• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP AMPERA KECAMATAN BATANG SERANGAN KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014 Rosmalina. roketmail.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP AMPERA KECAMATAN BATANG SERANGAN KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014 Rosmalina. roketmail."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

30

ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP AMPERA

KECAMATAN BATANG SERANGAN KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014 Rosmalina. Email: rosmalina @ roketmail.com

ABSTRAK

Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di Negara berkembang termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Data di Kabupaten Langkat remaja putri umur 10-18 tahun sebanyak 23,6% menderita anemi. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

Desain penelitian ini menggunakan survey pendekatan cross sectional (potong lintang). Variabel independen yang diteliti adalah pendapatan keluarga, pengetahuan, pendidikan orang tua, konsumsi tablet tambah darah, status gizi, pola menstruasi, pola makan, riwayat kesehatan dan status pekerjaan, variabel dependen adalah variabel kejadian anemia. Populasi adalah siswi SMP Ampera kelas 1 s/d 3 sebanyak 166 orang, dan yang menjadi sampel seluruh siswi kelas 1 dan 2 dengan jumlah 100 orang (total sampling). Pengumpulan data variabel dependen dengan pemeriksaan kadar Hb menggunakan metode

cyanmethemoglobin, status gizi dengan menggunakan antropometri dan variabel lain

menggunakan angket.

Hasil penelitian menunjukan kejadian anemia sebesar 33,0%. Hasil uji statistik Bivariat kejadian anemia tidak ada hubungan dengan pendapatan keluarga, pengetahuan remaja, pendidikan orang tua, konsumsi tablet tambah darah, pola makan, riwayat kesehatan dan status pekerjaan, ada hubungan signifikan antara status gizi dan pola menstruasi. Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian anemia adalah status gizi dengan nilai OR = 4,934. Saran bekerjasama antara pihak sekolah, tenaga kesehatan dan pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan pembinaan usaha kesehatan sekolah (UKS).

(2)

Vol. 1 N0 05 januari 2016 31 PENDAHULUAN Latar belakang

Anemia merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%.

Kekurangan besi pada remaja

mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar.

Penyebabnya, antara lain: tingkat

pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C dan lamanya menstruasi. Angka prevalensi anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0% (Burner, 2012).

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Penentuan anemia

dapat dilakukan dengan mengukur

hematokrit (Ht). Nilai hematokrit rata-rata setara dengan tiga kali kadar hemoglobin. Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia gizi besi

atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Anak-anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, dikatakan menderita anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl, umur 6-14 tahun kurang dari 12 g/dl, dewasa laki-laki kurang dari 13 g/dl, dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11 g/dl (Arisman, 2010).

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia. Jumlah penderitanya sangatlah mencengangkan, sebanyak 4-5 milyar penduduk dunia atau 66-80% dari

populasi penduduk dunia, mungkin

mengalami defisiensi zat besi; 2 milyar penduduk atau lebih dari 30% populasi penduduk dunia, mengalami anemia, terutama karena defisiensi zat besi dan di negara berkembang. Masalah ini terutama menjakiti para wanita dalam usia reproduktif dan anak-anak di kawasan tropis dan subtropis. Sembilan dari 10 penderita anemia karena defisiensi zat besi tinggal di negara berkembang. Rata-rata satu dari dua orang ibu hamil dan empat dari sepuluh anak prasekolah menderita

(3)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

32

konsekuensi kesehatan yang ditimbulkan meliputi kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, infeksi dan peningkatan resiko kematian. Belakangan akan mengganggu kemampuan belajar mereka disekolah, terjadi gangguan pada perkembangan fisik dan kognitif yang mengakibatkan prestasi sekolah yang buruk. bukti yang tersedia

menunjukkan gangguan pada

perkembanngan psikomotor dan

kemampuan intelektual, serta perubahan perilaku setelah terjadi anemia defisiensi zat besi. Pada ibu hamil, anemia karena defisiensi zat besi turut menyebabkan 20% dari semua kematian maternal (Gibney, et

al, 2009).

Anemia terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi terutama pada wanita. Jika seseorang wanita mengalami anemia, maka akan menjadi sangat berbahaya pada saat hamil dan melahirkan. Wanita yang mengalami anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Disamping itu, anemia dapat mengakibatkan kematian ibu maupun bayi pada saat proses persalinan. Karena itu untuk memastikan agar remaja tidak mengidap anemia, perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Jika ternyata remaja mengalami anemia,

maka perlu dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan yang bergizi dan

pil zat besi sesuai dengan anjuran. Selain

anemia, kesehatan reproduksi juga

berhubungan dengan kehamilan. Kesiapan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan

(mempunyai anak) ditentukan oleh

kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, mental (emosi dan psikologis) dan sosio ekonomi. Secara umum, seorang wanita dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik (Efendi, et al, 2009).

Di negara berkembang terdapat 370 juta wanita yang menderita anemia karena defisiensi zat besi. Prevalensi rata-rata lebih tinggi pada ibu hamil (51%) dibandingkan pada wanita yang tidak hamil (41%). Prevalensi diantara ibu hamil bervariasi dari 31% di Amerika Selatan hingga 64% di Asia bagian selatan. Di Amerika Serikat hanya terdapat sekitar 5% anak kecil dan 5-10% wanita dalam usia reproduktif yang menderita anemia karena defisiensi zat besi. Survei yang diselenggarakan di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa prevalensi anemia di antara ibu yang hamil berkisar antara 10% dan 30%. Di India terdapat sekitar 88% ibu hamil yang menderita anemia dan wilayah Asia lainnya ditemukan hampir 60% wanita yang mengalami anemia, namum demikian,

(4)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

33

prevalensi anemia karena defisiensi zat besi di Cina tidak melampaui 40% (Gibney, 2009). Pada remaja putri, anemia defisiensi besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan. Insidens defisiensi besi dan anemia defiseinsi besi pada remaja putri adalah 11%-17%. Angka prevalensi defisiensi besi lebih tinggi diantara anak-anak yang hidup di bawah garis kemiskinan dan diantara anak Afrika Amerika dan Meksiko Amerika (Betz, et al, 2009)

Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia pada saat ini meningkat pada tahun 2012 mencapai 359/100.000 atau sekitar 57 % bila dibandingkan pada tahun 2007 sekitar 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). AKI pada proses persalinan dan kehamilan cukup tinggi. Bahkan target dari Milennium

Development Goals (MDGs) adalah

menurunkan AKI di Indonesia sebanyak 75 %

pada tahun 2015. Dalam rencana

pembangunan jangka menengah 2004-2009,

ditargetkan pencapaian AKI sebesar

226/100.000 kelahiran hidup pada Tahun

2009. Dengan demikian, ditargetkan

penurunan hingga 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes, 2011). Menurut (Sadli, et al, 2010) Faktor lain yang meningkatkan AKI adalah buruknya gizi perempuan, yang dikenal dengan kekurangan energy kronis (KEK) dan anemia. Perempuan yang menderita KEK pada usia 15-49 tahun

mencapai 15 persen, sedangkan pada remaja putrid mencapai 37 persen. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sebanyak 57% remaja putri atau perempuan calon ibu menderita anemia.

Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam program sosialisasi serta pelaksanaan penapisan anemia pada remaja putri, dalam hal ini

tenaga kesehatan diharapkan dapat

mengetahui bahwa pola menstruasi, status gizi, status ekonomi dan perilaku makan faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja khususnya remaja putri dan sebagai sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk selanjutnya.

Manfaat Aplikatif bagi Program

(1) Bagi guru (sekolah), dimanfaatkan untuk mengembangkan trias program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), antara lain:

menentukan materi penyuluhan

kesehatan, melakukan pemeriksaan dini status kesehatan siswa (pelajar), dan pembinaan terhadap kantin sekolah dalam penyediaan jenis/ menu makanan. (2) Bagi tenaga kesehatan di puskesmas,

sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan upaya skrinning anemia pada remaja khusunya remaja putri.

(5)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

34

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran

kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

Untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

Untuk menganalisis dan

menjelaskan hubungan antara pengetahuan remaja dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

Untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan antara pendidikan orang tua dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Swasta Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014. Untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan antara Konsumsi Tablet Tambah

Darah (TTD) dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

Untuk menganalisis dan

menjelaskan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014. Untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan antara menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

Untuk menganalisis dan

menjelaskan hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014. Untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan antara riwayat kesehatan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

Untuk menganalisis dan

menjelaskan hubungan antara status pekerjaan orang tua dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

a. Untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian anemia pada

(6)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

35

remaja putri di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014.

b.

Metodologi Keperawatan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional (penelitian

potong lintang) menyatakan bahwa

hubungan antara variable bebas dan variable terikat diamati secara serentak pada suatu periode waktu tertentu serta faktor paparan yang diamati peneliti pada suatu populasi di saat tertentu.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMP Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat dilakukan pada bulan April Tahun 2014.

Populasi dan Sampel Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Di SMP Swasta Ampera mempunyai 11 kelas, untuk kelas 1 mempunyai 3 kelas dan remaja putrinya terdiri dari 54 orang, untuk kelas 2 ada 4 kelas dan remaja putri ada 46 orang, kelas 3 mempunyai 4 kelas dan

terdiri dari 66 remaja putri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas I, 2 dan 3 sebanyak 166 orang

Sampel Penelitian

Sampel yang diambil adalah populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur yaitu semua remaja putri SMP Ampera Kelas 1 dan 2 sebanyak 100 responden.

Dalam penelitian ini semua anggota populasi yang memiliki kriteria inklusi diikutkan dalam pemeriksaan Hb dan pengisian kuesioner akan diambil sebagai sampel (total sampling) sesuai dengan kriteria inkluisi sebagai berikut :

Sampel penelitian dengan kriteria inklusi yaitu :

1) Siswa putri kelas 1 dan 2 2) Bersedia menjadi responden 3) Responden sudah mengalami

menstruasi Kriteria eksklusi

1) Pada saat dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) remaja putri sedang mengalami menstruasi.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan mengunakan data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh secara langsung melalui

pemberian kuesioner dan melakukan pemeriksaan test laboratorium. Data

(7)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

36

sekunder data yang diperoleh di SMP Ampera Kabupaten Langkat mengenai jumlah siswa yang ada pada Tahun 2014. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh tim yaitu sebanyak 3 orang, 1 (satu) orang petugas kesehatan (bidan), 1 (satu) orang sebagai pencatat hasil pemeriksaan tinggi badan dan berat badan, dan dibantu oleh 1 (satu) orang tenaga guru kelas yang bekerja di sekolah tempat peneliti bertugas sebagai mengumpulkan kuesioner .

Agar mendapatkan pemahaman yang sama antara peneliti dengan tim, sebelum pengambilan data peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan, ruang lingkup penelitian, pedoman penggunaan kuesioner, prosedur wawancara, pengukuran antropometri dan pemeriksaan Laboratorium

Cara pengumpulan data yaitu : 1. Dengan cara pengisian kuesioner

yang diberikan kepada remaja berisi

tentang identitas responden

(nama,umur) pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, pendidikan terakhir orang tua, pengetahuan remaja tentang anemia, konsumsi tablet tambah darah, status gizi, pola

menstruasi, pola makan dan riwayat kesehatan.

2. Data antropometri yaitu berat badan dengan menggunakan timbangan digital, tinggi badan dengan cara mengukur tinggi badan dengan menggunakan microtoise, yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh petugas pencatat data.

3. Pemeriksaan kadar hemoglobin

(Hb) diperoleh dengan cara

pengambilan darah dan pemeriksaan darah dilakukan oleh peneliti dan

dibantu oleh bidan, dengan

menggunakan metode

cyanmethemoglobin. Yaitu terlebih

dahulu jari didesinfektan, ambil darah kapiler sebanyak 0,02 ml dengan menggunakan pipet sahli dan letakkan ke dalam kertas saring dengan diberi kode responden, setelah kering selama 3-5 menit masukkan kedalam bak instrument, setelah selesai pemeriksaan Hb hasil dibawa ke Rumah Sakit Umum Djoelham Binjai untuk dibaca pada kolorimeter pada lamda 546 yang ada di RSU Djoelham Binjai. Dan metode ini disebut dengan metode cyanmethemoglobin tidak langsung Instrumen Penelitian

(8)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

37

Alat atau instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1) Kuesioner yang diberikan berisi pertanyaan sebagai alat bantu penelitian

2) Pemeriksaan kadar hemoglobin

(Hb) dengan metode

sianmethemoglobin.

3) Timbangan berat badan dengan ketelitian 0,5 kg

4) Alat pengukur tinggi badan (microtoise) dengan ketelitian 0,1 cm

Pengembangan Instrumen

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan

dalam penelitian, maka sebelum

pelaksanaan penelitian dilakukan uji coba kuesioner pada lokasi yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan lokasi penelitian, yaitu di Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat pada bulan

April 2014. Uji coba kuesioner

dilaksanakan dengan sampel remaja putri usia 10 – 18 tahun. Uji kuesioner ini dilakukan dua kali, karena hasil pengolahan

data uji kuesioner yang pertama

menunjukkan data dengan status tidak valid karena ada pertanyaan yang memiliki rhitung

(corrected item-total correlation) < rtabel sebesar 0,632. Setelah dilakukan perbaikan

pertanyaan, maka dilaksanakan uji

kuesioner untuk kedua kalinya.

Instrument yang diuji coba adalah pertanyaan mengenai pengetahuan. Hasil dari uji coba ini digunakan untuk menngetahui validitas instrument yang dipakai dalam penelitian.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan computer program SPSS versi 11,5. Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan terhadap 15 orang responden untuk variabel penngetahuan. Validitas pertanyaan didasarkan pada nilai rhitung (corrected item-total correlation) > rtabel sebesar 0,632. Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas baik untuk variabel pengetahuan. Seluruh pertanyaan valid karena rhitung (corrected item-total

correlation) < rtabel sebesar 0,632. Uji Reliabelitas

Untuk instrument kuesioner, dinyatakan reliable jika r ≥ 0,60 dan kuesioner mempunyai tingkat reliabilitas tinggi nilai r mendekati angka 1. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan computer menggunakan program SPSS versi 11,5. Dari hasil analisis diperoleh nilai alpha untuk masing-masing variabel melebihi 0,60 yaitu nilai alpha untuk variabel

(9)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

38

pengetahuan sebesar 0,967, dan pertanyaan dinyatakan reliabel.

HASIL

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Luas daratan Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 (8,74%), ketinggian permukaan laut 0-1.200m, dengan luas area 6.263,29, jarak ibukota Provinsi Sumatera Utara Ke Kabupaten Langkat (Stabat) dengan jarak 42 (KM). Kabupaten Langkat terbagi 3 (tiga) kepala Luhak (dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintah disebut LUHAK yakni Luhak Langkat Hulu (Kejuruan Selesai, Kejuruan Bohorok, Kejuruan Sei Bingei, Distrik Kwala, Distrik Salapian) Langkat Hilir (Kejuruan Stabat, Kejuruan Bingei, Distrik Secanggang, Distrik Padang Tualang, Distrik Cempa, Distrik Pantai Cermin) Luhak Teluk Haru (Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji, Distrik Pulau Kampai, Distrik Sei Lepan). Kabupaten Langkat dengan batas wilayah Kabupaten Langkat sebelah Utara Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh dan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah Barat berbatasan denngan Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, sebelah Timur berbatasan

dengan Kabupaten Deli Serdang dan dan Kota Binjai.

Analisis Kuantitatif Analisis Univariat 1. Kejadian Anemia

Pada variabel kejadian anemia pada remaja putri peneliti membagi dalam 2 kelompok yaitu tidak anemia (bila Hb ≥ 11,5 gr/dl) dan anemia (bila Hb < 11 gr/dl).

Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden, didapatkan kejadian anemia pada remaja putri yang tidak anemia sebanyak 67,0% dan yang anemia ada 33,0%.

2. Pendapatan Keluarga

Pada variabel pendapatan keluarga peneliti membagi menjadi dua kelompok yaitu tinggi (bila pendapatan keluarga ≥ Rp. 1.375.000,-) dan rendah (bila pendapatan keluarga < Rp. 1.375.000,-).

Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden, didapatkan pendapatan keluarga yang jumlahnya tertinggi adalah pendapatan keluarga rendah ada 70,0% dan pendapatan keluarga tinggi ada 30,0%. 3. Pengetahuan

Pada variabel pengetahuan terbagi dalam dua kelompok, pengetahuan tinggi

(10)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

39

( bila nilai ≥ 70% ) dan pengetahuan rendah ( bila nilai < 70% ).

Berdasarkan hasil penelitian pada 100 responden menunjukkan jumlah remaja putri yang tertinggi memiliki pengetahuan rendah ada 60,0% dan yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 40,0%.

Pendidikan Orang Tua

Pada variabel pendidikan orang tua peneliti membagi dalam dua kelompok yaitu pendidikan tinggi (≥ SLTA) dan pendidikan rendah (< SLTA).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini tentang Anemia Pada Remaja Putri Di SMP Swasta Ampera Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat Tahun 2014. Dapat kesimpulan sebagai berikut :

Prevalensi anemia pada remaja putri di SMP Swasta Ampera sebanyak 33,0% orang termasuk dalam kategori tinggi dibandingkan dengan data dari Kabupaten Langkat sebanyak 23,6%.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian anemia dengan status gizi, pola menstruasi dan pola makan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian anemia adalah status gizi. Saran

Pada remaja putri dengan status gizi perlu untuk meningkatkan konsumsi menu

seimbang yaitu energi, protein,

mengkonsumsi besi dan vitamin.

Remaja yang sedang mengalami pola menstruasi sebaiknya mengkonsumsi tablet tambah darah minimal 1 tablet dalam sehari pada waktu menstruasi dan mengkonsumsi asupan gizi yang mengandung zat besi, yang berfungsi mencegah terjadinya anemia pada remaja, terutama pada remaja yang pola menstruasinya tidak teratur.

Pada remaja diharapkan untuk makan secara teratur yang akan membantu remaja terhindar dari naik turunnya kondisi tubuh akibat kebiasaan makan yang kurang atau berlebihan mengakibatkan dampak terhadap tubuh remaja

Bagi pihak sekolah bekerjasama dengan tenaga kesehatan/puskesmas untuk mengembangkan trias program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), pembinaan terhadap kantin sekolah dalam penyediaan

jenis/menu makanan, memberikan

penyuluhan kesehatan, melakukan

pemeriksaan dini status kesehatan siswa untuk mencegah terjadinya anemia.

(11)

Vol. 1 N0 05 januari 2016

40

Diharapkan bagi peneliti

selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian tentang kejadian anemia agar dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia, dengan variabel dan tempat peneliti yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman (2010). Ensiklopedia

Keperawatan Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta: EGC

Burner (2010). Infeksi RS Ancam Kematian

Pasien. Diunduh pada tanggal 27

Februari 2014 dari www.Jurnas.com Betz, et al (2009). Perilaku Perawat dalam

Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Medan. Diunduh tanggal 28 Februari

2014 dari

http://www.repository.usu.ac.id

Efendi, et al (2009). The Role of Cefepime:

Empirical Treatment in Critical Illness. Diunduh pada tanggal 28

Februari 2014 dari

http://www.DexaMedia/publication_u pload07064306550001180931345De xaMedia/edisi/april-jun2007.pdf.

Volume 20, Hal: 59-62

Hidayat, A, A. (2009). Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan agar keputusan yang diambil oleh otoritas yang berwenang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, diajukan satu sistem IFFN

tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Selain di budidaya/ kotoran kelinci juga bisa di maanfaatkan untuk pupuk kompos / yang menarik lagi /. air kencing kelinci tersebut digunakan sebagai bahan alternatif penggati

[r]

Pokja/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa pada Pengadilan Negeri Masamba akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami secara mendalam mengenai peran abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta dalam melakukan sosialisasi nilai-nilai Jawa

Tata letak fasilitas fisik secara keseluruhan Balai Pengobatan “X” saat ini belum baik karena belum disesuaikan dengan aktivitas dokter, pasien dan staf... Usulan

Dribbling, long pass, dan shooting sering digunakan oleh pemain sepakbola untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, mengumpan jarak jauh, menghambat