93 A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan drill dan metode latihan interval terhadap kecepatan lari 50 meter siswa ekstrakurikuler atletik. Metode latihan drill lebih berpengaruh dalam meningkatkan kecepatan lari 50 meter, nilai signifikasi Univariate Test sebesar 0,029 < 0,05.
2. Ada perbedaan pengaruh kecepatan lari 50 meter siswa ekstrakurikuler atletik yang memiliki rasio panjang tungkai tinggi dan rasio panjang tungkai rendah. Rasio panjang tungkai tinggi lebih berpengaruh dalam meningkatkan kecepatan lari 50 meter, nilai signifikasi Univariate Test sebesar 0,028 < 0,05.
3. Ada interaksi antara metode latihan dan rasio panjang tungkai dengan tinggi badan terhadap kecepatan lari 50 meter siswa ekstrakurikuler atletik, nilai signifikasi Tests of Between-Subjects Effects sebesar 0,014 < 0,05. Metode latihan drill lebih tepat digunakan untuk siswa yang memiliki rasio panjang tungkai tinggi, sedangkan metode latihan interval digunakan untuk siswa yang memiliki rasio panjang tungkai rendah.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ternyata penerapan metode latihan yang tepat akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
kecepatan lari 50 meter siswa ekstrakurikuler atletik nomor lari SD Negeri Surodadi 1 Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Metode latihan drill dan metode latihan interval serta rasio panjang tungkai tinggi dan rasio panjang tungkai rendah merupakan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kecepatan lari 50 meter siswa ekstrakurikuler atletik nomor lari SD Negeri Surodadi 1 Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Hal ini menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki implikasi baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil tersebut, maka dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut:
1. Kesimpulan dalam penelitian menunjukkan bahwa metode latihan drill ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil kecepatan lari 50 meter. Hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, oleh karena itu pelatih dan pembina olahraga dapat menerapkan hasil penelitian dalam melatih siswanya, serta memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan memperhatikan kelebihan dan keefektifan dari metode latihan drill dan metode latihan interval, maka treatment ini dapat digunakan sebagai solusi dan variasi bagi pelatih atau pembina olahraga dalam upaya peningkatan hasil kecepatan lari 50 meter.
2. Berkenaan dengan penerapan kedua metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil kecepatan lari 50 meter, masih ada faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil kecepatan lari 50 meter yaitu: rasio panjang tungkai dengan tinggi badan (tinggi dan rendah). Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil kecepatan lari 50 meter yang
signifikan antara kelompok siswa yang memiliki rasio panjang tungkai dengan tinggi badan kategori tinggi dan siswa yang memiliki rasio panjang tungkai dengan tinggi badan katetgori rendah. Hal ini mengisyaratkan kepada pelatih atau pembina olahraga, bahwa upaya meningkatkan hasil kecepatan lari 50 meter hendaknya faktor rasio panjang tungkai dengan tinggi badan yang dimiliki oleh siswa harus diperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa suatu metode latihan belum tentu sesuai dengan semua kelompok atau golongan, oleh karena itu pelatih atau pembina olahraga harus pandai-pandai memilih metode latihan yang tepat dan efektif bagi siswanya serta memperhatikan juga variabel atributnya.
3. Hasil penelitian secara praktis dapat digunakan sebagai acuan bagi pelatih atau pembina olahraga untuk dapat memberikan pengalaman yang berharga kepada siswanya, sehingga secara aktif dapat memanfaatkan metode latihan drill dan metode latihan interval untuk meningkatkan hasil kecepatan lari 50 meter pada khususnya dan prestasi olahraga pada umumnya.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian tidaklah sempurna hal ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada saat latihan atau penerapan treatment semua siswa kelas ekstrakurikuler atletik tidak dikumpulkan atau dikarantina, sehingga tidak ada kontrol apa saja aktifitas yang dilakukan siswa diluar dari program treatment, melainkan tinggal dirumah mereka masing-masing. Secara tidak langsung hal ini dapat mempengaruhi dalam penelitian.
2. Penerapan metode latihan drill dan metode latihan interval belum mempertimbangkan komponen biomotor yang lain, hanya mempertimbangkan rasio panjang tungkai tinggi dan rendah.
3. Proses pelaksanaan tes kecepatan lari 50 meter yang tidak pada situasi pertandingan resmi atau kejuaraan sebenarnya.
4. Sarana dan prasarana yang kurang memadai di ekstrakurikuler SD Negeri Surodadi 1 Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang.
D. Saran
1. Metode latihan drill memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan hasil kecepatan lari 50 meter, sehingga pelatih atau Pembina olahraga sebaiknya memilih metode latihan drill dalam upaya meningkatkan hasil kecepatan lari 50 meter, karena didalamnya sudah tercangkup materi seperti kondisi perlombaan yang membuat siswa dapat beradaptasi.
2. Metode latihan drill dan metode latihan interval perlu memperhatikan faktor rasio panjang tungkai dan tinggi badan serta sarana dan prasarana yang tersedia dalam rangka meningkatkan hasil kecepatan lari 50 meter.
3. Dalam upaya meningkatkan hasil kecepatan lari 50 meter, siswa ekstrakurikuler atletik yang memiliki rasio panjang tungkai dengan tinggi badan rendah akan lebih tepat dan efektif bila dilatih dengan metode interval.
4. Program metode latihan drill akan lebih tepat jika diberikan kepada siswa yang memiliki rasio panjang tungkai dengan tinggi badan tinggi, dalam upaya meningkatkan kecepatan lari 50 meter pada kelas ekstrakurikuler.
5. Pelatih atau Pembina olahraga disarankan merancang program metode latihan drill yang tepat dan terencana sesuai dengan cabang olahraga masing-masing, mengingat kebutuhan hasil kecepatan lari 50 meter belum tentu sesuai atau cocok bagi semua kalangan dan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Birch, K., MacLaren, D., & George, K. (2005). Sport & exercise physiology. UK: Garland Science/BIOS Scientific Publishers.
Bompa, O.T. 1994. Theory and methodologi of training. The key to athletics performance dubugue. Lowa: Kendal Hunt. Publishing Company.
---. 2009. Theory and methodology of training. Champaign: Human Kinetics.
Chaniago, S. 2010. Seri atletik lari. Sukoharjo: Hamugha Prima Media.
Corn, R.J. & Nudson, D.K. 2003. Effect of elastic-cord towing on the kinematics of the acceleration phase of sprinting. Journal of Strength and Conditioning Research.
Depdikbud. 1995. Petunjuk pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Dirjen Dikdasmen.
Drake, J. 2009. Planning for children’s play and learning. New York: Routledge Taylor & Francis Group.
Ericsson, K.A., Krampe, R.T., & Tesch-Römer, C. (1993). The role of deliberate practice in the acquisition of expert performance. Psychological Review, 100(3), 363-406.
Giriwijoyo, S. dkk. 2005. Manusia dan olahraga. Bandung: ITB Gordon, D. 2009. Coaching science. Britain: Learning Matters Ltd.
Husein, et al. 2007. Teori kepelatihan dasar. Jakarta: LANKOR. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga.
IAAF. 2001. Pengenalan kepada teori pelatihan. Jakarta.
Irianto, D.P., dkk. 2009. Pelatihan kondisi fisik dasar. Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Jonath. 1987. Leichtathletic I Laufen und Springen: Training-technik-taktiek. Alih bahasa: Soeparmo, Atletik 1. Jakarta: PT. Rosda Karya.
Lesmana, I. 2008. Perbedaan pengaruh latihan beban dan rasio anthropometrik terhadap prestasi lompat jauh. Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 8 No. 1 April 2008.
Lutan, R. et al. 2000. Dasar-dasar kepelatihan. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III).
Ma’mum, A. & Subroto, T. 2001. Perkembangan gerak dan belajar gerak. Jakarta: Depdikbud.
McMorris, T., & Hale, T. (2006). Coaching science (Theory into practice). Chichester, England: John Wiley & Sons Ltd.
Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 1. Bandung: Ghalia Indonesia Printing
Narbuko, C. & Achmadi, H.A. 2007. Metodologi penelitian. Jakarta.
Nossek, J. 1982. General theory of training. Logos: National Institute for Sport. Patrianti, A. 2014. Meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan servis
bawah permainan bolavoli menggunakan metode drill kelas V SDN 13 Bengkulu Selatan. Skripsi. Universitas Bengkulu.
Purnomo, E. 2007. Pedoman mengajar dasar gerak atletik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Raven. 1981. Atlas anatomi untuk umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Djambatan.
Reilly, T. 2005. Training specificity for soccer. International Journal of Applied Sports Sciences, 2, 17-25
Rusman. 2012. Model-model pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan pembinaan kekuatan kondisi fisik dalam
olahraga. Semarang: Dahara Prize.
Saputra, YM. 1998. Pengembangan kegiatan ko dan ekstrakurikuler. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sidik, D.Z. 2009. Pembinaan kondisi fisik dasar dan lanjutan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Soedarminto, dkk. 1994. Pendidikan kesehatan jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sudjarwo. 1993. Kepelatihan dasar. Surakarta: FKIP UNS. Sugiyanto. 1993. Belajar gerak I. Surakarta: UNS Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.
________. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.
Suharno HP. 1993. Penyusunan program latihan. Jakarta: Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat.
Sukadiyanto. 2010. Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan-Universitas Negeri Yogyakarta.
Sunaryadi, Y. 2012. Modul biomekanika olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan FPOK UPI.
Syarifuddin. 1992. Pengantar ilmu melatih. Padang: FPOK IKIP Padang.
Syarifudin, A. 1997. Atletik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Tohar. 1992. Olahraga Pilihan Bulutangkis. Semarang: Departemen Pendidikan
Dan kebudayaan Derektorat Jendral Penddidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Wikipedia. 2012. Extracurricular. Diakses dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Extracurricular. pada tanggal 14 Juli 2015, Jam 14.44 WIB.