucang 32.638 33.236 37.474 Padaherang 89.307 60.844 67.184 Banjarsari 95.791 95.486 107.838 Lakbok 82.551 48.171 54.912 Pamarican 63.737 61.326 68.445 Cidolog 18.174 18.188 20.031 Cimaragas 15.227 15.288 16.177 Cijeungjing 43.312 43.736 49.859 Cisaga 35.553 35.247 38.014 Tambaksari 22.629 23.411 22.966 Rancah 55.501 55.068 58.570 Rajadesa 46.784 47.449 51.847 Sukadana 22.317 22.006 23.967 Ciamis 117.126 82.649 93.217 Cikoneng 86.748 46.827 52.338 Cihaurbeuti 45.784 45.856 50.963 Sadananya 31.186 31.424 35.040 Cipaku 57.868 58.082 63.787 Jatinagara 23.040 22.851 26.222 Panawangan 48.131 48.192 51.664 Kawali 63.449 35.715 40.892 Panjalu 62.656 44.066 46.818 Panumbangan 53.175 54.493 60.523 Banjar* 44.022 - - Purwaharja* 17.876 - - Pataruman* 46.730 - - Langensari* 45.243 - - Sindangkasih + - 41.123 47.302 Baregbeg + - 36.311 41.903 Lumbung + - 27.787 30.824 Purwadadi + - 34.844 39.289 Mangunjaya + - 28.276 31.491 Sukamantri + - 19.439 24.119 JUMLAH 1.602.682 1.457.146 1.616.778

Sumber : BPS Kabupaten Ciamis Keterangan : *) Menjadi Pemkot Banjar +) Pemekaran Kecamatan

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 6 diketahui laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahunnya selama kurun waktu 8 tahun yaitu sebesar 1,45%, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada periode tahun 2005-2008 sebesar 3,65%, sedangkan pertumbuhan pada periode 2000-2005 sebesar 0,11%.

(17)

Gambar 6 Perkembangan Penduduk Kabuapten Ciamis Tahun 2000-2008 Aktivitas Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Keadaan perekonomian wilayah dapat dilihat dari PDRB wilayah yang disajikan menurut sektor lapangan usaha.

Sektor pertanian di Kabupaten Ciamis mencakup pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Sektor tersebut masih menjadi penggerak roda perekonomian walaupun dari tahun ketahun persentasenya mengalami penurunan seiring dengan perkembangan sektor lainnya. Persentase perananan sektor dalam perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2006-2008 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Persentase Peranan Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Ciamis Tahun 2006-2008

Lapangan Usaha Tahun

2006 2007 2008

I. Sektor Primer 1. Pertanian

a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan

e. Perkebunan

2. Pertambangan dan Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 31.93 22.30 3.29 4.63 0.59 1.11 0.40 0.00 0.00 0.04 31.83 22.72 3.02 4.54 0.51 1.04 0.37 0.00 0.00 0.37 31.32 22.62 2.76 4.40 0.50 1.03 0.35 0.00 0.00 0.35 II.Sektor Sekunder 1. Industri Pengolahan a. Industri Migas 6.82 0.00 6.64 0.00 6.53 0.00

Tahun 2000 Tahun 2005 Tahun 2008

Jumlah Penduduk 1602682 1457146 1616778 1350000 1400000 1450000 1500000 1550000 1600000 1650000 Ju m lah Pen d u d u k (J iwa)

(18)

Tabel 4 Lanjutan

Lapangan Usaha Tahun

2006 2007 2008

1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair

b. Industri Tanpa Gas

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan

Lainnya

4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk kimia dan barang dari karet 6. Semen dan barang galian bukan

logam

7. Logam dasar besi dan baja

8. Alat angkutan Mesin dan

peralatannya 9. Barang lainnya 0.00 0.00 6.82 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.64 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.53 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

2. Listrik Gas dan Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 0.69 0.65 0.00 0.04 0.66 0.62 0.00 0.04 0.63 0.59 0.00 0.04 3. Bangunan 4.08 3.75 3.44

III. Sektor Tersier

1. Perdagangan, Hotel dan Restoran a. Perdagangan Besar dan Eceran b. Hotel c. Restoran 24.29 19.01 0.47 4.81 24.52 19.32 0.51 4.69 25.64 20.16 0.62 4.86 2. Pengangkutan dan Komunikasi

a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut

4. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyebrangan

5. Angkutan Udara

6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi

1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi

10.06 9.50 0.00 9.01 0.00 0.00 0.00 0.49 0.56 0.56 0.00 10.29 9.72 0.00 9.27 0.00 0.00 0.00 0.45 0.57 0.57 0.00 10.13 9.56 0.00 9.13 0.00 0.00 0.00 0.43 0.57 0.57 0.00 3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

a. Bank

b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 5.88 1.40 0.10 0.00 3.68 0.70 5.64 1.35 0.11 0.00 3.47 0.71 5.47 1.39 0.11 0.00 3.27 0.70 4. Jasa – Jasa a. Pemerintahan Umum

1. Adm, Pemerintahan dan Pertahanan 2. Jasa pemerintahan lainnya

b. Swasta

1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan rekreasi

3. Perorangan dan Rumah Tangga

15.86 10.86 7.38 3.47 5.00 1.06 0.11 3.83 16.30 11.17 7.60 3.57 5.12 1.07 0.11 3.95 16.50 11.18 7.60 3.58 5.32 1.10 0.12 4.10 Jumlah 100.00 100.00 100.00

(19)

Karakteristik Fisik Wilayah

Ketinggian (Elevasi) Wilayah Kabupaten Ciamis

Kabupaten Ciamis yang berada di ujung timur Provinsi Jawa Barat sebagian besar wilayahnya bergelombang. Ketinggian wilayah Kabupaten Ciamis berkisar dari 0-1.763 meter dpl. Wilayah yang tertinggi berada pada puncak Gunung Sawal di Kecamatan Sindangkasih dan Panjalu, sedangkan dataran rendahnya membentang di wilayah Selatan sepanjang pantai Pangandaran yang sekaligus berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Berdasarkan pengelolaan data spasial, ketinggian Wilayah Kabupaten Ciamis didominasi oleh ketinggian 100-500 meter dpl yaitu seluas 144.499 ha (52,97%) dari luas Kabupaten tercantum dalam Tabel 5 dan Gambar 7. Area tersebut hampir berada di seluruh wilayah Tengah dan sebagian di Utara dan Selatan. Ketinggian >1500 meter dpl menempati luasan yang paling kecil yaitu 473 ha (0,17%) merupakan bagian puncak Gunung Sawal.

Tabel 5 Ketinggian Wilayah Kabupaten Ciamis

No Ketinggian (mdpl) Luas Lahan (ha) Persentase (%)

1 0 - 25 42.991 15,76 2 25 - 100 37.492 13,74 3 100 - 500 144.499 52,97 4 500 - 1000 40.809 14,96 5 1000 - 1500 6.527 2,39 6 >1500 473 0,17 Luas Total 272791 100,00

Sumber: Hasil analisis dari data DEM

Kemiringan Lereng Wilayah Kabupaten Ciamis

Kemiringan Lereng di Kabupaten Ciamis relatif beragam mulai dari 0-8% hingga diatas 40%. Berdasarkan tingkat kemiringan lahannya sebagian besar wialayah Kabupaten Ciamis berada pada kemiringan lereng <8% yaitu seluas 92.630 ha (33,96%) yang terbentang di bagian Timur, Tengah dan Selatan. Sementara area yang memiliki kemiringan lereng >40% memiliki luasan yang

(20)
(21)

terkecil yaitu sebesar 15.895 ha (5,82%) yang merupakan daerah perbukitan atau pegunungan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6 dan Gambar 8.

Tabel 6 Kelas Kemiringan Wilayah Kabupaten Ciamis

No Kelas Kemiringan Luas Lahan (ha) Persentase (%)

1 0 - 8 % 92.630 33,96 2 8 – 15% 71.461 26.20 3 15 – 25% 59.417 21,98 4 25 – 40% 33.387 12,24 5 > 40% 15.895 5,82 Luas Total 272791 100,00

Sumber : Hasil analisis dari data DEM

Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Ciamis

Jenis tanah di Kabupaten ciamis menurut sistem pusat penelitian tanah terdiri dari 8 jenis yang disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Ciamis

No Jenis Tanah Luas Lahan (ha) Persentase (%)

1 Alluvial 35.384 12,97 2 Gleisol 3.604 1,32 3 Grumusol 4.303 1,58 4 Latosol 74.382 27,27 5 Organosol 9.785 3,59 6 Podsolik 105.861 38,81 7 Regosol 5.083 1,86 8 Renzina 34.389 12,61 Luas Total 272.791 100

Sumber : Hasil analisis dari data Puslit Tanah Departemen Pertanian

Dari total wilayah Kabupaten Ciamis, jenis tanah Podsolik lebih dominan di banding jenis tanah yang lainnya dengan luasan sebesar 105.861 ha (38,81%) dan diikuti dengan jenis tanah Latosol dengan luas sebesar 74.382 ha (27,27%) kedua jenis tersebut menyebar merata di wilayah bagian Tengah dan Utara Kabupaten Ciamis. Sementara untuk jenis tanah Renzina memiliki luas sebesar 34.389 ha

(22)
(23)

(12,61%) yang menyebar di wilayah Barat dan sebagian di Utara dan untuk jenis tanah Alluvial memiliki luas sebesar 35.384 ha (12,97%) yang menyebar dibagian Timur. Sementara jenis tanah yang paling kecil luasannya adalah Gleisol sebesar 3.604 ha (1,32%) dan diikuti oleh jenis tanah Grumosol sebesar 4.303 ha (1,58%). Sebaran jenis tanah Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Gambar 9.

Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten merupakan penjabaran dari strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah provinsi ke dalam strategi dan struktur pemanfaatan rung wilayah Kabupaten. Berdasarkan RTRW Kabupaten Ciamis Tahun 2003-2013, arahan penggunaan lahan di Kabupaten Ciamis di dominasi oleh kebun campuran sebesar 169.139 ha ( 62%). Sebaran arahan penggunaan lahan di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 8 dan sebaran spasialnya pada Gambar 10.

Tabel 8 Sebaran Arahan Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Ciamis

No Arahan RTRW Luas Lahan (ha) Persentase (%)

1 Gambut 270 0,10 2 Hutan Lindung 5.885 2,16 3 Hutan Produksi 29.878 10,95 4 Kawasan Konservasi 5.804 2,13 5 Kebun campuran 169.139 62.00 6 Kawasan Pariwisata 14.394 5,28 7 Permukiman 19.053 6,98 8 Sawah 28.113 10,31 9 Tubuh Air 254 0.09 Luas Total 272.791 100,00

(24)
(25)

Gambar

Gambar  1   Kerangka Pemikiran
Gambar  3      Pengolahan  Data  Penginderaan  Jauh  Kombinasi  Antara  Klasifikasi    Terbimbing (Supervised Classification) Dengan Manual/Visual
Gambar 4   Analisis dan Pengolahan Data
Gambar 5   Peta Administrasi Kabupaten Ciamis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendahuluan 1. Guru menyampaikan salam kepada peserta didik melalui google classroom dan mengajak berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran, serta mengecek kehadiran siswa

Pengaruh Volume Jual dan Pendapatan Kotor Terhadap Harga Jual Jeruk Hasil pengujian komputasi yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa volume jual memiliki nilai signifikan

Insulin detemir added to oral anti-diabetic drugs in type 2 diabetes provides glycaemic control comparable to insulin glargine with less weight gain.. Insulin detemir and

Berdasarkan hasil pengujian model dengan Structural Equation Modeling (SEM) dapat disimpulkan loyalitas dipengaruhi langsung oleh kepuasan, kepuasan dan persepsi

Hasil usaha tersebut dibagi antara pemilik dana dan BMT sesuai Nisbah (porsi) yang telah disepakati diawal. Setoran dan pengambilan yaitu Setoran dilakukan setiap saat

Sel-sel penyusun jaringan ikat terdiri atas fibroblas, makrofag, sel tiang, sel lemak, sel plasma, sel pigmen, sel darah putih, dan sel mesenkim. a) Fibroblas merupakan

Adapun strategi yang dilakukan perusahaan yaitu Pertama, low price low cost, yakni bagaimana XL berani mengambil inisiatif di antara operator yang ada di Indonesia untuk

Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi, sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai modal yang