• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skabies 2.1.1 Definisi

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap, 2000).

2.1.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi (Handoko, 2008 dan Stone et al, 2003).

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Handoko 2008).

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa

(2)

yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari (Handoko, 2008 dan Stone et al, 2003).

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang di tinggalkannya, sedangkan tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka masing-masing mereka akan mati (Graham-Brown dan Burns, 2005).

2.1.3 Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena bersalaman atau bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2008).

2.1.4 Cara Penularan

Menurut Admin (2009) di dalam Brown.T.Y. et al (1999), penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di

(3)

Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.

Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya adalah fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Pada beberapa sekolah didapatkan kasus gatal-gatal selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan anti skabies (Meyer, 2000).

2.1.5 Klasifikasi

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Harahap, 2000):

1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

2. Skabies incognito.

Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.

3. Skabies nodular

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.

(4)

4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.

Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4–8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies Norwegia.

Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak.

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan, sedangkan pada bayi lesi di muka sering terjadi.

7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden).

Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

(5)

2.1.6 Gejala Klinis

Ada 4 tanda cardinal (Handoko, 2008) :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok dengan rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabies, yaitu terowongan dan ruam (Graham-Brown dan Burn, 2005), yaitu:

1. Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kaki bagian samping jari tangan dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung kaki 2. Ruam skabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama

terdapat di aksila, umbilikus, dan paha. Ruam adalah reaksi alergi dari tubuh terhadap tungau.

(6)

2.1.7 Pengobatan

Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan hidupnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:

1. Permetrin.

Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih (Harahap, 2000).

2. Malation.

Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian (Harahap, 2000).

3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai (Handoko, 2001).

4. Sulfur.

Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam (Harahap, 2000).

5. Monosulfiran.

Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2–3 bagian dari air dan digunakan selama 2–3 hari (Harahap, 2000). 6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).

Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian (Handoko, 2001). Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal (Handoko, 2008).

(7)

2.1.8 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000).

2.2 Air

2.2.1 Definsi Air

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olah raga dan sebagainya (Raini, 2004).

2.2.2 Sifat Air

Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan biologis.

- Sifat Fisis

Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat (Slamet, 2007).

Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari temperatur, dan tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada 4° Celcius. Apabila temperatur turun lagi, maka densitas akan turun pula (Slamet, 2007). - Sifat Kimiawi

Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oxigen terlarut (= DO) jenuh Sifat Kimiawi pada 9 mg/1. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni, didapat di dalam tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air berjumlah sangat besar (Slamet, 2007).

(8)

- Sifat Biologis

Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan sela-lu didapat kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas air. Di dalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas bagi lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi ke dalam organisme yang native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut. Organisme native dalam badan air biasanya merupakan organisme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang tidak native dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu, dan lain-lain pengotoran. Organisme ini dapat hidup di perairan yang mengandung zat hara/makanan baginya. Sebagaimana halnya semua organisme, setiap jenis organisme di dalam perairan mempunyai fungsi yang sangat khusus dalam lingkungan tersebut dan membentuk ekosistem aquatik yang khas pula (Slamet, 2007).

2.2.3 Air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. (Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416/Menkes/Per/IX/1990)

2.2.4 Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan syarat-syarat tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Syarat-syarat kualitas air meliputi: - Syarat fisik

a) Tidak berwarna

Air untuk rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan (Slamet, 2007).

(9)

b) Tidak berbau

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air baik yang hidup maupun yang sudah mati (Slamet, 2007).

c) Tidak berasa

Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Slamet, 2007).

d) Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan padatan sehingga memberikan warna yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi tanah liat, lumpur dan bahan-bahan organik (Slamet, 2007).

- Syarat kimia

Air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia maupun mineral karena selain menimbulkan gangguan kesehatan juga dapat merusak instalasi penyediaan air bersih (Slamet, 2007).

- Kesadahan

Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation-ion) logam valensi dua. Ion-ion-ion semacam itu mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak air. Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan pembentukan batuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah dimana lapis tanah atas (topsoil) tebal, dan ada pembentukan batu kapur (Sutrisno, 2006).

- Syarat mikrobiologi

Air sebaiknya tidak mengandung bakteri pathogen dan tidak boleh mengandung bakteri golongan coli yang mengganggu kesehatan. Standar yang dipakai adalah total bakteri Coliform dengan batas tidak boleh lebih dari 1 coli/100 ml air. (Sutrisno, 2006).

(10)

- Syarat radioaktif

Yaitu adanya batas tertinggi yang diperkenankan adanya aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L dan aktivitas Beta (Gross Beta Activity) tidak boleh lebih dari 0,1 Bq/L (Slamet, 2007).

2.2.5 Sumber Air bersih

Pengadaan air bersih untuk berbagai keperluan hidup manusia dapat berasal dari berbagai sumber dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda. Sumber air bersih yang digunakan manusia adalah :

1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) 2. Sumur

2.2.5.1 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sumber air PDAM berasal dari:

• Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air bersih dan air minum harus dilakukan pengolahan yang lengkap agar dapat mencapai standar fisika, kimia dan bakteri, mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. (Raini, 2004).

• Air Tanah Dalam

Air tanah dalam pada umumnya mempunyai kualitas lebih baik dari air tanah dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Air tanah dalam terlihat jernih karena telah mengalami penyaringan alamiah oleh tanah atau batu-batuan selama proses pengaliran. Namun demikian air tanah dalam kemungkinan mengandung mineral cukup tinggi sering berwarna, berbau dan mempunyai rasa tidak nyaman. (Sutrisno, 2006).

• Mata Air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan air dalam (Sutrisno, 2006).

(11)

2.2.5.2 Air Sumur

Air sumur berasal dari air tanah dangkal yang kualitasnya bervariasi tergantung ada atau tidaknya pencemaran pada tanah sekitar. Air ini terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah lumpur akan tertahan demikian pula sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi karena banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah berfungsi sebagai penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung terutama pada muka air yang dekat muka tanah. Setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul yang merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal yang dinamakan air sumur (Sutrisno, 2006).

2.2.6 Kaitan Penyediaan Air Bersih dengan Skabies

Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Salah satu penyebab penyakit di dalam air karena kurangnya penyediaan air bersih (Slamet, 2007).

Kurangnya penyediaan air bersih dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit diantaranya adalah skabies. Hal ini dipermudah oleh penyediaan air bersih yang kurang jumlahnya dan juga lingkungan yang kumuh disertai sanitasi yang sangat jelek. Selain itu skabies merupakan penyebab penyakit bawaan air (Slamet, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

Kus (41 tahun) dengan keluhan tinnitus tanpa vertigo dan pendengaran menurun sejak empat hari sebelumnya, didiagnosis SNHL telinga kiri dengan PTA 93,75 dB

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Beberapa survei dan penelitian menguatkan bahwa betapa penting kemampuan untuk bisa mendengar, bahkan banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk

Serat Wedhatama, yang merupakan karya besar Sri Mangkunegara IV dapat dijadikan rujukan utama dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa,

Dalam rangka pengembangan produk berbasis sumber daya lokal ini, sejak didirikan pada tahun 2013, telah banyak produk yang dikembangkan melalui serangkaian riset dan uji,

Peneliti akan memaparkan hasil penelitian tentang simbol non verbal pada poin ini. Simbol non verbal terbagi menjadi 3 bagian, yakni : pesan kinesik, proksemik

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

 Selanjutnya guru menjelaskan dengan detail kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam pembelajaran materi hari akhir sekaligus memberi kesempatan bertanya pada siswa yang masih