• Tidak ada hasil yang ditemukan

UCAPAN TERIMA KASIH

EVALUASI PELATIHAN PENGGUNAAN MESIN JAHIT HIGH SPEED

7.5 Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

7.5.1 Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed

Effect Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja dan produktivitas kerja lulusan pelatihan yang telah bekerja di suatu perusahaan garmen. Kepuasan kerja adalah cerminan perasaan pegawai yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap pekerjaannya yang nampak dalam sikap kepositifan dan kenegatifan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. Kepuasan kerja dalam penelitian ini dilihat berdasarkan kategori pekerjaan, kompensasi, kondisi kerja dan hubungan antar pribadi. Jumlah dan persentase kepuasan kerja responden dapat dilihat pada Tabel 7.9

Tabel 7.9 Jumlah dan Persentase Kepuasan Kerja Responden, 2008

Kepuasan Kerja Jumlah (orang) Persentase (%)

Pekerjaan Puas 23 76,67

Tinggi 7 23,33

Kompensasi Puas 17 56,67

Tidak Puas 13 43,33

Kondisi Kerja Puas 21 70,00

Tidak Puas 9 30,00

Hubungan Antar Pribadi

Puas 26 86,67

Tidak Puas 4 13,33

Berdasarkan Tabel 7.9, hanya tujuh orang atau sebesar 23,33 persen yang menyatakan ketidakpuasan terhadap pekerjaan mereka. Sebanyak 23 orang lainnya atau sebesar 76,67 persen menyatakan puas terhadap pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan pelatihan cenderung puas bekerja sesuai dengan keahlian dan berat ringannya pekerjaan. Lulusan pelatihan juga cenderung puas dengan waktu yang disediakan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Kepuasan ini dikarenakan mereka mendapat pekerjaan dan memperoleh penghasilan, mengingat mendapatkan pekerjaan sangat sulit bagi mereka. Ketidakpuasan lebih diakibatkan karena terkadang mereka diharuskan untuk lembur hingga malam hari untuk mengejar target produksi, khususnya bagi yang sudah berkeluarga cenderung keberatan dengan adanya lembur.

“....aku nduwe anak cilik ki...., so’ dong nek kon lembur tekan mbengi, nnggo ngoyak target, opo meneh nek seko Maissy iso suwi, ngantek nritik ngono lho..., saake anakku, aku teko wes turu...kan yo butuh kasih sayang ngono lho mbak...”(ME, 24 tahun).

[“...aku mempunyai anak kecil ini..., kadang kalau disuruh lembur sampai malam, untuk mengejar target, apa lagi kalau dari Maissy bisa lama, sampai teliti dan rumit banget begitu lho...kasihan anakku, aku datang sudah tidur..kan ya butuh kasih sayang gitu lho mbak...”(ME, 24 tahun)]

Berdasarkan penilaian lulusan pelatihan terhadap kompensasi pada Tabel 7.9, sebanyak 17 orang atau sebesar 56,67 persen menyatakan puas. Terdapat 13 orang atau sebesar 43,33 persen menyatakan tidak puas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lulusan pelatihan cenderung puas dengan kompensasi yang mereka dapat.

Kepuasan tersebut dikarenakan mereka mendapat pekerjaan dan mendapat penghasilan bila bekerja di perusahaan garmen. Rata-rata gaji mereka tidak jauh berbeda denga UMR setempat. Selain itu, terdapat tunjangan atau asuransi Jamsostek yang diperoleh dari perusahaan.

Berdasarkan penilaian lulusan pelatihan terhadap kondisi kerja hanya ada sembilan orang atau sebesar 30 persen yang tidak puas terhadap kondisi kerja. Sebanyak 21 orang atau sebesar 70 persen menyatakan bahwa mereka puas terhadap kondisi kerja mereka saat ini. Artinya, lingkungan kerja tergolong nyaman, aman dan bersih.

Hal tersebut didukung oleh sistem keamanan yang cukup ketat dan fasilitas keselamatan kerja yang lengkap. Rata-rata tiap perusahaan garmen telah memiliki standar operasional prosedur keselamatan kerja, serta dilengkapi dengan ketersediaan obat-obatan. Fasilitas untuk bekerja, misalnya peralatan produksi dalam kondisi baik dan selalu terawat, sehingga dapat memperlancar proses produksi yang dilakukan buruh garmen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lulusan pelatihan puas terhadap kondisi tempat kerja mereka.

Berdasarkan penilaian lulusan pelatihan terhadap hubungan antar pribadi, hanya terdapat empat orang atau sebesar 13,33 persen yang menyatakan tidak puas terhadap hubungan mereka dengan rekan kerja dan atasan. Sebanyak 26 orang atau sebesar 86,67 persen menyatakan puas terhadap hubungan mereka dengan rekan kerja dan atasan. Nilai tersebut memberi arti bahwa lulusan pelatihan puas terhadap interaksi antara rekan dan atasan. Sesama rekan kerja menjalin hubungan baik dan saling memberikan dorongan, semangat, dan kerja sama secara positif. Selain itu, hubungan dengan atasan terjalin dengan baik serta kemauan atasan untuk menerima serta menghargai saran atau kritik yang disampaikan.

Berdasarkan hasil penelitian, lulusan pelatihan yang tergolong tidak puas adalah lulusan pelatihan yang bekerja pada PT Morich Indo Fashion dan PT Samwon Busana Indonesia. Menurut lulusan pelatihan yang bekerja di kedua perusahaan tersebut, ketidakpuasan hubungan antar pribadi dikarenakan rekan kerja yang lebih senior bersikap tidak ramah pada buruh yang baru bekerja. Selain itu, atasan cenderung bersikap memaksa mereka untuk bekerja lembur, jika target memproduksi pesanan harus membutuhkan tambahan waktu tanpa kompensasi yang layak.

“....sing seko ASA ketoke wis do metuh kabeh kok mbak...nek ono paling yo siji loro, aku mbek kancaku wae meh metu...senior-seniore ki do galak mbek cah anyar, judes ngono lho mbak....supervisore meneh, galakke pol!...nek ora melbu sedina trus surat ijine telat wae langsung kon metu...!”(RS, 21 tahun, buruh garmen PT Morich Indo Fashion)

[“....yang dari ASA sepertinya sudah keluar semua kok mbak..kalau ada mungkin satu dua, aku dan temenku saja mau keluar...senior-seniornya galak-galak dengan anak baru. judes gitu lho mbak... supervisor apalagi, galak banget!kalau tidak masuk sehari, lalu surat ijin telat aja langsung disuruh keluar...!” (RS, 21 tahun, buruh garmen PT Morich Indo Fashion)

“....Koreane galak-galak tur pelit...nek njaluk njahite kudu tekan nritik...” (ME, 24 tahun, buruh garmen PT Samwon Busana Indonesia).

[“...Orang Koreanya galak-galak dan pelit. Kalau minta menjahit harus sampai teliti dan rumit banget....” (ME, 24 tahun, buruh garmen PT Samwon Busana Indonesia)]

Produktivitas kerja adalah tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang- barang atau jasa-jasa. Diukur dengan penilaian supervisor lulusan pelatihan dengan memberikan satu pertanyaan mengenai produktivitas kerja lulusan dibandingkan dengan karyawan lain yang berasal bukan dari pelatihan. Penilaian supervisor ataupun staf HRD perusahaan lulusan pelatihan bekerja dapat dilihat pada Tabel 7.10.

Tabel 7.10 Jumlah dan Persentase Penilaian Supervisor terhadap Produktivitas Lulusan Pelatihan Dibandingkan dengan Karyawan Lain Non Pelatihan, 2008

Nilai Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 3 10,00 2 2 6,67 3 11 36,67 4 13 43,33 5 1 3,33 Total 30 100 Keterangan : 1: Tidak memuaskan; 2: Di bawah rata-rata; 3: Rata-rata; 4: Di atas rata-rata; 5:

Memuaskan

Berdasarkan nilai pada Tabel 7.10, maka dapat disimpulkan bahwa lulusan pelatihan mayoritas di atas rata-rata. Namun, sebagian besar lulusan pelatihan dibandingkan dengan yang bukan lulusan pelatihan adalah rata-rata atau bahkan di bawah rata-rata. Banyak perusahaan garmen yang menilai buruh lulusan fresh

graduate dari lembaga pelatihan atau kursus tidak sebaik buruh yang sudah berpengalaman. Bahkan, terdapat beberapa perusahaan garmen yang tidak lagi bersedia menerima lulusan fresh graduate lembaga atau kursus karena kemampuan dan keterampilannya dianggap di bawah rata-rata dan akan menghambat Line untuk memproduksi sesuai target.

7.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Effect Pelatihan Penggunaan Mesin