• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUMBUHAN EPIFIT BERKHASIAT OBAT DI SEPANJANG JALUR PENDAKIAN CEMARA SEWU GUNUNG LAWU. Naskah Publikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUMBUHAN EPIFIT BERKHASIAT OBAT DI SEPANJANG JALUR PENDAKIAN CEMARA SEWU GUNUNG LAWU. Naskah Publikasi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUMBUHAN EPIFIT BERKHASIAT OBAT DI SEPANJANG JALUR

PENDAKIAN CEMARA SEWU GUNUNG LAWU

Naskah Publikasi

Oleh :

Oga Samsali M0400041

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

PENGESAHAN

Naskah Publikasi

TUMBUHAN EPIFIT BERKHASIAT OBAT DI SEPANJANG JALUR PENDAKIAN CEMARA SEWU GUNUNG LAWU

Oleh : Oga Samsali

M0400041

Telah disahkan untuk dipublikasikan

Surakarta,………….. Menyetujui, Pembimbing I Dr. Sugiyarto, M.Si. NIP. 132 007 622 Pembimbing II Dr. Sunarto, M.S. NIP.131 947 766 Mengetahui Ketua Jurusan Biologi

Dra. Endang Anggarwulan, M.Si NIP. 130 676 864

(3)

Tumbuhan Epifit Berkhasiat Obat di Sepanjang Jalur Pendakian Cemara Sewu Gunung Lawu

Oga Samsali, Sugiyarto, Sunarto

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Indonesia kaya akan tumbuhan epifit berkhasiat obat, baik yang sudah di eksploitasi maupun yang belum dieksploitasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan epifit berkhasiat obat di sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu sampai puncak Gunung Lawu.

Penelitian dilakukan dengan cara identifikasi tumbuhan epifit secara langsung melalui survey sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu Gunung Lawu dan juga koleksi untuk pengamatan dilaboratorium Biologi FMIPA UNS Surakarta. Survey dilakukan dengan membuat stasiun setiap perubahan ketinggian 100 m yaitu pada ketinggian: 2000, 2100, 2200, 2300, 2400, 2500, 2600, 2700, 2800, 2900 dan 3100 mdpl, pada masing-masing stasiun dibuat plot dengan diameter sekitar 50 meter untuk menentukan area pengamatan. Identifikasi secara langsung dilakukan dengan mengamati dan mengambil tumbuhan epifit sebagai koleksi dan diidentifikasi di laboratorium.

Dari hasil penelitian didapatkan tumbuhan epifit antara lain Usnea misaminensis, usnea sp, Parmelia sp, Graphis sp, Cladonia sp, Polytricum sp, Microsorium fortunei, Adiantum caudatum, Asplenium tenerum, Davalia denticulata, Vittaria ensiformis, Anggrek lawu, Piper sp. Semantara itu tumbuhan epifit yang telah diketahui sebagai tumbuhan obat ialah Usnea misaminensis, Davalia denticulata, Asplenium nidus, Piper sp, Microsorium fortune dan Adiatum caudatum.

(4)

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Sejak lama manusia Indonesia menggunakan tumbuhan dan bahan alam lain sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu, mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan bugar. Pengetahuan tentang obat-obatan tradisional khususnya yang berasal dari tumbuhan telah dikenal sejak lama. Pada umunya pengetahuan ini diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi, dan setiap daerah atau suku bangsa memiliki kekhasan tersendiri. Tradisi khas ini selain disebabkan oleh perbedaan kondisi alam terutama vegetasi di masing-masing wilayah juga disebabkan perbedaan falsafah budaya yang melatar belakanginya (Tirta, 2004).

Indonesia memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah termasuk diantaranya ialah tumbuhan obat. Dengan kekayaan alam yang begitu melimpah maka dibutuhkan perhatian yang lebih besar agar kekayaan alam tersebut khususnya tanaman obat dapat terjaga dan dirasakan manfaatnya oleh bangsa Indonesia. Disisi lain hal ini juga menyebabkan eksploitasi tumbuhan obat khususnya yang berasal dari hutan semakin tidak terkendali. Hal ini dapat dilihat dari semakin jauhnya pengumpul tumbuhan obat masuk ke dalam hutan, karena tumbuhan obat di bagian tepi hutan semakin sedikit atau habis. Tekanan terhadap tumbuhan obat yang semakin besar dikhawatirkan akan membawa dampak negatif terhadap pelestarian berbagai jenis tumbuhan obat dan keseimbangan ekosistem hutan yang tumbuhan obatnya dieksploitasi. Bila kondisi ini berlangsung terus, besar kemungkinan banyak spesies tumbuhan obat asal hutan yang akan mengalami kepunahan. Sebagai konsekuensinya berbagai industri obat tradisional dan jamu yang menggunakan simplisia asal dari hutan juga terancam keberadaanya (Sandra dan Kemala. 1994).

Di pulau Jawa, gunung merupakan salah satu habitat yang relatif masih bebas dari eksploitasi manusia, di samping taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa dan hutan lindung. Di tempat ini terdapat kehidupan yang khas karena ketinggian dan kemiringan gunung menyebabkan terjadinya perbedaan ekologi dengan dataran rendah (Setyawan, 2000). Gunung Lawu merupakan salah

(5)

satu contoh gunung di pulau Jawa yang memiliki kehidupan khas tersebut. Keadaan ekologi Gunung Lawu yang sangat berbeda dengan daerah di sekitarnya, mampu menjadikannya sebagai suatu faktor penghalang yang sangat kuat bagi kehidupan flora dan faunanya. Faktor penghalang tersebut juga sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di sekitar Gunung Lawu. Dengan ketinggian sekitar 3265 m dpl serta memiliki berbagai kemiringan yang ekstrim menyebabkan penduduk sulit menjangkau daerah-daerah tersebut sehingga keberadaan flora faunanya masih utuh dan belum banyak di ketahui.

Salah satu jenis tumbuhan obat yang belum banyak diketahui ialah tumbuhan obat yang termasuk jenis tumbuhan epifit. Tumbuhan epifit merupakan salah satu kekayaan hayati yang belum banyak diungkapkan, sehingga pemanfaatannya terbatas sekali. Menurut Setyawan (2000) tumbuhan epifit hidup menempel pada batang tumbuhan lain atau bebatuan. Tumbuhan ini mendapatkan sumber hara dari debu, sampah/detritus, tanah yang di bawa ke atas oleh rayap atau semut, kotoran burung dan lain-lain. Tumbuhan ini melimpah di tempat yang cukup curah hujan, di sekitar mata air, sungai atau air terjun. Bentuk kehidupan epifit didominasi oleh Bryophyta, Pteridophyta dan Orchidaceae.

Identifikasi biodiversitas tumbuhan epifit obat di Gunung Lawu akan memudahkan konservasi tumbuhan yang berfungsi sebagai bahan baku pengobatan, di samping memudahkan pengelolaan lebih lanjut, baik untuk bahan pangan, tanaman hias atau keperluan lain.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Jenis-jenis tumbuhan epifit berkhasiat obat apa sajakah yang terdapat di sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu sampai puncak Gunung Lawu.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan epifit berkhasiat obat di sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu sampai puncak Gunung Lawu.

(6)

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Studi untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan epifit berkhasiat obat di sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu sampai puncak Gunung Lawu.

2. Menambah koleksi jenis-jenis tumbuhan epifit berkhasiat obat. 3. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 4. Menambah pengetahuan tentang tumbuhan obat.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2007 di sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu Gunung Lawu Magetan Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian meliputi koleksi spesies, pembuatan herbarium, pengamatan vegetasi di lapangan, pengamatan morfologi di laboratorium Biologi FMIPA UNS, serta wawancara dengan masyarakat dan aparat pemerintah setempat yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisioanal (BBPPTOT).

Alat yang digunakan untuk penelitian meliputi ; alat Koleksi di lapangan yaitu: ransel/tas lapangan, gunting tanaman, pisau, benang, pensil, buku koleksi lapangan (collector book), etiket gantung, altimeter, kompas; alat Pembuatan herbarium yaitu : pengepres herbarium, kertas koran, kertas kardus/dos penyekat, karet pengikat dan silet. Bahan yang digunakan adalah: kertas herbarium, label herbarium, amplop herbarium, etiket herbarium, dan lem/selotip transparan; alat pengamatan vegetasi di lapangan yaitu: meteran, tali plastik/rafia, patok, gunting/pisau; Alat pengamatan di laboratorium yaitu: mikroskop stereo, lampu penyorot, lensa pembesar, cawan petri, jarum pemisah, pisau/silet, pinset.

Penelitian ini dilakukan di sepanjang jalur pendakian Gunung Lawu melalui jalur pendakian Cemara Sewu. Penelitian dilakukan dengan membuat berbagai stasiun yang ditentukan berdasarkan ketinggian. Stasiun tersebut ialah :stasiun 1 ketinggian 2000 m dpl, stasiun 2 ketinggian 2100 m dpl, stasiun 3 ketinggian 2200 m dpl, stasiun 4 ketinggian 2300 m dpl, stasiun 5 ketinggian

(7)

2400 m dpl, stasiun 6 ketinggian 2500 m dpl, stasiun 7 ketinggian 2600 m dpl, stasiun 8 ketinggian 2700 m dpl, stasiun 9 ketinggian 2800 m dpl, stasiun 10 ketinggian 2900 m dpl, stasiun 11 ketinggian 3000 m dpl, stasiun 12 ketinggian 3100 m dpl. Dari masing masing stasiun dibuat plot dengan diameter 50 m untuk dijadikan stasiun.

Tahapan koleksi yang dilakukan sebagai berikut (Lawrence, 1951; 1955): Koleksi dilakukan bersamaan dengan sampling vegetasi. Untuk mendapatkan spesimen yang baik dan lengkap dilakukan pula koleksi secara random (penjelajahan) sesuai dengan kondisi di lapangan. Spesimen segar hasil koleksi diidentifikasi dengan segera, serta diberi etiket gantung berisi nomor koleksi, tanggal koleksi dan nama spesies. Sifat-sifat morfologi dan data tambahan lain dicatat dalam buku koleksi, meliputi: nomor, tanggal koleksi, familia, genus, spesies, nama daerah, pulau tempat koleksi, lokasi, ketinggian, habitat dan catatan tambahan lainnya. Spesimen yang baik, tidak terserang hama, penyakit (jamur), kerusakan fisik dan telah dewasa diawetkan dalam bentuk herbarium kering. Herbarium dibuat secara basah dan kering. Herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair, lembek dan sulit dikeringkan, misalnya buah dan pseudobulb anggrek. Herbarium kering digunakan untuk spesimen berbentuk lembaran atau batang kecil yang dapat dikeringkan (Lawrence, 1951; 1955).

Analisis Sampel yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan buku acuan yaitu van stenniss. Selain itu juga dilakukan studi tentang kegunaan tanaman tersebut menggunakan buku-buku literature seperti: Anonim (1979) dan De winter & Amoroso (2003).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari hasil pengamatan dan koleksi jenis-jenis tumbuhan epifit di sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu didapat data seperti (Tabel 1). Dari hasil inventarisasi jenis-jenis tumbuhan epifit yang dilakukan di jalur pendakian cemara sewu diperoleh 12 jenis tumbuhan epifit. Tumbuhan epifit yang diperoleh tersebut termasuk dalam 4 divisi yaitu 4 dari divisi lichenes, 1 dari divisi Bryophyta, 5 dari divisi Phanerogame dan 2 dari divisi Pteridophyta.

(8)

Tabel 1. Hasil koleksi tumbuhan epifit di sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu Gunung Lawu

No Stasiun (m dpl)

Lichenes Bryophyta Pteridophyta Spermatoph yta 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 1 (2000) 2 (2100) 3 (2200) 4 (2300) 5 (2400) 6 (2500) 7 (2600) 8 (2700) 9 (2800) 10 (2900) 11 (3000) 12 (3159) Usnea misaminensis Parmelia sp Usnea misaminensis Parmelia sp Usnea misaminensis Parmelia sp Graphis sp Usnea misaminensis Parmelia sp Graphis sp Cladonia sp Usnea misaminensis Parmelia sp Graphis sp Usnea misaminensis Parmelia sp Graphis sp Cladonia sp Usnea misaminensis Parmelia sp Usnea misaminensis Parmelia sp Usnea sp Parmelia sp Usnea sp Parmelia sp Usnea sp Parmelia sp Usnea sp Parmelia sp Polytricum sp Polytricum sp Polytricum sp Polytricum sp Polytricum sp Polytricum sp Polytricum sp Polytricum sp Microsorium fortunei Adiantum sp Asplenium nidus Microsorium fortunei Adiantum sp Microsorium fortunei Adiantum caudatum Davalia denticulate Vittaria ensiformis Microsorium fortunei Vittaria ensiformis Microsorium fortunei Vittaria ensiformis Adiantum caudatum Microsorium fortunei Microsorium fortunei Microsorium fortunei Anggrek lawu Anggrek lawu Anggrek lawu Piper sp Anggrek lawu

Beberapa tumbuhan epifit bisa dijumpai pada setiap stasiun sementara yang lain hanya terdapat pada beberapa stasiun saja. Kelompok epifit seperti Usnea sp memiliki penyebaran yang cukup luas mulai dari stasiun 1 (ketinggian 2000 m dpl) sampai stasiun 12 (ketinggian 3159 m dpl). Sementara tumbuhan

(9)

epifit lain hanya dapat hidup pada ketinggian tertentu saja. Kemampuan tumbuhan epifit untuk tumbuh pada ketinggian tertentu saja ini berkaitan dengan kondisi lingkungan yang diakibatkan karena perubahan ketinggian.

Dengan meningkatnya ketinggian maka akan dapat mempengaruhi kondisi lingkungan yang lainnya seperti suhu, intensitas cahaya matahari, kelembapan udara, kecepatan angin, struktur tanah dan lainnya. Suhu akan semakin turun apabila ketinggian tempat semakin meningkat, hal ini tentunya memiliki arti yang sangat penting karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi dan kegiatan kiwiawi yang mencakup kehidupan. Intensitas cahaya matahari sangat penting dalam proses fotosintesis. Cahaya matahari dapat ditangkap oleh klorofil dan dimanfaatkan dalam proses pengadaan energi yang akan digunakan untuk sintesa makromolekul seperti karbohidrat dengan mereduksi karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Semakin kecil intesnsitas cahaya matahari maka akan semakin sedikit energi cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan untuk fotosintesis sehingga menyebabkannya menjadi faktor penghalang bagi berbagai tumbuhan untuk dapat tumbuh pada wilayah tertentu. Kelembapan udara juga dipengaruhi oleh ketinggian. Pada kondisi yang optimal kelembapan udara dapat membantu perkembangan kutikula, mencegah dehidrasi kutikula, mempengaruhi proses transpirasi dan akhirnya akan berpengaruh terhadap water strees. Akibat perubahan ketinggian yang lainnya ialah mempengaruhi kecepatan angin dan kondisi tanah, semakin meningkat ketinggian suatu wilayah akan menyebabkan semakin menurunnya kualitas tanah karena semakin sedikit hara yang terkandung dalam tanah tersebut.

Dari berbagai tumbuhan epifit ditemukan tersebut yang memiliki fungsi sebagai tumbuhan obat antara lain U. Misaminensis, D .denticulata, A. Caudatum, Piper sp, A. Nidus, M. Fortunei.

1. Usnea misaminensis (Vain.) Not.

Senyawa utama yang terkadung dalam Usnea ialah senyawa yang pahit berwarna kuning dan merupakan asam polipenol yang disebut dengan asam usnic (gambar. 1).

(10)

Gambar 1. Struktur asam usnic

Bahan ini melindungi usnea dari cahaya matahari yang merugikan dan menghalangi hewan herbivora karena memiliki rasa yang pahit. Senyawa ini pertama kali diisolasi pada tahun 1844 dan sejak saat itu asam usnic kajian utama dalam berbagai penelitian tentang usnea. Meskipun demikian juga banyak terdapat senyawa – senyawa lain yang bersifat antibiotik (Dharmananda, 2003).

Penelitian menunjukkan senyawa asam usnic terdapat dalam jumlah yang bervariatif antara 0.22 sampai 6.49% dari berat kering. Exstrak aseton dari beberapa jenis usnea terbukti memiliki sifat antimikrobia pada sampel contoh Escherichia coli (ATCC 35128), Enterococus faecalis (RSKK 508), Proteus mirabilis (Pasteur Ens. 235) Staphylococus aureus, Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium (Cansaran et.al., 2006).

Mekanisme dari asam usnic adalah dengan menghambat proses posporilasi oxodatif yang merupakan bagian penting dalam metabolisme bakteri. Isolasi asam usnic dalam penelitian juga memungkinkan fungsinya digunakan tidak hanya sebagai bahan antibiotik tetapi juga sebagai anti inflamasi, analgesik, dan anti kanker. Selain asam usnic usnea juga mengandung asam organik lainnya namun dalam jumlah yang sedikit seperti usnaric, thamnolic, locaric, dan asam stictinic (Cansaran et.al., 2006).

2. Davalia denticulata (Burm.f.) Mett. ex Kuhn

Tumbuhan ini belum banyak digunakan oleh masyarakat tetapi diketahui memiliki kandungan senyawa yang kemungkinan memiliki fungsi seebagai obat antara lain : vicianin, cynogenic glikosida.

(11)

3. Asplenium nidus L

Penelitian secara in vitro dari ekstrak A.nidus menunjukkan bahwa pada konsentrasi 2.5mg/ml ekstrak ini mempunyai kemampuan sebagai anti kanker pada uterus tikus. Pengujian histokimia dari daun A.nidus ini memnunjukkan berbagai bahan kandungan yang dapat berfungsi sebagai obat antara lain : alkaloid, tanin dan oxalic acid (de Winter, 2003).

Asplenium memiliki perawakannya kecil dan berumpun banyak. Rimpangnya pendek, tumbuhnya tegak. Akar-akarnya banyak, berambut halus dan tebal. Warnanya coklat. Tangkainya beralur pada permukaan atasnya dan bersisik-sisik jarang. Panjang entalnya 20-40 cm, bersisip sederhana. Letaknya berdekatan sekali tetapi tidak saling menutupi. Terdapat 20 sampai 30 pasang daun. Tangkai daunnya pendek atau daun duduk. Bentuknya jorong, tepinya bergerigi. Warnanya hijau terang. Spora terdapat dibawah permukaan daun, letaknya sejajar dengan anak tulang daun (Anonim, 1979).

4. Adiantum caudatum L., Mant

Penggunaan suplir berekor digunakan sebagai bahan obat batuk (Anonim, 1979). Selain itu juga digunakan untuk mengobati diabetes dan demam. Ekstrak dari A. caudatum dapat menurunkan pertumbuhan dan germinasi dari Alternaria brasicicola dan Aspergillus niger (de Winter, 2003).

5. Piper sp

Kelompok Piper seperti P. retrofactum memiliki sifat kimia dan farmakologis: buah rasanya edas dan panas, masuk meredian limpa dan lambung. Akar cabe jawa pedas dan hangat rasanya. Kandungan kimia buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, asam palmitic, asam tetrahidropiperic, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene, piperidin, minyak atsiri dan sesamin. Piperine memiliki daya antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat. Bagian akar mengandung piperine dan piperlonguniinine. Penyakit yang biasa diobati antara lain: kejang perut, muntah, perut kembung, mulas, disentri, diare, sukar buang air besar,

(12)

sakit kepala, sakit gigi, demam batuk hidung berlendir, lemah syahwat, sukar melahirkan, neurastenia, tekanan darah rendah, pencernaan terganggu, rematik goat, tidak hamil, rahim dingin, membersihkan rahim, badan lemah, stroke dan nyeri pinggang.

6. Microsorioum fortunei (Moore) Ching

Tumbuhan ini digunakan sebagai bahan pembersih darah, anti radang dan peluruh air seni. Bahan yang terkandung pada daun dan batang simbar pedang ialah saponin, kardenolin dan polifenol (Anonim, 1979).

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada jalur pendakian Cemara Sewu Gunung Lawu didapatkan 6 jenis tumbuhan epifit obat yaitu: Usnea misaminensis, Davalia denticulata, Asplenium nidus, Adiantum caudatum, Piper sp, Microsorium fertunei.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Jenis Paku Indonesia. Lembaga Biologi Nasional – LIPI. Bogor De winter, W.P., & Amoroso, V.B. 2003. Plant Resource of South-East Asia

15(2). Cryptogams: Ferns and Fern Allies. Dalam: apriliani Soegiarto(2003). Indonesia:Prosea

Lawrence, G.H.M. 1951. Taxonomy of Vascular Plant. John Wiley and Sons. New York

Lawrence, G.H.M. 1955. An Introduction to Plant Taxonomy. The Macmillan Company. New York

Sandra, E. dan Kemala. 1994. “Industri Obat Tradisional Di Indonesia” Dalam Kumpulan Makalah Penelitian : “Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia”. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan. IPB Dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Bogor.

(13)

Setyawan, A.D. 2000. Menuju Taman Nasional Gunung Lawu, Prospek dan Strategi Pembentukan Taman Nasional di Daratan Propinsi Jawa Tengah (dan Jawa Timur). Dalam Setyawan, A.D. dan Sutarno (ed.). Menuju Taman Nasional Gunung Lawu. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta

Setyawan, A.D., 2000. Tumbuhan Epifit pada Tegakan Pohon Schima wallichii (D.C.) Korth. di Gunung Lawu. Biodiversitas. 1(1):14-20

Tirta, I.A., 2004, Keanekaragaman Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh masyarakat Lokal di Desa Sepang Buleleng Bali, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali, LIPI.

Gambar

Tabel 1. Hasil koleksi tumbuhan epifit di sepanjang jalur pendakian Cemara Sewu  Gunung Lawu
Gambar 1. Struktur asam usnic

Referensi

Dokumen terkait

Insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan Cabai : Ulat grayak Spodoptera sp. Kutu daun Myzus persicae Lalat buah

Sebagai sarana atau alat pendidikan, pendidikan seni sebagai sarana pendidikan estetik (apresiasi) berfungsi sebagai media pelestarian dan pewarisan nilai-nilai

Titik ketinggian konsentrasi alat batu masif dan Toala DGDODKNHWLQJJLDQDQWDUDPGSO²PGSO%HUGDVDUNDQ pada data tersebut, nilai penting yang menonjol pada situs ini

di Jl. Kertamana desa Sigentong, Warureja Kabupaten Tegal, dengan waktu penelitian penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun

Dengan mencermati hasil interpretasi dari beberapa teknik uji analisa data yang telah diterapkan, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum nilai taraf signifikansi hubungan

signifikan terhadap nilai perusahaan.Sedangkan penelitian yang dilakukan Sixpria (2013) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negative terhadap

administrator. 1) Uji coba yang dilakukan user yaitu melihat informasi mengenai obyek wisata yang terbagi menjadi tiga kategori yaitu wisata alam, wisata kuliner,