• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed

UCAPAN TERIMA KASIH

EVALUASI PELATIHAN PENGGUNAAN MESIN JAHIT HIGH SPEED

7.3 Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

7.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Pelatihan PenggunaanMesin Jahit High Speed

7.3.2.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Output Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed

Perubahan perilaku yang dalam penelitian ini mencakup perubahan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan. Hubungan antara perubahan tingkat pengetahuan dan keterampilan sesudah pelatihan dengan karakteristik individu yang mencakup usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan terakhir, pengalaman kerja, dan motivasi mengikuti pelatihan dianalisis dengan

menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik non parametrik Chi Square. Uji-uji tersebut menggunakan skala nominal dan ordinal dalam bentuk angka dan frekuensi yang berupa data skor (Iskandar, 2008).

Patokan pengambilan keputusan berdasarkan nilai Asymp Sig. adalah jika nilai Asymp Sig (2-sided) lebih kecil dari nilai α=(0,05), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan antara variabel-variabel yang diuji. Hubungan karakteristik individu dengan perubahan pengetahuan sesudah pelatihan dapat dilihat pada Tabel 7.4.

Tabel 7.4 Hasil Analisis Chi Square antara Karakteristik Individu dengan Perubahan Tingkat Pengetahuan Sesudah Pelatihan, 2008

Karakteristik Asymp.Sig. (2-sided) Keterangan

Usia 0,732 Tidak Signifikan

Status Perkawinan 0,009 Signifikan

Pendidikan Terakhir 0,513 Tidak Signifikan

Pengalaman Kerja 0,005 Signifikan

Motivasi 0,982 Tidak Signifikan

Berdasarkan Tabel 7.4, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa variabel- variabel karakteristik individu tidak memiliki perbedaan dengan perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan. Hanya status perkawinan dan pengalaman kerja yang menunjukkan adanya perbedaan pada perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan.

Tidak ada perbedaan antara usia muda dan dewasa dengan perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa terdapat peserta pelatihan pada kategori pemuda dan dewasa ada yang memiliki tingkat perubahan pengetahuan yang tergolong tinggi. Begitu juga sebaliknya, ada juga

peserta pelatihan pada kategori pemuda dan dewasa memiliki tingkat perubahan pengetahuan yang rendah.

Berdasarkan Tabel 7.4, terdapat perbedaan perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan antara yang sudah menikah dengan yang belum menikah. Menurut staf LPK ASA Group Semarang, wanita yang telah menikah cenderung lebih telaten dan lebih cermat dalam menjahit. Hal ini yang membuat mereka dapat menerima materi dengan mudah dan cenderung lebih cepat dibandingkan yang lainnya.

Tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan antara yang berpendidikan SLTP/ sederajat dengan yang berpendidikan SLTA/sederajat. Hal ini disebabkan mereka sama-sama memperoleh materi pelatihan dan metode yang sama dan dimulai dari ketidaktahuan terhadap materi pelatihan yang tidak diajarkan saat mereka berada di bangku sekolah, sehingga pengetahuan mereka sesudah pelatihan tidak berbeda dengan yang mengenyam pendidikan yang lebih tinggi atau yang lebih rendah.

Terdapat perbedaan perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan dengan berbagai pengalaman kerja yang dimiliki responden. Responden yang pernah bekerja di bidang garmen, memiliki tingkat pengetahuan terhadap materi pelatihan lebih baik, karena materi pelatihan tidak jauh berbeda dengan yang mereka tahu saat bekerja dulu. Hal tersebut membuat mereka dapat meningkatkan pengetahuan mereka lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Tidak terdapat perbedaan perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan terhadap berbagai motivasi yang dimiliki responden. Hal ini disebabkan mereka

sama-sama memperoleh materi pelatihan dan metode yang sama sehingga perubahan pengetahuan mereka tidak dipengaruhi oleh motivasi.

Hubungan karakteristik individu dengan perubahan keterampilan sesudah pelatihan dapat dilihat pada Tabel 7.5.

Tabel 7.5 Hasil Analisis Chi Square antara Karakteristik Individu dengan Perubahan Tingkat Keterampilan Sesudah Pelatihan, 2008

Karakteristik Asymp.Sig. (2-sided) Keterangan

Usia 0,654 Tidak Signifikan

Status Perkawinan 0,046 Signifikan

Pendidikan Terakhir 1,000 Tidak Signifikan

Pengalaman Kerja 0,013 Signifikan

Motivasi 0, 426 Tidak Signifikan

Berdasarkan Tabel 7.5, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa variabel- variabel karakteristik individu tidak memiliki perbedaan dengan perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan. Hanya pengalaman kerja dan status perkawinan yang menunjukkan adanya perbedaan pada perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan.

Tidak terdapat perbedaaan perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan antara peserta pelatihan usia muda dan dewasa. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa terdapat peserta pelatihan pada kategori Muda dan Dewasa ada yang memiliki tingkat perubahan keterampilan yang tergolong tinggi. Begitu juga sebaliknya, ada juga peserta pelatihan pada kategori pemuda dan dewasa memiliki tingkat perubahan keterampilan yang rendah.

Terdapat perbedaan perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan antara yang sudah menikah dengan yang belum menikah. Peserta pelatihan yang telah menikah lebih cermat dan telaten dalam mengerjakan sesuatu. Hal tersebut

membuat hasil jahitan mereka lebih rapih dibandingkan dengan yang lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta pelatihan yang telah menikah cenderung lebih terampil.

Tidak terdapat perbedaan perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan antara peserta pelatihan yang lulusan SLTP/sederajat maupun lulusan SLTA/sederajat. Pelatihan tidak pernah membedakan tingkat pendidikan peserta pelatihan. Semua memperoleh materi pelatihan dan metode yang sama dan dimulai dari ketidaktahuan terhadap materi pelatihan yang tidak diajarkan saat mereka berada di bangku sekolah, sehingga keterampilan mereka sesudah pelatihan tidak berbeda dengan yang mengenyam pendidikan yang lebih tinggi atau yang lebih rendah.

Terdapat perbedaan perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan dengan berbagai pengalaman kerja peserta pelatihan. Hal tersebut dikarenakan responden yang pernah bekerja di bidang garmen dan mengikuti pelatihan yang menggunakan metode praktek langsung tiap harinya dapat menjadi lebih terampil dan terlatih dalam mengoperasikan mesin jahit. Selain itu, mereka menjadi lebih lincah dan cepat dalam mengoperasikan mesin jahit High Speed. Responden yang belum pernah bekerja di bidang garmen banyak mengalami kesulitan dan lebih lambat belajar dalam mengoperasikan mesin jahit High Speed.

Tidak terdapat perbedaan perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan dengan berbagai motivasi yang dimiliki peserta pelatihan. Hal ini disebabkan mereka sama-sama memperoleh materi pelatihan dan metode yang sama sehingga perubahan keterampilan mereka tidak dipengaruhi oleh motivasi.

7.3.2.2 Hubungan Keragaan Pelatihan terhadap Perubahan Perilaku Sesudah