• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO)

(Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)

Oleh :

NURINA PANGKAURIAN A14204012

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO)

(Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)

Oleh :

NURINA PANGKAURIAN A14204012

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

RINGKASAN

NURINA PANGKAURIAN. EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO). Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah. (Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS).

Munculnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan didasari kenyataan bahwa pemerintah tidak bisa sendiri mengatasi permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Inisiatif sektor swasta, dalam hal ini adalah perusahaan, dapat dilakukan melalui tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) Perseroan yang juga diwajibkan paksa oleh pemerintah untuk melaksanakan CSR melalui kebijakan yang dikeluarkan tersebut di atas adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Salah satu penyebab belum terserapnya tenaga kerja di Kota Semarang dan sekitarnya adalah masih kurangnya keterampilan yang dimiliki para pencari kerja dengan kebutuhan yang diminta perusahaan. PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang merespon permasalahan tersebut dengan mengadakan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed intensif dan penempatan tenaga kerja di perusahaan kepada calon tenaga kerja khususnya wanita untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dibidang garmen(Disnakertrans, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kebijaksanaan dan wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di PT Jamsostek Cabang Semarang. Selain itu, penelitian ini berfokus pada evaluasi Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed, dengan melihat output, outcome

(4)

peserta pelatihan, sebagai salah satu bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial PT. Jamsostek Cabang Semarang.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero), Cabang Semarang, yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Juni 2008. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui penyebaran kuesioner, dan didukung oleh data kualitatif. Data dianalisis dengan tabulasi silang, Uji Chi-Square, dan Korelasi Rank Spearman, dengan bantuan software SPSS 13.0. dan Microsoft Excel 2007.

PT Jamsostek (Persero) memandang tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan sebagai upaya compliance plus atau beyond compliance. Selain untuk memenuhi kewajiban, perusahan juga menyadari bahwa terdapat tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan demi keberlanjutan usaha. Jenis program tanggung jawab sosial yang dilaksanakan adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, serta Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta. Sifat program tangung jawab sosial perusahaan PT. Jamsostek (Persero) sebagian besar bersifat philanthropy pada program Kemitraan, charity pada program Bina Lingkungan, dan pada program DPKP terdapat program yang bersifat charity dan

philanthropy, namun ada juga yang bersifat corporate Citizenship.

Progam Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dalam pandangan perusahaan bersifat philanthropy, namun dalam pelaksanaannya justru bersifat

(5)

metode pelatihan) tidak mempengaruhi output pelatihan. Outcome pelatihan berupa perubahan perilaku peserta pelatihan menurut persepsi responden setelah bekerja, tidak dipengaruhi oleh Output pelatihan. Effect pelatihan adalah kepuasan kerja dan produktivitas kerja. Produktivitas kerja tidak dipengaruhi oleh Outcome

pelatihan, namun dipengaruhi oleh variabel kepuasan kerja yaitu pekerjaan dan hubungan antar pribadi.

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)” INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI SERTA TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Agustus 2008

Nurina Pangkaurian A14204012

(7)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Nurina Pangkaurian

Nomor Pokok : A14204012

Judul : Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP. 131 476 600

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus Ujian :

(8)

Penulis lahir di Kabupaten Semarang, 24 Januari 1987, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Basim Syahri dan Siti Mukarromah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Bandarjo I Ungaran pada tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ungaran dan lulus tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Ungaran pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.

Selama SMU, penulis pernah menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS SMUN 1 Ungaran, Sekretaris Umum ROHIS SMUN 1 Ungaran, dan Koordinator Litbang dan Evaluasi Ambalan Diponegoro Cut Nyak Dien SMUN 1 Ungaran. Penulis bergabung dengan Remaja Masjid Istiqomah Kabupaten Semarang pada tahun 2002 hingga 2004. Penulis juga pernah menjuarai berbagai perlombaan, seperti dalam kejuaraan Pramuka Putri, Juara I Siswa Teladan Putri Tingkat Kabupaten Semarang tahun 2003, dan finalis berbagai lomba kecakapan berbahasa Inggris. Penulis juga pernah menjadi siswa pertukaran pelajar yang mewakili Jawa Tengah ke Queensland, Australia, pada selama bulan Juli-Agustus tahun 2003.

(9)

Asisten Praktikum untuk mata kuliah Sosiologi Umum, Sosiologi Pedesaan, Pengantar Ilmu Kependudukan, dan Ilmu Penyuluhan.

(10)

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT. Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada khataman nabiyyin

Muhammad S.A.W. beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini ditulis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Di dalam tulisan ini, penulis mendeskripsikan pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero), dan memaparkan faktor-faktor yang memengaruhi output, outcome, dan effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed sebagai salah satu program tanggung jawab sosial PT. Jamsostek (Persero) Cabang Semarang.

Bogor, Agustus 2008

(11)

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO)

(Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)

Oleh :

NURINA PANGKAURIAN A14204012

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO)

(Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)

Oleh :

NURINA PANGKAURIAN A14204012

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

RINGKASAN

NURINA PANGKAURIAN. EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO). Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah. (Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS).

Munculnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan didasari kenyataan bahwa pemerintah tidak bisa sendiri mengatasi permasalahan sosial yang ada di Indonesia. Inisiatif sektor swasta, dalam hal ini adalah perusahaan, dapat dilakukan melalui tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) Perseroan yang juga diwajibkan paksa oleh pemerintah untuk melaksanakan CSR melalui kebijakan yang dikeluarkan tersebut di atas adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Salah satu penyebab belum terserapnya tenaga kerja di Kota Semarang dan sekitarnya adalah masih kurangnya keterampilan yang dimiliki para pencari kerja dengan kebutuhan yang diminta perusahaan. PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang merespon permasalahan tersebut dengan mengadakan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed intensif dan penempatan tenaga kerja di perusahaan kepada calon tenaga kerja khususnya wanita untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dibidang garmen(Disnakertrans, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kebijaksanaan dan wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di PT Jamsostek Cabang Semarang. Selain itu, penelitian ini berfokus pada evaluasi Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed, dengan melihat output, outcome

(14)

peserta pelatihan, sebagai salah satu bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial PT. Jamsostek Cabang Semarang.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero), Cabang Semarang, yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Juni 2008. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui penyebaran kuesioner, dan didukung oleh data kualitatif. Data dianalisis dengan tabulasi silang, Uji Chi-Square, dan Korelasi Rank Spearman, dengan bantuan software SPSS 13.0. dan Microsoft Excel 2007.

PT Jamsostek (Persero) memandang tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan sebagai upaya compliance plus atau beyond compliance. Selain untuk memenuhi kewajiban, perusahan juga menyadari bahwa terdapat tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan demi keberlanjutan usaha. Jenis program tanggung jawab sosial yang dilaksanakan adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, serta Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta. Sifat program tangung jawab sosial perusahaan PT. Jamsostek (Persero) sebagian besar bersifat philanthropy pada program Kemitraan, charity pada program Bina Lingkungan, dan pada program DPKP terdapat program yang bersifat charity dan

philanthropy, namun ada juga yang bersifat corporate Citizenship.

Progam Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dalam pandangan perusahaan bersifat philanthropy, namun dalam pelaksanaannya justru bersifat

(15)

metode pelatihan) tidak mempengaruhi output pelatihan. Outcome pelatihan berupa perubahan perilaku peserta pelatihan menurut persepsi responden setelah bekerja, tidak dipengaruhi oleh Output pelatihan. Effect pelatihan adalah kepuasan kerja dan produktivitas kerja. Produktivitas kerja tidak dipengaruhi oleh Outcome

pelatihan, namun dipengaruhi oleh variabel kepuasan kerja yaitu pekerjaan dan hubungan antar pribadi.

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)” INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI SERTA TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Agustus 2008

Nurina Pangkaurian A14204012

(17)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Nurina Pangkaurian

Nomor Pokok : A14204012

Judul : Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP. 131 476 600

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus Ujian :

(18)

Penulis lahir di Kabupaten Semarang, 24 Januari 1987, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Basim Syahri dan Siti Mukarromah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Bandarjo I Ungaran pada tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ungaran dan lulus tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Ungaran pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.

Selama SMU, penulis pernah menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS SMUN 1 Ungaran, Sekretaris Umum ROHIS SMUN 1 Ungaran, dan Koordinator Litbang dan Evaluasi Ambalan Diponegoro Cut Nyak Dien SMUN 1 Ungaran. Penulis bergabung dengan Remaja Masjid Istiqomah Kabupaten Semarang pada tahun 2002 hingga 2004. Penulis juga pernah menjuarai berbagai perlombaan, seperti dalam kejuaraan Pramuka Putri, Juara I Siswa Teladan Putri Tingkat Kabupaten Semarang tahun 2003, dan finalis berbagai lomba kecakapan berbahasa Inggris. Penulis juga pernah menjadi siswa pertukaran pelajar yang mewakili Jawa Tengah ke Queensland, Australia, pada selama bulan Juli-Agustus tahun 2003.

(19)

Asisten Praktikum untuk mata kuliah Sosiologi Umum, Sosiologi Pedesaan, Pengantar Ilmu Kependudukan, dan Ilmu Penyuluhan.

(20)

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT. Jamsostek (Persero) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada khataman nabiyyin

Muhammad S.A.W. beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini ditulis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Di dalam tulisan ini, penulis mendeskripsikan pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero), dan memaparkan faktor-faktor yang memengaruhi output, outcome, dan effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed sebagai salah satu program tanggung jawab sosial PT. Jamsostek (Persero) Cabang Semarang.

Bogor, Agustus 2008

(21)

UCAPAN TERIMA KASIH

Untaian syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan segala kemudahan atas segala urusan yang penulis hadapi, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, masukan, serta doa selama penulis menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor dan penulisan Skripsi ini, yaitu :

1. Keluarga tercinta. Bapak (Basim Syahri) dan Ibu (Siti Mukarromah), dan Adikku (Arya Pangkurian), dan seluruh keluarga besar, terima kasih atas bantuan doa, keikhlasan, dan kesabarannya dalam mendampingi penulis selama ini.

2. Dr. Ir. Djuara P.Lubis, MS, sebagai dosen pembimbing Studi Pustaka dan Skripsi yang penuh kesabaran memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan ini.

3. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Utama. Terima kasih atas saran dan masukan yang diberikan.

4. Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si, yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Wakil Departemen. Terima kasih atas saran dan masukan yang diberikan. 5. Ir. Dwi Sadono, MS, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah

(22)

6. My Pals, especially Eno, Nani, Arta, Leo, Tyas, Juli dan Teman-teman KPM 41, SEMANGAT!!!

7. Bapak Gunawan Saptogiri (Disnakertrans Semarang), Bapak Rudy (PT Jamsostek Cabang Semarang), Bapak Rizky (PT SC Enterprises), Bapak Sugiharto, Ibu Dwi (LPK ASA Group Semarang), Bu Rebecca (PT Honey Lady Utama), Mbak Dwi (LPK ASA Group Semarang), Mbak Vera (PT Samwon Busana Indonesia), Bapak Thing (PT SC Enterprises), seluruh staf pengajar LPK ASA Group Semarang, dan Sie. Bidang Pengawasan Disnakertrans Kabupaten Semarang, terima kasih atas bantuan penelitian yang diberikan.

8. Iswahyudi, atas doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Terima kasih karena telah mendampingi penulis selama penelitian.

9. My Second Home, Wisma Shinta Family Angkatan 2005-2007, terutama untuk Ria, Mbak Iis, Nisa, Ana, Rani, Teni, Tami, Deedee, Widi, Ani, Wulan, Teman-teman KKP Galuh Timur 2007 (Agnez, Jafar, Fitri, Ilma, Prima, dan Tyo) yang mengajari how to share each other, Rizka, Wina,

my Ubuntu friend Agusta, dan my all new friends at Fairus.

10.Charolina Margaretha, Rianti T. Marbun, dan Sushane Sarita sebagai teman seperjuangan dari sejak Studi Pustaka hingga Skripsi.

(23)

12.Tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Agustus 2008

(24)
(25)

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48

5.2.2 Jenis Program Tanggung Jawab Sosial

PT Jamsostek (Persero) ... 68

BAB VI GAMBARAN UMUM PROGRAM PELATIHAN PENGGUNAAN MESIN JAHIT HIGH SPEED ... 97 6.1 Deskripsi Kegiatan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit

(26)

6.3 Analisis Program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit

High Speed ... 105

BAB VII EVALUASI PELATIHAN PENGGUNAAN MESIN JAHIT HIGH SPEED ... 109 7.1 Karakteristik Responden ... 109 7.2 Keragaan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed .... 113 7.3 Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 116 7.3.1 Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed 116 7.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Pelatihan

Mesin Jahit High Speed ... 117 7.3.2.1 Hubungan antara Karakteristik Individu

dengan Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed ... 117 7.3.2.2 Hubungan antara Keragaan Pelatihan

dengan Output Pelatihan Penggunaan

Mesin Jahit High Speed ... 122 7.4 Outcome Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 124 7.4.1 Outcome Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit

HighSpeed ... 124 7.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Outcome

Pelatihan Mesin Jahit High Speed... 125 7.5 Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 127 7.5.1 Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed . 127

7.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Effect Pelatihan

Mesin Jahit High Speed ... 131 7.6 Analisis ... 135

7.6.1 Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan ... 135 7.6.2 Output, Outcome, Effect Pelatihan dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 138

(27)

DAFTAR PUSTAKA ... 145 LAMPIRAN ... 149

(28)

DAFTAR TABEL

 

Nomor Halaman

Tabel 2.1 Paradigma Kedermawanan Sosial Perusahaan ... 14 Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 52 Tabel 5.1 Realisasi Program Kemitraan Kantor Cabang Semarang Tahun 2007 ... 74 Tabel 5.2 Realisasi Program DPKP Bergulir Kantor Cabang Semarang

Tahun 2007 ... 83 Tabel 5.3 Realisasi Program DPKP Tidak Bergulir Kantor Cabang Semarang Tahun 2007 ... 88 Tabel 5.4 Konsep dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) Program Kemitraan ... 92 Tabel 5.5 Konsep dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) Program Bina Lingkungan ... 93 Tabel 5.6 Konsep dan Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) Program DPKP ... 94 Tabel 5.7 Realisasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Jamsostek (Persero) Cabang Semarang Tahun 2007 ... 96 Tabel 6.1 Jumlah dan Persentase Lulusan Pelatihan Berdasarkan Jabatan

di Perusahaan Garmen, 2008 ... 104 Tabel 7.1 Jumlah dan Persentase Peserta Pelatihan Mesin Jahit High Speed

Berdasarkan Karakteristik Individu, 2008 ... 111 Tabel 7.2 Jumlah dan Persentase Penilaian Responden terhadap Keragaan

Pelatihan Mesin Jahit High Speed, 2008 ... 114 Tabel 7.3 Jumlah dan Persentase Perubahan Perilaku Responden Sebelum

dan Sesudah Pelatihan, 2008 ... 117 Tabel 7.4 Hasil Analisis Chi Square antara Karakteristik Individu

dengan Perubahan Tingkat Pengetahuan Sebelum

dan Sesudah Pelatihan, 2008 ... 118 Tabel 7.5 Hasil Analisis Chi Square antara Karakteristik Individu

dengan Perubahan Tingkat Keterampilan Sebelum

(29)

Tabel 7.6 Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman antara Keragaan Pelatihan

terhadap Perubahan Perilaku Sebelum dan Sesudah Pelatihan, 2008 .... 122 Tabel 7.7 Jumlah dan Persentase Perubahan Perilaku Responden

Sesudah Pelatihan dan Setelah Bekerja, 2008... 124 Tabel 7.8 Hasil analisis Korelasi Rank Spearman

antara Output dengan Outcome, 2008 ... 126 Tabel 7.9 Jumlah dan Persentase Kepuasan Kerja Responden, 2008 ... 127 Tabel 7.10 Jumlah dan Persentase Penilaian Supervisor terhadap Produktivitas Lulusan Pelatihan Dibandingkan dengan

Karyawan Lain Non Pelatihan, 2008 ... 130 Tabel 7.11 Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman antara Faktor-faktor

(30)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Ruang Lingkup CSR ... 11 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Tanggung Jawab Perusahaan

(31)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Jadwal Penelitian ... 150 Lampiran 2 Teknik Pengumpulan Data ... 151 Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ... 153 Lampiran 4 Panduan Pertanyaan ... 160 Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ... 166 Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 167 Lampiran 7 Hasil Uji Non parametric Correlation ... 169 Lampiran 8 Daftar Realisasi Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta

(DPKP) PT Jamsostek (Persero) Tahun 2007 ... 180 Lampiran 9 Daftar Realisasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

(32)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah fundamental bangsa Indonesia adalah tantangan internal, yaitu kesenjangan yang ditandai dengan adanya pengangguran dan kemiskinan (Sumodiningrat, 1999). Menurut data terbaru yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2007, angka kemiskinan di Indonesia berjumlah 37,17 juta orang (16,58 persen). Hal ini menunjukkan adanya penurunan dibandingkan kondisi pada bulan Maret 2006 yaitu sebesar 39,05 juta jiwa atau sekitar 17,75 persen (BPS, 2006). Berbeda dengan propinsi Jawa Tengah, dibandingkan pada tahun 2006, angka kemiskinan meningkat dari 5,9 juta jiwa atau 18,32 persen menjadi 6,56 juta jiwa atau 20,43 persen dari total penduduk Jawa Tengah pada tahun 2007. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah adalah pengangguran. Pada tahun 2007, angka pengangguran mencapai 1.291.595 orang atau meningkat 98.630 orang dari tahun sebelumnya (Sugiya, 2007).

(33)

semua, persamaan gender dan pemberdayaan perempuan, perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, penurunan angka kematian anak, peningkatan kesehatan reproduksi, pelestarian lingkungan hidup, dan kerja sama global untuk pembangunan (Pitaloka, 2008).

Witoelar (2007), menyatakan bahwa masing-masing tujuan dalam MDGs

memiliki hubungan saling ketergantungan (interdependensi), baik dalam pencapaian tujuan maupun kesalingtergantungan para stakeholder. Kesalingtergantungan para stakeholder tersebut menunjuk pada ketergantungan

multi-stakeholder, yaitu tidak satupun tujuan yang dapat dicapai oleh pemerintah sendiri, sektor swasta dan masyarakat sipil juga harus dilibatkan dalam waktu yang lama dan berlanjut agar tujuan dapat tercapai. Ditekankan pula mengenai pentingnya kontribusi perusahaan dalam pencapaian MDGs, terutama dalam bentuk kemitraan (Jalal, 2007). Kemitraan tersebut berupa kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat madani termasuk LSM, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, organisasi keagamaan, organisasi profesi dan sebagainya. Inisiatif sektor swasta, dalam hal ini adalah perusahaan, yang berorientasi MDGs

dapat dilakukan melalui tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) sebagai kontribusi perusahaan dalam proses pembangunan.

(34)

tujuan-tujuan tersebut. Perusahaan diharapkan memiliki komitmen untuk bekerjasama dengan pemerintah, sesuai dengan MDGs. Komitmen tersebut diwujudkan melalui program-program tanggung jawab sosial perusahaan. Pencapaian MDGs dalam upaya menanggulangi kemiskinan oleh perusahaan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan bisnis perusahaan yang menjamin keberlanjutan kehidupan. Fokusnya adalah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan berbasis utama pada bisnis inti perusahaan, serta memperhatikan aspek lokalitas dan bermitra dengan pihak eksternal perusahaan.

Kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia didasari atas UU Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 Pasal 74, yang berbunyi: “Setiap perseroan diwajibkan mengalokasikan sebagian laba bersih tahunan perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau

Corporate Social Responsibility (CSR)”. Artinya, setiap perseroan wajib melaksanakan CSR. Bila tidak, perusahaan akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (walaupun dalam undang-undang tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai sanksi yang akan diberikan).

(35)

Kep-236/MBU/2003, yang mengikat BUMN untuk membentuk unit khusus yang menyelenggarakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Praktek CSR oleh BUMN khususnya dalam penelitian ini adalah PT Jamsostek, adalah hal yang menarik untuk dikaji. Salah satu faktornya adalah pelaksanaan CSR BUMN yang berlatar belakang untuk memenuhi kewajiban sehingga dapat dimungkinkan terdapat unsur keterpaksaan (compliance) dan juga dimungkinkan bahwa potensi dan komitmen pelaksanaan CSR perusahaan-perusahaan BUMN akan lebih besar dan dibandingkan perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan swasta lainnya.

1.2 Perumusan Masalah

Pencapaian tujuan MDGs merupakan wujud upaya suatu negara untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya yang berakar pada kemiskinan dan upaya memenuhi kewajiban negara untuk menyejahterakan rakyatnya. Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Jawa Tengah sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia juga ikut serta mendukung komitmen pemerintah tersebut, dengan melaksanakan program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai target

MDGs. Keterlibatan sektor swasta melalui tanggung jawab sosial diperlukan untuk ikut membantu pemerintah dan ikut bertanggungjawab dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan tersebut.

(36)

Indonesia No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial. Kegiatan tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero) khususnya PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang merupakan bagian dari perwujudan Good Corporate Governance (GCG) terhadap stakeholders terkait, yang menjadi kewajiban tiap BUMN yang ada di Indonesia (Jamsostek, 2007).

Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan melalui program-program yang dilaksanakan perusahaan berdasarkan paradigma yang dianut, dan dengan sasaran serta cara tertentu akan membawa dampak-dampak, baik positif maupun negatif. Dampak-dampak tersebut akan mempengaruhi kinerja operasi perusahaan dan hubungan perusahaan dengan masyarakat, sehingga akan dapat dilihat bentuk mana yang paling menguntungkan atau paling tepat bagi masyarakat, dan juga membawa keuntungan bagi perusahaan.

(37)

Kebijaksanaan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan saling berkaitan. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi bentuk dan program yang akan dijalankan dalam mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi di sekitar lingkungan perusahaan. Bentuk dan program tanggung jawab ini akan membawa dampak baik positif maupun negatif, sehingga dapat dilihat keberhasilan dan keuntungan baik jangka pendek dan jangka panjang yang didapat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam mengenai bagaimana PT Jamsostek (Persero) menjalankan tanggung jawab sosialnya, terutama mengenai keberhasilan program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed. Melalui studi evaluatif ini akan dapat disimpulkan apakah program tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero) tersebut dapat dikatakan berhasil atau sebaliknya. Berdasarkan paparan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kebijaksanaan dan wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang?

2. Bagaimana output, outcome dan effect Program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap peserta pelatihan?

1.3 Tujuan Penelitian

(38)

1. Menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kebijaksanaan dan wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang.

2. Mengetahui output, outcome dan effect Program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap peserta pelatihan, sebagai salah satu bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang.

1.4 Kegunaan Penelitian

(39)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.1.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Salah satu definisi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dikemukakan oleh Schermerhon (1993) sebagaimana dikutip Suharto (2006) yaitu sebagai bentuk kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005 sebagaimana dikutip Suharto, 2007).

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Fox, et al, 2002 sebagaimana dikutip Zainal, 2006). CSR dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas (Sankat dan Clemant K, 2002 sebagaimana dikutip Zainal, 2006).

(40)

internal dan eksternal, yang memperhatikan aspek sosial masyarakat serta pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh stakeholders perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bersama dan meningkatkan kualitas kehidupan melalui hubungan kemitraan.

2.1.2 Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Corporate Social Responsibiliy (CSR) meliputi strategi dan program pengembangan masyarakat. CSR tidak hanya dipahami sebagai filantropi perusahaan, namun juga sebagai bagian dari rekayasa sosial dan strategi perusahaan yang rasional, terencana, dan berorientasi pada pencapaian keuntungan sosial jangka panjang bagi perusahaan dan masyarakat (Suharto, 2007). Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas, CSR tidak hanya bersifat eksternal, namun juga internal. Hal tersebut dinyatakan dengan CSR berusaha untuk mengakomodasi kepentingan internal dan eksternal perusahaan serta perlunya pengintegrasian keseluruhan stakeholders. Stakeholders

didefinisikan sebagai seseorang atau organisasi yang mempunyai bagian dari kepentingan pada korporat ataupun memiliki hubungan saling mempengaruhi aktivitas korporat. Pihak-pihak tersebut bisa saja bagian internal maupun eksternal perusahaan yang biasanya diasumsikan oleh komunitas lokal (Zainal, 2006).

Stakeholders yang dimaksud adalah stakeholders internal dan stakeholders

eksternal perusahaan.

(41)

aspek yang masing-masing memiliki stakeholders. Lebih lanjut, Zainal (2006) dan Wibisono (2007) menjelaskan ruang lingkup tanggung jawab sosial suatu perusahaan dalam beberapa aspek.

Aspek-aspek yang menjadi fokus adalah manajemen perusahaan, tempat kerja, pasar, lingkungan, dan komunitas lokal. Manajemen perusahaaan yang merupakan bagian dari stakeholders internal hanya terdiri dari karyawan beserta keluarganya. Hal ini dikarenakan, karyawan beserta keluarganya juga merupakan bagian dari entitas sosial masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan, bahkan yang paling dekat, dan mendapat pengaruh secara langsung atas operasi perusahaan. Pemegang saham, direksi dan manajemen profesional dari aspek manajemen perusahaan serta para investor, penyalur, pemasok dan pesaing dari aspek pasar, bukan merupakan bagian dari ruang lingkup CSR, karena mereka lebih pada sisi ekonomi atau fokus pada pencapaian laba semata, bukan aspek sosial. Aspek-aspek tersebut terlingkupi dalam konsep CSR. Stakeholders yang terkait dengan aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Tiga aktivitas yang digolongkan sebagai kegiatan CSR adalah, (1) di tempat kerja, meliputi keselamatan kerja, bantuan bagi karyawan yang terkena musibah, fasilitas kesehatan, dana pensiun, softloan, pengembangan skill

(42)

Gambar 2.1. Ruang Lingkup CSR

CSR juga dapat disebut sebagai model investasi sosial perusahaan. Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Nigam (1998) melihat melalui perspektif pengembangan masyarakat dalam melakukan praktik bisnis yang mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan sosial. Nigam (1998) memberikan contoh yaitu dengan mengembangkan jaringan bisnis perusahaan melalui program pengembangan masyarakat. Strategi yang dilakukan adalah dengan merekrut masyarakat lokal untuk mengisi pekerjaan dengan tingkat keahlian yang rendah, mengembangkan usaha mikro pendukung aktivitas perusahaan, dan membangun

(43)

infrastruktur masyarakat. Kesemuanya menguntungkan perusahaan dan masyarakat lokal sekitar perusahaan (Nigam, 1998).

Strategi tersebut disebut Linking Core Business Activities with Community Development, yang menghubungkan pengembangan masyarakat dengan aktivitas utama bisnis, dapat mengurangi biaya sehingga menjadi sangat efektif. Merekrut masyarakat lokal, membuat penyesuaian dalam perencanaan atau pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta mengembangkan penyedia barang dan jasa lokal akan meningkatkan dampak positif pengembangan masyarakat tanpa menaikkan biaya marjinal dalam melaksanakan bisnis. Pandangan perusahaan mengenai CSR sebagai modal investasi perusahaan didukung oleh Wibisono (2007) yang menyatakan bahwa dunia usaha di masa mendatang dapat memandang CSR bukan lagi sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center).

Menurut Archie B. Caroll dalam Suharto (2007), Tanggung jawab Sosial Perusahaan secara konseptual dipahami sebagai bentuk kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines. Triple Bottom Lines dicetuskan oleh John Elkington yang menekankan economic prosperity, enviromental quality, dan social justice. Perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga harus terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan (Impresario, 2006). Triple Bottom Lines tersebut dikenal dengan 3P, yaitu:

(44)

b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia, khususnya bagi warga sekitar perusahaan.

c. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.

2.1.3 Paradigma Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Saidi (2004), Motivasi perusahaan dalam melakukan kedermawanan sosial dapat dijelaskan dalam tiga tahapan atau paradigma yang berbeda (Tabel 2.1), yaitu:

a. Corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. b. Corporate philanthropy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya

berasal dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial.

c. Corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.

(45)

kedermawanan sosial/sedekah sedangkan hibah pembangunan berangkat dari paradigma pengembangan masyarakat atau community development (Saidi, 2004).

Tabel 2.1. Paradigma Kedermawanan Sosial Perusahaan

Tahapan Charity Philanthropy Corporate Citizenship

Motivasi Agama, tradisi, adat Norma etika dan hukum universal: redistribusi kekayaan

Pencerahan diri rekonsiliasi dengan ketertiban sosial

Misi Mengatasi masalah sesaat

Pengelolaan Jangka pendek, menyelesaikan

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/ dana abadi: profesionalisasi

Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain

Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial maupun pembangunan) dan keterlibatan sosial

Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

Sumber : Saidi (2004)

Perusahaan tidak hanya bertindak sebagai aktor ekonomi belaka, namun juga menempatkan dirinya sebagai aktor sosial yang juga berinteraksi dengan masyarakat sekitar (Zainal, 2006). Archie B. Carrol dalam Saidi (2004), mengembangkan satu konsep Piramida Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Piramida ini terdiri atas empat jenjang tanggung jawab perusahaan.

(46)

b. Tanggung jawab Legal. Dalam mencapai tujuannya mencari laba itu, sebuah perusahaan harus menaati hukum.

c. Tanggung jawab Etis. Perusahaan menjalankan hal yang baik dan benar, adil, dan fair. Perusahaan harus menghindarkan diri dari praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Norma-norma masyarakat menjadi rujukan bagi langkah-langkah bisnis perusahaan.

d. Tanggung jawab Filantropis. Ini mensyaratkan perusahaan untuk memberi kontribusi kepada publik. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kehidupan semua.

Cara pandang perusahaan dalam menerapkan CSR dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu :

a. Sekadar basa-basi atau keterpaksaan. Artinya CSR hanya dipraktikkan lebih karena faktor eksternal (external driven). Berikutnya adalah

Reputation driven, motivasi pelaksanaan CSR adalah untuk mendongkrak citra perusahaan.

b. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena adanya market driven. Selain itu, terdapat motivasi untuk meraih penghargaan atau reward.

(47)

lingkungan. Dasar pemikirannya, menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan

(sustainability) usaha.

Perusahaan dapat melaksanakan CSR baik melalui keterlibatan secara langsung, baik dengan perusahaan menyelenggarakan sendiri program CSR, ataupun melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan juga dapat bermitra dengan pihak lain dan ada juga yang bergabung dengan suatu konsorsium.

2.2Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematis dan objektif. Soekartawi (1999) sebagaimana dikutip Fauziah (2007) mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

(48)

Kedua definisi ini sama-sama ingin melihat perubahan yang terjadi setelah adanya program atau proyek. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau penerapan. Departemen Pertanian (1990) mengemukakan jenis evaluasi untuk mengevaluasi program, yaitu :

1. Evaluasi Input

Evaluasi input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan

output dan tujuan suatu proyek atau program.

2. Evaluasi Output

(49)

3. Evaluasi Effect (efek)

Evaluasi efek adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari penggunaan output-output program, sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dari perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuh biasanya baru tampak setelah program selesai.

4. Evaluasi Impact (dampak)

Evaluasi impact adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan sesungguhnya yang dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang. Evaluasi dampak dapat dipertimbangkan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif.

Berbeda dengan Departemen Pertanian yang mengemukakan empat tahapan evaluasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2007), hanya mengemukakan tiga jenis evaluasi untuk mengevaluasi suatu program, yaitu :

1. Evaluasi Input

Evaluasi ini menilai penggunaan segala sumber daya (orang, barang dan jasa) yang diukur dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran (output).

2. Evaluasi Output

(50)

3. Evaluasi Outcome

Segala sesuatu yang mencerminkan keluaran (output) dari kegiatan-kegiatan dalam satu program disebut dengan outcome. Outcome biasanya diukur setelah beberapa saat tertentu, tergantung kepada jenis kegiatan yang dijalankan. Evaluasi outcome adalah penilaian terhadap hasil yang mencerminkan output program.

2.3Pelatihan dan Evaluasi Pelatihan

Pada hakekatnya setiap individu maupun kelompok selalu dituntut untuk belajar dan meningkatkan kemampuannya agar dapat mempertahankan hidupnya, karena dengan belajar akan menghasilkan perubahan, yaitu didapatnya kemampuan yang baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Salah satu peningkatan kemampuan ataupun proses belajar antara lain melalui kegiatan pelatihan. Pelatihan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu training. Kata “latihan” yang selama ini sering digunakan sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu exercise. Exercise atau “latihan” merupakan salah satu metode pengajaran, sehingga latihan sebenarnya tidak sama dengan pelatihan, karena pelatihan bermakna lebih dari sekedar latihan. Metode latihan bisa merupakan salah satu metode yang dipakai dalam suatu pelatihan.

(51)

mengutamakan praktik daripada teori. Hickerson dan Middleton (1975) secara sederhana mendefinisikan Pelatihan sebagai proses belajar yang dirancang untuk merubah penampilan atau keragaan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, Pelatihan adalah suatu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dari sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas seseorang serta diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja baik orang yang bersangkutan maupun organisasi tempat bekerja.

Tracey (1977) mengemukakan beberapa komponen yang perlu dievaluasi dalam pelatihan. Konponen-komponen tersebut adalah: (1) Peserta Pelatihan; (2) Instruktur atau Pelatih; (3) Isi; (4) Urutan dan Alokasi Waktu; (5) Strategi, dan(6) Materi, Alat, dan Fasilitas Pelatihan. Leagans (1961) sebagaimana dikutip Purba (2006), mengemukakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pelatihan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Fasilitas Pelatihan

(52)

b. Pelatih

Salah satu unsur program pelatihan yang menentukan efektivitas pelatihan adalah pelatih (instruktur). Pelatih memegang peranan yang penting karena pelatih yang akan membantu peserta pelatihan untuk menambah pengetahuan, merubah perilaku menjadi produktif dan meningkatkan kecakapan serta keterampilan mereka melalui kegiatan pelatihan. Pelatih harus dapat membuat peserta dapat saling berinteraksi dengan baik atau membuat terjadinya proses komunikasi banyak arah, bukan satu arah (Purba, 2006).

c. Materi pelatihan

Komponen-komponen yang berasal dari materi pelatihan yang mempengaruhi efisiensi belajar dalam pelatihan adalah : banyaknya materi pelatihan; besarnya materi pelatihan; urutan mata ajaran; kualitas materi pelatihan, kegunaan materi pelatihan, dan pengorganisasian materi pelatihan (Padmowihardjo, 1994 sebagaimana dikutip Komalasari, 2003). d. Metode

Metode adalah cara-cara atau prosedur yang digunakan fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan seluruh sistem untuk mencapai suatu tujuan.

(53)

menentukan efektifitas belajar dalam pelatihan. Sifat-sifat tersebut antara lain : bakat; kematangan mental; kematangan fisik; sikap mental; kesehatan; umur dan kelamin. Berdasarkan uraian tersebut, karakteristik lulusan Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed yang diduga berpengaruh terhadap dampak pelatihan adalah umur, pendidikan, pekerjaan atau pengalaman bekerja yang dilihat sebagai latar belakang pekerjaan, motivasi, dan ditambahkan juga status pernikahan.

Lebih lanjut Tracey (1977) menjelaskan tentang Following Up Graduates

yang digunakan untuk melihat apakah peserta pelatihan dari suatu sistem pelatihan menunjukkan kewajiban dan tugas pekerjaan mereka dengan profisiensi yang dapat diterima. Follow Up sangat penting bagi peserta pelatihan, instruktur atau pelatih, perancang sistem, manager pelatihan, dan manajemen lini. Untuk mengumpulkan data Follow Up dapat dilakukan dengan tiga cara. Cara pertama adalah dengan On-site Follow Up yang dilakukan mengobservasi dan mewawancarai lulusan pelatihan, supervisor dan pihak manajemen. Cara kedua adalah dengan meminta laporan dari supervisor operasional. Cara ketiga dilakukan dengan survei melalui kuesioner.

2.4Perubahan Perilaku

Menurut kajian psikologi dalam perspektif perilaku (behavioral perspective), Para "behaviorist" memasukkan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan "tanggapan" (responses), dan lingkungan ke dalam unit "rangsangan"

(54)

Menurut Hickerson dan Middleton (1975) perubahan mencakup tiga komponen perilaku antara lain : (1) pengetahuan (cognitive); (2) sikap (affective), dan (3) keterampilan (psychomotor).

Hamalik (2001) menyatakan bahwa aspek pengetahuan adalah informasi yang tersimpan dan terstruktur. Aspek sikap, mengandung nilai-nilai, sikap perilaku dan perasaan sebagai dasar perilaku. Aspek keterampilan adalah serangkaian tindakan dengan tujuan untuk mengamati, mengungkapkan kembali, merencanakan dan melakukan, baik yang bersifat reproduktif maupun bersifat produktif. Bloom, et. al (1971) mengembangkan klasifikasi hasil atau tujuan belajar yang dikenal dengan Taksonomi Tujuan Belajar Bloom yaitu:

a. Ranah Kognitif

Mengklasifikasikan tujuan-tujuan yang meningkatkan kemampuan intelektual. Individu harus dapat lebih dari mengingat, menentukan permasalahan utama, dan kemudian memberikan umpan balik terhadap materi maupun ide, metode, atau prosedur yang telah dipelajari.

• Pengetahuan (Knowledge)

Pada tahap ini individu dapat mengingat berbagai hal yang pernah dipelajarinya dan tersimpan dalam ingatannya. Berbagai hal ini dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan tersebut, digalipada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

(55)

Pada tahap ini individu mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dan arti berbagai hal yang pernah dilakukan dan dipelajarinya. Ditunjukkan dengan kemampuan individu menerangkan, menerjemahkan, dan menginterpretasikan sesuatu yang dilihat dan didengarnya dengan menggunakan kata-kata sendiri.

• Penerapan (Application)

Kemampuan individu untuk mengapplikasikan (dalam pikiran) apa yang telah dipelajari (kaidah atau metode bekerja) pada kondisi yang berbeda atau konkret dan baru.

• Analisa (Analysis)

Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.

• Sintesa (Synthesis)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian yang dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru.

• Evaluasi (Evaluation)

(56)

b. Ranah Afektif

Kategori tujuan yang meningkatkan kemampuan merasakan, emosi, atau derajat penerimaan atau penolakan.

• Penerimaan (Receiving)

Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu.

• Menanggapi (Responding)

Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

• Penilaian (Valuing)

Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

• Organisasi (Organization)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

• Menghayati

Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jenis dalam mengatur kehidupannya sendiri. c. Ranah Psikomotorik

(57)

2.5Kepuasan Kerja

Hasibuan (1997) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap dan emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada, karena setiap individu pegawai berbeda standar kepuasannya. Menurut Handoko (1994) sebagaimana dikutip Faudji (2005), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaan.

Kepuasan kerja menurut Mangkunegara (2002) adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaannya melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, sruktur organisasi perusahaan, dan mutu pengawasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja (Mangkunegara, 2002) yaitu:

a. Faktor Pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.

(58)

Umar (2005) menyebutkan bahwa kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor berdasarkan Job Description Index

(JDI) meliputi pembayaran, pekerjaan itu sendiri, promosi pekerjaan, kepenyeliaan dan rekan kerja. Menurut Hasibuan (1997), kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Balas jasa yang adil dan layak

b. Penempatan yang tepat dan sesuai dengan keahlian c. Berat ringannya pekerjaan

d. Suasana dan lingkungan pekerjaan

e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan f. Sikap pimpinan dalam kepemimpinan

g. Sifat pekerjaan monoton atau tidak

Panggabean (2004) sebagaimana dikutip Hamdani (2006) membagi variabel-variabel kepuasan kerja dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Karakteristik pekerjaan terdiri dari keanekaragaman keterampilan, identitas tugas, keberartian tugas, otonomi dan umpan balik.

b. Karakteristik organisasi mencakup skala usaha, kompleksitas, sentralisasi, jumlah anggota kelompok, anggaran, lamanya beroperasi, usia kelompok kerja dan kepemimpinan.

(59)

Mangkunegara (2002) menjelaskan mengenai kompensasi yang ditujukan untuk menjamin keadilan baik secara eksternal maupun internal karyawan. Kompensasi meliputi bentuk pembayaran tunai langsung, pembayaran tidak langsung dalam bentuk manfaat karyawan, dan insentif untuk memotivasi karyawan agar bekerja keras untuk mencapai produktivitas yang semakin tinggi. Kompensasi mengandung arti tidak sekadar hanya dalam bentuk finansial saja, seperti yang langsung berupa gaji, upah, komisi, bonus, serta tidak langsung berupa asuransi, bantuan sosial, uang cuti, uang pensiun, pendidikan, dan sebagainya, tetapi juga bukan bentuk finansial. Bentuk ini berupa pekerjaan dan lingkungan pekerjaan. Bentuk pekerjaan berupa tanggung jawab, perhatian, kesempatan dan penghargaan, sementara bentuk lingkungan pekerjaan berupa kondisi kerja, pembagian kerja, status dan kebijakan. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan cerminan perasaan pegawai yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap pekerjaannya yang nampak dalam sikap kepositifan dan kenegatifan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. Variabel-variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja dapat kita simpulkan sebagai berikut :

a. Pekerjaan, menyangkut penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian dan berat ringannya pekerjaan.

b. Kompensasi, menyangkut balas jasa yang adil dan layak meliputi gaji, tunjangan, asuransi, kesempatan untuk promosi jabatan ataupun penghargaan atas suatu prestasi.

(60)

d. Hubungan antar pribadi, menyangkut kedekatan, pemberian semangat dan dorongan sesama rekan kerja. Hubungan dengan atasan atau pimpinan, menyangkut kedekatan, kesempatan untuk memberikan usul/ide/saran kepada atasan dan apresiasi terhadap usul/ide/saran yang diberikan.

2.6 Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja dapat diartikan sebagai suatu ukuran sejauh mana sumber-sumber daya digabungkan dan dipergunakan dengan baik dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang diinginkan (Atmosoprapto 2000 sebagaimana dikutip Faudji, 2005) . Secara filosofis, produktivitas mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu berpandangan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini (Umar, 2005).

Produktivitas diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa dan dipengaruhi oleh (Simanjuntak, 1985):

a. Menyangkut kualitas dan kemampuan seorang karyawan yang dipengaruhi oleh pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik

b. Sarana pendukungnya

• lingkungan kerja : tingkat keselamatan dan kesehatan kerja, sarana dan peralatan produksi serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.

(61)

c. Supra sarana yang terdiri dari : kebijakan pemerintah, hubungan antara pengusaha dan pekerja dan kemampuan manajemen perusahaan.

2.7Hasil Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Penelitian Mulyadi (2007) yang berjudul Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Usaha Pengembangan Masyarakat, di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, membahas mengenai tanggung jawab sosial PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT Telkom) dalam usaha pengembangan masyarakat. Pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Telkom didasari motif altruisme dan membentuk citra positif. Pelaksanaan tersebut belum berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Masyarakat penerima program kemitraan dan bina lingkungan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengelolaan program masih bersifat jangka pendek dan menyelesaikan masalah sesaat, sehingga program tanggung jawab sosial Telkom masih berada pada lingkup community service.

Penelitian Setianingrum (2007) yang berjudul Analisis Community Development sebagai Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di PT ISM Bogasari Four Mills, Jakarta, menyatakan bahwa program CSR yang dilaksnakan Bogasari lebih bersifat charity. Bogasari juga telah mengarahkan program CSR ke arah pengembangan masyarakat, dengan menerapkan prinsip partisipasi dan pemberdayaan.

(62)

Kertas, membahas mengenai program pengembangan masyarakat PT Astra dengan pembentukan Kelompok Kerja Daur Ulang Kertas melalui pelatihan. Pelatihan yang diselenggarakan oleh PT Astra telah memberi tambahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta pelatihan. Para peserta baru mengetahui cara mendaur ulang kertas setelah mengikuti pelatihan.

Faktor karakteristik individu yang berhubungan dengan perubahan pengetahuan adalah jenis kelamin, latar belakang pendidikan, latar belakang pekerjaan, dan motivasi mengikuti pelatihan. Usia tidak ada hubungan dengan perubahan pengetahuan peserta.

Usia, latar belakang pendidikan, latar belakang pekerjaan, dan motivasi mengikuti pelatihan berhubungan dengan sikap peserta. Jenis kelamin tidak berhubungan dengan sikap peserta. Faktor keragaman pelatihan yang berhubungan dengan perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) adalah kelengkapan fasilitas, relevansi materi pelatihan, kemampuan pelatih, dan relevansi metode pelatihan.

(63)

2.8Kerangka Pemikiran

Kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia didasari atas UU No.40 tahun 2007, pasal 74. Upaya tanggung jawab sosial tersebut merupakan bagian dari sinergitas antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mewujudkan rumusan MDGs. Perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan didasari atas beberapa prinsip yang disebut

triple bottom lines. Konsep tersebut meliputi tangung jawab perusahaan untuk mendapatkan laba (Profit), tanggung jawab terhadap kesejahteraan manusia

(People), dan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup (Planet).

Setiap perusahaan memiliki kebijaksanaan tersendiri dalam memenuhi kewajiban tersebut. Kebijaksanaan ini berkaitan dengan paradigma yang akan dianut perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Terdapat tiga paradigma yang dianut perusahaan, yaitu charity, philantrophy, dan corporate citizenship. Masing-masing memiliki perbedaan dan konsep-konsep yang berbeda-beda dan akan mempengaruhi bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Kebijaksanaan perusahaan akan menentukan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan. Bentuk-bentuk yang beragam program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, diharapkan tepat sasaran, bermanfaat, efisien, dan efektif baik bagi stakeholders perusahaan, khususnya masyarakat dan perusahaan itu sendiri.

(64)

untuk dijadikan karyawan atau buruh garmen. Pelaksanaan program pelatihan ini melibatkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang dan LPK ASA Group Semarang. Program ini bertujuan untuk mengurangi pengangguran di wilayah Kota Semarang dengan mempersiapkan tenaga kerja siap pakai, khususnya di bidang garmen.

Evaluasi Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku peserta pelatihan dan melihat seberapa besar kepuasan kerja dan produktivitas lulusan pelatihan di perusahaaan dimana ia bekerja. Perubahan perilaku peserta Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dipengaruhi oleh karakteristik individu (peserta pelatihan) yang mencakup usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja sebelum mengikuti pelatihan, dan motivasi mengikuti pelatihan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor keragaan pelatihan yang meliputi instruktur atau pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan dan fasilitas pelatihan. Hal-hal tersebut merupakan input dan proses pelatihan yang akan mempengaruhi perubahan perilaku pelatihan.

Output pelatihan berupa perubahan perilaku pelatihan sesudah pelatihan, yang menunjukkan kemampuan mereka menggunakan Mesin Jahit High Speed

(65)
(66)

 

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Jamsostek (Persero) KARAKTERISTIK INDIVIDU

a. Usia

b. Status Perkawinan c. Pengalaman Kerja d. Latar Belakang

Pendidikan e. Motivasi Mengikuti

Pelatihan

KERAGAAN PELATIHAN

a. Instruktur atau Pelatih

b. Fasilitas Pelatihan c. Materi Pelatihan

d. Metode Pelatihan

d. Hubungan antar pribadi

PRODUKTIVITAS KERJA

KEBIJAKSANAAN DAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

(67)
(68)

2.9Hipotesis Kerja

1. Perubahan perilaku peserta pelatihan sesudah pelatihan (output) dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu (usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan motivasi mengikuti pelatihan) dan keragaan pelatihan (instruktur atau pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan dan fasilitas pelatihan). 2. Perubahan perilaku peserta pelatihan setelah bekerja (outcome)

dipengaruhi oleh perubahan perilaku peserta pelatihan sesudah pelatihan (output).

3. Produktivitas kerja (effect) dipengaruhi oleh perubahan perilaku peserta pelatihan setelah bekerja (outcome), dan dipengaruhi oleh kepuasan kerja.

2.10 Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional dari konsep-konsep yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(69)

1. Usia adalah lama waktu hidup peserta pelatihan sejak dilahirkan sampai pada saat pelatihan dilaksanakan, diukur dalam tahun. Dikategorikan menjadi :

• Muda (18-20 tahun), diberi skor 1 • Dewasa (21-24 tahun), diberi skor 2

2. Status Perkawinan adalah keterangan diri mengenai perkawinan peserta pelatihan saat pelatihan berlangsung. Dikategorikan menjadi Belum Menikah (1) dan Menikah (2).

3. Latar belakang pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh responden pada saat pelatihan dilaksanakan. Dikategorikan menjadi:

• SLTP/ sederajat diberi skor 1 • SLTA/sederajat diberi skor 2

4. Pengalaman Kerja adalah aktivitas ekonomi yang sedang atau pernah dilakukan responden pada saat sebelum pelatihan berlangsung. Dikategorikan menjadi :

• Tidak Bekerja diberi skor 1 • Bekerja Non Garmen diberi skor 2 • Bekerja di Garmen diberi skor 3

5. Motivasi adalah kebutuhan yang dirasakan seseorang yang mendorongnya mengikuti Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed. Dikategorikan menjadi :

(70)

• Menambah Keterampilan dan Mendapat Pekerjaan diberi skor 3

6. Keragaan Pelatihan adalah komponen-komponen yang terdapat dalam pelatihan (instruktur atau pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan dan fasilitas pelatihan). Diukur dengan memberikan pertanyaan mengenai penilaian peserta pelatihan terhadap keragaan pelatihan, mulai dari “sangat setuju” dengan skor 4, “setuju” dengan skor 3, “tidak setuju” dengan skor 2, dan “sangat tidak setuju” dengan skor 1.

a. Instruktur atau Pelatih adalah orang yang menyampaikan materi kepada peserta pelatihan, dinilai melalui: penguasaan dan penyampaian materi, kemampuan mengajar, dan kemampuan menjalin komunikasi dengan peserta. Diukur dengan memberikan empat pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 4. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi :

• Tidak Mampu, apabila skor responden 4-9 • Mampu, apabila skor responden 10-16

(71)

dan suasana ruang. Diukur dengan memberikan tiga pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 12 dan skor minimum adalah 3. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi :

• Tidak Lengkap dan Tidak Layak, apabila skor responden 3-7

• Lengkap dan Layak, apabila skor responden 8-12 • Materi Pelatihan : menyangkut relevansi materi yang dilihat

berdasarkan pernyataan peserta pelatihan terhadap kesesuaian materi yang diberikan dalam pelatihan dengan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai. Diukur dengan memberikan empat pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 4. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi :

• Tidak Relevan, apabila skor responden 4-10 • Relevan, apabila skor responden 11-16

(72)

kesesuaian materi serta pelaksanaan metode pelatihan. Diberikan dua pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 8 dan skor minimum adalah 2. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi :

• Tidak Relevan, apabila skor responden 2-5 • Relevan, apabila skor responden 6-8

7. Perubahan Perilaku adalah perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan menurut persepsi peserta pelatihan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan teknik recall kepada lulusan pelatihan, dengan hanya mengukur perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan. Perubahan perilaku sesudah pelatihan merupakan output pelatihan. Perubahan perilaku setelah bekerja merupakan outcome pelatihan. Perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan menurut persepsi peserta pelatihan, dinilai dengan memberikan 10 soal perbandingan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan. Skor maksimum 30 dan skor minimum 0. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi:

• Rendah, apabila skor responden 0-14 • Tinggi, apabila skor responden 15-28

Gambar

Gambar 2.1. Ruang Lingkup CSR
Tabel 2.1.  Paradigma Kedermawanan Sosial Perusahaan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Jamsostek (Persero)
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Jamsostek (Persero)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas

Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan terutama sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 74 Undang-Undang Nomor

Untuk merespon tuntutan dan keluhan masyarakat, sebagai wujud dari tanggung jawab sosial dan lingkungan, KIM memiliki beberapa program yang ditujukan kepada

Dari ketiga identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan evaluasi laporan keuangan terkait dengan tanggung jawab sosial yaitu

Tidak ada pengertian tunggal mengenai konsep tanggung jawab sosial, akan tetapi dapat diartikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen dari pelaku usaha

Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas

Bank Mandiri (PERSERO) Kanwil VIII Tbk Surabaya dalam program Tanggung jawab Sosial Perusahaan menyadari bahwa CSR atau PKBL adalah suatu kewajiban dan tanggung

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis bentuk pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PG Semboro di desa