• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan manusia lain. Dengan kata lain manusia tidak dapat hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan manusia lain. Dengan kata lain manusia tidak dapat hidup"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal dunia hidup bersama-sama dengan manusia lain. Dengan kata lain manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia lainnya. Manusia sebagai mahluk individu bisa saja mempunyai sifat untuk hidup menyendiri tetapi manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

Manusia harus hidup bermasyarakat, sebab manusia lahir, hidup berkembang, dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang penting adalah sesama manusia melakukan kerja sama yang positif sehingga kerja sama itu secara konkrit dapat membawa keuntungan yang besar artinya bagi kehidupan

anggota masyarakat tersebut.5

Kerja sama secara positif adalah dalam upaya mengejar kehidupan yang layak sebagai manusia. Masing-masing tidak boleh menggangu, tetapi harus saling membantu. Sebagai individu, manusia tidak dapat hidup untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkannya dengan mudah tanpa bantuan orang lain atau harus ada kontak di antara individu dengan individu lainnya agar dapat memenuhi

kebutuhannya.6

5Chandra Suwondo, 2002, Outsourcing: Implementasi Di Indonesia, Elex Media Comutindo,

Jakarta, Hlm. 2.

6 Gunawan Kartasapoetra, 1994, Hukum Perburuhan Indonesia Berdaasarkan Pancasila, Sinar

(2)

Manusia tidak mungkin berdiri sendiri atau tanpa bantuan masyarakat di sekitarnya sebab hanya dalam kehidupan bersama yaitu masyarakat, mausia dimungkinkan untuk memenuhi panggilan hidupnya, memenuhi kebutuhan hidupnya

dan memenuhi kepentingannya.7

Peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, maka lahirlah suatu perjanjian. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dari perjanji-janjian tersebut timbullah semua hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang lazim disebut dengan perikatan. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Subekti : “Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar

ketertiban umum dan kesusilaan.”8

Para pihak diperbolehkan mengatur sendiri kepentingannya masing-masing dalam perjanjian yang mereka adakan. Guna mewujudkan suatu perjanjian yang telah disepakati bersama, para pihak yang terikat dalam perjanjian harus melaksanakan isi perjanjian sebagaimana mestinya. Dengan dilaksanakannya prestasi dalam perjanjian maka apa yang diharapkan sebagai maksud dan tujuan diadakannya perjanjian akan tercipta dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan yang dapat menuntut atas kerugian yang dideritanya.

Demikian pula dalam bidang pekerjaan, orang melakukan perjanjian kerja sehingga menimbulkan perikatan. Setiap hubungan kerja yang tercipta, pada

7

Sudikno Mertokusumo, 2013, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, Hlm.3

(3)

dasarnya selalu didahului dengan adanya perjanjian kerja. Pada dasarnya baik tertulis maupun tidak, perjanjian kerja tersebut sama-sama mempunyai kekuatan yang

mengikat kedua belah pihak.9 Setiap orang berhak untuk bekerja guna memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya. Hak tiap-tiap individu untuk bekerja telah dijamin dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dalam pelaksanaannya, harus dibedakan antara pekerjaan diluar hubungan kerja dan pekerjaan di dalam hubungan kerja. Dalam pekerjaan di luar hubungan kerja, seseorang tidak akan menggantungkan upahnya dari orang lain, melainkan dari hasil menciptakan lapangan kerja secara mandiri dimana hasil dari pekerjaan tersebut akan dinikmati sendiri.

Pekerjaan dalam hubungan kerja adalah kondisi dimana seseorang menggantungkan upahnya dari pemberian orang lain. Upah tersebut merupakan imbalan atas jerih payah yang telah dilakukannya untuk kepentingan orang yang

memberikan upah padanya.10

Hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha diatur dalam Buku III Bab 7 A KUHPerdata, akan tetapi ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalamnya masih kurang. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UU ketenagakerjaan), maka terciptalah salah

9

Gunawi Kartasapoetra, dkk., 1985, Pokok-Pokok Hukum Perburuhan, Armico, Bandung, Hlm. 73

10 Gunawi Kartasapoetra, dkk, 1983, Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan Kerja, Armico, Bandung, Hlm. 28.

(4)

satu solusi dalam dalam perlindungan pekerja maupun pengusaha tentang hak dan

kewajiban masing-masing pihak.11

UU ketenagakerjaan sangat berarti dalam mengatur hak dan kewajiban, baik para pekerja maupun para pengusaha dalam pelaksanaan perjanjian kerjanya, tidak kalah pentingnya adalah perlindungan pekerja yang bertujuan agar bisa menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesempatan serta perlakuan tanpa

diskriminasi.12 Hal ini merupakan tujuan dari disusunnya UU Ketenagakerjaan yaitu

mewujudkan kesejaterahan para pekerja yang akan berimbas terhadap kemajuan dunia usaha di Indonesia.

Pembangunan bidang ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembagian sumber daya manusia tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional. Pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, pembangunan bidang ketenagakerjaan diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat

adil dan makmur baik materiil maupun spiritual13.

Pembangunan nasional dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk tercapainya pembaharuan kearah yang lebih baik, dan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Pada hakekatnya pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.

11 Penjelasan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 39

12

Nurfika Maliq, Perlindungan Tenaga Kerja, diakses dari

https://fikamaliq.blogspot.co.id/2014/02/ perlindungan-tenaga-kerja pada tanggal 27 November 2017.

(5)

Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Pekerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada

gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas nasional.14

Pembangunan Ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan. Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain mencakup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaaga kerja, dan pembinaan hubungan industrial.15

Berbicara mengenai tenaga kerja tentu tidak dapat terlepas dari peran serta pengusaha atau perusahaan sebagai penyedia lapangan kerja. Tenaga kerja dan pengusaha merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Tanpa adanya tenaga kerja yang menjadi pekerja bagi suatu pengusaha, maka pengusaha tidak memiliki tenaga yang cukup untuk menciptakan produk. Begitu pula sebaliknya, seahli apapun tenaga kerja, tanpa adanya pengusaha yang menyediakan lapangan kerja hanya akan melahirkan pengangguran.

Penanganan untuk meningkatnya permintaan kerja dan menurunkan angka pengangguran, hal inilah yang dilirik oleh pengusaha yang kemudian membuat atau menyediakan lapangan kerja baru bagi para calon tenaga kerja. Pengusaha juga turut andil dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor, salah satunya dalam sektor pengembangan game.

14

Ridwan Halim, 1987, Hukum Perburuhan Aktual, Pradnya Paramitha, Jakarta, Hlm. 1.

15Penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 39 Dalam Himpunan Lengkap Undang-Undang Bidang Perburuhan. Yogyakarta: Penerbit Andi, Hlm. 146

(6)

Perkembangan perusahaan game sekarang ini sangatlah pesat16, tidak lagi hanya di luar negeri, tapi sekarang di dalam negeri pun sudah semakin menjamur perusahaan-perusahaan game. Adanya perjanjian kerja di perusahaan bidang game ini yang memuat tentang syarat-syarat kerja, pengupahan serta jaminan sosial merupakan hak-hak para pekerja yang dijamin oleh undang-undang, oleh karena itu para pekerja harus mendapatkan perlindungan hukum untuk dapat diperolehnya hak-hak tersebut, begitupun sebaliknya perusahaan juga harus memperoleh hak-hak-hak-haknya sesuai dengan perjanjian kerja, peraturan perusahaan ataupun perjanjian kerja bersama.

Salah satu contoh perusahaan pengembang game yang beroperasi di Indonesia khususnya di Yogyakarta adalah Gameloft. Gameloft adalah salah satu perusahaan pengembang permainan visual (video game) dengan pusat bisnis di Paris Prancis. Perusahaan ini didirikan oleh Michel Guillemot dan Josh Closson pada Tahun 1999, dan berfokus pada pengembangan permainan visual pada perangkat mobile. Pada mulanya, Gameloft hanya berfokus pada pengembangan permainan visual berbasis teks dan WAP, namun sejak Tahun 2002 mulai berpindah ke teknologi JAVA. Gameloft telah menjadi salah satu pengembang dan perilis game digital dan sosial terkemuka di dunia. Perusahaan ini mendistribusikan game-nya ke lebih dari 100 negara dan bekerja sama dengan lebih dari 180 operator telekomunikasi di seluruh dunia. Perkembangan bisnis Gameloft yang terus meningkat membuat perusahaan mempertimbangkan untuk memperluas bisnis dengan membangun berbagai cabang

studio pembuatan game ke seluruh dunia. Di Indonesia, Gameloft telah membangun

16 Risky Maulana, Tingkat Perkembangan Game Di Indonesia 3 kali lipat dari Amerika,diakses

dari https://id.techinasia.com/perkembangan-pasar-game-indonesia-salah-satu-yang-tertinggi-di-2016 pada tanggal 11 Januari 2018

(7)

satu kantor cabang pada Tahun 2010 dengan nama PT. Gameloft Indonesia yang berpusat di Jakarta, dan mengelola dua studio pembuatan game yang keduanya

berlokasi di Yogyakarta.17

Perusahaan Gameloft di Yogyakarta dalam menjalankan kegiatan perusahaannya harus tunduk pada UU ketenagakerjaan, dalam Undang-undang tersebut salah satunya juga diatur mengenai upah dan waktu kerja lembur. Terkait dengan upah dan waktu kerja lembur menurut Pasal 78 UU Ketenagakerjaan diatur mengenai syarat persetujuan dari pekerja dan waktu maksimal kerja lembur yang dalam pelaksanaannya juga diatur di Kepmen No.102/MEN/VI/2004 tentang Upah Lembur dan Waktu Kerja Lembur.

Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi RepublikIndonesia Nomor Kep. 102/MEN/VI/2004, perusahaan yang mempekerjakan pekerja selama waktu kerja lembur berkewajiban :

1. Membayar upah kerja lembur.

2. Memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya.

3. Memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 jam atau lebih (tidak boleh diganti oleh uang).

Perbedaan kedudukan hukum antara pengusaha dan pekerja seringkali menyebabkan kekhawatiran pihak pekerja bahwa produk hukum yang ada justru semakin jauh untuk dapat memberikan perlindungan sebagai pihak yang lemah di hadapan pengusaha. Sebaliknya, pihak pengusaha khawatir bahwa produk yang ada

17Marjuki Bramantyo, 2016, “Mengapa Gameloft memilih Yogyakarta?”, diakses dari

https://www.slideshare.net/bramantiyomarjuki/mengapa-gameloft-memilih-yogyakarta, pada tanggal 31 maret 2017.

(8)

secara berlebihan mengakomodasi kepentingan bagi perlindungan pekerja sehingga

merugikan pengusaha.18 Situasi seperti ini sangat berpotesnsi menimbulkan sikap

defensif dan mengurangi kepercayan masing-masing pihak yang pada akhirnya menimbulkan keadaan yang kurang kondusif bagi hubungan pekerja dengan

perusahaan.19

Pada prakteknya, upah lembur dan waktu kerja lembur pada Perusahaan Gameloft berbeda atau kurang memenuhi syarat yang tertera pada peraturan perundang-undangan seperti mengenai waktu kerja lembur yang melebihi batas yang telah ditetapkan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Pada Pasal 78 ayat (1) huruf b UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu, sedangkan yang terjadi di perusahaan terkait adalah 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari.

Pelaksanaan lain yang menyimpang adalah terkait upah lembur yang disamaratakan antar pekerja walau gaji yang diterima pekerja tersebut berbeda tingkatannya. Dalam Pasal 8 KEPMEN No.102 tahun 2004 disebutkan bahwa perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan dan cara menghitung upah sejam adalah 1/173 kali upah sebulan, sedangkan pelaksanaan di perusahaan terkait upah lemburnya per jam sudah ditetapkan perusahaan dan tidak jelas perhitungannya. Beberapa penyimpangan lain adalah terkait dengan pemberian makanan dan minuman untuk pekerjan yang lembur di Perusahaan gameloft juga terjadi

18 Hari Supriyanto, Maret 2004, Membedah Persoalan Seputar Pelaksanaan UU No.13 Tahun 2003, Makalah, Dipresentasikan pada Seminar Nasional Ketenagakerjaan, Yogyakarta. 19 Hari Supriyanto, 2013, Kesejahteraan Pekerja Dalam Hubungan Industrial Di Indonesia,

(9)

penyimpangan, yaitu uang makan dan minum disatukan dengan upah lembur.20 Pada Pasal 7 KEPMEN No.102 tahun 2004 dijelaskan intinya bahwa salah kewajiban perusahaan yang memperkerjakan lembur pekerjanya melebihi 3 (tiga) jam maka diharuskan untuk memberi makanan dan minuman yang tidak boleh diganti dengan uang. Permasalahan ini perlu mendapat penyelesaian agar pekerja mendapatkan haknya setelah melaksanakan kewajibannya sehingga pekerja dapat bekerja dengan baik di perusahaan.

Berdasarkan pada uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KETENTUAN UPAH DAN WAKTU KERJA LEMBUR DI PERUSAHAAN GAMELOFT YOGYAKARTA MENURUT UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN”.

B. Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Mengapa Perusahaan Gameloft tidak menjalankan aturan upah lembur dan waktu kerja lembur sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan?

2. Bagaimanakah penyelesaiaan yang ditempuh oleh pekerja apabila haknya terkait upah lembur dan waktu kerja lembur tidak terpenuhi?

20 Wawancara dari pihak perusahaan dan pekerja di Perusahaan Gameloft Yogyakarta pada tanggal

(10)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan pada tesis ini mengenai tinjauan yuridis terhadap ketentuan upah lembur dan waktu kerja lembur di Perusahaan Gameloft Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a) Untuk mengetahui dan menganalisis penyebab dari Perusahaan Gameloft tidak menjalankan aturan mengenai upah lembur dan waktu kerja lembur sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

b) Untuk mengetahui dan menganalisis upaya penyelesaian yang dilakukan oleh pekerja terkait permasalahan waktu dan upah kerja lembur pada Perusahaan Gameloft di Yogyakarta.

2. Tujuan Subjektif

Untuk melengkapi Sebagian syarat akademis guna memperoleh gelar magister hukum di bidang Hukum Bisnis pada Program Magister Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum ketenagakerjaan khususnya mengenai upah dan waktu kerja lembur.

(11)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya refrensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang perlindungan hukum terhadap pekerja dalam hal pelaksanaan upah lembur dan waktu kerja lembur.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Praktis

a. Menjadi wahana bagi peneliti untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang sudah diperoleh.

b. Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis diharapkan juga mampu memberikan sumbangan praktis bagi para pihak agar mengetahui hak dan kewajiban mengenai upah dan waktu kerja lembur baik bagi pengusaha maupun pekerja dalam pelaksanaannya di Perusahaan Gameloft, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul dalam Pelaksanaannya.

E. Keaslian Peneltian

Dari hasil penelusuran dan pengamatan yang penulis lakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, ada beberapa penelitian yang membahas tentang upah dan waktu kerja lembur antara lain :

1. Penelitian hukum dengan judul “Implementasi Waktu Kerja Lembur Pada Kawasan Industri Di Kota Makassar”, yang ditulis oleh Cristoforus Valentino Alexander Putra Tahun 2015. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(12)

a. Mengapa terjadi penyimpangan waktu kerja lembur pada perusahaan swasta di kawasan industri Kota Makassar?

b. Apakah kendala serikat pekerja dan pengawas tenaga kerja dalam menjalankan peran dalam mengatasi penyimpangan implementasi pengaturan waktu kerja lembur pada perusahaan swasta di Kota Makassar? Penelitian tersebut menyangkut tentang permasalahan penyebab terjadinya penyimpangan implementasi waktu kerja lembur pada perusahaan swasta yang diakibatkan oleh faktor penambahan upah dan kurangnya pengetahuan dari pekerja tentang waktu kerja lembur. Kendala serikat pekerja dan pengawas ketenagakerjaan dalam mengatasi penyimpangan waktu kerja lembur tersebut disebabkan oleh beberapa oknum tertentu yang memanfaatkan beberapa hal untuk kepentingannya sendiri.

Penelitian diatas hanya sebatas mengenai waktu kerja lembur sedangkan penelitian yang dilakukan penulis ini terkait dengan upah kerja lembur dan waktu kerja lembur, dimana terdapat ketidaksesuaian pelaksanaan upah kerja lembur dan waktu kerja lembur dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan dan aturan pelaksana lainnya.

2. Penelitian hukum dengan judul “Perlindungan Hukum Aspek Pengupahan Pasca Diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015”, yang ditulis oleh Fransiskus Xaverius Watratan Tahun 2016. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana standar upah yang layak bagi para pekerja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2015?

(13)

b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pekerja agar mendapatkan upah yang layak?

Penulisan hukum ini mengangkat permasalahan tentang standar upah yang layak bagi para pekerja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015, upah yang layak sebagaimana dimaksud merupakan jumlah penerimaan atau pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaanya sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya secara wajar, maka pada pasal 4 ayat (2) PP tersebut memberikan kategori kelayakan yang dimaksud adalah dengan diberikan upah dan pendapatan non upah dan pada pasal 14 ayat (1) dan (2) disebutkan bagaimana perlindungan hukum terhadap pekerja untuk memperoleh upah yang layak tersebut ditetapkan dengan satuan waktu dan satuan hasil.

Penulisan yang ingin penulis lakukan bukan terkait dengan upah secara umum, namun lebih khusus lagi yaitu mengenai upah kerja lembur dan penyebab pelaksanaannya tidak sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Penelitian ini mengenai “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KETENTUAN UPAH DAN WAKTU KERJA LEMBUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 PERUSAHAAN GAMELOFT YOGYAKARTA.” dengan demikian berbeda dengan penelitian sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penulisan ini memenuhi kaedah keaslian penelitian. Apabila diluar pengetahuan penulis terdapat penelitian yang sama atau sejenis maka penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian yang sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya Chapman (2005), mengungkapkan bahwa pelajar yang belajar di negrinya sendiri, namun memiliki guru dari budaya yang berbeda, juga bisa mengalami gegar budaya

Berdasarkan hasil temuan studi yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: Berdasarkan analisis General Electrics (GE) diperoleh informasi bahwa

Penagihan oleh Collector hanya berdasarkan DBT yang dicetak bagian finance serta diawasi dengan tanda terima sementara bernomor urut... ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP

Peneliti mengindentifikasi ada 6 konsep untuk penelitian ini, antara lain: Mengkoordinasikan tugas-tugas, Berbagi informasi untuk perencanaan dan aktifitas, Memecahkan

Kompilasi Hukum Islam (yang selanjutnya disebut dengan KHI) sendiri tidak menjelaskan secara rinci tentang siapa dan bagaimana agama seseorang yang berhak menerima

Bagian muara memiliki ciri tebing yang landai dan dangkal, daya erosi kecil, arus air sangat lambat dengan volume air yang lebih besar.Bahan air dalam dan

“Sistem akuntansi keuangan daerah berhubungan terhadap kinerja yang pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai

Restrukturisasi juga menyangkut penyusunan skim asuransi deposito, perbaikan teknik dan prosedur Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), penguatan pengawasan bank, dan