• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dari kata to perform yang mempunyai beberapa masukan (entries), yakni (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dari kata to perform yang mempunyai beberapa masukan (entries), yakni (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

2.1.1 Definisi Kinerja

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata performance. Performance berasal

dari kata to perform yang mempunyai beberapa masukan (entries), yakni (1)

melakukan, (2) memenuhi atau menjalankan suatu, (3) melaksanakan suatu tanggung

jawab, (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang. Dari masukan tersebut

dapat diartikan, kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan

pekerjaan tersebut sesuai dengan tanggung jawabnya sehingga dapat mencapai hasil

sesuai dengan yang diharapkan.

Murphy dan Cleveland (1995:113) mengatakan bahwa kinerja adalah kualitas

perilaku yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Ndraha (1997:112) mengatakan

bahwa kinerja adalah manifestasi dari hubungan kerakyatan antara masyarakat

dengan pemerintah. Widodo (2006:78) mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan

suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan

hasil seperti yang diharapkan.

Selanjutnya Gibson (1990:40) mengatakan bahwa kinerja seseorang

ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan.

Dikatakan juga bahwa pelaksanaan pekerjaan itu ditentukan oleh interaksi antara

kemampuan dan motivasi. Keban (1995:1) kinerja adalah merupakan tingkat

(2)

ditentukan oleh faktor lingkungan dan perilaku manajemen. Hasil penelitian Timpe

menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan begitu penting untuk

mendorong tingkat kinerja karyawan yang paling efektif dan produktif dalam

interaksi sosial organisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bawahan terhadap

atasan dan sebaliknya.

Mangkunegara (2005:9) mengatakan bahwa kinerja adalah merupakan hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan

fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dwiyanto

(1995:24), mengatakan bahwa kemampuan untuk menghasilkan berupa jasa dan

materi disebut kinerja, dimana kemampuan tersebut dapat dipengaruhi oleh motivasi,

pendidikan, dan pengalaman kerja, sehingga dapat dikatakan kinerja sama dengan

hasil kerja yang dihasilkan dari kemampuan untuk menghasilkan jasa dan materi.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja.

1. Faktor Kemampuan (Ability).

Kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugasdalam suatu pekerjaan tida

sama satu dengan yang lainnya. Setiap manusia mempunyai kemampuan

berpikir. Kemampuan (ability) merupakan kecakapan seseorang (kecerdasan dan

keterampilan) dalam memecahkan persoalan. Gibson (1990:11) berpendapat

bahwa, “kemampuan adalah sifat bawaan lahir atau dipelajari yang

memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya”. Berdasarkan pengertian

ini maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan atau ability seseorang tidak lain

(3)

suatu pekerjaan. Potensi tersebut selain merupakan bawaan lahir seseorang, juga

dapat dipelajari dan oleh sebab itu memungkinkan untuk lebih

dikembangkan/ditingkatkan.

Menurut model partner lawyer Donelly, Gibson dan Ivancevich yang dikutip oleh

Rivai dan Basri (2005:16) berpendapat bahwa kinerja individu pada dasarnya

dipengaruhi oleh faktor-faktor: (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c)

kemampuan, kebutuhan dansifat; (d) persepsi terhadap tugas; (imbalan intenal

dan eksternal); (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.

Sedangkan menurut Simanjuntak (2005:10) kinerja setiap orang dipengaruhi oleh

banyak faktor yang dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu (1) kompetensi

individu, (2) dukungan organisasi, (3) dukungan manajemen. Kinerja sebagai

fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation

(M), dan kesempatan atau opportunity (O). Kinerja = f(A x M x O). Artinya:

Kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan, Robbin

dikutip dari Simanjuntak (2005:10). Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh

faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah

tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya

rintangan-rintangan yang mengendalakan karyawan itu. Meskipun seorang

individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi

penghambat.

2. Faktor Motivasi (Motivation).

Motivasi berasal dari bahasa latin, Movere yang berarti dorongan atau daya

(4)

bawahan. Motivasi ini mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah

kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua

kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi. Pada

dasarnya organisasi bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan

terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeingingan untuk

mencapai hasil kerja yang optimal. Menurut pendapat Hasibuan (2006:143)

“Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja

seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan

segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”.

Hasibuan (2006: 145) mengemukakan bahwa “motivasi adalah keinginan yang

terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan

tindakan-tindakan”.

2.2. Kompetensi

2.2.1 Definisi Kompetensi.

Penelitian tentang kompetensi telah banyak dilakukan, dan definisi dari

kompetensi juga beragam. Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi

sebagai karakteristik dasar manusia yang diperoleh dari pengalaman nyata ditemukan

mempengaruhi, atau dapat dipergunakan untuk memperkirakan (tingkat) performansi

di tempat kerja atau kemampuan mengatasi persoalan pada suatu situasi tertentu,

Zwell (2000) mengatakan bahwa kompetensi adalah perwujudan sifat dan

(5)

kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang untuk menujukkan kinerja

yang unggul di dalam suatu pekerjaan atau situasi.

Kak et al (2001) mendefinisikan kompetensi berkenaan dengan karakteristik

yang berhubungan dengan kinerja pekerjaan yang didefinisikan dalam konteks

pengetahuan, sifat, keahlian, dan kemampuan. Secara umum Spencer dan Spencer

(1993) sudah merangkum definisi kompetensi yang lain.

Spencer (1993) menjelaskan bahwa kompetensi terdiri dari lima karakteristik,

yaitu sebagai berikut:

1. Motivasi (motives) adalah suatu hal yang berasal dari pemikiran

seseorang secara konsisten tentang sesuatu yang diinginkan sehingga

mendasarinya untuk bertindak.

2. Sikap (traits) adalah karakteristik bawaan yang mendasari respon

seseorang secara konsisten terhadap suatu situasi atau informasi.

3. Konsep pribadi (self concept) adalah sikap, nilai-nilai, atau pandangan

yang dimiliki seseorang.

4. Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang dimiliki seseorang

berkaitan dengan bidang tertentu.

5. Keterampilan (skill) adalah kemampuan seseorang menyelesaikan suatu

pekerjaan fisik ataupun mental.

Menurut Spencer & Spencer, motif (motives) meliputi (1) orientasi pada

pencapaian tugas (achievement orientation), (2) dampak dan pengaruh (impact and

(6)

meyakinkan, mempengaruhi, atau membuat terkesan orang lain, agar mereka

mendukung agenda tertentu atau mereka menjadi terpengaruh.

Sikap (traits), meliputi (1) inisiatif (initiative), (2) bekerjasama dengan tim

(teamwork and cooperation), (3) membangun kebersamaan (developing others).

developing others, berupa kemauan untuk mengembangkan orang lain. Esensi dari

kompetensi ini terletak pada kemauan serius untuk mengembangkan orang lain dan

dampaknya ketimbang sebuah peran formal. Bisa dengan mengirim orang ke program

training secara rutin untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan dan perusahaan. Cara lain

adalah dengan bekerja untuk mengembangkan para kolega, klien, bahkan atasan.

Teamwork and cooperation berarti kemauan sungguh-sungguh untuk bekerja secara

kooperatif dengan pihak lain, menjadi bagian sebuah tim, bekerja bersama sehingga

menjadi lebih kompetitif.

Konsep pribadi (self concept), meliputi (1) Percaya diri (Self confidence), (2)

Kontrol diri (Self control). Self control adalah kemampuan untuk menjaga emosi dan

meredam aksi negatif ketika sedang marah, tatkala berhadapan dengan oposisi atau

tindakan kasar dari orang lain, atau saat bekerja dalam kondisi stres. Self control lebih

sering ditemukan pada jabatan manajerial level bawah dan posisi kontributor

individual dengan tingkat stres tinggi. Self control jarang disebut-sebut untuk level

manajer ke atas. Self confidence adalah keyakinan terhadap kemampuan diri

menyelesaikan sebuah tugas. Self confidence adalah sebuah komponen dari

kebanyakan model dari orang-orang berkinerja superior.

Pengetahuan (knowledge), meliputi (1) senantiasa mencari informasi

(7)

Technical/professional/managerial expertise termasuk pengetahuan terkait pada pekerjaan (bisa teknikal, profesional, atau manajerial), dan juga motivasi untuk

memperluas, memanfaatkan, dan mendistribusikan pengetahuan tersebut.

Keterampilan (skill), meliputi (1) berpikir analisis (analytical thinking), (2)

berpikir konseptual (conceptual thinking). Analytical thinking adalah kemampuan

memahami situasi dengan merincinya menjadi bagian-bagian kecil, atau melihat

implikasi sebuah situasi secara rinci. Pada intinya, kompetensi ini memungkinkan

seseorang berpikir secara analitis atau sistematis terhadap sesuatu yang kompleks.

Conceptual thinking adalah memahami sebuah situasi atau masalah dengan menempatkan setiap bagian menjadi satu kesatuan untuk mendapatkan gambar yang

lebih besar. Termasuk kemampuan mengidentifikasi pola atau hubungan antar situasi

yang tidak secara jelas terkait; mengidentifikasi isu mendasar atau kunci dalam situasi

yang kompleks. Conceptual thinking bersifat kreatif, konsepsional, atau induktif.

Sebuah model yang disebut the iceberg model dapat membantu menjelaskan

keberadaan kelima karakteristik kompetensi tersebut yang terlihat pada Gambar 2.1.

(8)

2.2.2 Kompetensi Umum dan Kompetensi Bidang.

Kompetensi umum adalah kompetensi yang berkaitan erat dengan

kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta

membangun interaksi dengan orang lain. Contoh soft competency adalah: leadership,

communication, interpersonal relation, dan lain-lain.

Kompetensi bidang atau hard competency adalah jenis kompetensi yang

berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata

lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan dengan

pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard competency adalah : electrical engineering,

marketing research, financial analysis, manpower planning, welding dan lain-lain. Dalam penelitian ini kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi bidang (hard

competency).

2.2.3. Model Pengukuran Kompetensi.

Pengukuran kompetensi dilakukan untuk melihat level individu yang terlibat

dalam pekerjaan. Level kompetensi adalah pengelompokan tingkat kemampuan

dalam menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan berdasarkan pada derajat kesulitan atau

kompleksitas tugas/pekerjaan. Dalam mengukur tingkat kompetensi tenaga kerja

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang menggambarkan skala

tingkat kompetensi.

Komponen humanware adalah teknologi yang melekat pada manusia meliputi

(9)

transformasi seperti pengetahuan (knowledge), keterampilan, kebijakan, kreatifitas

dan pengalaman.

Evaluasi derajat kecanggihan pada komponen humanware dapat dipakai untuk

mengukur tingkatan kompetensi individu. Derajat kecanggihan komponen

humanware terdiri dari tujuh level yang dapat dijelaskan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Derajat Kecanggihan Humanware UNESCAP (1989)

No Klasifikasi Karakteristik

1 Kemampuan Mengoperasikan (operating ability)

Pekerjaan baku, keputusan rutin, usaha fisik rendah hingga tinggi, usaha mental sangat rendah, tingkat pendidikan menengah kebawah, pelatihan dasar dan menengah, kategori pekerjaan uskilled dan skilled 2 Kemampuan memasang

(setting-up abbility)

Pekerjaan baku, keputusan rutin, usaha fisik rendah hingga menengah, usaha mental sangat rendah, tingkat pendidikan menengah dan kebawah, pelatihan jangka pendek, katergori pekerjaan skilled dan teknisi.

3 Kemampuan Mereprasi (repairing ability)

Pekerjaan sebagian tidak baku, keputusan rutin sebagian, usaha fisik rendah hingga menengah, usaha mental sedang, tingkat pendidikan kejuruan/lanjutan keatas, pelatihan jangka pendek dan menengah, kategori pekerjaan teknisi, ilmuan dan insinyur.

4 Kemampuan Mereproduksi (reproducing ability)

Pekerjaan umumnya tidak baku, keputusan hampir tidak rutin, usaha fisik rendah hingga menengah, usaha mental menengah sampai tinggi, pendidikan tinggi (tertiary education), pelatihan jangka menengah kategori pekerjaan teknisi, ilmuan dan insinyur.

5 Kemampuan

Mengadaptasi (adapting ability)

Pekerjaan tidak baku, keputusan tidak rutin, usaha fisik rendah, usaha mental tinggi, pendidikan tinggi keatas, pelatihan tinggi kategori pekerjaan teknisi, ilmuan dan insinyur

6 Kemampuan Mengembangkan

Pekerjaan tidak baku, keputusan tidak rutin, usaha fisik rendah, usaha mental sangat tinggi, tingkat pendidikan tinggi keatas, pelatihan tinggi, kategori

(10)

(improving ability) pekerjaan teknisi, ilmuwan dan insinyur

7 Kemampuan Inovasi

(inovating ability)

Pekerjaan tidak baku, keputusan tidak rutin, usaha fisik rendah, usaha mental tinggi sekali, tingkat pendidikan tinggi keatas, pelatihan sangat tinggi, kategori pekerjaan teknisi ilmuwan dan insinyur.

Pengukuran kompetensi dengan menggunakan model derajat kecanggihan

UNESCAP (1989) sangat cocok diterapkan di industri karena menyangkut

kemampuan teknis seseorang (hard competency) dalam menangani pekerjaan di

industri dan langsung berkaitan dengan proses produksi di industri.

2.3. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja

Setiap orang yang bekerja diharapkan mencapai kinerja yang tinggi. Kinerja

sebagai hasil dari kegiatan unsur-unsur kemampuan yang dapat diukur dan

terstandarisasi. Keberhasilan suatu kinerja akan sangat tergantung dan ditentukan

oleh beberapa aspek dalam melaksanakan pekerjaan. Agar mencapai kinerja yang

optimal hendaknya pengaruh dari faktor-faktor kompetensi diupayakan semaksimal

mungkin sesuai dengan area pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan.

Dengan demikian kompetensi sebagai karakteristik individual diperlukan

untuk mencapai kinerja efektif dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Kompetensi dapat

dihubungkan dengan kinerja dalam sebuah model alir sebab akibat yang menujukkan

bahwa tujuan, perangai, konsep diri, dan kompetensi pengetahuan dibangkitkan oleh

suatu keadaan, dapat memprakirakan perilaku-perilaku cakap, yang kemudian

(11)

berbagai kegiatan dalam organisasi, seperti manajemen kinerja, proses kerja dan

perencanaan karir karyawan.

Menurut Spencer and Spencer (1993:15), bahwa pada saat ini banyak

organisasi menjadi tertarik dalam manajemen untuk menilai kompetensi ”bagaimana”

kinerja dilakukan (at present, many organizations are becoming interested

inmanagement and appraisal of competence the ”how” of performance). Kompetensi dapat dihubungkan dengan kinerja dan mencakup niat, tindakan, dan hasil akhir,

seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Hubungan Sebab Akibat Kompetensi

2.4. Analitic Hirearchy Process (AHP)

Metode Analitic Hirearchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.

Saaty (2008). Metode AHP sering digunakan untuk masalah yang kompleks dan tidak

terstruktur sehingga mempermudah proses pengambilan keputusan dan penilaian.

Penelitian dengan AHP tidak membutuhkan jumlah sampel besar tapi cukup

(12)

tentang bidang yang jadi objek penelitian. Tahapan-tahapan pengambilan keputusan

dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut (Pardian, 2010):

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di

rangking.

3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing

tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan

berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan

menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen

lainnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk

mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada

(13)

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan consistency ratio CR atau inconsistency < 0, 100 maka penilaian harus diulang kembali.

Kriteria skala tingkat kepentingan penilaian perbandingan berpasangan dapat dilihat

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kriteria Skala Tingkat Kepentingan Perbandingan Berpasangan

Intensitas

Kepentingan Definisi Keterangan

1 Sama pentingnya Dua aktivitas memberikan kontribusi yang sama terhadap sebuah tujuan. 3 Agak lebih

penting daripada

Suatu aktivitas terbukti lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya, tetapi kelebihan tersebut kurang meyakinkan atau tidak signifikan.

5 Lebih penting daripada

Terdapat bukti yang bagus dan kriteria logis yang menyatakan bahwa salah satu aktivitas memang lebih penting daripada aktivitas lainnya.

7 Jauh lebih penting daripada

Salah satu aktivitas lebih penting dibandingkan aktivitas lainnya dapat dibuktikan secara meyakinkan. 9 Mutlak lebih

penting daripada

Suatu aktivitas secara tegas memiliki kepentingan yang paling tinggi. 2,4,6,8 Nilai tengah

diantara dua pendapat yang berdampingan

Dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan tingkat kepentingannya.

Langkah-langkah dalam menyusun AHP adalah:

1. Menyusun matriks banding berpasangan (pairwise comparison).

(14)

3. Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks.

Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks merupakan perhitungan

rasio konsistensi menggunakan rumus-rumus yang disajikan secara jelas sebagai

berikut:

a. Perhitungan Rasio Konsistensi.

Rasio Konsistensi = (Matriks Perhitungan Rata-rata Pembobotan) *

(Vektor Bobot tiap baris)

b. Perhitungan Konsistensi Vektor.

Konsistensi Vektor = (Rasio Konsistensi / Bobot Parsial tiap baris)

c. Rata-rata entri (λmaks).

maks

λ

= n iVektor Konsistens n 1 i

= ………. (2.1)

d. Consistency Index (CI).

1

=

n

n

CI

λ

maks ………. (2.2) e. Consistency Ratio (CR) Index y Consistenc Random CI CR = ………. (2.3)

dimana jawaban responden akan konsisten jika CR ≤ 0,1. 2.7. Jurnal Review

Adapun jurnal review yang disajikan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

(15)

Tabel 2.3. Jurnal Review

Topic Author Problem Statement

Methodo logy Variable

Method

Analysis Result Publication

Perancangan Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi Spencer dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus di Sub Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, Kota Probolinggo). Eko Nurmianto, Nurhadi Siswanto.

Sistem penilaian kinerja karyawan berbasis kompetensi, khususnya kompetensi Spencer. Kompete nsi dan insentif. Rating Scale Analytical Hierarchy Process (AHP).

Dari penelitian tersebut sistem insentif yang tepat adalah sistem insentif pembagian laba, dimana insentif yang diterima berdasarkan pada peningkatan kinerja karyawan. Journal ITS Perancangan Sistem Penilaian Kinerja Karyawan Berbasis Kompetensi dan Prestasi Kerja di PT. Badak NGL Bontang”. Octarez Abi Ibrahim, Naning Aranti Wessiani, Patdono Suwignjo. Integrasi antara

penilaian hasil kerja dan model kompetensi dalam pengukuran kinerja dilakukan untuk memperoleh informasi pencapaian tujuan dan tingkat penyelesaian tugas dan tanggung jawab setiap fungsi dan posisi. Kompete nsi. Performan ce measurem ent, Job Performan ce. Dengan peningkatan objektivitas, sistem pengukuran kinerja akan memberikan hasil pengukuran yang lebih detail dan kuantitatif akan membantu dalam pengembangan sistem pemberian insentif serta rekomendasi training atau pengembangan lainnya.

Journal ITS

(16)

Tabel 2.3. (Lanjutan)

Topic Author Problem Statement Methodology

Variable Method Analysis Result Publicatio n Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Indo Stationery Ritel Utama Cabang Samarinda.

Mengetahui pengetahuan, kemampuan, sikap, dan situasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Indo Stationery Ritel Utama Cabang Samarinda. Keahlian, sikap, pengetahuan, situasi. Metode Korelasi. Variabel keahlian dan sikap berpengaruh secara signifikan, sedangkan variable pengetahuan dan situasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Journal Universitas Mulawar-man. Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Guru Ekonomi SMA. Heraman Pengaruh kompetensi guru terhadap kinerja. Kompetensi kinerja. Metode korelasi.

Hasil dari penelitan ini adalah kompetensi guru ekonomi memiliki korelasi signifikan dengan kinerja guru ekonomi dengan kategori sangat kuat. Empat kompetensi yang diimplementasikan, yaitu pedadogical, personal, social, dan Professional.

Gambar

Gambar 2.1.  Titik Pusat dan Permukaan Kompetensi The Iceberg Model
Gambar 2.2. Hubungan Sebab Akibat Kompetensi
Tabel 2.2.  Kriteria Skala Tingkat Kepentingan Perbandingan Berpasangan  Intensitas
Tabel 2.3. Jurnal Review
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian kompon, diketahui bahwa dalam proses pembuatannya digunakan bahan - bahan kimia yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk memperoleh sifat fisik dan kimiawi

Menghitung biaya proyek meliputi usaha untuk menghitung biaya unit tiap kegiatan, sesuai dengan spesifikasi yang ada, waktu pelaksanaan pekerjaan, dan sistem

“Keselamatan Kerja merupakan suatu keadaan dari seorang pekerja yang terbebas dari gangguan fisik dan mental sebaga akibat dari pengaruh interaksi pekerjaan dan

Kita tahu bahwa cairan dari tempat yang lebih tinggi akan sendirinya mengalir ketempat yang lebih rendah, tetapi jika sebaliknya maka perlu dilakukan usaha

Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai ke fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang

Dengan demikian, pelatihan merupakan gerakan fisik dan aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama,

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan terkait dengan beban kerja fisik dan mental tiap pekerja antara lain: pekerja barista, cook helper dan waiter memiliki perbedaan

Subsoil merupakan lapisan dibawah lapisan top soil, umumnya memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan top soil, baik dalam sifat fisik, kimia, ataupun