1 PENYEBAB PETANI MEMBUKA LAHAN HUTAN UNTUK TANAMAN
CABE DI KENAGARIAN KAMPUNG BATU DALAM KECAMATAN DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK
Novia Jasma H1, Slamet Rianto2 , Momon Dt. Tanamir2 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat noviajasma1011@gmail.com
ABSTRACK
The purpose of this research is describe and analyze about the causes of land clearing to plant chillies at Kenagarian Kampung Batu Dalam, Danau Kembar, Solok, based on some aspects are 1) farmers’ income 2) the farmer awareness of forest conservation 3) government policy.Types of this research is descriptive qualitative, the research was held at Kenagarian Kampung Batu Dalam, Danau Kembar, Solok. The informan is department of forestry, subdistric headman, village chiefman and farmers who did land clearing. The samples were chosen by using purposive sampling technique. The data collecter by did a depth interview and documentation. The data analyzed by using some technique are reduction data, verification data.The results showed that 1) the farmers’ income at Kampung Batu Dalam is Rp 1.000.000 / month so they do land clearing at forest to increase their income from 1.000.000 to 4.500.000 2) the farmers’awareness of forest conservation is low most of them is still dont know about the rules and the punishment on uu no 14- 1999 about forest conservation. 3) no policy from government doesn’t mean the government let the farmer to do land clearing. The government will give punishments if the farmer is still do land clearing.
Keyword : Clearing of forest land, chili cultivitation, farmers PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, baik bertani sayuran, padi, holtikultura, petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (2005:3)Berdasarkan data statistik yang ada, sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Dari jumlah tersebut lebih
dari 54% menggantungkan hidup mereka dari sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang relatif rendah, apabila dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan.
Selain berfungsi sebagai penyedia lapangan pekerjaan di Indonesia, sektor pertanian juga berfungsi sebagai penyedia bahan makanan, penyedia bahan mentah dan bahan baku bagi sektor industri
2 serta penghasil devisa negara.
Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus didukung oleh usaha pemerintah untuk tetap memajukan pembangunan pertanian. Menurut Jamal(2004:20) Perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian cenderung melemah. Melemahnya perhatian terhadap sektor pertanian sangat erat kaitannya dengan paradigma pembangunan yang menjadi acuan bagi para pengambil kebijakan, yang lebih menitik beratkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi dibandingkan pemerataan.
Berdasarkan pernyataan di atas, pemerintah lebih memfokuskan pembangunan pada sektor non pertanian seperti industri karena sektor ini dianggap lebih memungkinkan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga sektor pertanian cenderung terabaikan.
Kegiatan pertanian cukup identik dengan masyarakat pedesaan karena sebagian besar kegiatan pertanian dilakukan di pedesaan yang
penduduknya memiliki
ketergantungn yang cukup tinggi
terhadap lingkungan alamnya. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian, dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga,buah dan lain-lain) dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.
Indriyanto (2005:122)bahwa “pembukaan lahan merupakan aktivitas manusia untuk pemenuhan kebutuhan dengan cara mengalih fungsikan lahan hutan menjadi lahan komoditi yang diperuntukan untuk pertanian, perkebunan, dan pemukiman”. pembentuk hutan, binatang liar dan lingkungannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi dan sangat erat kaitannya, serta tidak dapat dipisahkan karena saling bergantung antara satu dengan yang lainnya, sejalan dengan pendapat Kadri, dkk (2000:52), yang mengemukakan bahwa “hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan
3 hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya atau ekosistem”. Berdasarkan penjelasan di atas, lahan hutan merupakan suatu masyarakat, tumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang dinamis. Setelah memperhatikan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proposal ini penulis akan membahas tentang penyebab petani membuka lahan hutan untuk tanaman cabe di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok.
Selain dengan meningkatnya tekanan ekonomi yang menimpa para petani, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kelestarian hutan, serta tidak adanya kebijakan dari pemerintah, sehingga kebutuhan terhadap lahan semakin tinggi. Hal ini berakibat semakin banyaknya petani yang tidak memiliki lahan pertanian di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok sendiri
terdapat beberapa kendala yang dihadapi petani khususnya petani cabe.
Lahan yang seharusnya dijadikan kawasan hutan, banyak yang digunakan untuk kegiatan pertanian lahan kering, terutama untuk pertanian cabe. Pembukaan lahan hutan yang terjadi di Kenagarian Kampung Batu Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. yang dilakukan oleh petani cabe sudah cukup luas, hal ini terlihat dari alih fungsi lahan di kaki gunung Talang, yang semula merupakan kawasan hutan namun sekarang sudah berubah menjadi lahan pertanian cabe.
Berdasarkan observasi awal penelitian pada tanggal 2 Februari 2017 di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok, berkurangnya lahan hutan diantaranya disebabkan oleh pembukaan lahan yang dilakukan para petani cabe. Ketersediaan lahan yang semakin menyempit akibat tekanan ekonomi serta kurang nya pengetahuan masyarakat tentang kelestarian hutan dan memanfatkan lingkungan untuk
4 mempertahankan kehidupannya.
Petani harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai dengan pemahaman yang dimiliki dalam lingkungan tersebut. Petani akan selalu berinteraksi dengan tanah yang akan digarap sehingga tanah atau lahan merupakan unsur utama dalam proses interaksi manusia dengan lingkungan dalam melangsungkan kehidupannya.hal ini mengakibatkan petani membuka lahan pertanian baru di kaki gunung Talang, sedangkan sebagian lagi digunakan untuk penebangan liar oleh pihak-pihak tertentu. Hutan yang diolah oleh masyarakat di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. Merupakan kawasan hutan lindung, dengan luasnya kira – kira ±1347 Ha. yang telah diolah masyarakat untuk lahan pertanian cabe kira – kira ± 420 Ha dimana hutan lindung tersebut mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam satu kesatuan ekosistem yang terdapat dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, Hutan lindung
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan, sistem penyanggah kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
Fungsi hutan lindung yang utama adalah sebagai pengatur tata air, sehingga ketersediaan air dapat terjaga sepanjang waktu. Hal iniberarti pada musim kemarau sungai dan mata air tidak kering dan padamusim hujan tidak terjadit erosi, banjir dan luapan sedimentasi. Kecenderungan alih fungsi hutan lindung dan kawasan lindung umumnya semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnyajumlah dan luas Daerah Aliran Sungai yang kritis.
Kondisi ini tentu sajatidak sejalan dengan prinsip-prinsip pengelolaan daerah aliran sungai(DAS) secara terpadu yang mengedepankan pembangunan berkelanjutan dalam rangka memaksimalkan kesejahtera an sosial ekonomi secara adil tanpa mengorbankan kelangsungan ekosistem yang penting. Hutan
5 lindung menghasilkan bukan hanya
produk yang kasatmata seperti kayu dan non kayu, tetapi juga menghasilkan intangibleproduk yang manfaat dan keberadaannya semakin di butuhkan baik olehmasyarakat yang berdekatan dan jauh denganhutan.(http://id.wikipedia.org/
wiki/Hutan_lindung).
Menurut penulis hal ini penting dilakukan agar kita lebih mengetahui keadaan ekonomi petani cabe yang menyebabkan terjadinya membuka lahan hutan, sehingga kebijakan dalam penyelamatan lahan dan hutan didasarkan atas pengetahuan yang mendalam tentang keadaan ekonomi dan kesiapan mental para petani dalam menghadapi tantangan kehidupan. Berdasarkan fenomena yang terjadi Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penyebab petani membuka lahan hutan untuk tanaman cabe di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok.
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 tahun
2000, arti hutan dirumuskan sebagai “Suatu tumbuhan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan” (Marpaung, 1995: 11). Dalam Salim, 2004: 40 Hutan adalah “Sejumlah pepohonan yang tumbuh pada lapangan yang cukup luas, sehingga suhu, kelembapan, cahaya, angin dan sebagainya tidak lagi menentukan lingkungannya, akan tetapi dipengaruhi oleh tumbuh-tumbuhan atau pepohonan baru asalkan tumbuh pada tempat yang cukup luas dan tumbuhnya rapat (horizontal dan vertikal).
Menurut Rukmana (2000:11) petani cabe merupakan orang-orang desa yang mengendalikan danmengolah tanah dengan cara
menanam cabe untuk
menyambunghidupnya dan sebagai suatu bagian dari ciri hidup lama yang melihatkepada dan dipengaruhi oleh kaum bangsawan atau atau orang kota yangcara hidupnya serupa dengan mereka namun dalam bentuk yang lebih berbudaya.
6 Tanaman Cabe (Capsicum
annum L)berasal dari dunia tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin. Penyebaran Cabe ke seluruh dunia termasuk negaradi Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis (Abdjad Asih, 1999).
Pendapatan adalah gambaran tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat. Sedangkan pendapatan keluarga merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaankeluarga termasuk barang, hewan peliharaan, dipakai untuk membagi keluargakedalam tiga kelompok pendapatan yaitu : pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi. (Sofian Efendi 2001:24 )
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengematan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seorang menggunakanindera atau akal budinya untuk menggali benda atau kejadian tertentu yang belumpernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya (Arafah 2002, diacu dalam Asiah 2009).
Menurut UU No. 41 Tahun 1999 TentangKehutanan Kebijakan tersebut memerlukan sistem yang mengatur danmembatasi prilaku masyarakat, disinilah hukum memegang perananpenting. Hukum sebagai norma yang bersifat memaksa dapat mengaturdan membatasi prilaku masyarakat agar taat pada Peraturan Perundang- Undangan. termasuk Hukum sebagai alat pemaksa memberikan sanksi yang tegasbagi para pihak yang melakukan penebangan dan/atau perusakanterhadap hutan.
Penguasaan dan kepemilikan lahan sangat erat dengan masalah kemakmuran dan kemiskinan masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Adapun pola penguasaan lahan yang ada sekarang ini dinilai cukup timpang di mana distribusi penguasaan lahan semakin mengalami polarisasi, pemilik modal mengusai lahan yang begitu luas di sisi lain petani miskin semakin miskin akibat terpisah dari
7 sumberdaya ekonominya yakni
lahan. Ketika permintaan terhadap lahan meningkat sedangkan jumlah lahan tetap, maka untuk memenuhi permintaan akan lahan tersebut yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah perubahan penggunaan lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya (Subali, 2005).
Kenyataan yang terjadi di Kenagarian Kampung Batu Dalam, bahwa lahan yang paling banyak di buka oleh petani adalah lahan hutan untuk dijadikan sebagai tempat pertanian yang pada dasarnya perubahan ini dilakukan oleh pemilik lahan pertanian itu sendiri. Merujuk penelitian terdahulu, dalam penelitan ini penyebab petani membuka lahan hutan untuk tanaman cabe terjadi karena beberapa faktor seperti rendahnya pendapatan petani, kurangnya pengetahuan petani terhadap kelestarian hutan, dan kurangnya pengawasan dari pemerintah daerah. Kondisi ekonomi akan mempengaruhi tingkat kemampuan petani untuk mengolah lahannya, sehingga semakin kecil ekonomi yang dimiliki akan semakin
mendorong petani untuk membuka lahannya
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, penyebab petani membuka lahan hutan untuk tanaman cabe di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok. Penelitian ini lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang di berikan interpretasi atau analisis. (Pabundu Tika: 2005: 4).
Sedangkan penelitian kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah Moleong dalam Guspardi (2015). Deskriptif kualitatif bertujuan untuk
8 mendeskripsikan hasil penelitian
yang ditemukan di lapangan. Hasil yang dideskripsikan merupakan uraian informasi yang digambarkan secara detil yang bertujuan menjawab apa yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Analisis ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai penyebab petani membuka lahan hutan untuk tanaman cabe di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok.
Informan penelitian diambil secara purposive sampling (menunjuk) yaitu penelitian sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu (Sugiyono, 2011). Jadi apabila kita melakukan penelitian yang mengambil sebagian subjek dari informan maka dinamakan dengan informan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah, Dinas Kehutanan, Camat, Wali Nagari, Kepala Jorong, dan petaniyang membuka lahan hutan diKenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok.
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: reduksi data, display data, interpretasi data, dan penarikan kesimpulan
Menurut Moleong (2008) pemeriksaan keabsahan dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:Perpanjanganengamatan, Ketekunan pengamatan, Triangulasi, dan Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan di dalam peta dinas kehutanan, luas hutan lindung yang ada di Kenagarian Kampung Batu Dalam Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok ± 1347 Ha. Berdasarkan hasil di lapangan, ternyata luas hutan lindung yang telah digarab oleh petani untuk pertanian cabe sebesar ± 420 km² / sama dengan 3,11%. Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka peneliti mencoba membahas berdasakan kajian teori dan fokus penelitian. pembahasan ini berguna untuk memberikan
9 informasi dan menerangkan
penelitian sesuai dengan yang dilapangan.
Pertama, Pendapatan petani di
Kampung Batu Dalam termasuk pendapatan yang sangat rendah, rata- rata pendapatan nya ± 500.000 – 1.000.000 rupiah. Setelah mereka membuka lahan hutan bertambahnya pendapatan mereka ± 1.000.000 – 4.500.000 ribu rupiah. Alasan petani membuka lahan hutan tersebut, adalah untuk menambah lahan pertaniannya dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. karena menurut masyarakat, tanah yang cocok untuk tanami cabe adalah tanah yang ada di hutan.karena tanah di hutan itu, lebih bagus dari pada tanah yang ada di lahan lainnya.
Pendapatan adalah Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkanseluruh uang atau hasil material lainnyayang dicapai dari penggunaan kekayaanatau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
pada suatu kegiatan ekonomi (Winardi, 1998). Setiap orang yang bekerjamenginginkan pendapatan atau keuntungan yang maksimal supayadapatmemenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Arsyad (2004), pendapatan seringkali digunakan sebagai indikator pembangunan suatu negara selain untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara negara maju dengan negara berkembang.
Kedua, Pengetahuan petanidi
Kenagarian Kampung Batu Dalam tentang kelestarian hutan masih rendah, karena petani tidak tahu tentang kebijakan dan sanksi membuka lahan hutan dalamUU No.14 tahun 1999 tentang perlindungan hutan. Pengetahuan menurutArafah dan Asiah(2002 :41), adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusiamelalui pengematan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seorang menggunakan indera atau akal budinya untuk menggali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya
Ketiga, Tidak ada kebijakan
10 penyebab petani untuk membuka
lahan hutan, karena Pemerintah sudah mengeluarkan surat edaran yang berisikan kebijakan dan sanksi- sanksi tentang membuka lahan Hutan Lindung, dengan petani yang membuka lahan hutan tersebut, pihak pemerintah tidak senang hati untuk memberikan sanksi meskipun sudah ada dalam undang – undang tentang pelanggaran pembukaan lahan hutan tersebut.
Kebijakan tersebut memerlukan sistem yang mengatur dan membatasi prilaku masyarakat, disinilah hukum memegang peranan penting. Hukum sebagai norma yang bersifat memaksa dapat mengatur dan membatasi prilaku masyarakat agar taat pada Peraturan Perundang-Undangan, termasuk Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 TentangKehutanan. Hukum sebagai alat pemaksa memberikan sanksi yang tegasbagi para pihak yang melakukan penebangan atau perusakanterhadap hutan. Ketentuan mengenai sanksi diatur dalam ketentuan pidana pasal 78 undang-undang nomor 41tahun 1999 tentang kehutanan, Menyebutkan bahwa:
Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) atauPasal 50 ayat (2), diancam dengan pidana penjara palinglama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pendapatan petani di Kampung Batu Dalam rata-rata Perbulan Rp 1.000.000. Sehingga petani membuka lahan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara menanam cabe, setalah mereka membuka lahan hutan pendapatan mereka bertamabah ± Rp 1.000.000 – 4.500.000 per bulan, karena tanah di hutan lebih bagus untuk di tanami cabe.
2. Pengetahuan petani di Kenagarian Kampung Batu Dalam tentang kelestarian hutan masih rendah, karena petani tidak tahu tentang kebijakan dan sanksi membuka lahan hutan dalam UU No.14 tahun 1999 tentang perlindungan
11 hutan. Karena masyarakat tidak
memikirkan dampak yang akan timbul dari pembukaan lahan hutan tersebut.
3. Tidak ada kebijakan pemerintah yang bukan menjadi penyebab petani untuk membuka lahan hutan, karena Pemerintah sudah mengeluarkan surat edaran yang berisikan kebijakan dan sanksi- sanksi tentang membuka lahan Hutan Lindung, dengan petani yang membuka lahan hutan tersebut, pihak pemerintah tidak senang hati untuk memberikan sanksi meskipun sudah ada dalam undang – undang tentang pelanggaran pembukaan lahan hutan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Asih abdjad. 1999. Cabai Hot BeautyJakarta : Penebar Swadaya. Arif Arifin. 2001. Hutan Kehutanan.
Yogyakarta : Kanisius.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_ lindung (1-3-2017 / 11:5).
Indriyanto. 2005. Etika Lingkungan. Jakarta.Kompas .
Kadri dkk. 2000. Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Bersama Masyarakat Plus (PHBM Plus), Jakarta, Direksi PerumPerhutani.
Manik. 2010. Pengaruh Konversi Lahan terhadap Kondisi Lingkungan di Wilayah Peri-urban kota Semarang. Skripsi. Fakultas ilmu sosial Universitas Diponegoro.
Moleong, 2010. “Penelitian Kualitatif”. Bandung, Alfabeta
Pabundu Tika: 2005:“Penelitian deskriptif Bandung, Alfabeta Rukmana. 2000. pertanian. Yogyakarta. Aditya Media.
Salim. 2004. Dasar-dasar Kehutanan. Jakarta: Sinar Grafika Sugiyono. 2011. metode penelitian. Bandung : Alfabeta