• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Ajar Luas Permukaan Prisma dan Limas Berbasis Pendekatan RME untuk Siswa SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan Ajar Luas Permukaan Prisma dan Limas Berbasis Pendekatan RME untuk Siswa SMP."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR LUAS PERMUKAAN PRISMA DAN LIMAS

Penelitian ini bertujuan menghasilkan bahan ajar dalam bentuk LKS materi luas permukaan prisma dan limas yang mengacu pada prinsip dan karakteristik RME yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial terhadap pemahaman konsep siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah research and development yang terdiri dari dua tahap yaitu preliminary study dan formative study. Pengumpulan data dilakukan melalui walkthrough, analisis dokumen, observasi, dan tes. Ujicoba penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Palembang. Hasil ujicoba LKS materi luas permukaan prisma dan limas diperoleh simpulan bahwa LKS yang dikembangkan valid dan dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP. Efek potensial yang muncul adalah selama proses belajar siswa sangat antusias dan aktif mengikuti pembelajaran serta pemahaman konsep siswa yang tergolong baik. Kata kunci: Research and Development, RME, LKS, Prisma dan Limas

I. Pendahuluan

Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika seringkali ditemukan permasalahan-permasalahan yang dapat mengakibatkan hasil belajar matematika tidak tercapai secara optimal. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Ningsih (2013, p.178) bahwa permasalahan yang sering dihadapi dalam mata pelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa. Padahal, menurut Freudenthal (2002, p.38), siswa tidak boleh pasif dalam pembelajaran matematika bahkan siswa dituntut untuk aktif dalam menemukan konsep-konsep matematika. Siswa sering menemukan kesulitan jika dihadapkan pada soal aplikasi atau soal yang berbeda dengan soal yang biasa dilatihkan. Hal ini dikarenakan rendahnya pemahaman konsep siswa.

Untuk menanggulangi hal tersebut perlu suatu bahan ajar yang dapat menunjang proses pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut Prastowo (2011, p.204) “LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

(2)

pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Untuk menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan standar proses maka perlu adanya pendekatan pembelajaran yang tepat.

Pendekatan pembelajaran RME merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar siswa atau pengalaman-pengalaman yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, Sehingga siswa dapat membayangkan atau nyata dalam pikiran siswa. Dengan menggunakan permasalahan realistik pembelajaran akan bermakna bagi siswa, seperti yang diungkapkan Cord (dalam Wijaya, 2012, p.20) bahwa suatu pengetahuan akan bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran menggunakan permasalahan realistik.

Di dalam pendekatan pembelajaran RME, permasalahan realistik digunakan sebagai awalan untuk membangun konsep matematika. Suatu permasalahan disebut “realistik” jika permasalahan tersebut dapat dibayangkan atau nyata dalam pikiran siswa. Sehingga dengan menggunakan permasalahan realistik, diharapkan konsep matematika yang dipelajari dapat bermakna dan diingat dalam jangka panjang oleh siswa.

Selain itu, dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan RME, terdapat model yang digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Pengunaan model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan matematika tingkat kongkrit menuju tingkat formal. Menurut Gravemeijer (dalam Faudzan, 2002, p.35) ada empat level model pada pembelajaran RME, yaitu:

1) Level situasional

Level ini merupakan level paling dasar dari pemodelan di mana pengetahuan dan model masih berkembang dalam konteks situasi masalah yang digunakan.

2) Level referensial

Pada level ini, siwa membuat model untuk menggambarkan situasi konteks sehingga hasil pemodelan pada level ini disebut sebagai model dari (model of) situasi. 3) Level general

Pada level general, model yang dikembangkan siswa sudah mengarah pada pencarian solusi secara sistematis. Model pada level ini disebut model untuk (model for) penyelesaian masalah.

4) Level formal

(3)

konsep matematika yang dibangun oleh siswa.

Berdasarkan hasil penelitian Ningsih (2013:181) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran realistik 96% siswa mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Hadi (2005, p.52) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran realistik pada materi peluang 87,5% siswa dapat menjawab soal dengan baik dan benar.

Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak peran matematika yang dapat kita jumpai, salah satunya dalam bidang geometri seperti bangun ruang prisma dan limas. Tanpa siswa sadari dalam kesehariannya terkadang mereka melihat benda-benda yang berbentuk bangun prisma dan limas. Benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai permasalahan realistik untuk membagun pemahaman konsep tentang prisma dan limas pada siswa. Dari uraian sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar dalam bentuk LKS materi luas permukaan prisma dan limas yang mengacu pada prinsip dan karakteristik RME yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial terhadap pemahaman konsep siswa.

II. Metodologi

Metode penelitian yang digunakan adalah research and development dengan mengikuti dua tahapan utama yaitu tahap preliminary study dan tahap formative study

(Zulkardi, 2002, p.20). Pada tahapan formative evaluation ini langkah yang diambil mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh Tessmer (1993, p.35) yang meliputi (1) self evaluation, (2) prototyping (expert review, one-to-one,dan small group), dan (3) field test.

Tahap Preliminary

Menurut Van den Akker (2013:14) ada beberapa tahap dalam desain penelitian diantaranya yaitu Preliminary. Pada tahap ini dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan analisis dan kegiatan pendesainan.

a. Pada kegiatan analisis dilakukan analisis terhadap siswa, kurikulum, dan buku-buku paket. Selanjutnya menghubungi guru di sekolah dan mewawancarai guru yang bersangkutan serta menyiapkan penjadwalan dan prosedur kerjasama dengan guru kelas yang akan dipakai.

(4)

TahapFormative Evaluation

Menurut Tessmer (1993:16) langkah-langkah pengembangan materi pada tahap

Formative Evaluation sebagai berikut:

a. Self Evaluation

Pada tahap ini peneliti mengecek kesesuaian LKS berbasis pendekatan RME yang telah dibuat. Hasilnya disebut sebagai prototype 1.

b. Prototyping

Pada tahap Prototyping, ada beberapa tahapan yang dilalui oleh Prototype 1 sehingga menghasikan sebuah produk akhir yang valid, praktis, dan mempunyai efek potensial. Hal ini sesuai yang dikemukakan Nieveen (2007, p.94) bahwa produk yang dikembangkan haruslah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Adapun tahapan tersebut, antara lain:

1) Expert Reviews

Prototype I diberikan pada pakar untuk dicermati dan dinilai secara isi/content, konstruk maupun bahasanya secara tepat sesuai dengan prinsip dan karakteristik

Realistic Mthematics Education (RME), ini dinamakan uji validitas. Komentar dan saran dari pakar dijadikan sebagai acuan dalam merevisi dan mengetahui kualitas bahan ajar LKS yang dikembangkan.

2) One to one

Pada tahap ini, penelitian mengujicobakan prototype I kepada salah satu siswa sebaya non subjek penelitian untuk menggunakan dan mengomentari bahan ajar LKS yang dikembangkan. Kritik dan saran dari siswa pada lembar komentar untuk one-to-one dijadikan sebagai acuan dalam merevisi bahan ajar LKS. Hasil revisi pada

prototype I yang diperoleh dari tahap expert review dan one-to-one akan menghasilkan

prototype II yang valid.

3) Small group

Prototype II ini diujicobakan pada small group yang terdiri dari lima orang siswa sebaya non subjek penelitian yang diminta untuk memberi komentar dan saran terhadap LKS. Komentar dan saran dijadikan acuan untuk merevisi bahan ajar LKS. Hasil Revisi

prototype II dari tahap small group menghasilkan prototype III yang praktis.

4) Field test

(5)

bahasa serta praktis yang berarti mudah digunakan oleh siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

walktrough, dokumentasi, dan tes hasil belajar. Walktrough dilakukan untuk mendapatkan data dari para expert saat melakukan validasi prototype I. Dokumentasi dilakukan untuk mendokumenkan data yang diperoleh dari tahap expert reviews, one-to-one, small group, dan field test yaitu berupa lembar komentar/saran baik dari validator maupun siswa, lembar jawaban siswa, dan foto. Tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh data tentang keefektifan LKS dan pemahaman konsep siswa.

III.Hasil

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu LKS yang valid dan praktis pada materi luas permukaan prisma dan luas permukaan limas untuk siswa SMP kelas VIII. Pengembangan bahan ajar LKS ini dilaksanakan sesuai dengan proses penelitian pengembangan (development research) yang terdiri dari dua tahap yaitu tahap

preliminary dan tahap formative evaluation. Proses pengembangan pada setiap tahap diuraikan sebagai berikut.

Tahap Preliminary

Pada tahap ini dibagi menjadi dua kegiatan yaitu analisis dan pendesainan. a. Kegiatan Analisis

1. Analisis Siswa

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 13 Palembang dalam proses pembelajaran matematika siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi yang dipelajari, serta siswa terbiasa menghafal rumus yang terdapat pada buku paket.

2. Analisis Kurikulum

Di dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi, tujuan pembelajaran yang diatur dalam standar isi tersebut sudah memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir matematis. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis siswa diperlukan bahan ajar dalam hal ini yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menggunakan pendekatan RME. Standar kompetensi yang digunakan yaitu memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya. kompetensi dasar, Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas. Indikator pencapaian:

(6)

3. Pendesainan (Prototyping)

Pada tahap ini, peneliti merancang LKS dengan menyesuaikan pendekatan RME sebagai basis dari LKS yang dikembangkan. Pendesainan LKS berbasis pendekatan RME disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai.

Tahap Formative Evaluation

a. Self Evaluation

Pada kegiatan ini peneliti melakukan penelaahan terhadap LKS yang telah dibuat apakah prorotype 1 telah sesuai dengan karakteristik dari pendekatan RME. Dari hasil penelaahan peneliti, prototype 1 tersebut telah sesuai dengan karakteristik dan pendekatan RME.

b. Prototyping

Pada proses prototyping terdapat beberapa tahapan antara lain sebagai berikut: 1) Expert Review

Pada tahap ini kevalidan LKS berbasis pendekatan RME (prototype 1) dikonsultasikan kepada tiga pakaryaitu Muslimin, S.Pd., M.Pd., sebagai pakar konstruk mengemukakan bahwa secara keseluruhan LKS yang dikembangkan dinilai sudah memenuhi aspek-aspek yang terdapat pada pendekatan RME. Rieno Septra Nery, S.Si., M.Pd., sebagai pakar konten mengemukakan bahwa LKS bebasis pendekatan RME dinilai sudah sesuai dengan konsep materi luas permukaan prisma dan limas, selain itu juga kesesuaian antara isi, kompetensi dasar dan indikator yang digunakan juga sudah selaras. Namun terdapat beberapa saran terkait kegiatan siswa yang perlu diperbaiki, dan Supriantini, M.Pd. sebagai pakar bahasa mengungkapkan bahwa LKS yang dikembangkan dinilai sudah memenuhi kaidah EYD yang baik dan benar walaupun terdapat beberapa kesalahan dalam pengetikan dan ejaan yang perlu direvisi

2) One-to-One

Selain dilakukan validasi ke expert, prototype 1 diujicobakan pada satu orang siswa non subjek penelitian. Siswa tersebut diminta untuk mengikuti proses pembelajaran dengan

menggunakan Prototype I dan juga komentarnya tentang prototype 1. Berdasarkan komentar dan saran dari expert dan one-to-one, setelah diperbaiki prototype I disimpulkan sudah valid. Hasil perbaikan dinamakan prototype II.

3) Small Group

(7)

dan juga komentarnya tentang prototype II. Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil komentar dari small group LKS materi luas permukaan prisma dan luas permukaan limas berbasis pendekatan RME yang dikembangkan dikategorikan praktis. Hasil akhir

prototype III yang merupakan revisi dari prototype II, berisi kegiatan yang telah sesuai dengan tahap pemodelan dalam Pendekatan RME yaitu:

a) Level situasional

Level ini merupakan level paling dasar dari pemodelan dimana pengetahuan dan model masih berkembang dalam konteks situasi masalah yang digunakan. Context situational dalam LKS yang dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Contexs situational pada materi Luas Permukaan Prisma dan Limas

b) Level referensial

Pada level ini, siswa membuat model untuk menggambarkan situasi konteks sehingga hasil pemodelan pada level ini disebut sebagai model dari (model of) situasi.

Model of pada LKS yang dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

(8)

Gambar 3. Model of pada Materi Luas Permukaan Limas c) Level general

Pada level general, model yang dikembangkan siswa sudah mengarah pada pencarian solusi secara sistematis, model pada level ini disebut model untuk (model for) penyelesaian masalah. Model for pada LKS dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4. Model for pada Materi Luas Permukaan Prisma

Gambar 5. Model for pada Materi Luas Permukaan Limas

d) Level formal

(9)

Gambar 6. Matematika formalpada Materi Luas Permukaan Prisma

4) Field test

Pada langkah field test, prototype III diujicobakan pada subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 13 Palembang yang berjumlah 36 orang siswa. Ujicoba ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.

Pada pertemuan pertama siswa mengikuti pembelajaran menggunakan LKS berbasis RME yang membahas luas permukaan prisma. Tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua siswa menggunakan LKS untuk mempelajari materi luas permukaan limas. Kemudian siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan realistik yang terdapat dalam LKS. Selama proses pembelajaran secara keseluruhan siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi dalam LKS yang telah dibuat.

Pada pertemuan ketiga diadakan tes akhir yang berisi soal-soal yang berhubungan dengan materi luas permukaan prisma dan luas permukaan limas sebanyak 5 soal bentuk uraian. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat pemahaman kosep siswa setelah melakukan pembelajaran menggunakan LKS berbasis pendekatan RME. Hasil tes akhir dikelompokkan menjadi 5 kategori. Pengkategorian data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kategori Skor Pemahaman Konsep Siswa

Skor Tes Akhir Kategori Pemahaman Konsep Siswa

86-100 Baik Sekali

75-85 Baik

56-74 Cukup

40-55 Kurang

(10)

(Modifikasi Arikunto, 2012:281)

Distribusi frekuensi data hasil tes akhir untuk melihat pemahaman konsep siswa materi luas permukaan prisma dan luas permukaan limas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi frekuensi data hasil tes akhir

Skor Tes Akhir Frekuensi Frekuensi Relatif Kategori

86-100 5 13,89% Baik Sekali

Setelah melalui dua tahapan pengembangan, yaitu tahap Preliminary dan tahap

Formative Evaluation, diperoleh bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis RME yang valid dan praktis.

Kevalidan terlihat dari hasil penilaian expert dan ujicoba one-to-one. expert

menyatakan bahwa LKS yang telah dikembangkan sudah valid berdasarkan content

(materi sesuai dengan kompetensi inti, kompetensi dasar dan konsep matematika yang benar), konstruk (LKS sesuai dengan aspek-aspek pada pendekatan RME), dan bahasa yang sudah sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD. Selain itu, saat ujicoba one-to-one, setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

prototype I, siswa tersebut memberikan komentar bahwa LKS yang telah dibuat LKS menarik dan mudah dimengerti, serta membuat siswa lebih memahami materi luas permukaan prisma dan limas.

Kepraktisan tergambar dari ujicoba small group. Hal ini tergambar dari pengamatan yang dilakukan selama proses ujicoba berlangsung, siswa dapat mengunakan LKS dengan mudah, siswa mampu memahami dan menyelesaikan LKS sesuai dengan waktu yang diberikan pada LKS, dan secara keseluruhan para siswa tidak mengalami kesulitan. Selain itu juga, komentar yang diberikan semakin menguatkan bahwa bahan ajar LKS yang dikembangkan memenuhi kategori praktis.

Efek potensial yang terlihat saat ujicoba lapangan kepada siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 13 Palembang yang berjumlah 36 orang siswa antara lain selama proses pembelajaran

(11)

Tabel 2 diperoleh nilai rata-rata hasil tes akhir siswa pada materi luas permukaan prisma dan luas permukaan limas adalah 75,30 yang tergolong kategori baik dimana terdapat 5 siswa (13,88%) yang termasuk kategori pemahaman konsep yang baik sekali, 19 siswa (52,77%) yang termasuk kategori pemahaman konsep yang baik, 10 siswa (27,77%) yang termasuk kategori cukup dan 2 siswa (5,55%) yang termasuk kategori kurang. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan memiliki efek potensial terhadap pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP untuk materi luas permukaan prisma dan luas permukaan limas.

V. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) materi luas permukaan prisma dan luas permukaan limas berbasis pendekatan pembelajaran RME yang dihasilkan dikategorikan valid dan praktis. Kevalidan terlihat dari pernyataan semua expert bahwa LKS yang telah dikembangkan sudah valid berdasarkan konten, konstruk, dan bahasa. Praktis tergambar dari hasil pengamatan ujicoba small group dimana siswa dapat mengunakan LKS dengan mudah, dapat memahami isi LKS dan menyelesaikan setiap kegiatan sesuai dengan waktu penyelesaian. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan memiliki efek potensial terhadap pemahaman konsep siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 13 Palembang materi luas permukaan prisma dan limas. Hal tersebut terlihat dari skor tes akhir siswa dimana dari 36 siswa terdapat 24 siswa yang masuk kategori pemahaman konsep yang baik dan baik sekali. Selain itu, selama pembelajaran berlangsung siswa sangat antusias dan aktif baik dalam berdiskusi maupun dalam mengerjakan setiap kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka disarankan kepada peneliti lain agar dapat mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan RME pada materi lain agar dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika lebih mudah.

Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Faudzan, Ahmad. (2002). Applaying Realistic Mathematics Education (RME) in Teaching Geometry in Indonesian Primary Schools. Disertasi. Den Haag: University of Twente.

(12)

Hadi, Sutarto. (2005). Pendidikan Matematika Realistik. Banjarmasin: Tulip Banjarmasin.

Nieveen, Nienke. (2007). Formative evaluation in educational design research (Eds). An Introduction to Educational Design Research. Enschede: SLO.

Ningsih, Puji Rahayu. (2013). Penerapan Metode Realistic Mathematics Education (RME) Pada Pokok Bahasan Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai Di Kelas VIIE SMP IPIEMS Surabaya. (Online). Tersedia: http://www.journal.unipdu.ac.id/ index.php/gamatika/article/view/377/340, diakses tanggal 20 Oktober 2015.

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jakarta: PT.Diva Pers.

Tessmer, Martin. (1993). Planning and conducting formative evaluations: improving the quality of education and training. London: Kogan Page.

Van den Akker, J. (1999). Principles and methods of development research. In (Eds). Design Approaches and Tools in Education and Training, pp.1-14. Dord-recht: Kluwer Academic Publishers.

Wijaya, Ariadi. (2012). Pendidikan Matematika Realistik.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gambar

Gambar 4. Model for pada Materi Luas Permukaan Prisma
Tabel 1. Kategori Skor Pemahaman Konsep Siswa
Tabel 2. Distribusi frekuensi data hasil tes akhir

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP, buku guru, buku siswa, dan LKS). Tes kemampuan pemecahan masalah sudah memenuhi tingkat kevalidan dengan

Tujuan penelitian (1) mendiskripsikan proses pembelajaran melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) , dan (2) mendiskripsikan peningkatan pemahaman konsep

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan matematika realistik pada materi

Pada tahap ini, LKS pada prototipe kedua diujicobakan pada small group yang terdiri dari 10 orang yang merupakan siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Palembang dengan tujuan

Guru hendaknya dapat menyiapkan bahan ajar matematika seperti LKS yang di dalamnya berisi kegiatan serta mampu memilih strategi dan pendekatan belajar yang sesuai

Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat disimpulkan bahwa komik matematika berbasis RME (Realistic Mathematics Education) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

Menurut Kuiper & Knuver dalam Suherman (2003:143) mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan realistik sekurang- kurangnya dapat membuat matematika

LKS berbasis PMR yang dikembangkan sangat efektif digunak- an di SMP/MTs. Selain data hasil tes setelah mengalami pembelajaran den- gan menggunakan LKS, pada tahap ini diperoleh