• Tidak ada hasil yang ditemukan

Achmad Setya R., Ayi Rachman N Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Achmad Setya R., Ayi Rachman N Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK ABSTRACT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat (PINLITAMAS 1) Dies Natalis ke-16 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | ISSN 2654-5411

HUBUNGAN MENGGUNAKAN MEDIA JEJARING SOSIAL : KONTEN VIDEO

TENTANG PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA USIA 14 –

16 TAHUN KELAS X OTOMOTIF DI SMK KECAMATAN ANJATAN

KABUPATEN INDRAMAYU

Achmad Setya R., Ayi Rachman N

Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK

Prevalensi tingginya kasus perilaku seksual pra nikah di kalangan remaja. tahun 2010 menghasilkan bahwa 10 remaja yang menikah telah melakukan hubungan seks sebelum menikah.Prevalensi penggunaan media jejaring sosial tahun 2011 menunjukkan terdapat 64% pengguna jejaring sosial di Indonesia adalah kelompok remaja, tingginya penggunaan jejaring sosial dikarenakan remaja begitu antusias dalam menggunakan media sosial untuk berkomunikasi.Perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong.Tujuan penelitian untuk melihat hubungan menggunakan media jejaring sosial : konten video tentang pornografi dengan perilaku seksual remaja usia 14 – 16 tahun kelas x otomotif di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu. Penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas x otomotif di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu. Pengambilan sample dengan random sampling yang berjumlah 57 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Analisis data melalui dua tahapan, yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisa bivariat untuk melihat hubungan (chi-square). Hasil penelitian didapatkan bahwa 55 responden (96,5%) pernah mengakses konten video tentang pornografi, 34 responden (59,6%) dengan kategori perilaku seksual berat. Hasil uji statistik diperoleh PValue = 0,041 , PValue ≤ α (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara media jejaring sosial : konten video tentang pornografi dengan perilaku seksual remaja. Disarankan hendaknya institusi sekolah dapat meningkatkan pengawasan terhadap siswa – siswi khususnya sering malakukan kegiatan razia handphone pada siswa dan melakukan kegiatan – kegiatan yang bermanfaat salah satunya yaitu mengembangkan kegiatan keagamaan dan kegiatan ekstrakulikuler.

Kata Kunci : Jejaring Sosial, Perilaku Seksual, Remaja.

ABSTRACT

The prevalence of high rates of premarital sexual behavior among adolescents.in 2010 resulted that 10% of married adolescents have had sex before marriage. The prevalence of social media usage in 2011 showed that there were 64% of social networking users in Indonesia are a group of teenagers, the high use of social networking because teens so enthusiastic in using social media to communicate. Behavior is determined by three factors: predisposing factors, enabling factors, factors pendorong.Tujuan research to see relationships using social networking media: video content of pornography to sexual behavior adolescents aged 14-16 years in the automotive class X SMK Anjatan District of Indramayu district. This study uses correlation analysis with cross sectional approach. The population in this study were all students of class X SMK automotive Anjatan District of Indramayu district. Sampling with random sampling which amounted to 57 respondents. Data collected through questionnaires. Analysis of the data through two phases, namely univariate to see a frequency distribution and bivariate analysis to examine the relationship (chi-square). The results showed that 55 respondents (96.5%) had access video content on pornography, 34 respondents (59.6%) with severe sexual behavior category. Statistical test results obtained p value = 0.041, p value ≤ α (α = 0.05), it can be concluded that there is a significant relationship between social networking media: videos of pornographic content with adolescent sexual behavior. Suggested should school institution can improve its supervision of students - students in particular often malakukan mobile raid on student activities and activities - activities that benefit one of which is to develop religious activities and extracurricular activities. Keywords : The Social Network, Sexual Behavior, Youth.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Halaman 216 Jl.Terusan Jenderal Sudirman – Cimahi 40533

(2)

PENDAHULUAN

Wliis (2008) Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap.Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh – pengaruh yang negatif, seperti narkoba, kriminal dan kejahatan seks.(Kurniawan 2009) Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas.

Desmita (2005) menyatakana terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan –perubahan fisik selama pubertas.Terutama kematangan organ –organ seksual dan perubahan –perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan – dorongan seksual dalam diri remaja.Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, dan bahkan lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa. Sehingga menimbulkan rasa keingin tahuan akan seksualitas. Sebagai anak muda yang belum memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang dorongan –dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis.Untuk melepaskan diri dari ketegangan tersebut,

Desmita (2005) para remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan aktivitas berpacaran (dating), berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan kontak seksual.Melakukan kontak seksual disebut juga dengan melakukan

hubungan seksual atau perilaku

seksual.Perilaku seksual atau pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, mulai dari tahapan yang paling ringan sampai pada tahap intercourse dan dilakukan sebelum menikah.

Masalah kesehatan reproduksi yang dialami remaja dari waktu ke waktu sangat memprihatinkan. Berdasarkan data WHO diperkirakan setiap tahun ada 15 juta remaja mengalami kehamilan dan 60% diantaranya adalah kehamilan tidak dikehendaki. Karena

tidak ingin melanjutkan kehamilan maka menyebabkan remaja tersebut berupaya mengakhirinya dengan melakukan aborsi. Sedangkan berdasarkan hasil survey yang dilakukan UNICEF ada sebanyak 15% - 20% kasus aborsi di Indonesia (2,3 juta/ tahun) dilakukan oleh remaja (BKKBN, 2009).

Beberapa kalangan meyakini faktor pendorong melakukan aborsi adalah kehamilan yang tidak direncanakan akibat dari perilaku seks pranikah, perkosaan, dan kontrasepsi yang gagal. Pertama, seks pranikah dilakukan saat usia mereka diliputi rasa penasaran dan ingin mencoba, tapi tidak mau bertanya pada orang tua ataupun guru konseling, Akhirnya, mereka mendapatkan informasi dari sumber - sumber yang salah seperti film porno.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Wiradhana (2010) menjelaskan bahwa jumlah remaja yang beresiko berperilaku tidak sehat,Tiga permasalahan kesehatan reproduksi remaja (TRIAD KRR) menunjukkan 35,9 % remaja melakukan perilaku seksual pra nikah dan 49,5 % remaja mengidap AIDS dengan kelompok usia 20 - 29 tahun yang diakibatkan dari perilaku seksual remaja. Kondisi seperti ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Debuti di bidang keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga menjelaskan bahwa tingginya kasus perilaku seksual pra nikah di kalangan remaja. Data The Greater Jakarta Transition to Adulthood tahun 2010 menghasilkan bahwa 11% remaja belum menikah dan 10 % remaja yang menikah telah melakukan hubungan seks sebelum menikah, tingkat melakukan hubungan seksual pertama kali lebih tinggi pada usia 20 - 24 tahun dibandingkan dengan remaja yang berusia 25 -

tahun.

Menurut Sarwono (2013) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah media yang menyajikan informasi, rangsangan seksual melalui media seperti (majalah, internet, VCD dan lain-lain) melalui teknologi yang sudah canggih tidak

(3)

Hubungan Menggunakan Media Jejaring Sosial: Konten Video Tentang Pornografi Dengan Perilaku Seksual Remaja Usia 14 – 16 Tahun Kelas X Otomotif Di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu

bisa dipungkiri lagi, bahwa banyak remaja yang sedang berada dalam periode ingin tahu, ingin mencoba dan ingin meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media tersebut. Semakin sering remaja mengakses atau menonton film ataupun situs porno maka mereka akan merasa tertantang untuk menirukannya setelah remaja tersebut mulai terangsang.

Menurut Hariyanti (dalam Sri, 2013) data Kementerian Komunikasi dan Informasi RI tahun 2011 menunjukkan terdapat 64% pengguna jejaring sosial di Indonesia adalah kelompok remaja, tingginya penggunaan jejaring sosial dikalangan remaja menunjukkan bahwa remaja begitu antusias dalam menggunakan media jejaring sosial untuk melakukan komunikasi. Perkembangan internet di Indonesia cukup pesat,

mengimbangi perkembangan diluar

negeri.Menurut survei IPSOS selama periode Februari 2012, Indonesia merupakan negara dengan pengguna internet paling aktif di media sosial.Pengguna internet di Indonesia menggunakan jejaring sosial untuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga, mencari teman baru, promo atau jualan, dan mencari kerja (Wayan, 2012).

Kementrian komunikasi dan informasi Republik Indonesia telah melansir data tingginya transaksi dan jumlah pengakses situs-situs porno di Indonesia. Tingginya pengakses situs porno yang mencapai US 3.673 per detik atau setara dengan Rp 33 juta lebih setiap detiknya membawa nama Indonesia yang menduduki peringkat tertinggi di dunia.Dari data tersebut pengakses terbesar dari kalangan siswa menengah pertama yang mencapai 4500 peng akses, sedangkan 97,2% siswa SMA pernah mengakses situs porno. Kementerian Komunikasi dan Informasi menyebut 62,1% siswa mengaku penah melakukan hubungan seks dan 21,1% pernah melakukan aborsi (JPNN,2013)

Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia menyatakan bahwa Indonesia mencatat rekor

sebagai negara kedua setelah Rusia yang paling rentan penetrasi pornografi terhadap anak-anak (BKKBN, 2006). Survei Komnas Perlindungan anak di 33 provinsi, antara Januari s.d Juni 2008 menyimpulkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7 % remaja SMP dan SMA pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin), dan oral sex, 62,7 % remaja SMP tidak perawan, serta 21,2% remaja mengaku pernah aborsi (Maristyawan et al., 2009).

Sebagaimana dinyatakan oleh Arnal, Garcia, Llario dan Calvo (2015) menyatakan bahwa cybersex mayoritas lebih diminati oleh laki - laki daripada perempuan, ketika laki - laki terpapar pornografi, maka akan mengarahkan perilakunya pada cybersex, sedangkan perempuan yang terpapar pornografi akan mengarahkan pada perilaku seksual. Selanjutnya Schneider (2000) mengungkapkan dalam penelitian kualitatif bahwa 45 orang laki - laki melakukan cybersex dengan menonton dan mendownload konten pornografi, sedangkan 10 orang perempuan lebih menyukai cybersex yang interaktif, seperti chatting (Laier, 2012). Selanjutnya Cooper, Delmonico dan Mathy (2004) juga menyatakan bahwa 32% laki - laki lebih minat terhadap cybersex daripada perempuan yang hanya memiliki persentase sebesar 17%, dan laki - laki cenderung melakukan cybersex dalam keadaan stress dan rasa tidak percaya diri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Bidang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) periode Januari sampai dengan Oktober 2014 didapatkan data tentang kasus-kasus yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja dan akibat yang ditimbulkan, diantaranya yaitu perilaku seksual pranikah sejumlah 589, persalinan 34, abortus 66, kehamilan tidak diinginkan (KTD) 73, infeksi menular seksual 235, HIV/AIDS 19.

Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 8 Januari 2018 di SMK Kecamatan Anjatan

(4)

merupakan sekolah swasta yang berada di lingkungan pedesaan cukup ramai, terdapat beberapa tempat bermain berkumpulnya siswa/siswi, dekat dengan tempat bendungan air yang sering dipakai remaja untuk

berkumpul atau berpacaran.Background sekolah tersebut adalah sekolah agama kurikulum pelajarannya banyak pelajaran keagamaan dan setiap minggunya sering melakukan kegiatan keagamaan.Hasil wawancara guru Bimbingan Konseling (BK) di SMK tersebut mengungkapkan bahwa sebagian besar muridnya sudah pernah mengakses pornografi dalam berbentuk video maupun gambar, dan hampir seluruh kelas otomotif pernah terkena hukuman penyitaan Handphone oleh guru BK karena terdapat video dan gambar Pornografi. Dari hasil wawancara dari 10 remaja laki – laki kelas otomotif 10 remaja tersebut mendapatkan video atau gambar pornografi dari hasil kiriman teman.Karena kasus – kasus perilaku

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode studi analitik observatif dengan pendekatan Cross Sectional (potong lintang). Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan antara menggunakan media jejaring sosial: konten video tentang pornografi dengan perilaku seksual remaja usia 14 – 16 tahun kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Penggunaan Media Jejaring social content video porno. .variabel terikat atau variabel dependen penelitian ini adalah perilaku seksual remaja kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu.

seksual memang tidak pernah diekspos dan tidak tercatat oleh Dinas Kesehatan atau Dinas Pendidikan sehingga menurut keterangan dari Guru BK Kejadian hubungan seks bebas di luar nikah terjadi diluar lingkungan sekolah dan rata – rata terjadi karena tindakan perkosaan oleh pacarnya, sehingga beberapa siswa/siswi mengundurkan diri dari sekolah sebelum pihak sekolah mengetahui kehamilannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan menggunakan media sosial : Konten video tentang pornografi dengan perilaku seksual remaja usia 14 – 16 tahun kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu”

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antaramenggunakan media jejaring sosial : konten video tentang pornografi dengan perilaku seksual remaja usia 14 – 16 tahun kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu.

Di definisikan Tidak pernah melakukan prilaku seksual jika semua jawaban tidak, melakukan perilaku seksual ringan jika menjawab Ya salah satu dari point 1 sd 3, dan perilaku seksual berat jika menjawab Ya untuk salah satu poit 4 sd 9 (Puspita sari, 2015). Yang termasuk point point tersebut adalah : 1.Berpegangan tangan, 2.Berpelukan, 3.Cium kening, pipi, 4.Berciuman bibir, 5.Meraba bagian sensitif tubuh, 6.Mastrubasi/onani 7.Oral seks, 8.Petting/menggesek gesekan bagian tubuh, 9.Berhubungan kelamin (sexual intercourse).

Di definisikan meng akses jika menjawab Ya dari salah satu point 3 – 5. Di definisikan tidak meng akses jika menjawab Tidak untuk

(5)

Hubungan Menggunakan Media Jejaring Sosial: Konten Video Tentang Pornografi Dengan Perilaku Seksual Remaja Usia 14 – 16 Tahun Kelas X Otomotif Di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu

semua point 3 - 5 (Nurdin, 2012). Pertanyaan pertanyaan yang termasuk point 3 – 5 sebagai berikut 3.Apakah anda pernah melihat gambar-gambar porno melalui online?, 4.Apakah anda pernah menonton film porno di internet?., 5.Apakah anda pernah mengirim/menerima film porno oleh teman anda?

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu kelas otomotif berjumlah 134 orang. Tekhnik sampling yang digunakan proporsional random sampling. Dari Hasil perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 57 orang dengan menggunakan rumus slovin (Nugrahaeni D.K, 2015) yaitu:

= 1 + ( )2

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan lembar kuisioner. Untuk Variabel media jejaring social menggunakan kuesioner dengan menggunakan kategori kritikal point berdasarkan teori dari Nurdin 2012, Sedangkan instrument untuk variable Perilaku Seksual, menggunakan kuesioner dengan menggunakn kategori kritikal point berdasarkan teori dari Puspitasari R.M, Wijayanti A.C & Nugroho F.S, 2015. Kuesioner tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas secara statistic, tapi cukup dilakukan uji validitas sentence

Analisis data univariat data yang telah diperoleh dari hasil pengumpulan data

disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Berikut perhitungan rumus presentasi (Martono, 2010):

= 100%

Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi-Square , dengan menggunakn uji kemaknaan P value ≤ α, alfa yang digunakan 5% (0.05). Rumus yang digunakan untukmenghitung X2 yaitu:

2= ∑ ( − )2

Dalam melakukan penelitian, peneliti tetap memperhatikan etika penelitian yang terdiri dari Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity), Sebanyak 57 responden menyetujui dan menandatangai inform consent., Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and convidentiality), Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness), Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm dan benefits)

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu, dan waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Juni tahun 2018, sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April tahun 2018.

(6)

Hasil Penelitian dan Pembahasan Distribusi Frekuensi Menggunakan Media Jejaring Sosial

MenggunakanPresentase Jumlah Media sosial(%) Akses 55 96,5 Tidak Akses 2 3,5 Total 57 100

Dari tabel di atas menjelaskan bahwa dari 57 responden, sebanyak 55 responden (96,5%) pernah mengakses media jejaring sosial: konten video tentang pornografi.

Remaja mempunyai rasa ingin tahu yang besar, namun remaja justru kurang mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang cukup berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Sebagai bentuk rasa keingintahuannya, maka remaja mencari informasi sebanyak - banyaknya. Remaja seringkali merasa tidak

nyaman atau tabu untuk

membicarakanmasalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Akan tetapi karena factor keingintahuannya, mereka akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Seringkali remaja merasa bahwa orangtuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasilain seperti teman atau media internet. (Darwisyah, 2009)

Remaja masa kini tak bisa lepas dari teknologi. Hampir remaja saat ini memiliki gadget, dalam bentuk apapundan merek manapun dan dimanapun sebagian besar remaja sedang asik memainkan gadgetnya, entah untuk tujuan apapun, positif dan negatif.Tentunya gejala ini terlihat

makinmeluas pada segmentasi remaja.Rasanya tak ada remaja saat ini yang tak memiliki gadget,seolah-olah gadget adalah barang wajib yang harus mereka miliki dan mereka bawa kemanapunmereka pergi. Memang kita tak lantas memungkiri bahwa gadget tersebut memberikan dampakpositif misalnya saja

kemudahan dalam melakukan proses

komunikasi, mudahnya mengaksespengetahuan baru yang mereka butuhkan saat itu dan dapat di akses setiap saat kala merekamembutuhkan, makin luasnya jaringan sosial yang bisa dijalin, dll. Namun dampak negatifnyapuncukup banyak yang pantas untuk diperhatikan.Terdapat berbagai perilaku negatif yang timbulpada remaja akibat pemakaian teknologi yang memudahkannya

untuk akses internet.Perilakutersebut diantaranya adalah perilaku seksual.Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan didapatkan bahwa di SMK Kecamatan Anjatan siswa kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan banyak yang mempunyai gadget dan mempunyai waktu luang menghabiskan waktu berjam – jam serta karakteristik remaja yang ingin mencoba - coba dan salah satunya yaitu mengakses konten video pornografi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widyastuti(2011) didapatkan Faktor yang menyebabkan remaja ingin mengakses pornografi termasuk video porno yaitu tersedianya waktu luang yang tidak terarah, dan pergaulan antar teman sebaya, Ketersediaan fasilitas dan keterjangkauan. Menurut Hawari (2010) Akses video porno yang terus menerus akan mengakibatkan perlaku seksual pada remaja.

b. Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Remaja

Perilaku Seksual Jumlah Persentase (%)

Tidak Pernah 14 24,6

Ringan 9 15,8

Berat 34 59,6

Total 57 100

(7)

Hubungan Menggunakan Media Jejaring Sosial: Konten Video Tentang Pornografi Dengan Perilaku Seksual Remaja Usia 14 – 16 Tahun Kelas X Otomotif Di Smk Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu

Dari tabel 4.2 menjelaskan bahwa dari 57 responden, sebanyak 34 responden (59,6%) dengan kategori perilaku seksual berat. Bentuk perilaku seksual yang dilakukan remaja menurut Sarwono (2006) adalah bergandengan tangan (memegang lengan pasangan), berpelukan (memegang pinggang pasangan), bercumbu (cium pippi, cium kening, cium bibir), meraba bagian tubuh yang sensitif, dan memasukkan alat kelamin.Menurut Green dalam Notoatmodjo (2004).Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan didapatkan bahwa di SMK Kecamatan Anjatan siswa kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan kabupaten Indramayu didapatkan bahwa data perilaku seksual diantaranya yaitu mulai dari beperpegangan tangan, berpelukan, bercium pipi/kening, bercium bibir, meraba bagian sensitif tubuh, masturbasi, oral seks, petting, hubungan seksual, tetapi data yang terbanyak yaitu pernah berciuman bibir, dan data perilaku seksual yang terberat yaitu siswa pernah melakukan hubungan seksual atau hubungan intim sebanyak 8 siswa.

Perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong.Faktor predisposisi (predisposing faktor) yaitu faktor – faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain: Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan , dan Nilai – nilai. Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) adalah faktor – faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana, seperti media massa. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman atau kelompok sebaya, peraturan, undang – undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintah daerah atau pusat.Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan didapatkan bahwa di SMK Kecamatan Anjatan siswa kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan didapatkan bahwa

faktor - faktor perilaku seksual salah satunya faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) yaitu semua siswa SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu memiliki Handphone (HP) dan kuota internet, pengawasan yang kurang dari pihak guru, tersedianya fasilitas wifi, kemudianFaktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu teman atau kelompok sebaya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Richo (2016) Yang berjudul paparan pornografi dari media sosial dan perilaku berpacaran pada siswa SMK X, kelurahan cempaka putih, kecamatan ciputat timur kota tangerang selatan tahun 2015, menyatakan bahwa pengaruh teman sebaya cenderung menjadi sumber informasi yang baik sebesar 54.3%. Pengaruh teman sebaya dalam menonton video porno dapat dilihat dari seringnya responden mendengar informasi tentang masalah seks, diajak melihat dan mengakses video porno, menyaksikan adegan seks di VCD, mengejek teman yang tidak mau berhubungan seksual dan terbuka membicarakan masalah seksual. Besarnya pengaruh teman Sebaya terkait dengan masalah seksual ini akan mempengaruhi stimulus responden untuk melakukan tindakan perilaku seksual.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ikhsan (2009) kepemilikan handphone berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja siswi SMA.Dalam penelitian ini didapatkanseluruh siswa memilihi smartphone. Dan didapatkan 43% memiliki fasilitas berupa smartphone, televisi, video dan game yang bisa digunakan dalam mengakses video porno.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widyastuti (2011) didapatkan Faktor yang menyebabkan remaja ingin mengakses pornografi termasuk video porno diantaranya ketersediaan atau dekatnya jarak dengan fasilitas untuk mengakses. Dalam penelitian ini didapatkan jarak mengakses <1km sebanyak 61,2%. Hal ini didukung

(8)

dengan penelitian Hilmi (2010) dimana ketersediaan fasilitas mengakses konten porno dan kedekatan tempat mengakses berpengaruh

terhadap remaja untuk menggunakan fasilitas tersebut.

c. Hubungan menggunakan media jejaring sosial dengan perilaku seksual remaja Media Jejaring Perilaku Seksual Remaja

Berat Ringan Tidak pernah Total % p

Sosial n % N % n % Akses 34 61,8 9 16,4 12 21,8 55 100 0,041 Tidak Akses 0 0 0 0 2 100 2 100 Total 34 9 14 57 100

Dari tabel di atas menjelaskan bahwa dari 55 responden yang mengakses video konten porno, sebanyak 34 responden (61,8) memiliki perilaku seksual berat. Dan dari 2 orang yang tidak pernah mengakses, sebanyak 2 orang (100%) tidak pernah melakukan perilaku seksual.Hasil uji statistik diperoleh PValue =

0,041 , PValue≤ α (α=0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara media jejaring sosial : konten video tentang pornografi dengan perilaku seksual remaja.

Menurut Sarwono (2008), kecenderungan pelanggaran seksual yang dilakukan remaja semakin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih (video cassette, foto copy, satelit, VCD, telepon genggam, internet dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu, ingin mencoba dan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. Adapaun Santrock (2003), menyatakan bahwa remaja yang terpapar media pornografi secara terus menerus semakin besar hasrat seksualnya. Remaja menerima pesan seksual dari media pornografi secara konsisten berupa kissing, petting, bahkan hubungan seksual pra nikah, tapi jarang dijelaskan akibat dari perilaku seksual yang disajikan seperti hamil di luar nikah atau

kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini membuat remaja tidak berpikir panjang untuk meniru apa yang mereka saksikan. Remaja menganggap keahlian dan kepuasan seksual adalah yang sesuai dengan yang mereka lihat.

Menurut Sarwono (2013) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah media yang menyajikan informasi, rangsangan seksual melalui media seperti (majalah, internet, VCD dan lain-lain) melalui teknologi yang sudah canggih tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa banyak remaja yang sedang berada dalam periode ingin tahu, ingin mencoba dan ingin meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media tersebut. Semakin sering remaja mengakses atau menonton film ataupun situs porno maka mereka akan merasa tertantang untuk menirukannya setelah remaja tersebut mulai terangsang.Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan didapatkan bahwa di SMK Kecamatan Anjatan siswa kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan sudah pernah mengakses konten video pornografi dan merupakan hal lumrah dan biasa terjadi di SMK tersebut dan saat ini di lapangan memang terjadi hal tersebut padahal kondisi lingkungan SMK kecamatan anjatan adalah lingkungan yang sering melakukan kegiatan – kegiatan keagamaan dan dekat dengan masjid.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Furwasyih (2011) tentanghubungan frekuensi keterpaparan informasi erotis di televisi dan internet dengan perilaku seksual

(9)

Hubungan Menggunakan Media Jejaring Sosial: Konten Video Tentang Pornografi Dengan Perilaku Seksual Remaja Usia 14 – 16 Tahun Kelas X Otomotif Di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu

remaja dalam berpacaran di SMK Satya Widyakota Surabaya, mengatakan bahwa 47 responden yang terpapar informasi erotisdengan frekuensi berat, sebagian besar (85,11%) memiliki perilaku seksual beresiko. Saat ini dimana akses informasi terbuka lebar, baik dari media cetak maupun media elektronik, sudah menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Namun, pada kenyataannya informasi yang tersedia di media massa adalah berupa konten - konten dewasa yang isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini memiliki kesimpulan yaitu: sebanyak 55 responden (96,5%) kelas X otomotif pernah mengakses media jejaring sosial : konten video tentang pornografi,sebanyak 34 responden (59,6%) kelas X otomotif memiliki perilaku seksual berat, Terdapat hubungan antara menggunakan media jejaring sosial : konten video tentang pornografi dengan perilaku seksual remaja usia

DAFTAR PUSTAKA

_____, (2011). PengolahandanAnalisis Data Kesehatan.Yogyakarta: NuhaMedika _____, (2012). Metodologi Penelitian

Kesehatan.Jakarta :Rineka Cipta.

_____, (2013).

StatistikDeskriptifUntukKesehatan. Yogyakarta: NuhaMedika

_____, (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

_____, (2013). PsikologiRemaja. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada

Arikunto, Suharsimi. 2002.

MetodologiPenelitian. Penerbit PT. RinekaCipta. Jakarta.

Arnal, G., Llario, C.(2015). Net generation: online sexual activities among Spanish adolescent.Journal Computers in Human Behavior 57 (2016), 261-266.

BKKBN (2009). Pedoman pelayanan KB dalam jaminan kesehatan masyarakat. Jakarta: BKKBN.

mendidik, sehingga setiap harinya jumlah pengakses informasi erotis di media massa dari kalangan remaja semakinmeningkat, dengan tingkat keterpaparan yang semakin berat (Furwasyih, 2011).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ronika (2010) yang meneliti siswa SMA N 9 Yogyakarta dengan mendapatkan hasil adanya hubungan antara konsumsi media pornografi dengan perilaku seksual.

14 – 16 tahun kelas X otomotif di SMK Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu dengan p value 0,041.

Saran Bagi guru biologi dan juga guru Bimbingan Konseling melakukan penyuluhan padasiswa/siswi tentang kesehatan reproduksi pada remaja salah satunya adalah mengenai dampak dan bahaya dari perilaku seksual yang dilakukan sebelum menikah.

Budiman (2013).Penelitian Kesehatan Bandung.PT.Refika Aditama.

Cooper, P.,Delmonico, D., Griffin, S.E.,&Mathy,R.M.(2004) Online Sexual a ctivity:an examination of potentially problematic behaviors,sexual addiction &compulsivity.Journal of treatment & prevention,11(3), 129-143

Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Bidang Kesehatan Reproduksi Remaja, 2014

Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan :Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta :Erlangga

Irianti.2010. Psikologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta: EGC

John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas.Jakarta : PT. Erlangga.

JPNN.(2013). Inilah 10 Daerah Pengakses Video Porno - JPNN.

(10)

Juditha, C. (2011). Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook Terhadap Perilaku Remaja Di Kota makasar. Jurnal PenelitianI PTEKKOM Volume13,No.1. Diakses tanggal 25 Januari 2018 dari http :// balitbang .kominfo .go.id/ balitbang/bppki-yogyakarta/ files/2012/ 06/01 hubungan-penggunaan-situs-jejaring sosialfacbook-terhadapperilaku - remaja.pdf.

Kominfo.com, 2015. Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang.

http://kominfo.go.id/index.php/content/det ail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Intern et+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_ satker. Diaksestanggal 20 Januari 2018 Laier, C. (2012). Cybersex addiction:craving

and cognitive processes.

Disertasi.Frankhetal: Universitas Duisburg – Essen

Maristyawan DC dan Ika PD. 2009. Buku Profil Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Jalur Sekolah dan Non Sekolah Se Provinsi DIY tahun 2009.Yogjakarta: BKKBN

Nasrullah, Rulli, Media Sosial; Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi. Bandung: SimbiosaRekatama Media, 2015. Notoatmodjo, S., 2004, Metodologi Penelitian

Kesehatan, RinekaCipta, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.

Nugrahaeni, D.K.(20 15).Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: EGC

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa.:Jakarta: raja grafindo persada Pew Research Center.(2015). Use of Social

and Digital Communication.5 Februari 2018, darihttps://pewinternet.org/

Pieter HerriZan, dkk., 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan, Jakarta Prenada mediagroup

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7.Jakarta

:SalembaMedika

Puspitasari R.M, Wijayanti A.C &Nugroho F.S.(2015),HubunganantaraPengetahuan, PeranKeluarga,

SumberInformasidenganPerilakuSeksualR

emajaPranikah di SMP 1

ParangKab.Magetan,

tersediahttp://eprints.ums.ac.id, 5 februari 2018 Riyanto A. (2011). AplikasiMetodologiPenelitianKesehatan. Yogyakarta: NuhaMedika Santrock (2003) Adolescense :PerkembanganRemaja, EdisiKeenam. Alihbahasaoleh Shinto B.A. dan S. Saragih. Jakarta: Erlangga.

Sarwono.S.W. (2002).Psikologi Remaja. Edisi Enam Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Schneider, J. (2000). A qualitative study of

cybersex participants: Gender differences, recovery issues, and implications for therapists. Journal Sexual Addiction & Compulsivity, 7, 249 – 278.

Sherlyanita, Astrid. 2016. Pengaruh dan Pola Aktivitas Penggunaan Internet serta Media Sosial pada Siswa SMPN 52 Surabaya diambil dari https://e –journal.unair.ac.id Sri, W.K. &Yohanes, K.H. (2013).Perbedaan

Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Remaja.Jurnal Psikologi Udayana. Diakses tanggal 26 Januari 2018 dari http://ojs.unud.ac.i d/index.php/ psikologi/article/download/8488/6332.

Wayan, E. N. (2012). Jejaring

Sosial/Facebook Sebagai Media E-Pengecer.Jurnal Buletin Studi Ekonomi. Diakses Pada Tanggal 25 Januari 2018 Dari http//ojs.unu d.ac.id/ index.php/ bse/ article/ download/ 2193/ 1392.pdf.

PINLITAMAS 1 |Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | Halaman 225

(11)

Referensi

Dokumen terkait

BIC merupakan salah satu cara untuk bisa membentuk koordinasi antar tiga lembaga yaitu pemerintah, universitas, dan industri yang nantinya bisa memberikan nilai tambah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh blockholder ownership , ukuran perusahaan, risiko bisnis, nondebt tax shield dan profitabilitas terhadap kebijakan

Tahun 1989/1990 hingga 2007, Ditjen Dikdasmen Depdiknas, melalui Proyek Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) melaksanakan program Pendidikan

Uji presisi yang dinyatakan dengan %RSD untuk metode pertama adalah 15%, hasil %RSD yang didapatkan dari metode pertama dapat diartikan metode pertama mempunyai keterulangan yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal,

Dalam sebagian besar kasus, kehamilan abdominal yang terjadi merupakan akibat dari implantasi sekunder dari suatu kehamilan tuba yang pecah2. Jarang sekali dijumpai

Beberapa faktor yang memengaruhi kebosanan kerja karyawan adalah tidak cocok dengan pekerjaannya, pekerjaan tidak menarik atau tidak menantang, tidak memiliki otonomi,