• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meita Rosy Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meita Rosy Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH ANTARA ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

2007-2008 Meita Rosy

Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma ABSTRAK

Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat untuk perusahaan. Bagi seorang manajer keuangan, salah satu tugasnya adalah mengambil keputusan dalam menganalisis penyajian laporan keuangan perusahaan. Seorang manajer keuangan terlebih dahulu perlu memahami kondisi keuangan perusahaannya. Untuk memahaminya diperlukan suatu analisis terhadap laporan keuangan yang digunakan dalam perusahaan yang dipimpinnya. Salah satu tujuan utama dari keputusan keuangan adalah memaksimumkan tingkat kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham, menentukan besarnya balas jasa, menentukan harga saham, serta menilai kinerja perusahaan untuk memprediksi keadaan perusahaan di masa yang akan datang bagi para pemegang saham maupun calon pemegang saham. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham pada perusahaan indeks LQ45.

Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method, dari empat puluh lima perusahaan yang ada, hanya diambil lima belas perusahaan berturut-turut berada di sektor indeks LQ45 yang memiliki laporan keuangan dan harga saham secara lengkap periode 2007-2008.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh antara Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham, sedangkan Market Value Added (MVA) dengan harga saham terdapat pengaruh secara parsial. Uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dengan harga saham, karena tingkat keeratan korelasi lemah.

Kata Kunci : Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Harga Saham

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat untuk perusahaan. Bagi seorang manajer keuangan, salah satu tugasnya adalah mengambil keputusan dalam menganalisis penyajian laporan keuangan perusahaan. Seorang manajer keuangan terlebih dahulu perlu memahami kondisi keuangan perusahaannya. Untuk memahaminya diperlukan suatu analisis terhadap laporan keuangan yang digunakan dalam perusahaan yang dipimpinnya. Penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Nilai perusahaan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan fungsi-fungsi keuangan. Adapun laporan keuangan yang pokok di dalam suatu perusahaan adalah neraca dan laporan laba-rugi. Tujuan dari menganalisis laporan keuangan perusahaan, yaitu untuk menilai atau mengevaluasi suatu kinerja khususnya manajemen perusahaan dalam suatu periode akuntansi, serta menentukan strategi apa yang harus diterapkan pada periode berikutnya jika tujuan

(2)

perusahaan sebelumnya telah tercapai. Salah satu tujuan utama dari keputusan keuangan adalah memaksimumkan tingkat kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham, menentukan besarnya balas jasa, menentukan harga saham, serta menilai kinerja perusahaan untuk memprediksi keadaan perusahaan di masa yang akan datang bagi para pemegang saham maupun calon pemegang saham. Berdasarkan alat analisis rasio keuangan, para pemegang saham cenderung menjual sahamnya jika rasio keuangan perusahaan tersebut buruk, sebaliknya jika rasio keuangan perusahaan tersebut baik, maka pemegang saham akan mempertahankannya. Demikian juga dengan para calon investor jika rasio keuangan perusahaan buruk, mereka cenderung untuk tidak menginvestasikan modalnya, begitu pun sebaliknya jika rasio keuangan perusahaan baik, para calon investor akan menginvestasikan modalnya (Hendrata, 2001: 4). Melihat kecenderungan tersebut, maka perubahan harga saham di pasar modal sangatlah berpengaruh.

Selama ini analisis rasio keuangan yang lazim dipakai dalam penilaian kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio keuangan yang terbagi menjadi empat kategori utama, yaitu rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio likuiditas (Hendrata, 2001: 4). Namun, penggunaan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain: (1) Rasio keuangan tidak disesuaikan dengan perubahan tingkat harga. (2) Rasio keuangan sulit digunakan sebagai pembanding antara perusahaan sejenis, jika terdapat perbedaan metode akuntansinya. (3) Rasio keuangan hanya mnggambarkan keadaan sesaat, yaitu pada tanggal laporan keuangan dan periode pelaporan keuangan (Munawir, 2002:110). Adanya perkembangan pemikiran-pemikiran dibidang manajemen, maka terciptalah suatu pendekatan atau metode baru untuk mengukur kinerja operasional suatu perusahaan yang memperhatikan kepentingan dan harapan penyedia dana (kreditor dan pemegang saham), yang disebut dengan teknik pengukuran Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) diperkenalkan oleh Stern Stewart & Co, sebuah perusahaan keuangan di Amerika. Stewart & Co, sebuah perusahaan keuangan di Amerika meyakini bahwa Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) adalah kunci dari penciptaan nilai perusahaan. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukannya di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya yang berhasil menciptakan kekayaan bagi para pemegang sahamnya (Hendrata, 2001: 4).

Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat adanya investasi yang dilakukan. Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan memperhatikan biaya modal yang meningkat, karena biaya modal menggambarkan suatu resiko bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer berusaha untuk berfikir dan bertindak seperti para investor, yaitu memaksimalkan tingkat pengembalian (return) dan meminimumkan tingkat biaya modal (cost of capital) sehingga nilai tambah perusahaan dapat dimaksimalkan. Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi, sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu dari investasi modal, pinjaman, laba ditahan, dan uang yang bisa diambil sekarang atau sama dengan selisih antara nilai buku dengan nilai pasar perusahaan (Rahayu, 2007: 13). Perusahaan dikatakan berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemilik modal, jika Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) bernilai positif, karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal (cost of capital) diikuti dengan meningkatnya harga saham. Namun, jika Economic Value Added (EVA) dan Market

(3)

Value Added (MVA) bernilai negatif, hal ini menunjukkan nilai perusahaan menurun yang diikuti dengan penurunan harga saham, karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal. Hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian sejenis yang dilakukan mengenai ada tidaknya pengaruh antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham beraneka ragam. Ada yang menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dengan harga saham tidak berpengaruh, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dengan harga saham berpengaruh.

Adanya kecenderungan bagi pemegang maupun calon pemegang saham untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dengan melihat kondisi kinerja perusahaan dan perubahan harga saham. Bagaimana kinerja keuangan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) serta Apakah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan sektor LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2008?

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis kinerja perusahaan sektor LQ45 yang telah go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA), serta mengetahui pengaruh penilaian kinerja perusahaan dengan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham yang diberi judul “ANALISIS PENGARUH ANTARA ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2007-2008”.

1.2 Landasan Teori

Penilaian operasional perusahaan adalah proses penganalisaan operasi intern dan aktivitas perusahaan untuk mengidentifikasi area yang dapat diterapkan suatu perubahan positif sebagai langkah dalam perangkaian program perubahan perusahaan secara keseluruhan. Prosedur dalam penilaian operasional perusahaan adalah menghubungkan aktivitas operasi suatu perusahaan dengan tingkat ekonomis, efisiensi, dan efektivitas perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah dilakukan secara maksimal yang digambarkan dalam laporan neraca, laporan laba-rugi, dan laporan perubahan modal yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya pada periode tertentu.

Economic Value Added (EVA)

Menurut Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan (2002: 249), Economic Value Added (EVA) merupakan jumlah uang bukan rasio yang diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit). Menurut Amin Widjaja Tunggal (2001: 1), metode Economic Value Added (EVA) di Indonesia dikenal dengan metode Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI) merupakan suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan, bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Economic Value Added (EVA) merupakan tolok ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal (S. David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001: 831). Dari beberapa definisi di atas, dapat

(4)

disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan konsep yang mengukur atau menciptakan nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangkan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan biaya modal yang timbul sebagai akibat dari investasi yang dilakukan.

Keunggulan Economic Value Added (EVA) menurut Mulia (2002: 133), yaitu (1) memfokuskan pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi. (2) memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil yang dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku. (3) perhitungan Economic Value Added (EVA) digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding, seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian. (4) digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus kepada karyawan terutama divisi yang memberikan nilai tambah lebih. (5) pengaplikasian yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung, dan mudah digunakan sehingga merupaka salah satu pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. Keunggulan Economic Value Added (EVA) menurut Wibowo (2005: 33), yaitu (1) sebagai ukuran kinerja masa lampau tidak mampu memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan. (2) sifat pengukurannya jangka pendek sehingga manajemen cenderung tidak ingin berinvestasi jangka panjang, karena dapat mengakibatkan penurunan nilai Economic Value Added (EVA) pada periode yang bersangkutan serta mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan. (3) mengabaikan kinerja non-keuangan yang sebenarnya dapat meningkatkan kinerja keuangan. (4) penggunaan Economic Value Added (EVA) untuk mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa perusahaan tertentu, misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi seperti pada sektor teknologi. (5) tidak dapat diterapkan pada masa inflasi. (6) sulit menentukan besarnya biaya modal secara obyektif. (7) tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan Economic Value Added (EVA) secara akurat. Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya proses penciptaan nilai suatu perusahaan, yaitu (1) jika Economic Value Added (EVA) > 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) positif, yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. (2) jika Economic Value Added (EVA) = 0, yaitu nilai Economic Value Added (EVA) menunjukkan posisi impas atau break event point, berarti tidak ada nilai tambah ekonomis, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur. (3) jika Economic Value Added (EVA) < 0, yaitu niali Economic Value Added (EVA) negatif, yang menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.

Perhitungan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) sebagai berikut (Dwitayanti, 2005: 62).

1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

NOPAT = EAT + Biaya Bunga 2. Invested Capital

Invested Capital = Total Utang dan Ekuitas − Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga

3. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang dengan Pendekatan Weighted Average Cost of Capital (WACC)

(5)

Keterangan : Tingkat Modal dari Utang (D) =

Total Utang

x 100% Total Utang dan Ekuitas

Beban Bunga

x 100% Total Utang

Cost of Debt (rd) =

Cost of Equity (re) =

Laba Bersih Setelah Pajak

x 100% Total Ekuitas

Total Modal dari Ekuitas (E) =

Total Ekuitas

x 100% Total Utang dan Ekuitas

Tingkat Pajak (Tax) =

Beban Pajak

x 100% Laba Bersih Sebelum Pajak

4. Perhitungan Capital Charges

Capital Charges = Invested Capital ∗ WACC 5. Perhitungan Economic Value Added (EVA)

EVA = NOPAT − Capital Charges Market Value Added (MVA)

Menurut Steward (dalam Rahayu, 2007: 32), Market Value Added (MVA) suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah. Peningkatan Market Value Added (MVA) dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Economic Value Added (EVA) yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional tahunan, dengan demikian Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan yang kuat dengan Market Value Added (MVA). Indikator yang digunakan untuk mengukur Market Value Added (MVA) menururt Young dan O’Byrne (2001: 27), yaitu (1) jika Market Value Added (MVA) > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana. (2) jika Market Value Added (MVA) < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana.

(6)

Persamaan dari Market Value Added (MVA), sebagai berikut (Young dan O’Byrne 2001: 26).

MVA = (Nilai pasar − Nilai nominal per lembar saham) * Jumlah saham

Harga Saham

Harga saham adalah harga yang terjadi paling akhir dalam satu hari bursa atau yang dapat disebut dengan harga penutupan. Harga saham terbentuk dari proses permintaan dan penawaran yang terjadi di bursa. Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di lantai bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan yang bersangkutan akan naik, sedangkan jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga saham perusahaan juga akan ikut turun bahkan bisa lebih rendah dari harga di pasar sekunder antara investor yang satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan. Jenis-jenis harga saham, (www.idx.co.id) yaitu (1) harga saham Pembukaan, terjadi pada transaksi pertama penjualan saham untuk atau pada saat hari itu. (2) harga saham tertinggi, terjadi pada transaksi (jual-beli) saham pada saat hari itu. (3) harga saham terendah, terjadi pada transaksi (jual-beli) saham pada saat hari itu. (4) harga saham penutupan, terjadi pada transaksi terakhir penjualan saham untuk atau pada saat hari itu. (5) harga saham minat beli, harga yang diminati pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli saham. (6) harga saham minat jual, harga yang diminati penjual untuk melakukan transaksi jual-beli saham. (7) change, selisih antara harga saham pembukaan (Previous atau Open) dengan harga saham penutupan (Close). Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Bunarto (2006: 22), yaitu (1) faktor fundamental, memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dan faktor yang dapat mempengaruhinya, meliputi kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan, prospek bisnis perusahaan di masa dating, prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan, perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan, dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. (2) faktor teknis, menggambarkan pasaran suatu efek baik secara individu maupun secara kelompok dalam menilai harga saham, seperti perkembangan kurs, keadaan pasar modal, volume dan frekuensi transaksi suku bunga, serta kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan.

Indeks Saham LQ45

Indeks saham LQ45, yaitu 45 perusahaan yang memiliki saham paling likuid, yaitu mampu melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Indeks LQ45 menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham yang disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus) yang akan selalu berubah (Rahayu, 2007: 37).

1.3 Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham

Menurut Dwi Dwitayanti (2005: 61), menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) merupakan indikator yang mampu menciptakan nilai dari perusahaan. Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) membantu manajer fokus atas penghargaan kepada para pemegang saham, yaitu

(7)

mendapatkan pengembalian dari modal yang diinvestasikan. Economic Value Added (EVA) dalam penggunaan sebagai alat pengukuran memiliki fungsi untuk mempertimbangkan kemampuan manajer perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham, sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan nilai yang akan diterima investor di pasar modal. Besar kecilnya nilai Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) yang diciptakan oleh perusahaan berdampak pada respon investor yang tercermin dari naik turunnya harga saham di pasar modal. Sesuai dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalisasi nilai, memerlukan alat ukur kinerja yang nantinya akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut yang dilihat dari meningkatnya harga saham perusahaan (adanya permintaan atas saham perusahaan yang meningkat, sedangkan penawarannya terbatas).

1.4 Hipotesis

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara nilai Economic Value Added (EVA) dan Market

Value Added (MVA) terhadap harga saham.

H1 : Terdapat pengaruh antara nilai Economic Value Added (EVA) dan Market Value

Added (MVA) terhadap harga saham.

II. METODE PENELITIAN 2.1 Objek Penelitian

Sampel yang diambil adalah 45 perusahaan pada indeks LQ45 berturut-turut di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki laporan keuangan dan harga saham lengkap dari periode 2007-2008. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 15 perusahaan yang mewakili populasi dan memenuhi syarat di atas, sebagai berikut.

Tabel 3.1

Daftar Nama Perusahaan Indeks LQ45 Periode 2007 - 2008

No. Kode Efek Nama Perusahaan 1. AALI Astra Agro Lestari, Tbk

2. ANTM Aneka Tambang (persero), Tbk 3. ASII Astra International, Tbk

4. BBCA Bank Central Asia, Tbk

5. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk 6. BDMN Bank Danamon Indonesia, Tbk

7. BMRI Bank Mandiri (Persero), Tbk 8. BNGA Bank CIMB Niaga, Tbk

9. BNII Bank International Indonesia, Tbk 10. INDF Indofood Sukses Makmur, Tbk

11. PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk 12. SMCB Holcim Indonesia, Tbk

13. TLKM Telekomunikasi Indonesia, Tbk 14. UNSP Bakrie Sumatera Plantations, Tbk 15. UNTR United Tractors, Tbk

(8)

Uji statistik regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas. Model persamaannya sebagai berikut.

Y = α + βx1+ βx2+ e

Keterangan :

Y = Harga saham (variabel terikat)

x1 = Economic Value Added (EVA) (variabel bebas)

x2 = Market Value Added (MVA) (variabel bebas)

α = Bilangan konstanta β = Koefisien regresi e = Kesalahan Pengganggu

III. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Berdasarkan hasil analisis pada perusahaan indeks LQ45 di atas, menunjukkan bahwa Net Operating Profit After Tax (NOPAT) periode 2007-2008 mengalami kenaikkan yang signifikan yang diikuti oleh meningkatnya Invested Capital. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya laba perusahaan dari periode 2007-2008 dan meningkatnya kinerja keuangan yang dipercaya oleh para penyedia dana untuk menginvestasikan modal mereka di perusahaan tersebut serta selaras dengan kriteria perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45, yaitu perusahaan dengan tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Analisis perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) diketahui terjadi penurunan tingkat biaya modal rata-rata tertimbang dari periode 2007-2008. Hal ini dipengaruhi oleh naik-turunnya biaya utang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity). Penurunan juga terjadi pada besarnya Capital Charges periode 2007-2008. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi besarnya biaya modal, sehingga mempengaruhi besarnya Economic Value Added (EVA) yang bernilai positif atau telah terjadi proses nilai tambah ekonomis pada perusahaan, setelah perusahaan membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur. Analisis perhitungan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) periode 2007-2008 pada perusahaan indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) bernilai positif, yang berarti bahwa telah terjadi proses penciptaan nilai tambah pada perusahaan setelah membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur serta telah berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh para investor dengan menghasilkan Market Value Added (MVA) positif.

Berdasarkan hasil analisis uji statisitik yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa, data yang diuji terdistribusi secara normal (H0 diterima) dengan model

Kolmogorov – Smirnov, Economic Value Added (EVA) 0,950 dengan nilai Asymp.Sig. tailed) 0,327 > 0,05, Market Value Added (MVA) 1,090 dengan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0,186 > 0,05, dan Smirnov harga saham 0,952 nilai Asymp.Sig. (2-(2-tailed) 0,325 > 0,05. Uji asumsi klasik yang dilakukan menunjukkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari multikolineritas (Tabel 4.9 Coefficientsa) baik Economic Value Added (EVA), maupun Market Value Added (MVA) pada kolom Collinearity Statistics, memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) sebesar 1,299 < 10, dan nilai Tolerance

(9)

sebesar 0,770 > 0,1. Autokorelasi (Tabel 4.10 Model Summaryb dan Gambar 1 Uji Autokorelasi) dengan Durbin Watson (DW-test) menunjukkan angka sebesar 1,935 yang terletak di daerah Non – Autokorelasi dengan batas bawah (dl) = 1,57 dan batas atas (du) = 1,28, jumlah variabel bebas (k) = 2, serta jumlah sampel (n) = 30 terbebas dari asumsi klasik autokorelasi. Heteroskesdastisitas dilihat dari pola grafik Scatterplot (Grafik 4.1 Uji Heteroskesdastisitas), menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, yang dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari heteroskesdastisitas. Pada pengujian koefisien determinasi (Tabel 4.10 Model Summaryb) kolom (Adjusted R Square) sebesar 0,093 menunjukkan bahwa kemampuan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai variabel bebas dalam menjelaskan harga saham sangat terbatas. Uji F (Tabel 4.11 ANOVA) menunjukkan bahwa F-hitung 2,494 < F-tabel 4,20 atau p-value (Sig.) 0,101 > 0,05 H0 diterima, berarti Economic Value Added (EVA) dengan

Market Value Added (MVA) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap harga saham. Uji T (Tabel 4.12 Coefficients(a) Uji T) menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) memiliki nilai t-hitung – 0,765 < t-tabel 1,701 atau Sig. 0,451 > 0,05 H0

diterima, berarti secara parsial tidak berpengaruh antara Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham, sedangkan Market Value Added (MVA) memiliki nilai t-hitung 2,208 > t-tabel 1,701 atau Sig. 0,036 < 0,05 H0 ditolak, berarti Market Value Added

(MVA) terhadap harga saham secara parsial berpengaruh. Uji statistik regresi linier berganda (Tabel 4.12 Coefficients) kolom Unstandardized Coefficients B, menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak mempengaruhi harga saham, tetapi yang mempengaruhi harga saham adalah Market Value Added (MVA). Model persamaan regresi linier yang baru sebagai berikut.

Y = 4.967,058 – 0,661x1 + 0,051x2 + e

Variabel yang masuk dalam persamaan hanya yang signifikan, sehingga perhitungan regresi yang baru sebagai berikut.

Y = 4319.671+ 0,043x2 + e

Analisis dari persamaan regresi linier berganda baru di atas adalah, jika tidak Market Value Added (MVA) atau dianggap konstan, maka harga saham (Y) adalah sebesar Rp 4.319,671,-.

Setiap penambahan Market Value Added (MVA) sebesar Rp 1,- akan menaikkan harga saham (Y) sebesar Rp 0,043. Market Value Added (MVA) merupakan pengukuran kinerja yang menunjukkan besarnya kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan bagi kepentingan investor atau perbedaan antara yang diperoleh investor (total market value) dengan jumlah yang dikeluarkan oleh investor (invested capital). Market Value Added (MVA) dihitung dari hasil pengurangan nilai pasar dengan nilai nominal per lembar saham, kemudian dikalikan dengan jumlah saham. Nilai pasar menggambarkan keberhasilan manajer dalam menginvestasikan modal dari para investor. Kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah.

Uji statistik korelasi (Tabel 4.13 Correlations) menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara Economic Value Added (EVA) dengan harga saham sebesar 0,059 dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,755 > 0,05 H0 diterima, berarti tidak terdapat hubungan antara

(10)

Market Value Added (MVA) dengan harga saham sebesar 0,371 dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,044 < 0,05 H0 ditolak, berarti terdapat hubungan antara Market Value Added

(MVA) dengan harga saham.

Berdasarkan pengujian statistik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang berpengaruh terhadap harga saham adalah Market Value Added (MVA), sedangkan Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh terhadap harga saham.

IV. KESIMPULAN DAN KETERBATASAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kinerja keuangan yang diterapkan perusahaan indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) meningkat pada periode 2007-2008. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) di setiap perusahaan indeks LQ45 yang akan mempengaruhi nilai Economic Value Added (EVA) sebagai pengurang Capital Charges (biaya modal). Hasil perhitungan Capital Charges mengalami penurunan dari periode 2007-2008, menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi besarnya biaya modal, sehingga metode Economic Value Added (EVA) dapat diterapkan pada perusahaan indeks LQ45, karena pada periode 2007-2008 perusahaan dapat menciptakan nilai tambah yang positif. Untuk penerapan metode Market Value Added (MVA) pada perusahaan indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengalami peningkatan pada periode 2007-2008 yang ditandai dengan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh para penyandang dana, dengan kata lain tingkat pengembalian yang diciptakan lebih besar daripada biaya modal, sehingga metode Market Value Added (MVA) dapat diterapkan pada perusahaan indeks LQ45. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) untuk menilai kinerja keuangan perusahaan indeks LQ45 dapat diterapkan dengan baik, karena kedua metode tersebut dapat menciptakan nilai tambah dan mensejahterakan para investor.

2. Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham melalui pengujian statistik uji F (ANOVA) menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap harga saham. Uji T, menunjukkan bahwa secara parsial tidak berpengaruh antara Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham, sedangkan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham terdapat pengaruh secara parsial. Pada uji statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak mempengaruhi harga saham, tetapi yang mempengaruhi harga saham adalah Market Value Added (MVA), sedangkan untuk uji statistik korelasi menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak memiliki hubungan dengan harga saham, sedangkan Market Value Added (MVA) memiliki hubungan dengan harga saham.

(11)

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya guna memperoleh hasil yang lebih baik. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini, sebagai berikut.

1. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan yang berturut-turut masuk dalam sektor indeks LQ45 periode 2007-2008 saja, sehingga tidak mewakili semua (45 perusahaan).

2. Periode penelitian yang dilakukan hanya dua tahun, yaitu periode 2007-2008.

3. Data-data dalam laporan keuangan dan harga saham bulanan tiap tahun yang diperlukan tidak tersaji secara lengkap untuk periode 2007-2008.

DAFTAR PUSTAKA

Bunarto, Juliana. 2006. Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public. Skripsi. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Dwitayanti, Dwi. 2005. Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

Govindarajan, Vijay dan Robert N. Anthony. 2002. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi I. Jakarta: Salemba Empat.

Hakim, Rahman. 2006. Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode EVA, ROA, dan Pengaruhnya terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Harahap, Sofyan Syafri. 2003. Teori Akuntansi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendrata, Daniel. 2001. Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan serta Pengaruhnya terhadap harga Saham. Skripsi. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi II. Yogyakarta: BPFE UGM. Mamduh, M. Hanafi. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Munawir. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI.

O’Byrne, F. Stephen dan S. David Young. 2001. Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta: Salemba Empat. Rahayu, Mariana Sri. 2007. Analisis Pengaruh EVA dan MVA terhadap Return Saham pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Rangkuti, Freddy. 2001. Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus. Cetakan Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Edisi I. Yogyakarta: Ekonosia.

T.W. Mulia. 2002. Penerapan Konsep EVA sebagai Added Aproach dari Analisis Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja PT Gudang Garam Kediri. Jurnal Manajemen dan Akuntansi.

Tandelilin, Erduardus. 2001. Pengaruh Investasi dan Manajemen Portofolio. Jurnal Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM.

(12)

Tunggal, Amin Widjaja. 2001. Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) dan Value Based Management (VBM). Harvarindo.

Warren, Carl S. dkk. 2000. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Wibowo, Lucky Bani. 2005. Pengaruh EVA dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return Pemegang Saham. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Widodo, Eko dan Miswanto. 2000. Manajemen Keuangan I. Jakarta: Gunadarma.

Winarto, Wahid Wachyu Adi. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Penelitian ini dilakukan di Wilayah Karees Kotamadya Bandung untuk mengetahui timbulan dan komposisi sampah medis yang dihasilkan dari

dilakukan suatu penelitian dengan judul: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Penyakit Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas ekstrak bunga kecombrang ( Nicolaia speciosa Horan) terhadap pengendalian penyakit MAS ( Motile

Untuk menghitung prakiraan pelanggan bisnis digunakan persamaan 2.2 dengan variabel pelanggan publik, sedangkan parameter yang digunakan untuk laju pertumbuhan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian korelasional. Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui

So the hypothesis state, “ there is any significant difference between the ability of writing recount text of the eighth grade students of SMP1 Mejobo Kudus in the

[r]

Analisis dilakukan terhadap hasil pengujian aktual dan pembebanan metode FEA dengan beban aktual sebesar 2000 N untuk horizontal dan vertical force, sesuai data yang