Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif.Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif (Meloeng, 2014,
hlm 6) adalah penelitian yeng bermaksud memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian. Cruswell (2014, hlm 258) mengungkapkan tujuan
dari penelitian kualitiatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena
utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi
penelitian.Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata,
gambar, dan bukan berupa angka-angka.
Fokus dari penelitian ini yaitu merumuskan dan menyusun desain didaktis
berdasarkan learning obstacle yang terjadi pada materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan dan learning trajectory siswa.Penelitian ini mengacu pada
tahapan Didactical Design Research (DDR) yang dilaksanakan melalui
pendekatan kualitatif.Pendekatan kualitatif dipilih karena pendekatan ini dapat
lebih rinci menjelaskan fenomena yang lebih kompleks yang sulit dijelaskan
dengan pendekatan kuantitatif.Sehingga diharapkan penelitian ini bisa
memberikan kesimpulan yang sesuai.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian kualitatif bersifat sementara.Menurut Sugiyono (2013), penelitain
kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan di lapangan.Sehingga, hasil penelitian ini dapat terus dikembangkan
sesuai dengan perubahan yang terjadi di lapangan.Penelitian ini menggunakan
perspektif DDR dalam tahapan penelitiannya.Suryadi (2013, hlm 12) menyatakan
DDR melalui tiga tahapan analisis yaitu:
1. analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa desain didaktis hipotetik termasuk ADP;
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
3. analisis retrosfektif yakni analisis yang mengkaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotetik dengan hasil analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Disain Didaktis Empirik yang tidak tertutup
kemungkinan untuk terus disempurnakan melalui tiga tahapan DDR
tersebut.
Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan tahapan DDR yang dilakukan dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Tahap I: Analisis Situasi Didaktis
Peneliti melakukan analisis situasi didaktis sebelum memasuki
lapangan. Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa aktivitas, yaitu:
a. Menentukan konsep matematika yang akan menjadi bahan penelitian.
Dalam penelitian ini yang akan menjadi bahan penelitian adalah
konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan di SD kelas IV.
b. Mencari data atau literatur tentang konsep penjumlahan dan
pengurangan pecahan.
c. Mempelajari dan menganalisis keterkaitan konsep dan konteks
mengenai konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan.
d. Membuat instrumen learning obstacle dengan memilih atau membuat
soal-soal yang variatif, disesuaikan dengan pola pikir siswa sehingga
dapat memunculkan kesulitan siswa mengenai konsep penjumlahan
dan pengurangan pecahan.
e. Melaksanakan Tes Kemampuan Responden (TKR) awal pada siswa
kelas V dan IV SD, kemudian ditambahkan dengan wawancara kepada
beberapa responden untuk mengidentifikasi learning obstacle
mengenai konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan.
f. Menganalisis hasil uji instrumen learning obstacle disertai dengan
hasil wawancara.
g. Membuat kesimpulan mengenai learning obstacle yang muncul
berdasarkan hasil pengujian dengan mengaitkan teori-teori belajar
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
h. Membuat learning trajectory structural untuk rujukan dalam membuat
desain didaktis hipotesis.
i. Mengembangkan desain didaktis hipotesis berdasarkan learning
obstacle yang telah teridentifikasi disesuaikan dengan learning
trajectory yang dilalui siswa dan Theory of Didactical Situation
(TDS).
j. Membuat prediksi-prediksi mengenai respon siswa yang mungkin
mucul pada saat desain didaktis diterapkan dan mempersiapkan
antisipasi dari respon siswa yang muncul.
2. Tahap II: Analisis Metapedadidaktis
Pada tahap kedua yaitu analisis metapedadidaktis dilakukan dengan
dua aktivitas, yaitu:
a. Mengimplementasikan desain didaktis hipotesis yang telah disusun.
b. Menganalisis situasi dari berbagai respon pada saat desain didaktis
hipotesis diimplementasikan.
3. Tahap III: Analisis Retrosfektif
Tahap ini merukapan tahapan dimana peneliti melakukan analisis
terhadap hasil analisis situasi didaktis hipotetik dengan hasil analisis
metapedadidaktik. Beberapa aktivitas yang harus dilakukan pada tahapan ini,
sebagai berikut:
a. Mengaitkan prediksi respon dan antisipasi yang telah dibuat
sebelumnya dengan respon siswa yang terjadi pada saat implementasi
desain didaktis hipotesis.
b. Melaksanakan TKR akhir.
c. Menganalisis hasil dari TKR akhir untuk mengetahui bagaimana
gambaran learning obstacle setelah desain didaktis hipotesis
implementasi.
d. Mengetahui gambaran learning obstacle setelah pembelajaran dengan
desain didaktis hipotesis. Apakah kesulitan yang teridentifikasi masih
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
e. Menyusun desain didaktis empirik berdasarkan desain didaktis
hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, dengan revisi dari hasil
implementasi pada saat pembelajaran berlangsung serta berdasarkan
hasil pengujian learning obstacle setelah dilakukan implementasi
desain didaktis awal.
f. Menyusun hasil laporan penelitian.
B. Definisi Istilah
Beberapa defininisi istilah yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya:
1. Desain Didaktis
Desain didaktis adalah rancangan dari bahan ajar yang dibuat dengan
memperhatikan learning obstacle yang dialami siswa, learning trajectory
siswa dan teori situasi didaktis dalam mempelajari konsep penjumlahan
dan pengurangan pecahan.
2. LearningObstacle
Learningobstacle (hambatan belajar) adalah suatu kondisi pada proses
pembelajaran yang ditandai dengan adanya hambatan atau kesulitan
tertentu dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini ada tiga karakteristik
learning obstacle yaitu ontogenic obstacle, didactical obstacle,dan
epistemological obstacle.
3. Ontogenic Obstacle
Ontogenic obstacle adalah hambatan yang dialami siswa akibat
ketidaksesuaian bahan ajar yang digunakan dengan tingkat berpikir siswa.
4. Didactical Obstacle
Didactical obstacle adalah hambata yang dialami siswa akibat dari
pembelajaran yang dilakukan guru.
5. EpistimologicalObstacle
Epistimologicalobstacle adalah hambatan yang dialami siswa akibat dari
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
C. Tempat dan Subjek Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri Cimincrang Kota
Bandung.Sampel yang diambil dari populasi kelas IV, V, dan VI. Setiap kelas
terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas A dan B, maka sampel yang diambil untuk
menjadi subjek pada penelitian ini adalah kelas B. Subjek penelitian ini terbagi
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah siswa yang mengikuti TKR
awalyaitu kelas V-B dan kelas VI-B.Sedangkan kelompok dua adalah siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan desan didaktis dan mengikuti TKR
akhir yaitu kelas IV-B.
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data penelitian maka harus menggunakan instrumen
penelitian.Instrumen penelitian terbagi menjadi dua jenis yaitu instrumen tes dan
instrumen non tes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes dalam penelitian ini disebut Tes Kemampuan Responden
(TKR). TKR digunakan untuk mengidentifikasi learning obstacle dan
mengetahui gambaran learning obstaclesetelah desain didaktis
diimplementasikan. TKR yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
membuat desain didaktis yang bertujuan untuk mengidentifikasi learning
obstacle dan setelah mengimplementasikan desain didaktis yang bertujuan
mengecek masih ada atau tidaknya learning obstacle pada siswa.
2. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa
wawancara, observasi, dan dokumentasi.Wawancara dilakukan untuk
mengetahui permasalahan yang dialami siswa ketika menyelesaikan soal tes.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data dan fakta tentang proses
pembelajaran yang terjadi selama implementasi desain didaktis. Sedangkan
dokumentasi untuk membantu dalam mendeskripsikan proses pembelajaran
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
triangulasi.Sugiyono (2013, hlm 330) mengartikan triagulasi sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.Triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu triangulasi teknik pengumpulan data.
Triangulasi teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2013, hlm 330) yaitu
peneliti menggunakan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama. Oleh karena itu, peneliti melakukan observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi terhadap sumber yang sama.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2013, hlm 337) yang terdiri dari tiga aktivitas yaitu reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (conclusion
drawing). Langkah-langkah analisis yang dilakukan sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dalam penelitian ini jumlahnya cukup banyak,
makapeneliti terlebih dahulu melakukanmereduksi data.Mereduksi data
dilakukan untuk memilih dan merangkum data-data yang pokok serta
memfokuskan pada data-data yang penting sesuai dengan kebutuhan
penelitian.Selain itu, mereduksi data juga membantu peneliti mendapatkan
gambaran untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, jika data yang
dibutuhkan masih kurang.
2. Penyajian Data (Data Display)
Peneliti selanjutnya melakukan penyajian data dari data yang telah
direduksi.Penyajian data dilakukan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan tindakan selajutnya berdasarkan apa yang teralah dipahami
sebelumnya sehingga mempermudah mendapatkan kesimpulan. Oleh karena
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
sehingga data tersebut mudah dipahami.Penyajian data dalam penelitian ini
dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, dan diagram.
3. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Langkah terakhir dalam analisis data pada penelitian ini yaitu
verifikasi.Verifikasi dilakukan berdasarkan data yang telah direduksi dan
disajikan sebelumnya.Kesimpulan yang didapat mungkin masih bersifat
tentatif,akan tetapi dengan bertambahnya data atau didukung dengan data-data
yang valid maka akan mendapatkan kesimpulan yang kredibel.
G. Pengujian Keabsahan Data
Moleong (2014, hlm 324) menetapkan empat kriteria yang dapat
digunakan dalam pengujian keabsahan data yaitu: 1) derajat kepercayaan
(credibility); 2) keteralihan (transferability); 3) kebergantungan (dependability);
dan 4) kepastian (confirmability). Untuk lebih jelasnya mengenai kriteria yang
digunakan dalam pengujian keabsahan data sebagai berikut:
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Penelitian ini menggunakan uji credibility dengan meningkatkan
ketekunan, triangulasi dan dokumentasi.Meningkatkan ketekunan berarti
peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan.Menurut Sugiyono (2013, hlm 371) peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah
atau tidak dan peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati. Salah satunya yaitu dengan menambah
referensi buku atau hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan, sehingga wawasan peneliti dapat semakin luas.Peneliti melakukan
triangulasidalam pengujian kredibilitas.Triangulasi (Sugiyono, 2013, hlm 372)
dalam pengujian kredibilitas dapat diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Sedangkan
dokumentasi digunakan peneliti dalam meningkatkan ketekunan dan
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pelaksanaan penelitian akanmembantu peneliti membuktikan bahwa data yang
telah ditemukan oleh peneliti benar adanya.
2. Keteralihan (Transferability)
Uji transferability pada penelitian ini dilakukan dengan cara
menuliskan hasil penelitian dan pembahasan secara jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya. Sehingga orang lain yang membacanya dapat memahami hasil
penelitian kualitatif dan hasil penelitian tersebut dapat diterapkan atau
dikembangkan. Menurut Sanafiah Faisal (Sugiyono, 2013, hlm 377), apabila
pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya
tentang “semacam apa”suatu hasil penelitian dapat diberlakukan, maka
laporan tersebut memenuhi standar keteralihan.
3. Kebergantungan (Dependability)
Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian (Sugiyono, 2013, hlm 377). Pemeriksaan
dilakukan oleh pembimbing dalam segala aktivitas yang telah dilakukan oleh
peneliti.Sedangkan derajat kepastian denga menguji hasil penelitian dengan
proses yang sudah dilakukan.Menurut Sanafiah Faisal (Sugiyono, 2013, hlm
377), jika peneliti tidak mempunyai dan tidak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan. 4. Kepastian (Confirmability)
Uji confirmability dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan secara
bersamaan dengan uji dependability. Menguji comfirmability berarti menguji
hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut sudah memenuhi standar comfirmability.
H. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai
Muhammad Rifqi Mahmud, 2015
DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu