• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik Serta Tata Letak Fasilitas Fisik Di Balai Pengobatan "X" Dilihat Dari Aspek Ergonomi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik Serta Tata Letak Fasilitas Fisik Di Balai Pengobatan "X" Dilihat Dari Aspek Ergonomi."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Balai Pengobatan “X” merupakan salah satu sarana pengobatan yang ada di kota Bandung dimana kenyamanan, ketenangan, kebersihan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter, pasien, dan staf diperoleh informasi bahwa beberapa fasilitas fisik maupun lingkungan fisik di Balai Pengobatan “X” belum ergonomis. Fasilitas fisik yang belum ergonomis adalah kursi tunggu, kursi dokter, kursi pasien, kursi staf, tempat tidur pasien, lemari obat I, lemari obat II, dan lemari obat III. Sedangkan lingkungan fisik yang belum ergonomis adalah kebisingan, pencahayaan, bau-bauan dan warna. Selain itu, berdasarkan pengamatan layout fasilitas belum baik.

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap dimensi fasilitas fisik saat ini di ruang tunggu (kursi tunggu), di ruang periksa (meja dokter, kursi dokter, kursi pasien, tempat tidur pasien, tangga kecil, rak obat, lemari obat suntik dan cermin), dan di ruang obat (lemari obat I, lemari obat II, lemari obat III). Selain itu dilakukan pengamatan mengenai kondisi fisik (suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan, bau-bauan dan warna) dan pengamatan mengenai layout fasilitas fisik saat ini. Berdasarkan data dimensi fasilitas fisik tersebut, dilakukan perbandingan antara data aktual dengan data anthropometri yang diambil dari buku “Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya” karangan Eko Nurmianto. Dari hasil pengolahan data, didapatkan 8 fasilitas fisik yang belum ergonomis yaitu: kursi dokter, kursi pasien, kursi staf, kursi tunggu, lemari obat I, lemari obat II, lemari obat III dan cermin. Selain itu, faktor lingkungan fisik yang belum ergonomis adalah pencahayaan, kebisingan, bau-bauan dan warna. Demikian pula layout fasilitas fisik saat ini masih belum baik.

Dari hasil pengolahan data, didapatkan fasilitas fisik, lingkungan fisik dan layout yang belum ergonomis. Oleh karena itu dilakukan perancangan untuk fasilitas fisik tersebut dimana masing-masing fasilitas fisik dirancang sebanyak 3 alternatif , sedangkan untuk layout dirancang sebanyak 4 alternatif. Selanjutnya, dilakukan concept scoring. Hasil terpilih rancangan kursi tunggu alternatif 1, rancangan kursi dokter alternatif 2, rancangan kursi pasien alternatif 3, rancangan lemari obat I alternatif 3, rancangan lemari obat II alternatif 1 dan rancangan lemari obat III sama dengan rancangan lemari obat I. Cermin sebaiknya diganti dengan ukuran 50 cm x 90 cm. Sedangkan untuk pencahayaan, sebaiknya lampu di ruang periksa dan ruang obat diganti dengan menggunakan watt yang lebih besar. Untuk mengurangi kebisingan, sebaiknya dibuat dinding penyekat dari kaca dan dibuat pintu masuk. Untuk bau-bauan menggunakan masker dan menutup rapat lemari atau obat-obatan yang sudah dipakai serta mencuci peralatan dengan bersih. Untuk warna ruangan dengan mengecat ulang menggunakan warna hijau muda, sedangkan lantai diganti dengan menggunakan keramik warna putih.

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI... viii

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi... 2 – 1 2.2.3 Penerapan Data Anthropometri Pada Ukuran

(3)

2.6.1 Karakteristik Perancangan ... 2 – 10 2.6.2 Prosedur Perancangan ... 2 – 11 2.6.3 Perancangan Dengan Menggunakan Data

Anthropometri... 2 – 12 2.6.4 Analisis Nilai ... 2 – 12 2.6.5 Analisis Penilaian Konsep (Concept Scoring) ... 2 – 14 2.4 Pengukuran Data Anthropometri ... 2 – 13 2.5 Metode Pengumpulan Data Kebutuhan Konsumen ... 2 – 16 2.6 Faktor Lingkungan... 2 – 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Flowchart ... 3 – 1 3.2 Keterangan Flowchart ... 3 – 4

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

(4)

4.5 Hasil Wawancara ... 4 – 20

BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

5.1 Fasilitas Fisik ... 5 – 1

BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS HASIL RANCANGAN

(5)

6.1.2.2 Analisis Penilaian Konsep Kursi Dokter ... 6 – 20 6.1.3 Perancangan Kursi Pasien... 6 – 29 6.1.3.1 Alternatif Rancangan Kursi Pasien ... 6 – 30 6.1.3.2 Analisis Penilaian Konsep Kursi Pasien ... 6 – 34 6.1.4 Perancangan Lemari Obat I ... 6 – 44 6.1.4.1 Alternatif Rancangan Lemari Obat I... 6 – 44 6.1.4.2 Analisis Penilaian Konsep Lemari Obat I... 6 – 48 6.1.5 Perancangan Lemari Obat II ... 6 – 57 6.1.5.1 Alternatif Rancangan Lemari Obat II ... 6 – 58 6.1.5.2 Analisis Penilaian Konsep Lemari Obat II ... 6 – 64 6.1.6 Perancangan Kursi Staf... 6 – 74 6.1.6.1 Alternatif Rancangan Kursi Staf ... 6 – 74 6.1.6.2 Analisis Penilaian Konsep Kursi Staf ... 6 – 79 6.1.7 Perancangan Tempat Tidur Pasien... 6 – 88 6.1.8 Perancangan Cermin ... 6 – 89 6.2 Perancangan Lingkungan Fisik... 6 – 89 6.2.1 Pencahayaan... 6 – 90 6.2.2 Kebisingan ... 6 – 90 6.2.3 Bau-bauan ... 6 – 90 6.2.4 Warna ... 6 – 90 6.3 Perancangan Layout Fasilitas Fisik... 6 – 91

6.3.1 Alternatif Rancangan Layout Fasilitas Fisik... 6 – 91 6.3.2 Analisis Penilaian Konsep Layout Fasilitas Fisik ... 6 – 96

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... 7 – 1 7.2 Saran ... 7 – 2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Analisis Penilaian Konsep 2 – 14

2.2 Klasifikasi Kebisingan Menurut Furrer 2 – 24 2.3 Intensitas dan Efek dari Bermacam-macam Kebisingan 2 – 24

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

5.1 Perbandingan Ukuran Dimensi Ruang Tunggu Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 2

5.2 Perbandingan Ukuran Dimensi Tempat Tidur Pasien Saat Ini

dengan yang Ergonomis 5 – 7

5.3 Perbandingan Ukuran Dimensi Meja Dokter Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 12

5.4 Perbandingan Ukuran Dimensi Kursi Dokter Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 17

5.5 Perbandingan Ukuran Dimensi Rak Obat Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 21

5.6 Perbandingan Ukuran Dimensi Obat Suntik Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 24

5.7 Perbandingan Ukuran Dimensi Kursi Pasien Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 27

5.8 Perbandingan Ukuran Dimensi Lemari Obat I Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 30

5.9 Perbandingan Ukuran Dimensi Lemari Obat II Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 34

5.10 Perbandingan Ukuran Dimensi Lemari Obat III Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 38

5.11 Perbandingan Ukuran Dimensi Kursi Staf Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 41

5.12 Perbandingan Ukuran Dimensi Tangga Kecil I Saat Ini dengan

yang Ergonomis 5 – 45

5.13 Perbandingan Ukuran Dimensi Cermin Saat Ini dengan

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

6.1 Ukuran Kursi Tunggu yang Ergonomis 6 – 2

6.2 Spesifikasi Kursi Tunggu Alternatif 1 6 – 3

6.3 Spesifikasi Kursi Tunggu Alternatif 2 6 – 5

6.4 Spesifikasi Kursi Tunggu Alternatif 3 6 – 6

6.5 Bobot Concept Scoring Untuk Kursi Tunggu 6 – 6 6.6 Kriteria Concept Scoring Untuk Kursi Tunggu 6 – 7 6.7 Rating Concept Scoring Untuk Kursi Tunggu 6 – 8 6.8 Perhitungan Concept Scoring Untuk Kursi Tunggu 6 – 8

6.9 Ukuran Kursi Dokter yang Ergonomis 6 – 16

6.10 Spesifikasi Kursi Dokter Alternatif 1 6 – 17 6.11 Spesifikasi Kursi Dokter Alternatif 2 6 – 18 6.12 Spesifikasi Kursi Dokter Alternatif 3 6 – 20 6.13 Bobot Concept Scoring Untuk Kursi Dokter 6 – 20 6.14 Kriteria Concept Scoring Untuk Kursi Dokter 6 – 21 6.15 Rating Concept Scoring Untuk Kursi Dokter 6 – 22 6.16 Perhitungan Concept Scoring Untuk Kursi Dokter 6 – 22

6.17 Ukuran Kursi Pasien yang Ergonomis 6 – 30

6.18 Spesifikasi Kursi Pasien Alternatif 1 6 – 31 6.19 Spesifikasi Kursi Pasien Alternatif 2 6 – 32 6.20 Spesifikasi Kursi Pasien Alternatif 3 6 – 34 6.21 Bobot Concept Scoring Untuk Kursi Pasien 6 – 34 6.22 Kriteria Concept Scoring Untuk Kursi Pasien 6 – 35 6.23 Rating Concept Scoring Untuk Kursi Pasien 6 – 36 6.24 Perhitungan Concept Scoring Untuk Kursi Pasien 6 – 36

6.25 Ukuran Lemari Obat I yang Ergonomis 6 – 44

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

6.27 Spesifikasi Lemari Obat I Alternatif 2 6 – 46 6.28 Spesifikasi Lemari Obat I Alternatif 3 6 – 47 6.29 Bobot Concept Scoring Untuk Lemari Obat I 6 – 48 6.30 Kriteria Concept Scoring Untuk Lemari Obat I 6 – 48 6.31 Rating Concept Scoring Untuk Lemari Obat I 6 – 49 6.32 Perhitungan Concept Scoring Untuk Lemari Obat I 6 – 50 6.33 Ukuran Lemari Obat II yang Ergonomis 6 – 58 6.34 Spesifikasi Lemari Obat II Alternatif 1 6 – 60 6.35 Spesifikasi Lemari Obat II Alternatif 2 6 – 61 6.36 Spesifikasi Lemari Obat II Alternatif 3 6 – 63 6.37 Bobot Concept Scoring Untuk Lemari Obat II 6 – 64 6.38 Kriteria Concept Scoring Untuk Lemari Obat II 6 – 64 6.39 Rating Concept Scoring Untuk Lemari Obat II 6 – 65 6.40 Perhitungan Concept Scoring Untuk Lemari Obat II 6 – 65

6.41 Ukuran Kursi Staf yang Ergonomis 6 – 74

6.42 Spesifikasi Kursi Staf Alternatif 1 6 – 76

6.43 Spesifikasi Kursi Staf Alternatif 2 6 – 77

6.44 Spesifikasi Kursi Staf Alternatif 3 6 – 78

6.45 Bobot Concept Scoring Untuk Kursi Staf 6 – 79 6.46 Kriteria Concept Scoring Untuk Kursi Staf 6 – 79 6.47 Rating Concept Scoring Untuk Kursi Staf 6 – 80 6.48 Perhitungan Concept Scoring Untuk Kursi Staf 6 – 81

6.49 Bobot Concept Scoring Untuk Layout 6 – 96

6.50 Kriteria Concept Scoring Untuk Layout 6 – 97

6.51 Rating Concept Scoring Untuk Layout 6 – 97

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

3.1 Bagan Metodologi Penelitian 3 – 1

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

6.7 Kursi Pasien Alternatif 1 6 – 31

6.8 Kursi Pasien Alternatif 2 6 – 32

6.9 Kursi Pasien Alternatif 3 6 – 33

6.10 Kursi Lemari Obat I Alternatif 1 6 – 45

6.11 Kursi Lemari Obat I Alternatif 2 6 – 46

6.12 Kursi Lemari Obat I Alternatif 3 6 – 47

6.13 Kursi Lemari Obat II Alternatif 1 6 – 59

6.14 Kursi Lemari Obat II Alternatif 2 6 – 61

6.15 Kursi Lemari Obat II Alternatif 3 6 – 63

6.16 Kursi Staf Alternatif 1 6 – 75

6.17 Kursi Staf Alternatif 2 6 – 77

6.18 Kursi Staf Alternatif 3 6 – 78

6.19 Rancangan Tempat Tidur Pasien 6 – 89

6.20 Layout Alternatif 1 6 – 92

6.21 Layout Alternatif 2 6 – 93

6.22 Layout Alternatif 3 6 – 94

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Data-data Anthropometri L – 1

2. Tabel-tabel nilai dari faktor-faktor yang berkaitan dengan

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fasilitas fisik merupakan sarana yang diperlukan manusia ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Fasilitas tersebut perlu dirancang dengan ergonomis agar ketika digunakan terasa aman dan nyaman. Di samping fasilitas fisik, lingkungan fisik dan tata letak fasilitas fisik pun mempengaruhi kenyamanan orang yang berada dalam lingkungan tersebut. Oleh karena itu, lingkungan fisik juga perlu dirancang agar ergonomis.

Balai pengobatan ”X” merupakan salah satu sarana pengobatan yang ada di kota Bandung. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, diketahui beberapa fasilitas fisik yang digunakan oleh pasien, dokter maupun staf belum ergonomis. Selain itu, lingkungan fisik dan tata letak fasilitas fisik di ruang tunggu, ruang periksa dan ruang obat juga belum ergonomis.

Di ruang tunggu, terdapat kursi tunggu dimana menurut pasien kursi tersebut dirasakan tidak nyaman sehingga ketika diduduki terasa keras dan kaki mudah pegal. Di ruang periksa, terdapat tempat tidur pasien, kursi pasien, meja dokter dan kursi dokter, dimana dirasakan tidak nyaman ketika digunakan. Menurut pasien, tempat tidur terlalu sempit karena ketika akan merebahkan tubuhnya dan bangun dari posisi berbaring timbul rasa takut jatuh dan alas tempat tidur kurang empuk. Selain itu, kursi pasien tidak nyaman karena ketika diduduki terasa keras dan mudah pegal pada bagian punggung. Menurut dokter, letak tempat tensimeter (berada di samping tempat tidur) mengganggu dokter ketika memeriksa. Selain itu, kursi dokter tidak nyaman sehingga punggung mudah pegal. Di ruang obat, terdapat lemari obat-obatan dan kursi staf yang tidak ergonomis. Menurut staf, lemari obat sulit untuk dibuka maupun ditutup sedangkan kursi ketika digunakan mudah pegal.

(18)

1 - 2

menyebabkan mereka kurang berkonsentrasi dalam beraktivitas. Di samping itu, mereka merasa pencahayaan kurang terang, kebisingan cukup tinggi dan adanya bau-bauan yang cukup menyengat. Dari pengamatan penulis, terlihat bahwa warna cat tembok saat ini sudah memudar dan lantai berwarna abu-abu sehingga menimbulkan kesan yang kotor.

Dari pengamatan penulis, fasilitas fisik di Balai Pengobatan ”X” juga masih belum baik penempatannya. Hal ini menyulitkan dokter maupun staf ketika beraktivitas. Oleh karena itu perlu dilakukan perancangan fasilitas fisik, lingkungan fisik dan tata letak fasilitas fisik di Balai Pengobatan ”X”, sehingga pasien, dokter maupun staf merasa nyaman.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diketahui bahwa fasilitas fisik, lingkungan fisik dan tata letak secara keseluruhan di Balai Pengobatan ”X” belum nyaman. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara dengan para dokter, pasien dan staf mengenai fasilitas fisik yang ada di ruang tunggu, di ruang periksa dan di ruang obat yang dirasakan kurang nyaman untuk digunakan. Berikut adalah uraian dari fasilitas fisik yang tidak ergonomis : • Kursi di ruang tunggu yang digunakan tidak nyaman karena terbuat dari

kayu.

• Tempat tidur pasien tidak nyaman karena kurang lebar dan busa yang digunakan tipis.

• Kursi pasien tidak nyaman karena terbuat dari plastik dan tidak memiliki sandaran.

• Kursi dokter tidak nyaman karena sandaran terlalu kecil.

• Lemari obat-obatan tidak ergonomis karena pintu lemari terbuat dari kayu sehingga berat ketika akan membuka atau menutup lemari.

(19)

1 - 3

Pencahayaan kurang terang dikarenakan lampu yang digunakan wattnya kecil. Kebisingan cukup tinggi karena lalu lintas kendaraan di depan Balai Pengobatan. Bau-bauan yang cukup menyengat karena bau dari obat-obatan. Warna cat tembok yang memudar karena sudah lama tidak dicat ulang dan warna lantai abu-abu karena lantai tidak memakai ubin/keramik.

Berdasarkan pengamatan penulis, tata letak di Balai Pengobatan ”X” masih belum baik yang dikarenakan belum disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan oleh pasien, dokter dan staf. Oleh karena itu, melalui perancangan fasilitas fisik, lingkungan fisik maupun tata letak di Balai Pengobatan ”X” ini dapat memberikan kenyaman baik kepada pasien, dokter maupun staf.

1.3 Batasan dan Asumsi

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembatasan masalah dan asumsi agar lebih jelas dan terarah serta tidak menyimpang dari ruang lingkup permasalahan.

1.3.1 Batasan

Pembatasan-pembatasan masalah yang dilakukan penulis antara lain: 1. Fasilitas fisik dan lingkungan fisik di ruang dapur tidak diamati. 2. Faktor lingkungan fisik yang tidak diamati adalah getaran mekanis. 3. Data antropometri diperoleh dari buku ”Konsep Dasar Ergonomi

dan Aplikasinya” karangan Eko Nurmianto.

4. Kelonggaran untuk hak sepatu diperoleh dari buku ”Konsep Dasar Ergonomi dan Aplikasinya” karangan Eko Nurmianto.

5. Tidak dilakukan perubahan dimensi ruangan. 1.3.2 Asumsi

Asumsi yang dilakukan penulis antara lain:

(20)

1 - 4

3. Batas toleransi kesesuaian dimensi produk saat ini dan yang ergonomis sebesar 10 %.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan dan asumsi yang telah ditetapkan penulis, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Fasilitas fisik apa saja yang ada di ruang runggu, ruang periksa dan ruang obat di Balai Pengobatan ”X” saat ini yang belum ergonomis?

2. Sampai sejauh mana keergonomisan faktor lingkungan fisik (meliputi : suhu, pencahayaan, kelembaban, kebisingan, bau-bauan, dan warna) di Balai Pengobatan ”X” saat ini?

3. Sampai sejauh mana keergonomisan tata letak fasilitas fisik secara keseluruhan di Balai Pengobatan ”X” saat ini?

4. Bagaimana usulan fasilitas fisik yang ada di ruang runggu, ruang periksa dan ruang obat yang ergonomis di Balai Pengobatan ”X” ?

5. Bagaimana usulan lingkungan fisik (meliputi : suhu, pencahayaan, kelembaban, kebisingan, bau-bauan, dan warna) yang ergonomis di Balai Pengobatan ”X” ?

6. Bagaimana usulan tata letak fasilitas fisik secara keseluruhan yang ergonomis di balai pengobatan ”X” ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui fasilitas fisik yang belum ergonomis di ruang runggu, ruang periksa dan ruang obat di Balai Pengobatan ”X” saat ini.

2. Untuk mengetahui keergonomisan faktor lingkungan fisik (meliputi : suhu, pencahayaan, kelembaban, kebisingan, bau-bauan, dan warna) di Balai Pengobatan ”X” saat ini.

(21)

1 - 5

4. Untuk mengusulkan fasilitas fisik saja yang ada di ruang runggu, ruang periksa dan ruang obat yang ergonomis di Balai Pengobatan ”X”.

5. Untuk mengusulkan rancangan lingkungan fisik (meliputi : suhu, pencahayaan, kelembaban, kebisingan, bau-bauan, dan warna) yang ergonomis di Balai Pengobatan ”X”.

6. Untuk mengusulkan tata letak fasilitas fisik secara keseluruhan yang ergonomis di balai pengobatan ”X”.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan penulisan tugas akhir ini disusun sedemikian rupa, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas. Laporan tugas akhir ini terdiri dari 7 bab yang diuraikan sebagai berikut:

• BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

• BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori, prinsip-prinsip, serta aturan-aturan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi dan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian dan pembahasan masalah.

• BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian langkah-langkah sistematis yang ditempuh penulis dalam melakukan penelitian yang sistematis yang berguna dalam memberikan solusi terhadap masalah yang ada. Pada bab ini dilengkapi dengan flowchart dan keterangan sehubungan dengan flowchart tersebut. • BAB 4 : PENGUMPULAN DATA

Bab ini berisi data-data yang didapat dari perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

• BAB 5 : PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

(22)

1 - 6

• BAB 6 : PERANCANGAN

Bab ini berisi tentang usulan rancangan fasilitas fisik, lingkungan fisik dan tata letak fasilitas fisik untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam perusahaan.

• BAB 7 : KESIMPULAN DAN SARAN

(23)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Ada beberapa fasilitas disik di ruang tunggu, ruang periksa dan ruang obat saat ini yang belum ergonomis diantaranya adalah :

Di ruang tunggu : kursi tunggu

• Di ruang periksa : kursi dokter, kursi pasien, cermin dan tempat tidur pasien.

• Di ruang obat : lemari obat I, lemari obat II, lemari obat III, dan kursi staf.

2. Kondisi lingkungan fisik di Balai Pengobatan “X” saat ini yang belum ergonomis adalah pencahayaan di ruang periksa dan di ruang obat, kebisingan di ruang tunggu, bau-bauan di ruang periksa dan ruang obat, serta warna dinding dan lantai.

3. Tata letak fasilitas fisik secara keseluruhan Balai Pengobatan “X” saat ini belum baik karena belum disesuaikan dengan aktivitas dokter, pasien dan staf.

4. Usulan rancangan fasilitas fisik

• Di ruang tunggu : mengganti kursi tunggu dengan rancangan kursi tunggu alternatif 1

• Di ruang periksa :

- Mengganti kursi dokter dengan rancangan kursi dokter alternatif 2 - Mengganti kursi pasien dengan rancangan kursi pasien alternatif 3 - Mengganti cermin dengan ukuran 50 x 90 cm yang semula

berdiameter 28 cm

- Mengganti tempat tidur pasien dengan rancangan yang diusulkan • Di ruang obat :

(24)

7 - 2

- Mengganti lemari obat II dengan rancangan lemari obat I I alternatif 1

- Mengganti lemari obat III sama dengan lemari obat I 5. Usulan lingkungan fisik

• Pencahayaan : mengganti lampu di ruang periksa dan ruang obat dengan watt yang lebih besar atau dengan menambah lampu.

• Kebisingan : membuat dinding penyekat dari kaca antara tempat parker dan ruang obat. Selain itu dibuat juga pintu masuk.

• Bau-bauan : dokter atau staf dapat memakai masker, menutup dengan rapat lemari obat atau obat-obatan yang sudah dipakai serta mencuci peralatan dengan bersih.

• Warna : warna dinding di cat ulang dengan menggunakan warna hijau muda sedangkan lantai diganti dengan menggunakan keramik berwarna putih.

6. Usulan layout fasilitas fisik secara keseluruhan yang ergonomis di Balai Pengobatan “X” adalah dengan mengganti layout fasilitas fisik dengan rancangan layout fasilitas fisik alternatif 3

7.2 Saran

Sebaiknya pemilik menerapkan usulan yang telah dibuat oleh penulis. • Pembuatan rancangan ini sebaiknya dilakukan pada waktu libur atau

(25)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bridger, R. S.,; “Introduction to Ergonomics”, International Edition, Mc. Graw-Hill Book Co., Singapore, October 1994.

2. Nurmianto, Eko,; “Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya”, Edisi Pertama, Institut Teknologi Sepuluh November, penerbit Guna Widya, 1998. 3. Pheasant, Stephen, Bodyspace, Anthopometry, Ergonomics and Design,

Taylor and Francis, London-New York-Philadelphia, 1988.

4. S.,Imelda. “ Seri Menata Rumah : Kamar Tidur” , PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2002.

5. Sender, Mark.S., Ph.D., McCormick, Ernest.J., Ph.D., “Human Factors in Engineering and Design”, McGraw-Hill, Singapore, 1992.

6. Sritomo Wignjosoebroto,:”Ergonomi Studi Gerak dan Waktu”,Institut Teknologi, 2003.

7. Sutalaksana, Iftikar Z., Ruhana Anggawisastra, John H. Tjakraatmadja,; “Teknik Tata Cara Kerja”, Jurusan TI-ITB, 1979.

8. Ulrich, Karl T., Steven D. Eppinger. “ Product Design and Development, 2nd Edition”, McGraw-Hill Companies, Inc. USA, 2000.

9. Walpole, Ronald E., “Introduction to Statistic”, 3 rd edition, Gramedia, 1980. 10. Weimer Don, Ph.D.,; “Handbook of Ergonomic and Human Factors

Tables”, Prentice Hall, Emglewood Cliffs, New Jersey, 1993.

11. Woodson, Wesley E.,; “Human Factors Design Handbook, Information & Guidelines for the Design of Systems, Facilities, Equipment, and Products

for Human Use”, Mc. Graw-Hill Book Co., New York, 1981.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) audit operasional atas fungsi sumber daya manusia memiliki pengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan pada industri perhotelan

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan PPL di SD Negeri Baciro, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan PPL dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam pengembangan

Inspirasi struktur warna akibat efek pantulan cahaya, kaca dan siluet dari interior Gereja Santuario Dom Bosco ini diaplikasikan kedalam pakaian dengan cara

[3] Mulyarto, Aunur R., 2009, Rekayasa Perangkat Lunak Jilid 1,. Jakarta : Direktorat Jenderal Sekolah

Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh langsung dan tidak langsung pengembangan kelompok tani dan pengembangan gabungan kelompok tani terhadap partisipasi petani serta

Hasil Uji Lanjut Jarak Berganda Duncan Terhadap Volume Urin 24 jam Tikus Putih Jantan dari Faktor Waktu Perlakuan

Oleh karena itu, sebagai bentuk tanggung jawab moral dan kepedulian terhadap pendidikan dan kualitas kehidupan manusia, civitas akademi Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas

Rata-rata mahasiswa memiliki lima akun sosial media yang aktif dengan intensitas penggunaan selama 4 jam per harinya, untuk sosial media yang paling diminati dan sering