BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan suatu bangsa sangat dientukan oleh kualitas sumber daya
manusianya . Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tidak
bisa terlepas dari pendidikan yang dilaksanakan di negara tersebut. Pendidikan
merupakan asset utama sebagai modal dasar untuk meningkatkan kemajuan
suatu bangsa. Pendidikan merupakan parameter fundamental yang menentukan
tingkat kecerdasan suatu bangsa, kemajuan suatu peradaban dan kedudukan
sosial suatu masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Maryani E. (2011:1)
bahwa : “Pendidikan dikembangkan untuk membentuk watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia,
sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab”.
Maju mundurnya suatu bangsa tidak akan lepas dari hidup matinya mutu
pendidikan suatu bangsa. Salah satu permasalahan yang paling mendasar dalam
yang selama ini dirasakan masih rendah. Untuk melihat gambaran rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia, ada baiknya kita menengok beberapa hal yang
dapat menggambarkan rendahnya pendidikan di Indonesia.
Menurut data dari Human Development Indeks (HDI) – 2010 Ranking,
“Indonesia berada pada peringkat 108 di dunia dari segi Kualitas SDM dari 152
negara di dunia”. (Mahesa Bhirawa, 2011). Jauh dibawah Malaysia yang
menduduki ranking ke 57, yang konon dulu meminta guru dari Indonesia,
sungguh ironis dan menyedihkan. Selanjutnya data lain mengungkapkan
tentang rendahnya mutu pendidikan Indonesia, sebagai berikut :
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring
Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang
dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education
development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934.
Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. (Wahyudi, 2012).
Mengenai rendahnya sarana kualitas fisik yang ada di Indonesia sebagai
berikut : “Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah yang gedungnya
rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan
tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi
informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang
tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
Dilihat dari sisi pelaksanaan ujian nasional, banyak terjadi pelanggaran
dan kecurangan-kecurangan selama pelaksanaan ujian nasional. Di berbagai
daerah, banyak ditemukan kasus-kasus kecurangan selama ujian nasional
berlangsung seperti oknum guru yang membocorkan jawaban ujian nasional,
tersebarnya jawaban sebelum pelaksanaan ujian nasional, bahkan ada siswa
yang justru kebingungan tiba-tiba mendapatkan jawaban ujian dari beberapa
sms yang tidak jelas. Berbagai kecurangan yang terjadi di berbagai daerah ini,
menunujukkan adanya ketidak siapan dalam menghadapi ujian nasional
tersebut, dan menyentuh rasa ketidakadilan bagi pelajar-pelajar di daerah lain
yang telah berjuang agar bisa lulus ujian nasional dengan cara yang jujur.
Berbagai problematika yang mewarnai pelaksanaan ujian nasional tersebut
seharusnya menjadi bahan koreksi bagi pemerintah agar ke depan pelaksanaan
ujian nasional menjadi lebih baik.
Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial, memegang peranan penting dalam
upaya mewujudkan manusia Indonesia yang bekualitas dan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dalam standar kompetensi mata
Pelajaran Pengetahuan Sosial Depdiknas (2003 : 5) dinyatakan : “Melalui mata
pelajaran Pengetahuan sosial, peserta didik diarahkan, dibimbing dan dibantu
untuk menjadi warga negara Indonesia dan waga dunia yang baik”. Sesuai pula
dengan Maryani E. (2011 : 2) mengemukakan bahwa “IPS mempunyai tugas
social, emosional, dan intelektual. Melalui pembelajaran IPS peserta didik
diharapkan mampu berfikir kritis, kreatif dan inovatif. Sikap dan perilaku
menunjukkan disiplin dan tanggung jawab selaku individual, warga masyarakat,
warga negara dan warga dunia”.
Menjadi warga Negara dan warga dunia yang baik merupakan tantangan
yang berat, karena masyarakat global selalu mengalami perubahan yang besar
setiap saat, untuk itulah diperlukan pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial yang
berkualitas Internasional, seperti yang dikemukakan oleh Alvin Tofler dalam
Gunawan Rudy (2011 : 22) bahwa “Kita harus berfikir global dan bertindak
lokal. Globalisasi merambah ke semua penjuru dunia, dan oleh karena itu tidak
dapat kita bendung, dan kita harus masuk di dalamnya bertarung untuk menjadi
pemenang (winner)”. Namun dalam kenyataannya pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial di Indonesia masih mengalami beberapa permasalahan
diantaranya sebagai berikut :
“Sebenarnya kurikulum (IPS) 2004 sudah melihat kemungkinan (mengantisifasi), setidak-tidaknya untuk waktu sepuluh tahun ke depan dalam hal fenomena yang ada baik di tingkat masyarakat lokal, nasional maupun global. Tetapi itu hanya kurikulum dalam bentuk ide dan dokumen, namun dalam bentuk kurikulum sebagai implementasi (proses), masih sangat dipengaruhi oleh beberapa masalah, yaitu :
1. Sebagian besar guru IPS belum terampil mengunakan beberapa model mengajar seperti cooperative learning, inquiry, problem
solving, atau dengan menggunakan pendekatan perspektif global
misalnya.
2. Ketersediaan alat dan bahan belajar di sebagaian besar sekolah, ikut mempengaruhi proses belajar mengajar IPS.
peserta didik hanya memperoleh hasil secara faktual saja, dan tidak mendapat hasil proses.
4. Dalam hal implementasi atau proses pelaksanaan kurikulum ini guru yang mendapat sosialisasi dalam bentuk penataran atau diklat sangat terbatas sekali, sehingga faktor ini juga menyebabkan mereka masih belum memahami hakikat kurikulum baru ini sebagaimana mestinya. 5. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum siap untuk mengadaptasi atau mengadopsi budaya dan peradaban asing yang mulai merambah secara global, karena berbenturan dengan nilai-nilai tradisi ataupun agama”. (Gunawan Rudy, 2011 : 65).
Somantri dalam Gunawan Rudy (2011 : 62) mengatakan bahwa :
“Pembelajaran IPS di sekolah selalu disajikan dalam bentuk faktual, konsep
yang kering, guru hanya mengejar target pencapaian kurikulum, tidak
mementingkan proses, karena itu pembelajaran IPS selalu menjenuhkan dan
membosankan, dan oleh peserta didik dianggap sebagai pelajaran kelas dua”.
Selanjutnya Somantri (2001 : 112-113) mengemukakan bahwa :
“Pembelajaran IPS pada saat ini mengalami beberapa kelemahan antara lain (1) Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi dan peran PIPS di sekolah. Tujuan pembelajaran kurang jelas dan tidak tegas; (2) Posisi, peran dan hubungan fungsional dengan bidang studi lainnya terabaikan, Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket dan kurang mendayagunakan sumber-sumber lainnya ; (3) Lemahnya transfer informasi konsep ilmu-ilmu social output PIPS tidak memberikan tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan ; (4) Guru tidak dapat meyakinkan siswa untuk belajar PIPS lebih bergairah dan bersungguh sungguh. Siswa tidak dibelajarkan untuk membangun konseptualisasi yang mandiri ; (5) Guru lebih mendominasi siswa (Teacher Centered),
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, fenomena rendahnya mutu
pendidikan diantaranya tercermin dari rendahnya hasil belajar khususnya mata
pelajaran IPS, ditemui pula di tempat penelitian yaitu di Sekolah Menengah
Pasundan. Sekolah Menengah Pasundan merupakan sekolah swasta yang
sudah terkenal dan mempunyai nama baik di masyarakat, dalam pergaulan
sehari-hari sangat terasa sekali kekerabatan antara guru dengan guru maupun
guru dengan siswa, disana selalu dipupuk rasa kebersamaan dengan
melaksanakan pepatah “Silih asah, silih asih, silih asuh”. Walaupun demikian,
masih ada saja perrmasalahan khususnya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Hasil survey pendahuluan dengan melaksanakan wawancara langsung
kepada beberapa guru Ilmu Pengetahuan Sosial dan siswa, diperoleh informasi
bahwa memang hasil belajar IPS anak didiknya dirasakan masih rendah,
sehingga rata-rata guru hanya berani menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal
dengan nilai 6,4 sampai 7,5. Untuk mencapai nilai KKM saja, guru harus
bekerja keras dengan melaksanakan remedial dan pengayaan. Guru melihat
adanya kecenderungan siswa kurang berusaha untuk mencapai nilai yang baik,
inginnya serba mudah tidak mau banyak berkorban atau berjuang, tidak gemar
membaca, jarang mengulang pelajaran di rumah. Bahkan beberapa siswa
merasa kurang perhatian dari orangtuanya, yang tidak pernah peduli atau
Mata pelajaran IPS di tingkat SMP mencakup bahan kajian ”geografi,
ekonomi, sejarah dan sosiologi”, yang dibelajarkan secara ”terpadu
(integrated)”. Dalam sistem pembelajaran IPS seperti ini, di sekolah masih ada
guru yang merasa terpaksa mengajarkan mata pelajaran IPS secara terpadu.
Guru yang bersangkutan merasa berat membelajarkan materi IPS yang tidak
sesuai dengan latar belakang keilmuan (spesialisasinya). Jadi mayoritas guru
IPS di SMP Pasundan belum merasakan bagaimana lezatnya Juice IPS yang
harus dinikmati dan diberikan kepada siswa didiknya dalam pembelajaran IPS.
Lokasi Sekolah Menengah Pasundan juga mayoritas berada di daerah
industri, disana banyak berdiri pabrik . Dengan kesibukan orangtua siswa yang
bekerja di pabrik, mungkinkah mengakibatkan kurangnya kontrol orangtua
kepada anaknya sehingga kurangnya perhatian dalam pengaturan waktu belajar
dan bermain bagi anak-anaknya yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Kemudian untuk bekerja di pabrik tidak memerlukan pendidikan dan prestasi
yang tinggi, mungkinkah menyebabkan anak kurang giat belajar sehingga hasil
belajarnya rendah. Bagi siswa yang penting mendapatkan ijazah, untuk
memenuhi salah satu syarat dapat diterima bekerja di pabrik.
Dari berbagai permasalahan tersebut, sangat menarik untuk
dilaksanakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Lingkungan Pendidikan
B. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Adakah
pengaruh yang positif lingkungan pendidikan terhadap hasil belajar IPS di
Sekolah Menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya”. Secara operasional
rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
a. Adakah pengaruh yang positif lingkungan keluarga terhadap hasil belajar
IPS di Sekolah Menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya ?
b. Adakah pengaruh yang positif lingkungan sekolah terhadap hasil belajar
IPS di Sekolah Menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya ?
c. Adakah pengaruh yang positif lingkungan masyarakat terhadap hasil
belajar IPS di Sekolah Menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya ?
d. Adakah pengaruh yang positif lingkungan pendidikan terhadap hasil
belajar IPS di Sekolah Menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Lingkungan
Pendidikan terhadap Hasil Belajar IPS di Sekolah Menengah Pertama Pasundan
Se-Bandung Raya.
a. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap hasil belajar IPS di Sekolah
Menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya.
b. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap hasil belajar IPS di Sekolah
Menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya.
c. Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap hasil belajar IPS di Sekolah
menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya.
d. Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap hasil belajar IPS di Sekolah
menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya.
D.MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, khususnya bagi peneliti itu
sendiri dan umumnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan (secara akademik).
Secara lebih rinci kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat teoritik
Penelitian ini diharapkan berguna dalam rangka pengembangan ilmu
pendidikan, yaitu dengan memberikan penjelasan secara sistematis dan
terukur tentang pengaruh lingkungan pendidikan terhadap hasil belajar
IPS di Sekolah Menengah Pertama Pasundan Se-Bandung Raya.
a. Bagi Siswa
Memberikan informasi dan masukan tentang pengaruh lingkungan
pendidikan terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para guru
khususnya guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dalam
mencermati tingkah laku siswanya agar dapat mengetahui cara-cara
yang lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Menambah informasi dan data empiris mengenai pengaruh
lingkungan sekolah tehadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam membuat
kebijakan sekolah dengan menciptakan iklim yang kondusif dan
kerjasama yang sinergis bagi perkembangan siswa khususnya
mengenai pengaruh lingkungan pendidikan terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial.
d. Bagi Peneliti Sejenis
Diharapkan penelitian ini bisa memberikan informasi dan sumbangan
ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan lingkungan