• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu institusi negara yang bertugas memastikan keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat. POLRI mempunyai misi penting dalam mengemban tugasnya. Dalam suasana reformasi ini, POLRI adalah institusi publik dalam bidang penegakan hukum dan penyelenggaraan keamanan yang dituntut untuk berubah banyak. POLRI dituntut untuk lebih dekat dengan masyarakat.

Tersurat pada UU nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI, POLRI memiliki tugas dan peran sebagai :

a. Penegak hukum, b. Pemelihara kamtibmas,

c. Pelayan, pelindung, dan pengayom masyarakat.

Buku pedoman pelaksanaan Tugas Bintara POLRI di Lapangan No.Pol : Skep / 65 / III / 2003 Tanggal 24 Maret 2003 mengemukakan bahwa peran yang diberikan pada POLRI didasarkan atas legalitas Undang-Undang yang karenanya merupakan kewajiban untuk dijalankan oleh seluruh anggota POLRI di satu sisi dan ada pula kewajiban untuk

(2)

dipatuhi oelh masyarakat di sisi yang lain. Agar peran itu bisa dijalankan dengan benar, maka perlu adanya pemahaman dan pemaknaan yang tepat atas peran yang harus diberikan.

Peraturan peruundang-undangan tentang pelaksanaan Tugas Bintara POLRI di lapangan sesuai TAP MPR RI NO.VII/MPR/2000 pasal 6 tentang peran POLRI yaitu : (1) Kepolisian Negara Republik Indaonesia merupakan alat yang negara yang berperan dalam memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan masyarakat, (2) Dalam menjalankan perannya Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib memiliki keahlian dan ketrampilan secara professional.

Tabel 1

Rekapitulasi absen bulanan Polsek Cilongok, Polres Banyumas periode Bulan Januari 2013.

Bulan Jumlah TK S I Terlambat

Januari 28 5 2 5 8

Februari 28 7 2 4 5

Maret 28 5 2 7 6

(Sumber : Kanit Provost Polsek Cilongok)

Berdasarkan tabel rekapitulasi absen anggota Polsek Cilongok periode bulan Januari-Maret 2013, dapat dilihat bahwa apabila apabila ada anggota yang tidak berangkat maka akan terjadi kekurangan anggota, karena anggota yang ada sudah terbagi menjadi tugas rutin. Adanya anggota yang tidak masuk terutama yang tanpa keterangan serta anggota yang terlambat maka akan mempengaruhi tugas di instansinya tersebut.

(3)

Selain itu juga akan mempengaruhi anggota yang lain apabila perilaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang.

Fenomena tersebut merupakan salah satu contoh ketidakdisiplinan anggota POLRI dalam melaksanakan tugasnya yang dapat mempengaruhi pelayanan terhadap masyarakat. Padahal, sebagai anggota POLRI dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Ketidakdisiplinan tersebut merupakan salah satu contoh anggota POLRI yang kurang profesional.

POLRI merupakan organisasi yang besar dan kompleks dilihat dari kedudukan, tugas pokok dan fungsinya, luas wilayah, jumlah penduduk dan sebagainya. Sekarang makin bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan adanya kemungkinan bertambahnya gangguan keamanan yang terjadi.

Dalam institusi POLRI terbagi menjadi beberapa bagian dari yang tertinggi berada di Mabes POLRI sampai yang terendah di Polsek jajaran. Polsek merupakan suatu institusi POLRI yang berada di Kecamatan dalam suatu Kabupaten. Adanya Polsek diharapkan akan mempermudah pelayanan terhadap masyarakat karena pelayanan masyarakat akan lebih cepat dengan adanya Polsek di setiap kecamatan. Polsek merupakan suatu terobosan dari institusi POLRI untuk berhadapan langsung terhadap masyarakat guna memperikan pelayanan prima pada masyarakat.

Instansi Polsek merupakan suatu instansi POLRI yang berada di tingkat Kecamatan dalam suatu Kabupaten. Dengan adanya Polsek

(4)

diharapkan akan mempermudah pelayanan terhadap masyarakat karena pelayanan masyarakat akan lebih cepat dengan adanya Polsek di setiap kecamatan. Untuk mendukung tugas POLRI dalam hal pemeliharaan keamanan dan ketertiban, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan terhadap masyarakat untuk menuju POLRI yang profesional.

Polsek secara umum terbagi menjadi beberapa unit kerja, yaitu Unit Sabhara, Unit Intelkam, Unit Binmas, Unit Reskrim, dan Staff, sedangkan untuk Polsek di daerah kota sudah ada Unit Lalu Lintas. Keseluruhan unit tersebut memiliki tugas masing-masing namun mengarah ke satu tujuan sesuai tugas pokok POLRI yaitu perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyrakat, memelihara keamanan dan ketertiban serta menegakkan hukum.

Polres Banyumas terdiri dari 27 Polsek yang terbagi dalam 5 Distrik, yaitu Distrik Kota, Sokaraja, Sumpiuh, Banyumas, Wangon dan Ajibarang. Sedangkan Distrik Ajibarang terdapat 5 Polsek, yaitu Polsek Karanglewas, Ajibarang, Cilongok, Gumelar, dan Pakuncen.

Profesionalisme anggota POLRI akan dapat terwujud melalui kinerja yang dihasilkan oleh para personilnya. Keberhasilan POLRI, dapat dilihat dari keberhasilan dalam memberikan pelayanan prima dan memberikan kenyamanan terhadap masyarakat. Para anggota POLRI dituntut untuk melaksanakan tugas sesuai dengan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh institusi POLRI tersebut.

(5)

Profesional dapat diartikan berupa pandangan untuk selalu berfikir, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi demi untuk keberhasilan pekerjaannya (Hamid, dkk dalam http://ardikurniawan2005.wordpress.com). Sebagai anggota POLRI yang profesional dapat dilihat dari adanya sikap perjuangan, pengabdian, kemampuan disiplin, maupun tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

Profesionalisme setiap anggota POLRI sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaan tugas di Instansi POLRI, namun, terkadang masih ada anggota yang belum memiliki rasa tanggung jawab dari pribadinya terutama di lingkungan Polsek yang jauh dari pantauan pimpinan. Sehingga menimbulkan rasa kurang peduli akan tugas dan fungsinya sebagai anggota POLRI. Hal ini yang menghambat pelaksanaan tugas di Instansi POLRI tersebut.

Menurut Abdulrahim (dalam Suhrawardi, 1994) bahwa profesionalisme biasanya dipahami sebagai kualitas yang wajib dipunyai setiap eksekutif yang baik, dimana didalamnya terkandung beberapa ciri sebagai berikut :

1. Punya keterampilan tinggi dalam suatu bidang, serta kemahiran dalam mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.

(6)

2. Punya ilmu dan pengetahuan serta kecerdasan dalam menganalisa suatu masalah dan peka didalam membaca situasi, cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan. 3. Punya sikap berorientasi ke hari depan, sehingga punya kemampuan

mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terentang dihadapannya.

4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi dirinya dan perkembangan pribadinya.

POLRI dengan mayarakat merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Harapan masyarakat terhadap kepolisian itu sebenarnya hanya dua hal yaitu : pertama, mereka membutuhkan keamanan dan perlindungan POLRI secara maksimal baik atas dirinya, keluarganya dan harta bendanya; kedua, mereka menginginkan pelayanan yang lebih baik dari POLRI.

Namun, pada kenyataan yang ada di lapangan masih didapati anggota POLRI yang belum bersikap profesional. Anggota POLRI di Polsek distrik Ajibarang masih ada yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan pilih-pilih yaitu mendahulukan orang yang dikenalnya. Padahal seharusnya dalam memberikan pelayanan harus sesuai prosedur dan perlakuan yang sama. Masih ditemukan adanya anggota masyarakat yang menunggu untuk mendapatkan pelayanan dari anggota POLRI.

(7)

Selain itu, ada anggota yang kurang bertanggung jawab atas tugasnya. Misalnya, sebagai anggota sabhara dan polisi yang berseragam berkewajiban melaksanakan yanmas / tur lantas di jalan setiap pagi. Pada kenyataannya masih ada yang tidak melaksanakan hal tersebut.

Dari hasil wawancara terhadap Kanit Provost yang ada di Distrik Ajibarang, masih ada anggota di setiap Polsek Distrik Ajibarang yang belum menunjukkan sikap profesional. Masih terdapat anggota yang terlambat mengikuti apel, tidak masuk tanpa surat keterangan, pulang jam kantor sebelum waktunya. Selain itu, dalam hal memberikan pelayanan terhadap masyarakat masih terlalu lama sehingga membuat masyarakat menunggu.

Dalam hal keterampilan, anggota Polsek Distrik Ajibarang masih ada yang belum bisa mengoperasikan komputer, tetapi anggota tersebut enggan untuk belajar. Sedangkan dari rekan-rekannya sudah menyarankan dan bersedia mengajarinya agar tidak menghambat tugas POLRI terutama bidang administrasi dan pelayanan masyarakat.

Sebagai anggota POLRI harus bisa menganalisa situasi disekitar baik di sekitar rumah maupun di lingkungan tempat kerja. Anggota POLRI harus mengetahui situasi di sekitar tempat kerja dan rumahnya. Namun, masih ada anggota yang terlihat acuh dan tidak mau tahu. Di Polsek Distrik Ajibarang ketika rekannya sedang mendatangi TKP kejadian, pimpinan datang dan bertanya kemana rekan pergi, anggota tersebut tidak

(8)

mengetahuinya. Anggota tersebut juga tidak mengetahui kejadian yang terjadi di wilayah tempat kerjanya.

Ketika dinas malam untuk fungsi sabhara dalam tugas jaganya, masih ditemukan ketika berjaga tidur semua dan tidak dilakukan secara bergantian, tentunya ini akan menghambat apabila ada masyarakat yang membutuhkan POLRI pada malam hari. Sebenar dalam beristirahhat dapat dilakukan secara bergantian.

Contoh lain pada sikap anggota reserse yang ogah-ogahan dalam menuntaskan kasus. Antara laporan kasus dari masyarakat dengan penuntasan kasus tidak seimbang. Anggota fungsi binmas yang dalam memberikan penyuluhan itu yang penting selesai sehingga tidak mengena di masyarakat. Sehingga terkesan asalkan kewajiban dalam menjalankan tugasnya dapat selesai. Padahal, unit binmas merupakan anggota POLRI yang dalam tugasnya bersifat pre-emtif (pencegahan). Apabila tingkat gangguan keamanan menurun maka bisa diartikan tugas dari unit binmas berhasil.

Dewasa ini, usaha POLRI mengembangkan profesonalismenya terus diperjuangkan. Sebenarnya, usaha peningkatan profesionalisme anggota POLRI sudah diakukan sejak POLRI memisahkan diri dari ABRI pada tanggal 01 April 1999. Usaha-usaha peningkatan profesionalisme anggota POLRI terus dilakukan antara lain dengan jalan mengikutsetakan anggotanya kedalam berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang peningkatan kualitas kerja dan profesionalisme POLRI.

(9)

Selain itu juga dilakukan dengan pemberian tunjangan kinerja sesuai dengan kebijakan presiden pada tahun 2010. Pemberian tunjangan kinerja diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 73 tahun 2010 tentang Tunjangan kinerja pegawai di Lingkungan Kepolisian. Sistem penggajian merupakan bagian dari sistem tunjangan kinerja dan merupakan salah satu implementasi atau penerapan hasil dari manajemen kinerja. Tunjangan kinerja sendiri memiliki pengertian sebagai setiap bentuk imbalan (reward) yang diterima anggota POLRI yang berdasarkan dengan kinerjanya. Kinerja sendiri tidak dapat dicapai secara optimal apabila tunjangan kinerja diberikan tidak secara proposional.

Tidak dapat dipungkiri kurangnya kesejahteraan yang diberikan kepada anggota POLRI juga dapat mempengaruhi profesionalisme. Sehingga diharapkan dengan tambahan pengahsilan/kompensasi dalam bentuk tunjangan kinerja dapat meningkatkan profesionalisme anggota POLRI. Meskipun kompensasi bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan profesionalisme, akan tetapi diharapkan bahwa kompensasi dapat menjadi salah satu faktor penentu dalam membangkitkan profesionalisme. Kompensasi tentu saja akan memotivasi anggota POLRI untuk meningkatkan profesionalisme mereka.

Dengan pengembangan sistem tunjangan kinerja di kalangan POLRI yang berdasarkan pada beban kerja dan tanggung jawab masing-masing anggota diharapkan dapat mengurangi terjadinya penyalahgunaan kewenangan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas agar anggota

(10)

POLRI lebih memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya. Selain itu, pemberian tunjangan kinerja juga diharapkan dapat menekan adannya tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan pemerintahan, karena good governance erat kaitannya dengan moral individu.

Setiap anggota POLRI dalam instansinya tentu mempunyai keinginan untuk mendapatkan gaji yang sesuai dan cocok dengan harapannya. Jika mereka mendapatkan gaji yang sesuai maka mereka akan merasa puas dan lebih bersemangat dalam bekerja, namun, masih banyak yang belum merasa puas dengan gaji yang diterimanya saat ini. Dengan diberikannya tunjangan kinerja terhadap anggota POLRI diharapkan kesejahteraan lebih terjamin yang akan berpengaruh dalam kegiatan di lingkungan pekerjaannya.

Menurut Simamora (1997) kompensasi berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh individu melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah organisasi. Pada dasarnya kompensasi yang diterima oleh karyawan dalam suatu pekerjaan terdiri atas dua komponen yakni kompenen finansial dan nonfinansial (Simamora, 2004). Selanjutnya Kompensasi finansial ada yang diberikan secara langsung seperti upah, gaji, insentif dan bonus maupun tidak langsung seperti tunjangan dan fasilitas. Sedangkan kompensasi nonfinansial terdiri dari kompensasi dari pekerjaan seperti tugas yang menantang dan rasa

(11)

pencapaian dan kompensasi dalam lingkungan kerja berupa kebijakan supervisi, tempat kerja dan kondisi kerja serta liburan.

Menurut Sulistyani dan Rosidah (2003) kompensasi akan meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja karyawan disebabkan karena setiap karyawan mempunyai harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik sesuai pengorbanan dan tanggung jawab yang dibebankan karyawan didalam melakukan pekerjaannya. Kompensasi sebagai penghargaan atas keberhasilan seseorang yang menunjukkan kinerja dari seorang karyawan dalam menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan yang dipangkunya sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan potensi yang bersangkutan dalam menduduki posisi yang lebih tinggi disuatu organisasi. seperti halnya pemberian tunjangan kinerja di lingkungan Kepolisian.

Menurut teori Maslow tentang lima tingkat kebutuhan, kompensasi mendasari kelima tingkat kebutuhan manusia, dari mulai kebutuhan fisiologis hingga tingkat kebutuhan yang paling tinggi yaitu self-actualization (aktualisasi diri). Tanpa adanya kompensasi, kebutuhan-kebutuhan lanjutan tidak dapat berfungsi sesuai kaidah Maslow bahwa kebutuhan yang lebih tinggi hanya dapat berfungsi jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Sistem kompensasi tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan fisik melainkan juga merupakan pengakuan dan rasa mencapai sesuatu.

(12)

Seperti halnya dalam pemberian tunjangan kinerja di lingkungan kepolisian dimaksudkan guna memotivasi anggota POLRI dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan dari pemberian tunjangan kinerja supaya anggota POLRI merasa puas sehingga berpengaruh positif terhadap tugasnya sebgaia anggota POLRI. Dengan tingkat kepuasan yang terpenuhi tentunya akan dapat mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain dilingkungan kerjanya. Selain itu profesionalisme dari setiap anggota dapat meningkat. Secara umum anggota POLRI sangat setuju dengan adanya pemberian tunjangan kinerja tersebut.

Tunjangan kinerja dilakukan sesuai dengan grade/tingkatan dari anggota POLRI tersebut. Dengan adanya tunjangan kinerja di lingkungan POLRI diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dari anggota POLRI. Anggota POLRI merasa puas tentunya akan terdorong untuk memperbaiki kinerjanya dengan adanya tunjanga kinerja.

Persepsi menurut Gibson (1985) adalah sebagai proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Setiap orang memiliki berbagai macam isyarat yang mempengaruhi persepsinya terhadap orang, objek, dan tanda. Persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.

Persepsi anggota POLRI terhadap kompensasi tunjangan kinerja merupakan suatu penilaian terhadap keseimbangan pemberian kompensasi

(13)

tunjangan kinerja melalui penghargaan atau ganjaran yang diberikan instansi kepada anggota POLRI karena jasa-jasanya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.

Anggota POLRI yang mempunyai persepsi yang positif terhadap tunjangan kinerja yaitu apabila tunjangan kinerja sudah sesuai dengan yang diharapkan maka akan memiliki hubungan terhadap profesionalisme anggota tersebut. Dengan demikian anggota POLRI akan memiliki peningkatan profesionalisme di dalam kerjanya.

Aritonang (2005) menjelaskan bahwa, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kompensasi kerja dengan kinerja guru. Artinya jika hendak meningkatkan kinerja guru harus memperhatikan kompensasi kerja yang secara nyata memberikan sumbangan yang sangat berarti. Semakin baik dan tinggi kompensasi kerja guru, maka semakin meningkat pula kinerjanya. Selanjutnya penelitian Jenkins (1998) menjelaskan bahwa program pemberian kompensasi dalam bentuk insentif finansial memiliki dampak yang kompleks bagi kinerja seseorang, karena pemberian insentif finansial bagi tiap pegawai menunjuk maksud atau arti yang berbeda-beda secara simbolis dan harafiah. Hasilnya hubungan insentif finansial signifikan dalam menentukan atau mencapai kuantitas kinerja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian kompensasi tunjangan kinerja pada anggota POLRI dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan atau balas jasa pada anggota POLRI terhadap

(14)

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sehingga dapat meningkatkan profesionalisme dari anggota POLRI tersebut. Bersamaan dengan penjelasan tersebut terdapat harapan akan adanya hubungan timbal balik antara anggota POLRI dengan instansi, apabila pemberian kompensasi sudah dilakukan sebaik mungkin dengan menyesuaikan kondisi ekonomi dan kebijakan-kebijakan yang sesuai, maka ada harapan terhadap peningkatan profesionalisme pada anggota POLRI tersebut.

Dari uraian di atas mengenai profesionalisme yang baik merupakan salah satu penunjang keberhasilan suatu intitusi tersebut. Sehingga, peneliti akan melakukan penelitian berjudul “Hubungan Antara Persepsi Kompensasi Tunjangan Kinerja dengan Profesionalisme Anggota Polsek Distrik Ajibarang Polres Banyumas”.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara persepsi kompensasi tunjangan kinerja dengan profesionalisme anggota Polsek Distrik Ajibarang Polres Banyumas.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi kompensasi tunjangan kinerja dengan profesionalisme anggota Polsek Distrik Ajibarang Polres Banyumas.

(15)

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini digunakan sebagai pengembangan ilmu psikologi Industri dan Organisasi dalam kehidupan nyata. Selain itu juga dapat memperkaya pengetahuan ilmu bidang psikologi industri khususnya tentang hubungan antara persepsi kompensasi tunjangan kinerja dengan profesionalisme anggota Polsek Distrik Ajibarang Polres Banyumas.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat digunakan bagi pembaca dan instansi di Polsek Jajaran di wilayah Banyumas, untuk mengetahui hubungan antara persepsi kompensasi tunjangan kinerja dengan profesionalisme anggota Polsek Distrik Ajibarang Polres Banyumas. Selain itu juga dapat digunakan sebagai gambaran pimpinan POLRI untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang digunakan dalam meningkatkan profesionalisme anggota POLRI.

Referensi

Dokumen terkait

Dari dua (2) tabel hasil perhitungan prediksi kinerja jalan tahun 2010 untuk skenario DO-SOMETHING 2 menurut KAJI dibawah, diketahui bahwa secara umum terjadi perbaikan kinerja

Hasil pada tabel 4 menjabarkan bahwa pasien rinosinusitis kronis yang berkunjung ke RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2011 sebanyak 120 orang tidak dicantumkan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22A Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

penggunaan smartphone, perawat/ pendidik harus maju dan menjadi pionir dalam penggunaan teknologi untuk membudayakan mahasiswa menggunakan berbagai sumber daya seluas-luasnya

Kecamatan di Jakarta pusat meliputi; Gambir , Tanah Abang , Menteng , Senen , Cempaka Putih , Johar Baru , Kemayoran , Sawah Besar . Hotel di Jakarta.. pusat banyak

Oleh itu, apabila Ghani Ismail 2005:8 menekankan bahawa salah tafsir makna akan menjadi kendala kepada proses perbualan, jadi inilah yang akan berlaku dalam perbincangan yang