• Tidak ada hasil yang ditemukan

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N M A R O S PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P E M E R I N T A H K A B U P A T E N M A R O S PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-1

Bab VII

7.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilaya Kabupaten Maros

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) di Kabupaten Maros Berdasarkan Sudut Kepentingan yang meliputi;

1. KSK Dengan Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Maros diarahkan pada:

 Kawasan Perkotaan Barandasi Kecamatan Lau;

 Kawasan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin di Kecamatan Mandai Kabupaten Maros;

 Kawasan potensi pengembangan ekonomi di wilayah pesisir Kecamatan Marusu, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Lau dan Kecamatan Bontoa;

 Kawasan Minapolitan di Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau, Kecamatan Marusu dan Kecamatan Maros Baru;

 Kawasan agrowisata yang terpadu dengan Agropolitan Tanralili;

 Kawasan wisata pasir putih Pantai Kuri Kecamatan Marusu;

 Kawasan Perdagangan Pasar Tradisional Modern Kota Maros di Kecamatan Turikale;

 Kawasan Perdagangan Pasar Induk Pertanian Kabupaten Maros di Kecamatan Turikale;

 Kawasan Kota Baru Moncongloe di Kecamatan Moncongloe;

 Kawasan perkotaan Baru Satelit Mandai di Kecamatan Mandai; dan

(2)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-2

2. KSK Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya

Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya di Kabupaten Maros meliputi;

 Kawasan pendopo Pallantikang Karaeng Marusu di Kelurahan Pallantikang Kecamatan Maros Baru;

 Kawasan rumah adat Karaeng Loe Ripakere (istana raja Marusu) di Desa Bonto Tallasa Kec. Simbang; dan

 Kawasan budaya Khawaltiah Sammang di Patte’ne Desa Temmappaduae Kecamatan Marusu, Leppangkomae Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru, dan Kelurahan Turikale Kecamatan Turikale.

3. KSK Dengan Sudut Kepentingan Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi

Untuk kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi di Kabupaten Maros, terdiri atas :

 Rencana pembangunan Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kecamatan Tompobulu;

 Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTHM) di Mallawa;

 Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Bontoa;

 Kawasan Pabrik Semen Bosowa di Kecamatan Bantimurung; dan

 Kawasan penambangan marmer di Kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Simbang.

4. KSK Dengan Sudut Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Maros meliputi ;

 Kawasan wisata alam dan Agrowisata Bantimurung Kecamatan Bantimurung;

 Kawasan wisata Cagar Alam Karaenta yang terpadu dengan Goa Salukang Kallang Kecamatan Cenrana; dan

(3)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-3

5. KSK Dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, terdiri atas:

 Kawasan Lapangan Udara (LANUD) Hasanuddin di Kecamatan Mandai;

 Kawasan KOSTRAD Batalyon Infantri L-433 Julu Siri di Sambueja Kecamatan Simbang; dan

 Kawasan KOSTRAD Kompi Zeni dan Tempur A, B, dan C dan Batalyon Zeni dan Tempur 8 Sakti Mandraguna di Kariango Kecamatan Tanralili.

Tabel 7.1.

Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) berdasarkan RTRW KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN MAROS SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN (1) (2) (3)

Kawasan Perkotaan Barandasi Pertumbuhan

Ekonomi

Kecamatan Lau

Kawasan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Kecamatan Mandai Kabupaten Maros Kawasan potensi pengembangan ekonomi di wilayah pesisir Kecamatan Marusu, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Lau dan Kecamatan Bontoa

Kawasan Minapolitan Kecamatan Bontoa,

Kecamatan Lau,

Kecamatan Marusu dan Kecamatan Maros Baru Kawasan agrowisata yang

terpadu dengan Agropolitan

Tanralili Kawasan Perdagangan Pasar

Tradisional Modern

Kota Maros di Kecamatan Turikale

Kawasan Perdagangan Pasar Induk Pertanian Kabupaten Maros

Kecamatan Turikale

Kawasan Kota Baru Moncongloe

Kecamatan Moncongloe Kawasan perkotaan Baru

Satelit Mandai

Kecamatan Mandai Kawasan perkotaan Baru

Satelit Maros

Kecamatan Turikale

(4)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-4 KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN MAROS SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN (1) (2) (3)

Karaeng Marusu Kecamatan Maros Baru

Kawasan rumah adat Karaeng Loe Ripakere (istana raja Marusu)

Desa Bonto Tallasa Kec. Simbang

Kawasan budaya Khawaltiah Sammang di Patte’ne

Desa Temmappaduae Kecamatan Marusu, Leppangkomae Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru, dan

Kelurahan Turikale Kecamatan Turikale Rencana pembangunan

Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi

Kecamatan Tompobulu

Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTHM)

Mallawa

Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Kecamatan Bontoa

Kawasan Pabrik Semen Bosowa

Kecamatan Bantimurung Kawasan penambangan

marmer

Kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Simbang Kawasan wisata alam dan

Agrowisata Bantimurung

Fungsi Dan Daya

Dukung Lingkungan

Hidup

Kecamatan Bantimurung

Kawasan wisata Cagar Alam Karaenta yang terpadu dengan Goa Salukang Kallang

Kecamatan Cenrana

Kawasan wisata alam air panas

Dusun Reatoa Kecamatan Mallawa

Kawasan Lapangan Udara (LANUD) Hasanuddin

Pertahanan dan

Keamanan

Kecamatan Mandai

Kawasan KOSTRAD Batalyon Infantri L-433 Julu Siri

Sambueja Kecamatan Simbang

Kawasan KOSTRAD Kompi Zeni dan Tempur A, B, dan C dan Batalyon Zeni dan Tempur 8 Sakti Mandraguna

Kariango Kecamatan Tanralili

(5)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-5

b. Arahan pengembangan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi;

1. Arahan Pengembangan Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Maros harus menggambarkan arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Maros. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Maros merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, terdiri atas:

a. PKN Mamminasata yang berada di wilayah kabupaten; b. PKLp yang berada di wilayah kabupaten;

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

2. Arahan Pengembangan Pola Ruang

 Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumbedaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung di Kabupaten Maros mutlak ada dan diperlukan, baik untuk perlindungan pada lingkup ruang wilayah Kabupaten Maros maupun untuk perlindungan pada wilayah sekitarnya. Perlindungan ini dilakukan untuk melindungi lingkungan hidup, manusia dan makhluk hidup lainnya beserta aktivitasnya dari akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam, dan/atau ulah manusia dan makhluk hidup lainnya yang merusak kealamian, kelestarian dan keselamatan tata kehidupan.

Kawasan lindung adalah kawasan yang fungsinya tidak diperkenankan adanya kegiatan manusia. Yang termasuk kawasan lindung di Kabupaten Maros terbagi atas :

(6)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-6 1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan

bawahannya;

2. Kawasan perlindungan setempat;

3. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya;

4. Kawasan rawan bencana alam; 5. Kawasan lindung geologi; dan 6. Kawasan lindung lainnya.

 Kawasan budidaya dapat diartikan sebagai wilayah yang dapat dibudidayakan dan difungsikan untuk kepentingan pembangunan dalam bentuk kegiatan usaha berbagai sektor atau sub sektor pembangunan yang terkait. Kriteria kawasan budidaya adalah ukuran yang meliputi daya dukung, aspek-aspek yang mempengaruhi sinergi antar kegiatan dan kelestarian lingkungan. Penetapan kawasan budidaya dapat dikelompokkan ke dalam dua kriteria, yaitu kriteria sektoral dan kriteria ruang.

Kriteria teknis sektoral kawasan budidaya adalah suatu kegiatan dalam kawasan yang memenuhi ketentuan-ketentuan teknis seperti daya dukung, kesesuaian lahan, bebas bencana, dan lain-lain. Sedangkan kriteria ruang kawasan budidaya menentukan pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang menghasilkan nilai sinergi terbesar untuk kesejahteraan masyarakat dan tidak bertentangan dengan kelestarian lingkungan.

Pengelolaan kawasan budidaya adalah suatu pendekatan dalam mengelola kawasan-kawasan di luar kawasan lindung agar pemanfaatannya dilakukan secara optimal, selaras, dan serasi dengan kawasan lindung dalam mewujudkan pembangunan daerah.

Penetapan suatu kawasan budidaya dengan fungsi utama tertentu, selain mengacu pada kriteria harus mempertimbangkan faktor-faktor lain, yaitu :

(7)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-7 2. Tahapan, pembiayaan, dan pengelolaan pembangunan serta

pembinaan kemampuan kelembagaan;

3. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan fungsi budidaya dan fungsi lindung, dimensi waktu, teknologi, sosial budaya serta fungsi pertahanan dan keamanan.

3. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Dan Pola Ruang

Keciptakaryaan.

 Rencana Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Permukiman Perkotaan

Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air pegunungan yang merupakan air bersih utama bagi masyarakat perdesaan, sedangkan pada kawasan perkotaan sebagian besar memanfaatkan air yang bersumber dari PDAM. Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih maka direncanakan:

1. Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan proses pengolahan menjadi air bersih yang memiliki sanitasi tinggi yang sesuai dengan standar kesehatan.

2. Kebutuhan air bersih di Kabupaten Maros dapat dikategorikan dalam 2 (dua) jenis pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan non-domestik seperti industri, perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran, perdagangan, dan lain-lain, pada setiap kecamatan adalah sebagai berikut:

- Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000 jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh PDAM.

- Sistem pelayanan air bersih pedesaan dilayani melalui Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan langsung dari PDAM di pedesaan, dengan sumber air baku dari mata air di pegunungan atau air tanah. Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui sumber air

(8)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-8 lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan (PAH)

yang memadai untuk setiap rumah tangga.

Potensi sumber-sumber air baku di wilayah kabupaten Maros pada dasarnya cukup besar, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sungai yang ada di wilayah ini seperti Sungai Lekopancing, sumber air Pattontongan di Kecamatan Tanralili, bendungan Carangki di Kecamatan Tanralili, dan Bendungan Bontosunggu di Kecamatan Tompobulu. Sedangkan unit produksi air minum meliputi: IPA Bantimurung untuk melayani Kawasan Perkotaan, Lau dan Bontoa, IPA Pattontongan untuk melayani Kawasan Bandara Sultan Hasanuddin, dan IPA Maros melayani wilayah kecamatan lainnya.

Terdapat beberapa sumber air baku yang potensial untuk dikembangkan untuk kegiatan permukiman, baik di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan, seperti sumber air baku Bantimurung (500 liter/detik). Sumber air baku yang dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan air bersih di kabupaten Maros adalah berasal dari IPA Bantimurung dan Bendungan Carangki. IPA Bantimurung memiliki kapasitas debit air 500 liter/detik, namun yang dapat diusahakan baru mencapai 70 liter/detik. Sedangkan Bendungan Carangki hanya dimanfaatkan 50 liter/detik, meskipun kapasitas IPA Carangki tersebut dapat mencapai lebih 1000 liter/detik. Potensi air baku pada Bendungan Carangki sudah tidak dapat dikembangkan lagi karena sebagian besar potensinya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kota Makassar dengan kapasitas terpasang 1.000 liter/detik. Oleh karena itu, PDAM Kabupaten Maros hanya dapat mengembangkan kapasitas IPA Bantimurung, mengingat pertumbuhan penggunaan air bersih yang semekin meningkat. Kawasan Bandar Udara Sultan Hasanuddin yang baru membutuhkan suplai air sebanyak 80 liter/detik, sehingga dalam pengembangannya, PDAM Kabupaten Maros terus melakukan peningkatan kapasitas.

Tabel 7.2.

Rencana Pemanfaatan Sumber Air Baku Kabupaten Maros

No Jenis Pengembangan Kecamatan

(9)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-9

No Jenis Pengembangan Kecamatan

1 2 3

1 Perpipaan air bersih  Bontoa

 Marusu  Maros Baru  Lau  Bantimurung  Simbang  Turikale  Mandai  Tanralili 2 Perpipaan air baku  Mandai

 Bantimurung 3 Instalasi pengolahan air  Pattontongan

 Bantimurung

 Mandai

4 Sumber air baku  Sungai

- Bantimurung - Maros  Bendungan - Batubassi - Lekopancing - Carangki - Bontosunggu

5 Reservoar  Bantimurung : 2 Unit

 Mandai : 2 Unit

Sumber: Dinas PDAM Kabupaten Maros, Tahun 2013

 Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Sistem jaringan prasarana lainnya di Kabupaten Maros, terdiri atas: a. sistem pengelolaan persampahan;

b. sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); c. sistem jaringan drainase;

d. sistem jaringan air limbah; e. jalur evakuasi bencana;

f. pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3); dan

(10)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-10

Rencana Sistem Persampahan

Volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Maros berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik) dan berasal dari kegiatan fasilitas sosial, perkantoran, pasar, pertokoan dan kegiatan lainnya (non domestik). Tujuan sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Maros adalah untuk meningkatkan pengolahan dan penanganan sampah yang ramah lingkungan. Memperkecil dampak yang ditimbulkan dari cara pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan serta meningkatkan daur ulang dan pengomposan.

Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Maros, ditetapkan dalam rangka mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya

Rencana-rencana penanganan dan pengembangan persampahan di Kabupaten Maros adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan teknik-teknik yang lebih berwawasan lingkungan berdasarkan konsep daur ulang-pemanfaatan kembali-pengurangan dalam pemrosesan sampah di TPA yang ada maupun yang akan dikembangkan.

2. Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di lingkungan permukiman khususnya kawasan perkotaan di Kabupaten Maros.

3. Sistem pengelolaan sampah yang baik adalah system sanitary landfill (lahan urug sanitasi). Sistem ini dapat menjamin kondisi sanitasi lingkungan di sekitarnya. Semua potensi pencemaran dapat dicegah dengan berbagai teknik rekayasa. Lapisan kedap air untuk mencegah rembesan lindi (leachate), tanah penutup untuk mencegah bau dan serpihan sampah ke lingkungan sekitar, serta sistem ventilasi gas metana untuk mencegahnya terakumulasi dalam tumpukan sampah.

4. Pengembangan tempat pemrosesan sampah akhir (TPA) berlokasi di Bontoramba Kecamatan Mandai, dengan luas lahan kurang lebih 2,8

(11)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-11 Ha, tetapi selain itu mengingat Kabupaten Maros masuk dalam

bagian wilayah pengembangan Kawasan Mamminasata maka rencana TPA Regional Mamminasata akan dipusatkan di Kecamatan Patallassang, Kabupaten Gowa dengan sistem sanitary landfill. 5. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan,

bergerak dan tidak bergerak, khususnya TPS, kontainer dan truk. 6. TPS sampah organik dan TPS sampah anorganik dikembangkan di

kawasan perkotaan PKN, PKLp, PPK dan PPL serta di setiap unit lingkungan permukiman.

7. Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.

8. Rencana pembangunan Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) yang berada di Kawasan perkotaan Maros Kecamatan Bontoa.

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), ditetapkan dalam rangka menjamin kuantitas, kualitas, kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan. SPAM yang dimaksud terdiri atas jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan. SPAM jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan dengan kapasitas produksi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan Kabupaten Maros. SPAM bukan jaringan perpipaan yang meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

SPAM di Kabupaten Maros dipadukan dengan sistem jaringan sumber daya air untuk menjamin ketersediaan air baku. SPAM jaringan perpipaan di Kabupaten Maros, meliputi:

1) unit air baku yang bersumber dari:

 Sungai, yaitu Sungai Lekopancing, Sungai Kalumpang, Sungai Pute, dan Sungai Maros;

(12)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-12

 air tanah pada CAT Pangkajene di Kecamatan Tanralili, Kecamatan Simbang dan Kecamatan Bantimurung; dan

 bendungan, yaitu Bendungan Carangki di Kecamatan Tanralili dan Bendungan Bontosunggu di Kecamatan Tompobulu

2) Unit produksi air minum, meliputi:

 Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bantimurung untuk melayani Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau, dan Kecamatan Marusu;

 IPA Pattontongan melayani Kawasan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Kecamatan Mandai; dan

 IPA Maros melayani Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Bantimurung, kecamatan Simbang, Kecamatan Turikale, dan Kecamatan Tanralili

3) Unit distribusi air minum ditetapkan di Kecamatan Mandai dan Kecamatan Bantimurung.

Penyediaan air baku untuk kebutuhan air minum dapat juga diupayakan melalui rekayasa pengolahan air baku.

Rencana Sistem Jaringan Drainase

Prasarana drainase memegang peranan penting di dalam penanggulangan permasalahan genangan dan banjir di Kabupaten Maros. Permasalahan genangan dan banjir berada pada kawasan kota yang mempunyai intensitas kawasan terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota. Disamping itu juga pada beberapa kawasan pinggiran dan kawasan perdesaan juga mengalami permasalahan banjir terutama yang memiliki sistem drainase yang masih buruk dan kondisi topografi yang relatif fluktuatif. Kondisi topografi yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar pengembangan sistem drainase yang terintegrasi.

Saluran drainase berjenjang mulai dari saluran primer berupa saluran alam yaitu sungai kemudian sekunder sebagai saluran pengumpul sebelum menuju sungai dan terakhir tersier yang langsung terkait

(13)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-13 dengan daerah tangkapan (Cathment Area). Misi pengembangan

drainase tidak hanya membuang air larian secepat-cepatnya tetapi lebih penting dari itu adalah membuang air dalam waktu yang tepat sesuai dengan kapasitas saluran.

Selain faktor-faktor alam sebagaimana disebutkan sebelumnya, permasalahan drainase di Kabupaten Maros adalah dalam penyediaan prasarana yang telah ada. Saluran-saluran drainase yang ada saat ini sebagian besar fungsi hidrolisnya tidak memenuhi syarat teknis. Hal ini terlihat dari banyak terjadinya sedimentasi pada saluran, terjadinya aliran yang diam yang menjadikan munculnya beberapa genangan. Kondisi saluran drainase sebagian besar kurang terawat, sehingga terlihat pendangkalan saluran oleh erosi dinding saluran, banyak tumbuhan dan dijumpainya sampah di saluran drainase.

Program pengembangan saluran juga masih tidak terintegrasi sehingga penanggulangan daerah genangan di satu tempat hanya mengalihkan genangan di tempat lain. Pengembangan saluran tersier tidak terkoneksi dengan saluran sekunder dan primer.

Untuk mencegah terjadinya genangan maka pengembangan sistem drainase diarahkan secara terintegrasi. Langkah-langkah pengembangan prasarana dapat dilakukan melalui:

1. Penetapan satuan-satuan pembuangan, didasarkan pada daerah tangkapan masing-masing sungai. DAS tersebut menjadi satuan pembuangan air limpahan berdasarkan batas DASnya dengan saluran primer masing-masing sungai.

2. Saluran sekunder dibangun melintang terhadap sungai dengan memperhatikan sub daerah tangkapan. Dimensi masing-masing saluran mempertimbangkan sub daerah tangkapan air maksimal. 3. Saluran tersier dibangun mempertimbangkan penggunaan lahan

setempat

Selain pengembangan jaringan prasarana, masih terdapat faktor-faktor lain di luar sistem drainase yang sangat mempengaruhi kinerja drainase di Kabupaten Maros. Beberapa faktor tersebut adalah sedimentasi dan besarnya debit air larian (run off) permukaan. Sedimentasi terutama terjadi di muara sungai sebagai akhir pembuangan dimana pencampuran

(14)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-14 antara air tawar dan air payau menyebabkan sedimentasi terangkut

menjadi mengendap. Sedangkan tingginya air larian disebabkan rendahnya daya serap terutama daerah-daerah yang memiliki tutupan vegetasi yang kurang.

Dari dua permasalahan tersebut jika ditarik kebelakang maka hanya terdapat satu sumber masalah yaitu kerusakan di daerah tangkapan air. Kerusakan daerah tangkapan disebabkan perusakan hutan sehingga air hujan langsung mengalir tanpa adanya pelindung. Tingginya air larian akan membawa sedimentasi terlarut semakin besar. Akibatnya air sungai menjadi sangat keruh pada saat terjadi hujan. Dari beberapa identifikasi baik langsung terhadap kondisi hutan di daerah tangkapan maupun tidak langsung melalui pengamatan kekeruhan air dapat diketahui bahwa telah terjadi kerusakan DAS.

Melihat kondisi saat ini maka perlu dilakukan program-program penunjang dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Program tersebut antara lain:

1. Sistem jaringan drainase bertujuan untuk mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian banjir, terutama di kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan perkantoran, kawasan pertanian, dan jalan.

2. Sistem jaringan drainase yang berupa saluran drainase primer dikembangkan melalui saluran pembuangan utama meliputi Sungai Maros, Sungai Pate dan Sungai Kalumpang.

3. Sistem jaringan drainase primer akan dilaksanakan secara terpadu dengan sistem pengendalian banjir.

4. Sistem jaringan drainase sekunder meliputi anak sungai lainnya yang terintegrasi dengan sistem jaringan primer.

5. Pembangunan dan peningkatan drainase sekunder yang dilakukan melalui normalisasi dan perkuatan tebing Sungai Maros, Sungai Pate dan Sungai Kalumpang dan anak sungai lainnya.

6. Sistem jaringan drainase sekunder terintegrasi dengan drainase primer.

(15)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-15 7. Sistem drainase tersier pada lingkungan permukiman perkotaan dan

perdesaan terintegrasi dengan drainase sekunder.

8. Sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip mengurangi aliran air masuk jaringan drainase, dapat dilakukan melalui pembuatan sumur-sumur resapan, biopori, kolam tendon/retensi, dan penyediaan ruang terbuka hijau. Penyediaan sumur-sumur resapan dan kolam retensi diterapkan pada lokasi permukiman yang ada di kawasan resapan air dan tangkapan air.

Rencana Sistem Jaringan Air Limbah

Sistem jaringan air limbah di Kabupaten Maros ditetapkan dalam rangka pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan air limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sistem jaringan air limbah wilayah kabupaten Maros meliputi:

1. sistem pembuangan air limbah setempat; dan 2. sistem pembuangan air limbah terpusat.

Sistem pembuangan air limbah terpusat meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) beserta jaringan air limbah. Sistem pembuangan air limbah terpusat dilaksanakan dengan memperhatikan aspek teknis, lingkungan, dan sosial-budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga. Sistem pembuangan air limbah terpusat meliputi:

1. sistem pembuangan air limbah terpusat Rumah Sakit Umum Daerah Salewangang di Kecamatan Turikale;

2. sistem pembuangan air limbah terpusat Kawasan Industri Makassar - Maros di Kecamatan Marusu; dan

3. sistem pembuangan limbah terpusat kawasan perkotaan Maros di Kecamatan Turikale.

Rencana IPAL limbah industri ditempatkan tidak jauh dari kawasan-kawasan agroindustri agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pengelolaan limbah. Sistem pembuangan air limbah terpusat ditentukan dengan memperhatikan aspek teknis, lingkungan, dan sosial-budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga.

(16)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-16 Sedangkan rencana IPAL limbah domestik Kabupaten diarahkan dengan

sistem klaster yang berada di kawasan Perkotaan di Kabupaten. Rencana sistem perpipaan air limbah kabupaten diarahkan sistem komunal yang berada di Perkotaan Maros dan ibukota kecamatan lainnya.

Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kabupaten Maros dibedakan menjadi air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air limbah yang berasal dari kegiatan domestik masih lebih besar dari kegiatan industri namun demikian air limbah hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi pada umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi. Termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit sehingga membutuhkan penanganan khusus.

Untuk produksi limbah domestik perlu dibedakan perlakuan khusus antara limbah cair dari kegiatan sehari-hari dengan limbah tinja. Limbah tinja memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan sistem pembuangan tersendiri.

Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada di Kabupaten Maros saat ini masih terbatas pada on side system. Pelayanan air limbah di Kabupaten Maros melalui prasarana dan sarana seperti jamban keluarga, jamban umum, dan MCK yang berada ditempat-tempat pelayanan umum seperti pasar, terminal dan tempat-tempat umum lainnya. Pembuangan limbah cair dari hasil kegiatan sehari-hari seperti mandi dan cuci dibuang secara langsung pada saluran drainase. Mengingat tidak ada jaringan khusus untuk pembuangan limbah cair maka pada hari-hari biasa jaringan drainase berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah sedangkan pada saat hari hujan berfungsi sebagai drainase.

Pada pembuangan limbah cair untuk industri mengingat sifatnya yang lebih berbahaya diwajibkan membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di masing-masing industri (On Site). Limbah yang berasal dari proses produksi dilanjutkan ke IPAL kemudian setelah melalui pengolahan baru dibuang ke saluran pembuangan biasa. Hasil keluaran

(17)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-17 limbah cair harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan.

Rencana pembangunan instalasi pengolahan air limbah terpusat di Kawasan Industri Maros yang akan dilayani oleh sistem IPAL Maros dan sistem pembuangan limbah terpusat di Kawasan Industri Makassar-Maros (KIMAMA) sedangkan IPAL yang sifatnya domestik diarahkan dengan sistem klaster yang berada di Kawasan perkotaan di Kabupaten. Sistem pembuangan limbah tinja di Kabupaten Maros dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga. Sistem yang digunakan secara on site (di tempat), yaitu buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik (Septic Tank). Kendala dan permasalahan yang terjadi adalah masih adanya sebagian kecil masyarakat yang membuang tinja di tempat terbuka seperti sungai, dan masih rendahnya kualitas sarana ini pada masing-masing rumah tangga yaitu masih digunakannya cubluk yang rentan menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu kesehatan lingkungan.

Peningkatan kondisi pengelolaan limbah manusia perlu diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang tinja di tempat-tempat terbuka. Peningkatkan kualitas sarana pembuangan limbah, harus ditunjang dengan ketersediaan prasarana Jamban Keluarga (JAGA) dengan sistem tangki septik secara mandiri oleh masyarakat, dan penyediaan dan peningkatan kualitas fasilitas kakus umum (MCK) pada lokasi-lokasi dengan intensitas kegiatan tinggi, seperti pusat perdagangan dan pusat pendidikan.

Dalam pengembangannya ke depan perlu diupayakan unit pengelolaan limbah manusia untuk mengolah limbah tinja. Instalasi pengolah tinja ini disediakan dalam satu lokasi untuk melayani skala Kota Sungguminasa. Kebutuhan ruang untuk penyediaan fasilitas pengolah tinja diperkirakan seluas satu hektar yang didukung penyediaan truk tinja untuk pengurasan.

Untuk Sistem pengelolaan B3 serta limbah B3 bertujuan untuk meminimalkan pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran

(18)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-18 sumber daya air serta meningkatkan kualitas lingkungan. Penataan

sistem pengelolaan B3 serta limbah B3 juga harus memperhatikan tersedianya prasarana dan sarana pengolahan limbah yang terpasang. Pengelolaan B3 serta limbah B3 dilakukan berdasarkan kriteria teknis sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

 Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Kabupaten Maros adalah menyebar dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis, social budaya, estetika, dan ekonomi dengan ketentuan RTH Publik paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan RTH Privat paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luar kawasan perkotaan yaitu PKN, PKLp dan PPK di Kabupaten Maros. Kawasan RTHKP adalah sarana RTH kawasan perkotaan Maros, meliputi:

1. Kawasan hijau pertamanan kota terebar di kawasan perkotaan ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan kota-kota satelit Kabupaten Maros, dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota yang merupakan penunjang pada kawasan pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, industri dan perumahan;

2. Kawasan hijau rekreasi dan olahraga di perkotaan (lapangan olahraga);

3. Kawasan hijau pertanian yang di kawasan perkotaan;

4. Kawasan hijau di sepanjang jalur jalan, sempadan sungai, pantai, dan danau atau waduk;

5. Taman Pemakaman Umum di Kecamatan Mandai;

6. Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan di perkotaan;

 Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Maros, yang meliputi:

1. Bangunan dan lingkungan arkeologi, yakni :

- Situs Prasejarah Leang-Leang di Kecamatan Bantimurung; - Situs Leang Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa;dan - Situs Bulu Sipong di Kecamatan Bontoa;

(19)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-19 - Rumah Adat Karaeng Loe di Pakere di Kecamatan Simbang;

- Kompleks Makam Kassi Kebo di Kecamatan Maros Baru; dan - Kompleks Makam Karaeng Simbang di Kecamatan Bantimurung.

 Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

1. Penyusunan rencana tata ruang untuk kebutuhan penataan dan pedoman pembangunan perkotaan.

2. Pengembangan permukiman yang terkait dengan jaringan jalan di setiap perkotaan maka pembangunannya harus mengikuti rencana tata ruang yang ada sehingga sinkron dengan kebijakan pengembangan fisik perkotaan.

3. Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang memadai sebab saat ini terlihat masih banyaknya kekurangan akan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan.

4. Pola pengembangan perkotaan diarahkan pada pembentukan struktur ruang perkotaan konsentrik atau linier sesuai dengan daya dukungnya.

 Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Maros, sampai tahun 2032, adalah:

1. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman perdesaan dan permukiman transmigrasi yang memadai terutama penyediaan air bersih, jalan dan listrik.

2. Penataan pusat-pusat perdesaan sehingga memberikan kesan yang asri, indah dan fungsional.

3. Perbaikan perumahan penduduk sehingga terpenuhinya persyaratan rumah tinggal yang layak huni.

4. Pengembangan permukiman perdesaan di masa datang lebih diorientasikan ke lahan-lahan pertanian atau lahan usaha penduduknya dengan konsep agropolitan yang tepat.

5. Menghindari pembangunan permukiman perdesaan di kawasan hutan lindung dan rawan bencana alam.

Tabel 7.3.

(20)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-20

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

(1) (2)

 Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

 Rencana Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan

Permukiman Perkotaan

 Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Maros  Rencana Sistem Persampahan  Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan

 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

 Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Maros

 Rencana Sistem Jaringan Drainase

 Rencana Sistem Jaringan Air Limbah

c. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya, Sistem Perkotaan, Dan Jaringan Prasarana.

a). Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air, meliputi :

1. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana lalu lintas air, kegiatan pembangunan prasarana pengambilan dan pembuangan air, serta kegiatan pengamanan sungai dan sempadan pantai;

2. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain yang tidak mengganggu fungsi konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan fungsi sistem jaringan sumber daya air; dan

3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi sungai, bending, embung, dan CAT sebagai sumber air, jaringan irigasi, system pengendalian banjir, dan sistem pengamanan pantai sebagai prasarana sumber daya air.

b). Ketentuan umum peraturan zonasi system jaringan prasarana pengelolaan lingkungan, meliputi :

 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan persampahan berupa arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan TPA sampah meliputi:

(21)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-21 - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengoperasian

TPA sampah berupa pemilahan, pengumpulan, pengelolaan, dan pemrosesan akhir sampah, pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill), pemeliharaan TPA sampah, dan industri terkait pengolahan sampah, serta kegiatan penunjang operasional TPA sampah;

- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pertanian non pangan, kegiatan penghijauan, kegiatan permukiman dalam jarak yang aman dari dampak pengelolaan persampahan, dan kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi kawasan TPA sampah; dan

- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan sosial ekonomi yang mengganggu fungsi kawasan TPA sampah.

 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) meliputi:

- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana SPAM dan kegiatan pembangunan prasarana penunjang SPAM;

- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain yang tidak mengganggu SPAM; dan

- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu keberlanjutan fungsi penyediaan air minum, mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan sampah, serta mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana penyediaan air minum.

 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase meliputi:

- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana sistem jaringan drainase dalam rangka mengurangi genangan air, mendukung pengendalian banjir, dan pembangunan prasarana penunjangnya;

- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan drainase;

(22)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-22 - Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan

pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan kegiatan lain yang mengganggu fungsi sistem jaringan drainase; dan

- Pemeliharaan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras dengan pemeliharaan dan pengembangan ruang milik jalan.

 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air limbah meliputi:

- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana air limbah dalam rangka mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mengolah air limbah, serta pembangunan prasarana penunjangnya;

- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah; dan

- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan sampah, pembuangan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pembuangan limbah B3, dan kegiatan lain yang mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah.

 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, meliputi:

- Kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk fungsi resapan air, pemakaman, olahraga di ruang terbuka, dan evakuasi bencana; - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan

rekreasi, pembibitan tanaman, pendirian bangunan fasilitas umum, dan selain kegiatan yang tidak mengganggu fungsi RTH kota sebagai kawasan perlindungan setempat; dan

- kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian stasiun pengisian bahan bakar umum dan kegiatan sosial dan ekonomi lainnya yang mengganggu fungsi RTH kota sebagai kawasan perlindungan setempat.

(23)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-23

 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi:

- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pelestarian, penyelamatan, pengamanan, serta penelitian cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pariwisata, sosial budaya, keagamaan, dan kegiatan selain yang tidak mengganggu fungsi kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; dan

- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan, kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen, dan kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat setempat.

 Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan, terdiri atas:

- Kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan perumahan kepaadatan tinggi, kegiatan perumahan kepadatan sedang, dan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan perumahan sesuai dengan penetapan amplop bangunan, penetapan tema arsitektur bangunan, penetapan kelengkapan bangunan lingkungan dan penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan;

- Kegiatan selain yang dimaksud pada point diatas diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan meliputi pemanfaatan ruang secara terbatas untuk mendukung kegiatan permukiman beserta prasarana dan sarana lingkungan;

- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana serta kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan; - Penerapan intensitas pemanfaaatan ruang meliputi:

(24)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-24 a. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang

meliputi ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian bangunan, dan GSB terhadap jalan;

b. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang berbasis mitigasi bencana;

c. pengembangan pusat permukiman ke arah intensitas tinggi dengan KWT paling tinggi 70% (tujuh puluh persen); dan d. penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari

luas kawasan perkotaan.

- Penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:

a. Fasilitas dan infrastruktur pendukung kawasan permukiman; b. Prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum,

kegiatan sektor informal; dan c. Lokasi dan jalur evakuasi bencana.

 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan permukiman perdesaan terdiri atas:

- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perumahan kepadatan rendah, dan kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;

- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada point diatas yang tidak mengganggu fungsi kawasan;

- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan; dan

- Penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:

a. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang meliputi ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian bangunan, dan GSB terhadap jalan; dan

b. pengembangan pusat permukiman perdesaan dengan KWT paling tinggi 50% (lima puluh persen).

(25)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-25 - Penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:

a. fasilitas dan infrastruktur pendukung kawasan permukiman; b. prasarana dan sarana pelayanan umum; dan

c. lokasi dan jalur evakuasi bencana.

d. Indikasi Program Sebagai Operasionalisasi Rencana Struktur Ruang Dan Pola Ruang Khususnya Untuk Bidang Cipta Karya.

Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah

Kabupaten Maros pada tahap pertama dan tahap kedua diprioritaskan pada :

 Pengembangan dan peningkatan fungsi Pusat Kegiatan PKN sebagai pusat pemerintahan kabupaten dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri perikanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pengembangan dan peningkatan fungsi Pusat Kegiatan (PPK) sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pengembangan dan peningkatan fungsi Pusat Kegiatan PPL sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri rumah tangga, pusat pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwsata, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi meliputi sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan sungai dan penyebrangan, sistem jaringan perkeretaapian,

(26)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-26 sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi

udara;

 Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak, jaringan pipa gas bumi, jaringan pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;

 Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi terrestrial dan jaringan telekomunikasi satelit;

 Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumberdaya air yang meliputi sungai, bendung dan bendungan, cekungan air tanah, sistem jaringan irigasi, sistem pengendalian banjir, dan sistem pengaman pantai;

 Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana yang meliputi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), sistem saluran drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan

 Pengembangan dan peningkatan fungsi lokal dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.

 Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kabupaten Maros pada tahap ketiga diprioritaskan pada :

 Pengembangan dan pemanfatan fungsi Pusat Kegiatan PKN sebagai pusat pemerintahan kabupaten dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri perikanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pengembangan dan pemantapan fungsi Pusat Kegiatan PKLp sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri perikanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, dan pusat kegiatan pertanian;

(27)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-27

 Pengembangan dan pemantapan fungsi Pusat Kegiatan PPK sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri, pusat pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwsata, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pengembangan dan pemantapan fungsi Pusat Kegiatan PPL sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri rumah tangga, pusat pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwsata, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pengembangan dan pemantapan kualitas sistem jaringan transportasi meliputi sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan sungai dan penyebrangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;

 Pengembangan dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak, jaringan pipa gas bumi, jaringan pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;

 Pengembangan dan pemantapan sistem jaringan telekomunikasi terrestrial dan jaringan telekomunikasi satelit;

 Pengembangan dan pemantapan sistem jaringan sumberdaya air yang meliputi sungai, bendung dan bendungan, cekungan air tanah, sistem jaringan irigasi, sistem pengendalian banjir, dan sistem pengaman pantai;

 Pengembangan dan pemantapan sistem jaringan prasarana yang meliputi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), sistem saluran drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan

 Pengembangan dan pemantapan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.

(28)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-28

 Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kabupaten Maros pada tahap keempat diprioritaskan pada :

 Pemantapan fungsi Pusat Kegiatan PKN sebagai pusat pemerintahan kabupaten dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri perikanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pemantapan fungsi Pusat Kegiatan (PPK) sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pemantapan fungsi Pusat Kegiatan PPL sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan industri rumah tangga, pusat pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwsata, dan pusat kegiatan pertanian;

 Pemantapan kualitas sistem jaringan transportasi meliputi sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan sungai dan penyebrangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;

 Pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak, jaringan pipa gas bumi, jaringan pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;

 Pemantapan sistem jaringan telekomunikasi terrestrial dan jaringan telekomunikasi satelit;

(29)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-29

 Pemantapan sistem jaringan sumberdaya air yang meliputi sungai, bendung dan bendungan, cekungan air tanah, sistem jaringan irigasi, sistem pengendalian banjir, dan sistem pengaman pantai;

 Pemantapan sistem jaringan prasarana yang meliputi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), sistem saluran drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan

 Pemantapan fungsi lokal dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.

Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Kabupaten

Maros pada tahap pertama dan tahap kedua diprioritaskan pada :

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi-fungsi lindung pada kawasan dan memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan hutan produksi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pariwisata;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertanian;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perkebunan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perikanan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan peternakan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan industri besar, industri sedang dan industri rumah tangga;

(30)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-30

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertambangan, mineral dan batu bara;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perkantoran pemerintahan dan swasta;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perdagangan dan jasa skala regional dan skala lokal;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pendidikan dan pendidikan tinggi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala kabupaten dan skala kecamatan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala regional dan skala kabupaten dan/atau kecamatan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya; dan

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

 Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Kabupaten Maros pada tahap ketiga diprioritaskan pada :

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan dan memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya;

(31)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-31

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan hutan produksi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pariwisata;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertanian;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perkebunan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perikanan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan peternakan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan industri besar, industri sedang dan industri rumah tangga;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertambangan, mineral dan batu bara;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perkantoran pemerintahan dan swasta;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perdagangan dan jasa skala regional dan skala lokal;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pendidikan dan pendidikan tinggi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala kabupaten dan skala kecamatan;

(32)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-32

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala regional dan skala kabupaten dan/atau kecamatan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya; dan

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

 Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Kabupaten Maros pada tahap keempat diprioritaskan pada :

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi-fungsi lindung pada kawasan dan memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan hutan produksi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pariwisata;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertanian;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perkebunan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perikanan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan peternakan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan industri besar, industri sedang dan industri rumah tangga;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertambangan, mineral dan batu bara;

(33)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-33

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perkantoran pemerintahan dan swasta;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan perdagangan dan jasa skala regional dan skala lokal;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pendidikan dan pendidikan tinggi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan pelayanan olahraga skala kabupaten dan skala kecamatan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan pelayanan kesehatan skala regional dan skala kabupaten dan/atau kecamatan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya; dan

 Rehabilitasi, revitalisasi, pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis pada

tahap pertama dan tahap kedua diprioritaskan pada :

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi-fungsi KSN Kawasan Perkotaan Mamminasata;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan lahan pangan berkelanjutan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pengembangan budidaya komoditas perkebunan unggulan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan industri manufaktur;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan industri semen;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan wisata bahari;

(34)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-34

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut pandang kepentingan pertumbuhan ekonomi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan sosial budaya;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.

 Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis pada tahap ketiga dan tahap keempat diprioritaskan pada :

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi-fungsi KSN Kawasan Perkotaan Mamminasata;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan lahan pangan berkelanjutan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan pengembangan budidaya komoditas perkebunan unggulan;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan industri manufaktur;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan industri semen;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan peruntukan kegiatan wisata bahari;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut pandang kepentingan pertumbuhan ekonomi;

(35)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-35

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan sosial budaya;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi;

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan pemantapan fungsi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.

Tabel 7.4

Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Maros Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.

No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK (YA/TIDAK) Sumber Pendanaan Instansi Pelaksan a (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Pengembangan

sumber daya air minum S..Bantimurung & S. Maros YA APBD/P/N/K/ BLN PDAM 2 Pemb.Depo pengolahan sampah

Kec. Mandai YA APBD/P/N/K/

BLN Dinas PU Kab. 3 Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) melalui Pembangunan/Pe ningkatan RTH/tempat bermain/LOR PKLp YA APBDN Dinas PU Kab. 4 Pembangunan/Pe ningkatan RTH/tempat bermain/LOR

Seluruh IKK YA APBD-K Din. PU

Kab.

5 Penyusunan

Master Plan RTH

Seluruh IKK YA APBD-K/P/N Din. PU

Kab. 6 Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) melalui Pembangunan/Pe

Seluruh IKK YA APBD-K Din. PU

(36)

LAPORAN AKHIR DO K U M EN R EN CA N A P R OG R A M INV ES TASI IN FR A STR U K TU R JAN G K A M EN EN GA H (R PI2 -JM ) KABU PAT EN M A R O S TA HUN 20 15 -2019 VII-36 No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK (YA/TIDAK) Sumber Pendanaan Instansi Pelaksan a (1) (2) (3) (4) (5) (6) ningkatan RTH/tempat bermain/LOR 7 Pembangunan/Pe ningkatan RTH/tempat bermain/LOR

Seluruh PPL TIDAK APBD-K Dinas PU

Kab

8 Pembangunan/pe

ningkatan jaringan Pipa Air Bersih perkotaan

Kab. Maros YA APBD-N/P/K PDAM

9 Melestarikan

Sumber Air Baku S. Bantimurung & S. Maros INTAKE Bantimurung & Maros YA APBD-N/P/K Dinas PU Kab. 10 Rencana pengembangan TPST

TPA Bontoramba TIDAK APBD- P/K Din. PU

Kab. 12 Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala kecil

Pusat PKLp, PPK TIDAK

APBD-N/P/K/Masy. Din. PU Kab. 13 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sanitasi berupa rencana IPLT

Skala PKLp, PPK TIDAK APBD-P/K Din. PU

Kab. 14 Penataan permukiman sepanjang Bantaran Sungai Seluruh DAS di Kab. Maros

YA APBD-K/P/N DPU Kab.

15 Pengendalian pengermbangan permukiman kearah perbukitan dengan kemiringan diatas 40% Di seluruh Wil. Kab. Maros

YA APBD-K/P/N DPU Kab.

16 Penerapan KDB

rendah pada kaw. permukiman & bangunan lainnya pada lokasi-2 dengan kemiringan antara 15%-40% Di seluruh Wil. Kab. Maros

Gambar

Grafik diatas memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah rumah  tangga  warga  di  wilayah  kajian  PPSP  Kabupaten  Maros,    menunjukan  bahwa  persentase  perilaku  warga  yang  mengumpulkan  sampah  kemudian  diuang  ke  TPS  cukup  tinggi  sebesar
Tabel 7.5 Komponen dalam Aturan Dasar
Tabel 7.6. Arahan Kegiatan Berdasarkan RPKPP
Tabel 7.7. Kebutuhan Penanganan Dalam Rencana Aksi Program
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aktor dalam konteks ini merupakan massa aksi yang mereka temui, wartawan mereka ajak mengobrol, teman berdiskusi, orator yang mereka wawancarai, akademisi yang mereka minta

Terdapat 10 karya yang telah dibuat menggunakan teknik digital painting yang kemudian digabungkan dengan kain organdi sebagai gaun yang digunakan pada karakter wanita

Review Article Synthesis of Silica Nanoparticles by Sol-Gel: Size-Dependent Properties, Surface Modification, and Applications in Silica-Polymer Nanocomposites-A

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Mata Kuliah Blok 10 Lbm

3 Siswa dengan bimbingan guru baik dalam membuat kesimpulan tentang gabungan bangun datar yang membentuk balok.. 4 Siswa dengan bimbingan guru membuat sangat baik

Seperti apa Keadaan emosional anak yang baik antara lain: Mengutarakan perasaan mereka dengan jelas dan langsung, lebih bisa mengendalikan dorongan- dorongan dan keinginan

Dilakukan pengujian pemadatan tanah pada sampel tanah asli yang berguna untuk menentukan nilai kadar air optimum (OMC), dan Berat isi kering maksimum (MDD), serta

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau