• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Hasil Perkebunan Indonesia

Keadaan alam yang luar biasa subur Indonesia banyak menghasilkan hasil perkebunan, selain itu luas lahan perkebunan Indonesia juga menjadi keuntungan tersendiri yang didapat negara kita. Hasil perkebunan Indonesia dapat dibedakan menjadi tanaman tahunan seperti kelapa sawit, kelapa, karet, jambu mete ; tanaman rempah seperti kakao, kopi, lada, cengkeh, teh, pala, kayu manis dan hasil perkebunan semusim seperti tembakau. Tanaman perkebunan yang merupakan subsektor dari sektor pertanian dapat dikelompokan juga kedalam (Tim pengajar pengantar ilmu pertanian, 2006):

1. Kelompok tanaman perkebunan yang diambil buahnya. Contoh : kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, lada, pala, vanili, kapuk dan kapas, jambu mete, kemiri, ketumbar, kapulaga, kenari, jintan, tengkawang dan pisang.

2. Tanaman perkebunan yang diambil bunganya. Contoh : cengkeh, bunga matahari, kenanga dan cempaka.

3. Tanaman perkebunan yang diambil daunnya. Contoh : tembakau, teh, nilam, sereh wangi, agave, rumput gajah dan daun murbei.

4. Tanaman perkebunan yang diambil getahnya. Contoh : karet, perca dan kemenyan.

5. Tanaman perkebunan yang diambil kulit batangnya. Contoh : kina, kayu manis dan soga.

6. Tanaman perkebunan yang diambil batangnya. Contoh : tebu, rosella, rami, yute, kenaf, abaca dan linen.

7. Tanaman perkebunan yang diambil rimpangnya (rizhoma). Contoh : jahe, kunyit, kencur, temulawak dan lengkuas.

8. Tanaman perkebunan yang diambil akarnya. Contoh ; akarwangi, kelembak. 9. Tanaman perkebunan yang tidak termasuk klasifikasi diatas. Contoh : kumis

(2)

2.1.1 Cengkeh

Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum) adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas dinegara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di China dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan untuk aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkeh kering per tanaman. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara (Deptan, 2008).

2.1.2 Kacang Mete

Jambu monyet atau Jambu Mete atau yang memilki nama binomial Anacardium occidentale L termasuk tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brazil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahama, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Diantara sekian banyak negara produsen, Brazil, Kenya dan India merupakan pemasok utaman jambu mete dunia. Bagian yang lebih terkenal dari jambu mete adalah kacang mede, kacang mete atau kacang mente, bijinya yang biasa dikeringkan dan digoreng untuk dijadikan berbagai macam penganan (Deptan, 2009).

2.1.3 Kakao

Kakao merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa. Varietas penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan

(3)

dikenal dari namanya yang berawalan "DR". Singkatan ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi yaitu Djati Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah. Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi (Deptan).

2.1.4 Karet

Pada permulaan abad 20 karet pertama kalinya ditemukan di Brazil dan sejak itu telah dikembangkan menjadi salah satu bahan baku yang sangat penting bagi keperluan industri Otomotif, keperluan rumah tangga dan alat-alat kesehatan. Dalam perkembangannya tanaman karet tersebut tidak saja dibudidayakan di Brazil, melainkan telah ditanam dan dikembangkan juga di Indonesia, Malaysia dan Thailand dalam bentuk perkebunan besar. Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan misalnya beringin, sawo-sawoan misalnya getah perca dan sawo manila, euphorbiaceae lainnya, serta dandelion (Deptan, 2008).

2.1.5 Kayu Manis

Cinnamumum zeylanicum dan C.Burmanni merupakan dua jenis tanaman berumur panjang yang menghasilkan kulit yang di Indonesia disebut kayu manis merupakan tanaman rempah. Kulit kayu manis ini sangat berlainan sifat dan daya guna dibanding kayu manis China (Glycyrrhiza glabra Linn). Di Mesir kayu manis dimanfaatkan untuk membalsam mayat raja-raja yang akan dijadikan mumi, namun sejarah menyatakan bahwa kayu manis telah masuk Mesir dan Eropa sekitar abad ke-5 sebelum Masehi. Bangsa Saba bertanggung jawab atas berlangsungnya perdagangan kayu manis dari India dan Sri Lanka ke negara Arab bagian selatan.

(4)

Total dari 54 spesies kayu manis atau Cinnamomum sp. yang dikenal di dunia, 12 diantaranya terdapat di Indonesia. Tiga jenis kayu manis yang menonjol dipasar dunia yaitu Cinnamomum burmannii (di Indonesia) yang produknya dikenal dengan nama cassiavera, Cinnamomum zeylanicum (di Sri Lanka dan Seycelles) dan Cinnamomum cassia (di China) yang produknya dikenal dengan Cassia China. Jenis-jenis tersebut merupakan beberapa tanaman rempah yang terkenal di pasar dunia. Tanaman kayu manis yang selama ini banyak dikembangkan di Indonesia adalah C. burmannii Bl, yang merupakan usaha perkebunan rakyat, terutama diusahakan di Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Jenis C. burmanii BL atau cassiavera ini merupakan produk ekspor tradisional yang masih dikuasai Indonesia sebagai negara pengekspor utama di dunia. (Rismunandar dan Paimin, 2001).

2.1.6 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) termasuk golongan tumbuhan palma. Sawit menjadi populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak nabati untuk bahan bakar, bahan pangan, dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Di Indonesia penyebarannya sekarang di daerah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.

Bagian yang berguna dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Inti sawit atau kernel, yang sebenarnya adalah biji merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika (Deptan).

2.1.7 Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

(5)

dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa parut dapat dijadikan santan untuk berbagai makanan, dan dapat juga dijadikan minyak kelapa. Tumbuhan ini berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika, tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut ( Deptan, 2008).

2.1.8 Kopi

Kopi berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer didunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika dengan kualitas terbaik berasal dari Etiopia dan jenis kopi yang kedua yaitu robusta yang ditemukan di Kongo tahun 1898 yang sering disebut sebagai kopi kelas dua, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Selain itu juga ada kopi luwak yang merupakan turunan dari kopi arabika dan robusta.

Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Peranan utama kafein ini didalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Efek negatif meminum kopi bagi tubuh, seperti meningkatnya risiko terkena kanker, diabetes melitus tipe 2, insomnia, penyakit jantung, dan kehilangan konsentrasi. Beberapa penelitian justru menyingkapkan hal sebaliknya. kandungan kafein yang terdapat di dalam kopi ternyata mampu menekan

(6)

pertumbuhan sel kanker secara bertahap, menurunkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 dan mencegah penyakit serangan jantung.

2.1.9 Lada

Lada atau merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud bijian yang dihasilkan oleh tumbuhan dengan nama sama. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di dunia lama. Pada masa lampau harganya sangat tinggi sehingga menjadi salah satu pemicu penjelajahan orang Eropa ke Asia Timur untuk menguasai perdagangannya dan hal tersebut merupakan awal sejarah kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika. Di Indonesia, lada terutama dihasilkan di Pulau Bangka. Lada disebut sahang dalam bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Banjar, Melayu Belitung, Melayu Sambas.

2.1.10 Pala

Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa lampau dan telah tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Pulau Grenada). Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog) dan minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.

2.1.11 Teh

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh berasal dari kawasan India bagian utara dan China Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu varietas assamica yang berasal dari Assam dan varietas sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul.

(7)

Teh dapat dikelompokan berdasarkan tingkat oksidasi yaitu teh hitam atau teh merah, teh putih, teh hijau, oolong, pu-erh, teh kuning, kukicha, Genmaicha dan teh bunga. Didalam penelitian ini. teh yang diteliti adalah teh hijau yaitu daun teh yang diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.

2.1.12 Tembakau

Tembakau (Nicotiana spp., L.) adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah atau dikulum dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung.

Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat digunakan sebagai pestisida dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang. Namun industri rokok yang menjadikan komoditi ini dengan cepat berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-20. Tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh jika digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagai bahan utama insektisida.

2.2 Perdagangan Internasional

Konsep perdagangan antar wilayah, antar pulau atau antar negara sebenarnya sudah terjadi dari ribuan tahun yang lalu, dimana dahulu dikenal dengan adanya jalur sutra dan Amber Road, meskipun dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional juga mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi dan kehadiran

(8)

perusahaan multinasional. Perdagangan internasional juga merupakan cikal bakal bagi penemuan wilayah baru seperti benua Australia, dan terjadinya penjajahan suatu negara atas negara lainnya (Oktaviani dan Novianti, 2009).

Diacu dari Damanhuri (2010) dalam memenuhi kebutuhannya setiap negara dihadapkan oleh banyaknya keterbatasan. Mulai dari keterbatasan kemampuan dalam mengelola sumber daya alam sampai dengan keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi. Tidak semua kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat dalam suatu negara dapat dipenuhi oleh sumber daya yang ada dalam negara tersebut. Oleh karena itu, setiap negara mau tidak mau harus melakukan interaksi dengan dunia luar. Dengan adanya interaksi internasional tersebut diharapkan setiap negara mampu saling melengkapi dan saling memenuhi kebutuhan negara lainnya.

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa perorangan (antara individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara, maupun antara pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Transaksi yang dilakukan dalam perdagangan internasional adalah melalui ekspor dan impor. Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri yang dijual secara luas diluar negeri, sedangkan impor adalah barang dan jasa yang diproduksi diluar negeri yang dijual di dalam negeri (Mankiw, 2006).

Perdagangan Internasional yang mencakup ekspor dan impor, mempunyai peranan sangat penting, yakni sebagai penggerak motor perekonomian nasional. Model pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh Keynes dapat memberikan gambaran bagaimana perdagangan internasional merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi pendapatan suatu negara dengan persamaan berikut :

Y = C + I + G + (X-M) Dimana: Y = pendapatan nasional

C = pengeluaran konsumsi rumah tangga

I = investasi atau pengeluaran modal yang dikeluarkan produsen G = pengeluaran atau investasi pemerintah

(9)

X = ekspor suatu negara M = impor suatu negara.

Persamaan Keynes dapat diketahui bahwa perdagangan internasional yang disimbolkan dengan X-M merupakan salah satu variabel penting dalam pendapatan sebuah negara.

Selain dari model tersebut pada Gambar 4 memperlihatkan bagaimana pentingnya perdagangan internasional menjadi penggerak ekonomi, ekspor menghasilkan devisa, selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembangunan sektor ekonomi didalam negeri. Karena itu secara teoritis, dapat dikatakan ada korelasi positif antara pertumbuhan ekspor, disatu pihak dan peningkatan cadangan devisa, pertumbuhan impor, pertumbuhan output didalam negeri, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat serta pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), dipihak lain.

Sumber : Tambunan, 2001

Gambar 4. Peranan Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Nasional

Persoalan dalam hal impor ada dua yaitu, pertama jika impor lebih besar daripada ekspor maka cadangan devisa akan berkurang, dalam hal ini hipotesisnya

+ Cadangan Devisa Produksi/ output Kesempatan Kerja Peningkatan pendapatan masyarakat Pertumbuhan PDB - + + + + + + + Impor Ekspor

(10)

adalah ada satu korelasi negatif antara impor dan cadangan valuta asing walaupun cadangan devisa tidak hanya dari hasil ekspor. Kedua, bila sebagian besar dari impor adalah barang-barang konsumsi, bukan barang-barang modal dan pembantu untuk kebutuhan kegiatan produksi didalam negeri, maka kenaikan impor tidak banyak berarti bagi pertumbuhan ekspor. Gambar 4 juga memperlihatkan relasi positif antara impor dan ekspor melalui sisi produksi tidak ada. Bahkan relasi antara kedua variabel tersebut bisa negatif, impor terlalu besar mengakibatkan cadangan devisa habis. Ini berarti dana untuk membiayai proses produksi didalam negeri habis, dan yang terakhir ini pada gilirannya membuat volume produksi menurun. (Tambunan, 2001).

Kondisi didalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya, begitu juga dengan perdagangan internasional. Selain motif mencari keuntungan diacu dari Gumilar 2010, Krugman (2003) mengungkapkan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional adalah :

1. Negara- negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain 2. Negara- negara berdagang untuk mencapai skala ekonomi.

Menurut Tambunan (2001) alasan perdagangan internasional yang dilakukan oleh negara berkembang dilakukan karena perekonomian mereka yang masih sangat tergantung pada pinjaman atau bantuan luar negeri, ekspor, khususnya produk-produk dengan nilai tambah yang tinggi. Oleh sebab itu bagi negara yang memiliki sumber ekspor yang besar akan terus meningkatkan perdagangan internsionalnya agar dapat membantu perekonomian.

Pendapat Ragnar Nurkse yang diacu dari Damanhuri (2010) yang sangat penting membantu pertumbuhan ekonomi sebuah negara terutama negara berkembang adalah, adanya pergerakan modal dari negara maju ke negara berkembang. dengan adanya perdagangan internasional diharapkan terjadi perpindahan modal dari negara maju ke negara sedang berkembang yang kekurangan modal. Mengingat salah satu rendahnya produktivitas di negara berkembang adalah kurangnya modal yang dimiliki mereka. Perdagangan internasional jelas menunjukkan bahwa negara yang melakukannya akan memperoleh suatu tingkat

(11)

kehidupan yang lebih baik dengan adanya spesialisasi keunggulan komparatif yang mereka miliki.

2.2.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional yang merupakan perdagangan antar negara tidak terlepas dari teori para ahli yang memiliki pemikiran- pemikiran tentang perdagangan internasional, karena sesuatu yang bersifat teknis memiliki latar belakang teori yang dapat dijadikan panduan untuk melakukan sebuah pekerjaan. Perkembangan teori perdagangan internasional dimulai dengan adanya teori merkantilis yang didasari atas pemikiran Thomas Mun dan Jean Baptist Colbert, dimana teori ini berkembang pada abad ke 16 sampai abad ke 18 di Eropa Barat. Dasar mereka melakukan perdagangan internasional adalah karena : suatu negara bila ekspornya lebih besar dari pada impor akan kaya, makmur dan lebih kuat, surplus atau net ekspor akan menjadi cadangan uang dan pemasukan bagi negara tersebut yang dapat berupa logam mulia dan dari pemasukan tersebut diambil untuk membiayai perang yang dapat memperluas daerah. Sehingga pada zaman merkantilis yang menjadikan kaum saudagar sebagai penggerak ekonomi rakyat ini terjadi pelarangan atau pembatasan impor kecuali logam mulia untuk mencapai tujuan tersebut, secara langsung pula mereka akan memperbesar kuantiti ekspor mereka agar menjadi pemasukan.

Teori klasik muncul sebagai landasan yang kuat bagi perkembangan perdagangan internasional selanjutnya. Awal pemikiran teori ini adalah kebutuhan manusia akan terpenuhi dengan cara yang paling baik apabila sumber-sumber daya produksi digunakan secara efisien. Selain itu apabila hasil produksi berupa barang dan jasa dijual di pasaran melalui persaingan yang bebas.

Teori keunggulan absolut merupakan teori yang muncul dari teori klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith, teori ini sering disebut sebagai teori murni perdagangan internasional karena berdasarkan pada variabel riil bukan variabel moneter. Dasar pemikiran seorang Skotlandia tersebut adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut. Keunggulan absolut masing-masing

(12)

negara terjadi karena setiap negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dibandingkan negara lain. Kelebihan teori Adam Smith adalah terjadi perdagangan bebas antara dua negara yang memilki keunggulan absolut yang berbeda yang mana akan terjadi ekspor impor yang akan meningkatkan kemakmuran negara. Sementara kelemahan dari teori ini apabila hanya ada satu negara yang memilki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.

Kelemahan teori Adam Smith disempurnakan oleh David Ricardo sebagai pemikir yang paling menonjol pada mazhab klasik dengan teori keunggulan komparatif yang menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak terjadi perdagangan.

Ternyata teori yang dikemukakan oleh David Ricardo masih harus disempurnakan oleh teori yang lebih dikenal dengan H-O atau Hecksher dan Ohlin. Teori yang memiliki kesimpulan yaitu bahwa perdagangan internasional cenderung untuk menyamakan tidak hanya harga barang-barang yang diperdagangkan saja, tetapi juga harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut. Suatu negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu (Salvatore, 1997).

H-O mengemukakan bahwa perdagangan internasional merupakan kelanjutan dari perdagangan antar daerah yang perbedaannya terletak pada jarak, sehingga biaya produksi tidak dapat diabaikan. Selain itu, perdagangan antar negara tidak didasarkan pada keuntungan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang tersebut. Teori yang juga disebut teori ketersediaan faktor ini didasari bahwa perdagangan internasional antara dua negara terjadi akibat opportunity cost yang berbeda antara kedua negara tersebut. Perbedaan

(13)

ongkos alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi, misalnya tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang dimiliki. Jadi, akibat factor endowment-nya berbeda sehingga sesuai hukum pasar harga dari faktor-faktor produksi tersebut juga berbeda antara kedua negara tersebut. Selain itu menurut teori ini suatu negara akan mengkhususkan dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input atau faktor produksinya relatif sangat banyak di negara tersebut, dan impor barang yang faktor produksinya tidak dimiliki atau terbatas di negara tersebut. Negara berkembang biasanya mengekspor barang-barang yang padat karya yang ada di dalam negeri seperti minyak, batu bara dan komoditas pertanian (Tambunan, 2001)

Teori H-O dilandaskan pada asumsi-asumsi pokok sebagai berikut:

1. Didunia hanya terdapat dua negara saja, dua komoditi (komoditi X dan Y) serta dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal)

2. Kedua negara memiliki tingkat teknologi produksi yang sama

3. Komoditi X secara umum bersifat padat karya sedangkan komoditi Y bersifat padat modal. Hal ini berlaku untuk kedua negara

4. Kedua komoditi sama-sama diproduksi berdasarkan skala hasil yang konstan 5. Masing-masing negara tetap memproduksi kedua jenis komoditi tersebut secara

bersamaan namun dengan komposisi yang berbeda 6. Selera permintaan konsumen sama di kedua negara

7. Harga terbentuk oleh kekuatan pasar, sehingga terdapat kompetisi yang sempurna 8. Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam masing-masing negara, namun

tidak ada mobilitas faktor antar negara

9. Tidak ada biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan lainnya yang mengurangi kebebasan arus perdagangan barang di kedua negara

10. Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada masing-masing negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan produksi

(14)

Teori H-O menonjolkan perbedaan dalam kelimpahan faktor secara relatif sebagai landasan dasar keunggulan komparatif bagi masing-masing negara. Gambar 5 akan memperlihatkan bagaimana model Hecksher-Ohlin.

Gambar 5. Model Hicksher-Ohlin

Sumber : Salvatore, 1997

Kurva Indeferen I berlaku untuk negara 1 maupun negara 2, karena diasumsikan selera konsumen di kedua negara sama. Kurva indiferen I menjadi tangen terhadap kurva batas kemungkinan produksi negara 1 dititik A, dan juga menjadi tangent terhadap kurva kemungkinan produksi negara 2 di titik A’. Titik-titik itu melambangkan harga relatif komoditi dalam kondisi ekuilibrium, yakni PA bagi negara 1 dan PA’ bagi negara 2 (lihat Gambar 5 sebelah kiri). Karena PA lebih kecil dari PA’ maka dapat disimpulkan bahwa negara 1 memiliki keunggulan komparatif pada komoditi X dan negara 2 dalam komoditi Y. Setelah perdagangan berlangsung (lihat Gambar 5 sebelah kanan) negara 1 akan berproduksi dititik B, dan menukarkan sejumlah X untuk mendapatkan Y, sehingga mencapai tingkat konsumsi di titik E (lihat segitiga perdagangan titik BCE). Negara 2 akan berproduksi di titik B’ dan menukarkan sejumlah Y untuk mendapatkan X dan mencapai kepuasan konsumsi dititik E’ (berhimpitan dengan titik E). Kedua negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan karena dapat meningkatkan konsumsinya pada kurva indiferen II yang memiliki kepuasan yang lebih tinggi.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 10 20 30 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 10 20 30 I Negara 2 A 20 80 100 Negara 1 PA II A’ PA’ Negara 2 A 20 80 100 Negara 1 PB II A’ B’ B E=E’

(15)

2.2.2 Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan komoditi memasuki pasar Internasional dan kemampuan untuk bertahan pada pasar Internasional tersebut, dua pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur tingkat daya saing suatu komoditi yaitu dari keunggulan komparatif yang telah dipaparkan pada subbab teori Perdagangan Internasional dan keunggulan kompetitif yang dikemukakan oleh Porter, namun sebuah komoditi yang memiliki keunggulan komparatif belum tentu memiliki keunggulan kompetitif, karena bisa terjadi kegagalan pasar akibat regulasi yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Menurut Porter (1990), daya saing didefinisikan sebagai produktivitas suatu negara yang menggunakan sumber daya manusia, modal, dan sumber daya alamnya, sementara menurut kamus lengkap perdagangan Internasional keunggulan kompetitif adalah suatu produk dapat dijual dipasar tertentu, karena mutu dan harganya dapat diterima dan didukung dengn pelayanan yang baik, syarat penyerahan, pelayanan purna jual sehingga produk tersebut lebih menarik dan disukai daripada produk saingannya yang berasal dari sumber lain.

Daya saing suatu industri dari suatu negara tergantung dari empat atribut yang dimilikinya yang dikenal dengan sebutan Porter’s Diamond, terdiri dari (1) kondisi faktor (factor conditions); (2) kondisi permintaan (demand conditions); (3) industri terkait dan penunjang (related and supporting industries); (4) strategi, struktur dan persaingan perusahaan (firms strategy, structure, and rivalry). Keempat atribut tersebut akan berjalan dengan baik apabila ditambah dengan kesempatan, serta peran pemerintah yang akan mempengaruhi peran industri suatu negara dinegara lainnya.

2.3 WTO, AoA dan Perkebunan

Perdagangan internasional yang terjadi didunia ini sebagian besar dipengaruhi oleh liberalisasi perdagangan dan institusi-institusi yang mempengaruhinya. World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar

(16)

negara. WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995, dan Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO.

Aturan yang ada antara lain adalah semua negara harus menghilangkan semua hambatan perdagangan baik tarif maupun nontarif, dengan jadwal dan pelaksanaan yang sangat ketat dan ada sanksi bila ada negara yang tidak mentaatinya, dengan begitu semua negara nantinya tanpa kecuali harus siap bersaing secara bebas dalam perdagangan internasional. Harga dan kualitas barang dan jasa yang mereka hasilkan, mereka harus bersaing tanpa perlindungan proteksi tarif maupun non-tarif dan subsidi apapun untuk hal-hal yang terbatas. Namun disamping itu upaya negara anggota WTO untuk mengatasi peluang dan tantangan yang muncul dari liberalisasi perdagangan juga tergantung kepada pemahaman masyarakat mengenai aturan dan persetujuan dalam WTO, sehingga dengan begitu akan meningkatkan peraturan Indonesia dalam berbagai forum perundingan.

Agreement on Agriculture atau Persetujuan Bidang Pertanian dimana perkebunan merupakan bagian dari pertanian, bertujuan untuk melakukan reformasi perdagangan dalam sektor pertanian dan melakukan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pasar adil dan lebih dapat diprediksi. Peraturan dan komitmen yang diatur dalam persetujuan pertanian meliputi: akses pasar yang berorientasi pasar, mengurangi subsidi domestik dan persaingan eskspor. Pada dasarnya seluruh persetujuan WTO dan penjelasannya berlaku dalam produk pertanian. Tetapi jika ada pertentangan antara persetujuan-persetujuan tersebut dengan persetujuan bidang pertanian, maka persetujuan bidang pertanianlah yang dijadikan acuan. Didalam Persetujuan Bidang Pertanian disepakati terbentuknya Komisi Pertanian yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan persetujuan tersebut dan menyediakan bagi para anggota untuk berkonsultasi mengenai masalah-masalah pelaksanaan komitmen mereka.

Putaran Uruguay menghasilkan perubahan sistemik dengan tujuan untuk mengahpuskan hambatan non-tarif dan untuk itu perlu disepakati suatu pengganti kebijakan tingkat proteksi yang sama, yaitu menetapkan tarif maksimum. Sehingga dalam persetujuan bidang pertanian terdapat larangan terhadap kebijakan non-tarif

(17)

untuk produk pertanian, namun masih diikat dalam WTO. Walaupun dibatasi, namun pasal 4.2 tidak melarang digunakannya pembatasan non-tarif yang sejalan dengan ketentuan GATT dan WTO lainnya yang berlaku terhadap perdagangan barang secara umum (Pasal VII dan VIII GATT).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai tingkat daya saing dan perkebunan baik menggunakan metode yang sama ataupun berbeda serta komoditas dan negara tujuan yang sama atau berbeda pula namun dapat dijadikan acuan dapat terlihat dalam subbab berikut.

2.4.1 Penelitian Mengenai Daya Saing

Siregar (2010) memiliki tujuan penelitian untuk mengestimasi daya saing buah-buahan Indonesia dari tahun 2001- 2008 di pasar dunia melalui Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Constant Market Share Analysis (CMS). Dimana kesimpulan yang didapat adalah berdasarkan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), beberapa komoditi buah Indonesia masih belum memiliki daya saing yang kuat. Berdasarkan hasil estimasi Export Product Dynamic (EPD) selama periode 2001 – 2008, empat posisi daya saing yang ada yaitu Falling Star, Lost Opportunity, Rising Star dan Retreat disisi oleh setiap komoditas. Berdasarkan Constant Market Share Analysis (CMS), pertumbuhan nilai ekspor pisang, alpukat, dan jambu biji, mangga, serta manggis paling banyak disebabkan oleh efek pertumbuhan impor (import growth effect) sedangkan pertumbuhan nilai ekspor jeruk dan pepaya paling banyak disebabkan oleh efek komposisi komoditas (commodity composition effect). Adapun pertumbuhan nilai ekspor alpukat lebih banyak disebabkan oleh efek daya saing (competitiveness effect). Gumilar (2010) juga meneliti tentang daya saing, dengan topik melihat daya saing sayuran utama Indonesia dipasar Internasional dengan metode dan tahun yang sama dengan Siregar (2010). Kesimpulan yang didapat Berdasarkan hasil estimasi Revealed Comparative Advantage (RCA) pada komoditi sayuran Indonesia yang diuji

(18)

selama tahun 2001-2008, diperoleh rata-rata nilai RCA yang berada dibawah satu untuk semua komoditi yang diuji kecuali jamur. Menurut hasil dari perhitungan Export Product Dynamic (EPD) selama periode 2001 - 2008, diketahui bahwa beberapa komoditi sayuran Indonesia yang diuji seperti kol, jamur, dan kentang berada di posisi Retreat. Komoditi bawang merah Indonesia berada di posisi Rising Star. Untuk komoditi cabai berada di posisi Falling Star dan terakhir komoditi tomat berada di posisi Lost Opportunity, berdasarkan hasil analisis menggunakan pangsa pasar konstan (CMS) selama periode 2002-2008, diperoleh hasil bahwa untuk komoditi kol dan cabai faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekspornya adalah faktor pertumbuhan impor, sedangkan untuk komoditi jamur dan tomat dominan dipengaruhi oleh faktor daya saing, dan untuk komoditi bawang merah dan kentang dipengaruhi paling besar oleh faktor permintaan produk di pasar dunia (komposisi komoditi).

2.4.2 Penelitian Mengenai Perkebunan

Soelaksono (2010) meilihat bagimana faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan ekspor komoditas perkebunan Indonesia. Komoditi yang diteliti adalah karet, kopi, kakao, kelapa sawit dan teh dengan menggunakan model gravitasi dan data panel. Hasil penelitiannya terlihat bahwa volume ekspor kelima komoditi tersebut berfluktuasi, hal tersebut diakibatkan karena ada dua variabel yang berpengaruh dalam setiap model yaitu: jarak dan krisis global, namun setiap komoditi tersebut memiliki perbedaan karena walaupun masalah jarak dan krisis global ada negara tujuan yang tetap mengimpor dari Indonesia akibat kebutuhan, sehingga pemerintah harus menciptakan iklim investai yang sehat agar daya saing terus meningkat.

Mayangsari (2010) menganalisis tentang perdagangan biji kakao Indonesia dengan simulasi. Tujuan dari penelitiannya adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan biji kakao di Indonesia dengan menggunakan model persamaan simultan dan persamaan Nerlovian. Hasil penelitian menunjukan bahwa luas areal kakao dipengaruhi secra nyata oleh harga riil biji kakao domestik tahun

(19)

sebelumnya, produktivitas dipengaruhi oleh harga riil pupuk urea, upah riil buruh tani, suku bunga riil investasi, konsumsi kakao dipengaruhi oleh GDP riil perkapita Indonesia, penawaran ekspor kakao Indonesia ke Malaysia dipengaruhi oleh harga riil ekspor biji kakao dan produksi biji kakao Indonesia, sedangkan pengaruh dalam penawaran ke Amerika Serikat adalah kurs riil Rupiah atas Dollar Amerika Serikat serta penawaran kakao ke Singapura dipengaruhi oleh harga riil ekspor biji kakao Indonesia.

2.5 Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia dengan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote, dari kiasan tersebut dapat menggambarkan sebuah negara yang luas, ditambah dengan cuaca tropis karena berada digaris khatulistiwa yang membuat tanah Indonesia juga subur. Tanah yang subur dengan luasnya negara Indonesia didapatlah hasil perkebunan yang beraneka ragam, yang dapat dijadikan konsumsi masyarakat lokal maupun masyarakat dunia. Sebab hasil perkebunan merupakan salah satu sektor unggulan ekspor Indonesia di pasar dunia dan menjadi pemasukan PDB pertanian.

Era perdagangan bebas tidak langsung membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terbesar hasil perkebunan di dunia, karena luas dan suburnya tanah yang dimiliki. Perdagangan bebas akan menjadikan setiap negara untuk bersaing, persaingan yang akan membuat setiap negara ingin menjadi pengekspor hasil perkebunan yang terbaik, dilihat dari mutu, harga, pelayanan maupun dari produksi yang dimilki sebuah negara, karena batas antar negara satu dengan negara lain seperti tidak ada. Keadaan tersebut membuat daya saing setiap negara harus tinggi, agar hasil perkebunan ataupun komoditi-komoditi unggulan sebuah negara dapat bersaing dengan negara lain di pasar dunia. Apalagi Indonesia memiliki volume hasil produksi yang tinggi, masih memiliki mutu hasil perkebunan yang dibawah negara-negara lain dan produktivitas yang fluktuatif. Oleh sebab itu perlu dilihat daya saing beberapa hasil unggulan perkebunan Indonesia di pasar internasional serta dibandingkan dengan dua negara yaitu Thailand dan Filipina dan dua negara pesaing tidak tetap.

(20)

Penelitian ini mencakup analisis daya saing produk ekspor hasil perkebunan utama Indonesia dari segi keunggulan komparatif dan posisi daya saing komoditi tersebut di pasar internasional berdasarkan performa produk ekspor dinamis yang dimiliki. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk melihat bagaimana keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia, sementara untuk melihat posisi daya saing digunkan metode Export Product Dynamics (EPD). Gambar 6 memperlihatkan alur kerangka pemikiran operasional penelitian ini.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran

Perdagangan internasional sebagai penggerak perekonomian nasional

Perkebunan yang termasuk dalam subsektor pertanian memiliki peluang untuk menjadi salah satu motor penggerak

utama perekonomian dengan ekspornya

Hasil perkebunan dengan nilai ekspor terbesar cengkeh, kacang mete, kakao, karet, kayu manis, kelapa sawit, kelapa,

kopi, lada, pala, teh, tembakau

Implikasi kebijakan/saran penelitian Globalisasi, mutu hasil perkebunan, fluktuasi produktivitas dan masalah lain yang menjadi hambatan ekspor hasil perkebunan Indonesia

Export Product Dynamic (EPD) untuk

melihat posisi daya saing perkebunan

Revealed Comparative Advantage (RCA)

untuk mengestimasi keunggulan komparatif

Bagaimana daya saing hasil perkebunan Indonesia di pasar dunia dan di sebelas pasar

negara importir utama?

Bagaimana ekspor dan strategi perkebunan pesaing Indonesia di pasar dunia dan

Gambar

Gambar 4. Peranan Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Nasional
Gambar 5. Model Hicksher-Ohlin  Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 6. Kerangka PemikiranPerdagangan internasional

Referensi

Dokumen terkait

Dari semua variabel independen yang digunakan, terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh untuk seluruh model persamaaan komoditas yaitu jarak dan dummy (adanya krisis

Dengan demikian maka penggunaan model CMS dapat digunakan untuk mengetahui arah daya saing komoditas di pasar internasional, namun analisis dengan menggunakan model tersebut

Antonius Sitepu mengenai Studi Hubungan internasional menjelaskan, untuk memahami sifat kajian dalam hubungan internaional maka Karl Deutsch membagi subtansi

Organisasi internasional sebagai suatu instrumen, dipakai oleh anggota- anggotanya untuk tujuan tertentu, biasanya terjadi pada IGO (Inter Governmental Organization)

(4) Penetapan Harga dengan Pendekatan Pasar/Persaingan Penetapan harga dengan pendekatan pasar/persaingan adalah penjual atau perusahaan dapat menentukan harga sama dengan

Penelitian yang berjudul “Analisis Daya Saing Komoditi Tanaman Hias dan Aliran Perdagangan Anggrek Indonesia di Pasar Internasional” bertujuan untuk menganalisis daya

Tingkat daya saing suatu komoditas dapat dibandingkan oleh beberapa faktor yakni yang pertama kondisi sumber daya manusia dan sumber daya alam di negara tersebut. Indonesia

Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2006) yang melakukan penelitian tentang ”Integrasi Pasar Beras Indonesia” dengan menggunakan pendekatan model